• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN

N/A
N/A
22 - 154 Jeremi Sabatian Pelawi

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN

LAPORAN OLEH:

JEREMI SABATIAN PELAWI 220301154

AGROTEKNOLOGI - 3

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023

(2)

PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN

LAPORAN

OLEH:

JEREMI SABATIAN PELAWI 220301154

AGROTEKNOLOGI - 3

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian Di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023

(3)

Judul: Pengaruh Alelopati Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Nama: Jeremi Sabatian Pelawi

Nim: 220301154 Kelas: Agroteknologi 3

Mengetahui:

Dosen Penanggung Jawab

(Dr. Ir. Haryati MP) 196403071990012001

(4)

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Alelopati Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih pada Dr. Nini Rahmawati S.P., M.Si., Dr. Ir. Haryati M.P., Ir. Razali M.P., Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum M.S., Ir. Irsal M.P., Nursa'adah S.ST., M. Agr, Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si., selaku dosen mata kuliah Ekologi Tanaman serta abang dan kakak asisten Laboratorium Ekologi Tanaman yang telah membimbing dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan demi perbaikan penulisan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2023

Penulis

(5)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii PENDAHULUAN

Latar Belakang ...1 Tujuan Praktikum...2 Kegunaan Penulisan ...2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum ...8 Alat dan Bahan ...8 Prosedur Praktikum...8 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ...11 Pembahasan ...13 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

(6)

iii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5

Data tinggi kacang hijau (Vigna radiata L.) Data jumlah daun kacang hijau (Vigna radiata L.) Data diameter batang kacang hijau (Vigna radiata L.) Data bobot segar tajuk kacang hijau (Vigna radiata L.) Data bobot segar akar kacang hijau (Vigna radiata L.)

11 12 12 12 13

(7)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Pengekstrakan allelopati Penanaman biji kacang hijau Penyiraman eksrak allelopati Pemeliharaan tanaman Pengamatan MST 1 Pengamatan MST 2 Pemanenan

Penimbangan bobot segar tajuk Penimbangan bobot segar akar

20 20 20 21 21 22 22 22 23

(8)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ekologi merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan abiotik tediri dari atmosfer, cahaya, air, tanah dan unsur mineral. Tetapi perlu diketahui apa yang dimaksud dengan organisme. Ini penting karena pada hakikatnya organisme dibangun dari sistem-sistem biologik (Miswar dan Irma, 2019).

Kompetisi dijabarkan sebagai kemampuan tanaman dalam bersaing untuk memperoleh sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu. Kompetisi dapat terjadi apabila salah satu dari dua atau lebih oganisme yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas persediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama (Gestrinda, 2022).

Persaingan atau kompetisi dalam pertumbuhan tanaman terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya (Kusumawati, 2018).

Alelopati merupakan interaksi kimia tanaman satu dengan tanaman lainnya, mikroorganisme, atau antara tanaman dan mikroorganisme. Interaksi alelopati termasuk penghambatan langsung atau tidak langsung dan merupakan senyawa yang dihasilkan oleh satu organisme (tanaman, hewan, atau mikroorganisme) dalam pertumbuhan dan perkembangan organisme lain (Nugrogo et al., 2022).

Alelopati dalam kemampuannya menghambat perkecambahan benih, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan lain, sejauh ini belum dimanfaatkan sebagai sumber pengendalian gulma. Teknologi ini sangat memberi harapan dalam pertanian kovensional maupun pertanian organik. Salah satu alternatif usaha pengendalian gulma pertanian adalah menggunakan bioherbisida. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan (alelokimia) yang dimanfaatkan sebagai bioherbisida (alelopati) (Anwar et al., 2013).

(9)

2

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan awal tanaman kacang hijau.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada praktikum Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(10)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang memiliki banyak varietas. Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), tibowang candi (Makassar).

Adapun klasifikasi tanaman kacang hijau sebagai berikut: Subdivisi: Angiospermae;

Kelas: Dicotyledonae; Ordo: Rosales; Famili: Papilionaceae; Genus: Vigna; Spesies:

Vigna radiata L. (Marzuki dan Soeprapto, 2016).

Batang kacang hijau ini dikategorikan sebagai batang basah dan memiliki bentuk batang bersegi 6. Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelatan atau kemerah-merahan, tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Batang tanaman kacang hijau memiliki arah tumbuh cabang yang tegak (Husna, 2016).

Bunga pada kacang hijau adalah berkelamin ganda atau hermafrodit dan berbentuk seperti kupu-kupu, mengalami penyerbukan pada malam hari, mekar pada pagi hari dan layu pada sore hari. Bunga kacang hijau ini menyerbuk dengan sendiri.

Bunga kacang hijau muncul di ujung percabangan pada umur sekitar 30 hari. Bunga kacang hijau berdiameter 1-2 cm, dan terletak pada tandan ketiak, dan panjang tandan bunga kacang hijau adalah 2-20 cm (Lestari et al., 2017)

Kacang hijau memiliki daun berbentuk lonjong dengan bagian ujung berbentuk runcing, berwarna hijau sampai hijau tua dengan permukaan memiliki struktur bulu yang beragam, tergantung dari varietasnya . Tangkai berwarna hijau agak merah, berbulu jarang, permukaan bawah daun hijau di atasnya merah tua kehijauan dan urat daun merah tua kehijauan. Daun kacang hijau ini berbentuk trifoliate (terdiri dari 3 helaiana) yang letaknya berseling antara daun satu dan lainnnya. Daun kacangg hijau memiliki tangkai daun yang lebih panjang dari daunnya sendiri (Wardani, 2013).

Tanaman kacang hijau memiliki akar tunggang dengan panjang 15-20 cm.

Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu Mesophytes dan Xerophytes.

(11)

4

Mesophytes yaitu pertumbuhan akar cabang tanaman kacang hijau menyebar didekat permukaan tanah, dan mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah, sementara Xerophytes memiliki pertumbuhan akar cabang yang lebih sedikit dan memanjang kearah bawah (Siregar et al., 2014).

Syarat Tumbuh Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Iklim

Kacang hijau adalah tanaman hari pendek Awal pembungaannya akan dihambat jika fotoperiode meningkat. Kacang hijau dapat ditanam musim panas dan musim gugur serta pada ketinggian di bawah 2000 m dpl di daerah tropik Tanaman ini rentan terhadap genangan dan tahan terhadap kekeringan dengan cara mempersingkat periode antara pembungaan dan pematangan kebutuhan airnya 200-300 mm untuk masa pertumbuhannya. Kacang hijau akan segera berbintil akar jika diinokulasi oleh galur rhizobium (Suryantini, 2015).

Kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, kacang hijau dapat tumbuh baik dengan curah hujan 50-200 mm/bulan. Ketinggian tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah 500 - 750 mdpl. Suhu yang sesuai dengan pertumbuhan kacang tanah berkisar antara 20 − 280C. Hal ini menggambarkan bahwa tanaman Kacang Hijau baik ditanam pada daerah dataran rendah. Untuk kelembaban udara diharapkan berkisar antara 65%-75%. Dengan adanya hujan yang sering turun akan mengakibatkan peningkatan kelembaban udara yang terlalu tinggi, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman Kacang Hijau. Kondisi yang dijabarkan dapat disimpulkan bahwa tanaman Kacang Hijau baik dibudidayakan ketika masuk musim kemarau (Jasmani, 2016).

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Di Jawa, tanaman ini banyak ditanam di daerah Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Mojosari, Jombang, Pekalongan, Banyumas, Jepara, Cirebon, Subang dan Banten. Selain di Jawa, tanaman ini juga ditanam di Madura, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku (Yuniwati, 2016)

(12)

5

Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3, yang berarti tanaman kacang hijau ini tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam/hari (Atman, 2015).

Tanah

Tanaman kacang hijau dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian, tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung atau tanah lempung, misalnya Podsolik Merah Kuning (PMK) dan latosol. pH yang ideal untuk pertumbuhan kacang hijau antara 5,8-6,7, jika pH tanah terlalu masam perlu dilakukan kegiatan pengapuran (Maulidya et al., 2015).

Ada tiga media tanam yang biasanya menjadi lahan tumbuh kacang hijau iniang pertama pada lahan sawah bekas tanaman padi, kedua pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah. dan yang ketiga pada lahan kering Perlu diketahui jenis yang ketiga ini memerlukan pengolahan tanah secara intensif yaitu dibersihkan dahulu dari rumput, lalu digemburkan, dan terakhir dibuat petakan dengan lebar 3-4 m (Fitrianto et al., 2014)

Tingkat PH yang dibutuhkan untuk budidaya kacang hijau agar dapat tumbuh dengan baik adalah 5-6. Apabila tanah bersifat asam dengan PH dibawah 5, bisa dilakukan pengapuran dengan menggunakan dolomit dengan takaran 1 ton untuk 1 hektar lahan. Proses ini sebaiknya dilakukan 1 bulan sebelum masa tanam. Tanaman kacang hijau menyukai tanah yang gembur dan kaya unsur hara di dalam tanah. Bisa juga menggunakan lahan bekas sawah, jadi setelah panen pagi, bisa menggunakan lahan bekas persawahan untuk menanam kacang hijau (Mindari et al., 2018).

Selain tanah, hal yang paling penting untuk memulai budidaya kacang hijau juga adalah pemilihan lokasi. Lokasi yang dipilih hendaknya memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerase dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,6-6,8 untuk pH yang ber pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (Ningsih, 2019).

(13)

6

Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya (Yanti et al, 2020).

Interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan, atau mikroba) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain.

Pengaruh alelopati bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu, namun tidak terhadap organisme lain. Senyawa alelopati yang dihasilkan oleh tumbuhan berasal dari eksudat akar, serbuk sari, luruhan organ (dekomposisi), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta melalui pencucian (leaching) dari organ bagian luar (Ismaini, 2015).

Rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada tanaman jagung, juga mempunyai kemampuan menghasilkan allelokimia. Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelokimia dalam peristiwa allelopati dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, dan sintesa protein. Pelepasan alelokimia oleh rumput teki akan meningkat pada kondisi yang ekstrim, sehingga pertahanan tumbuhan gulma pada kondisi yang kurang menguntungkan. Salah satu kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah tanah salin (Pranasari et al., 2012).

Perlakuan terdiri dari kontrol (P0), ekstrak alang-alang(P1), babadotan (P2), teki (P3). Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai fungisida nabati antara lain alang-

alang (Imperatacy lindrica), teki (Cyperusrotundus) dan babadotan (Ageratum conyzoides). Tumbuhan ini mengandung senyawa seperti sineol, minyak

atsiri dan alkaloid, yang berperan sebagai fungisida nabati. Berdasarkan uraian tersebut

(14)

7

maka dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak alang-alang, teki dan babadotan (Arie et al., 2015).

Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman pionir yang menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga tanaman lain harus bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain di sekitarnya, hal ini dikarenakan alang-alang merupakan tumbuhan pengganggu yang mampu melepaskan senyawa alelopati. (Hafsah et al., 2020).

(15)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Adapun tempat dan waktu praktikum dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada hari Rabu 25 Oktober 2023 pada pukul 10.00 WIB sampai selesai dengan ketinggian ± 28 m dpl.

Alat dan Bahan

. Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk menimbang, alat tulis untuk menulis data, buku untuk mencatat data, kamera untuk dokumentasi.

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu rhizome alang-alang (Imperata cylindrica), umbi teki (Cyperus rotundus), bandotan (Ageratum conyzoides), benih kacang hijau, 4 buah cup plastic sebagai wadah media tanam, pasir sebagai media tanam, dan label untuk menandai cup plastic.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum adalah sebagai berikut:

1. Sediakan 50-gram rhizoma alang-alang atau teki dan bandotan yang telah di cuci bersih. Kemudian potong-potong untik memudahkan penghancuran.

2. Blender (ditumbuk jika tidak ada blender) rhizome alang-alang, teki dan bandotan tersebut dengan terlebih dahulu, lalu ditambahkan 100 ml air.

3. Ditanam 2 benih pada setiap cup plastik.

4. Setelah benih ditanam, ekstrak larutan alelopati disiramkan pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3

5. Pada P0 ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan tidak diberi perlakuan penyiraman ekstrak alelopati (kontrol).

6. Pada P1 ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan alelopati alang-alang sebanyak 30 ml setelah penanaman benih.

7. Pada P2 ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan alelopati teki sebanyak 30 ml setelah penanaman benih.

(16)

9

8. Pada P3 ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan alelopati bandotan sebannyak 30 ml setalah penanaman benih.

Pemeliharaan

Penyiraman: Tanaman disiram secukupnya agar media tanam lembab Penyiangan: Rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman harus segera disiang atau dibersihkan.

Persentase Perkecambahan

Persentase perkecambahan dihitung pada umur satu minggu setelah tanam.

Persentase perkecambahan = (Jumlah benih yang berkecambah: Jumlah seluruh benih) x 100%

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai umur satu minggu dan dua minggu setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris yaitu mulai dari pangkal batang bawah (diatas permukaan media) sampai ujung daun terakhir atau tertinggi untuk kacang hijau dan dinyatakan dalam satuan cm.

Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai umur satu dan dua minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan cara menghitung jumlah daun pada setiap tanaman.

Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung daun yang membuka dan dinyatakan dalam satuan helai.

Diameter Batang

Perhitungan diameter batang dilakukan mulai pada 1 dan 2 MST menggunakan jangka sorong/penggaris dengan cara mengukur diameter batang yang berada didekat titik tumbuh tanaman.

Bobot Basah Tajuk Tanaman

Bobot basah tajuk tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk tanaman setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman.

Pengamatan dilakukan pada 2 MST

(17)

10

Bobot Basah Akar Tanaman

Bobot basah akar tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian akar tanaman setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman.

Pengamatan dilakukan pada 2 MST

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Persentase Perkecambahan

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Persentase Perkecambahan P0 : Jumlah Benih Yang Tumbuh

Jumlah Benih Yang Ditanam x 100 % = 2

2 x 100 % = 100 %

Persentase Perkecambahan P1 : Jumlah Benih Yang Tumbuh

Jumlah Benih Yang Ditanam x 100 % = 2

2 x 100 % = 100 %

Persentase Perkecambahan P2 : Jumlah Benih Yang Tumbuh

Jumlah Benih Yang Ditanam x 100 % = 2

2 x 100 % = 100 %

Persentase Perkecambahan P3 : Jumlah Benih Yang Tumbuh

Jumlah Benih Yang Ditanam x 100 % = 2

2 x 100 % = 100 % Data Tinggi Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (cm) Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 24,5 25,75 22,75 21.5 23,55 118,05 23,61

P1 25,05 22,75 25,75 22,15 3,7 99,4 19,88

P2 24,5 26,25 21,5 20,55 15,95 108,75 21,57 P3 23,8 21,5 22,25 22,25 23,95 113,75 22,75 Rataan 24,46 24,06 23,06 21,61 16,77 109,51 21,90

(19)

12

Data Jumlah Daun

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Jumlah Daun

Tabel 2. Data Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Jumlah Daun (helai)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 0 0 0 0 0 0 0

P1 0 0 0 0 0 0 0

P2 0 0 0 0 0 0 0

P3 0 0 0 0 0 0 0

Rataan 0 0 0 0 0 0 0

Data Diameter Batang

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Diameter Batang

Tabel 3. Data Diameter Batang Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Diameter Batang (cm)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 1,15 1,59 1,3 1,02 1,27 6,33 1,26

P1 1,25 0,94 1,26 1 1,07 5,52 1,10

P2 1 1,16 1,45 1,25 1,06 5,92 1,18

P3 1,2 1,56 1,32 1,95 1,1 7,13 1,42

Rataan 1,15 1,31 1,33 1,30 1,12 6,21 1,24

Data Bobot Basah Akar Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Bobot Segar Akar (gr)

(20)

13

Tabel 4. Data Bobot Segar Akar Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Bobot Basah Akar (gram)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 0,18 0,19 0,15 0,04 0,14 0,7 0,14

P1 0,12 0,17 0,17 0,55 0,16 1,17 0,23

P2 0,19 0,05 0,16 0,17 0,14 0,71 0,142

P3 0,14 0,06 0,09 0,28 0,13 0,7 0,14

Rataan 0,15 0,11 0,14 0,26 0,14 0,8 0,16

Data Bobot Basah Tajuk Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Bobot Segar Tajuk (gr)

Tabel 5. Data Bobot Segar Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan

Bobot Basah Tajuk (gram)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 0,38 0,49 0,37 0,20 0,26 1,7 0,34

P1 0,4 0,27 0,47 0,29 0,25 1,68 0,336

P2 0,28 0,19 0,23 0,23 0,16 1,09 0,218

P3 0,36 0,26 0,29 0,31 0,25 1,47 0,294

Rataan 0,35 0,30 0,34 0,25 0,23 1,47 0,294

Pembahasan

Kacang hijau adalah salah satu tanaman palawija yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan literatur Herman et al (2015), yang menyatakan bahwa kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman palawija anggota dari leguminosa, famili Fabaceae, yang memiliki kemampuan mengikat nitrogen bebas sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Tanaman kacang hijau banyak diusahakan oleh petani di Indonesia dan juga merupakan tanaman leguminosa yang tumbuh baik di daerah tropis.

(21)

14

Alelopati merupakan suatu senyawa yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Hafsah et al (2020), yang menyatakan bahwa alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya.

Senyawa alelopati berpengaruh pada jenis organisme tertentu, dan tidak dapat berpengaruh terhadap organisme lain. Hal ini sesuai dengan literatur Ismaini (2015) yang menyatakan bahwa interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan, atau mikroba) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Pengaruh alelopati bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu, namun tidak terhadap organisme lain. Senyawa alelopati yang dihasilkan oleh tumbuhan berasal dari eksudat akar, serbuk sari, luruhan organ (dekomposisi), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta melalui pencucian (leaching) dari organ bagian luar.

Senyawa alelopati dapat dihasilkan dalam jumlah banyak ketika kondisi ekstrem yang dialami oleh tanaman yang menghasilkan senyawa alelopati ini. Hal ini sesuai dengan literatur Pranasari et al (2012) yang menyatakan bahwa rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada tanaman jagung, juga mempunyai kemampuan menghasilkan allelokimia. Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelokimia dalam peristiwa allelopati dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, dan sintesa protein. Pelepasan alelokimia oleh rumput teki akan meningkat pada kondisi yang ekstrim, sehingga pertahanan tumbuhan gulma pada kondisi yang kurang menguntungkan. Salah satu kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah tanah salin.

(22)

15

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelopati dengan mengeluarkannya dari dalam jaringan tubuh kepada bagian luar tubuh tumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur Yanti et al (2016) yang menyatakan bahwa alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman pionir yang menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah.

Alang-alang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga tanaman lain harus bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain di sekitarnya, hal ini dikarenakan alang-alang merupakan tumbuhan pengganggu yang mampu melepaskan senyawa alelopati. Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya.

Pertumbuhan alang- alang sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah. Sehingga alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis.

Perlakuan yang diberikan pada praktikum diantaranya adalah ekstrak alang- alang, ekstrak teki, ekstrak bandotan. Hal ini sesuai dengan literatur Arie et al (2015) yang menyatakan bahwa perlakuan terdiri dari kontrol (P0), ekstrak alang-alang(P1), babadotan (P2), teki (P3). Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai fungisida nabati

antara lain alang-alang (Imperatacy lindrica), teki (Cyperusrotundus) dan babadotan (Ageratum conyzoides). Tumbuhan ini mengandung senyawa seperti sineol, minyak

atsiri dan alkaloid, yang berperan sebagai fungisida nabati. Berdasarkan uraian tersebut

maka dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak alang-alang, teki dan babadotan.

Dan pada hasil praktikum didapatkan tinggi tanaman yang berbeda pada setiap perlakuan, dan didapatkan pada parameter pengamatan tinggi tanaman jika pada P1 (alang-alang) tingkat pertumbuhan tinggi tanaman jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. dan pada jumlah daun, memeiliki jumlah daun yang masih kosong pada minggu pertama, hal ini disebabkan belum terdapat daun yang membuka pada tanaman. Dan pada diameter batang, didapatkan jika pada P1 memiliki diameter batang tanaman yang lebih besar jika dibandingkan dengan P0, P2, ataupun P3.

(23)

16

KESIMPULAN

1. Kacang hijau adalah salah satu tanaman palawija yang banyak dibudidayakan di Indonesia yang tergolong dalam keluarga leguminosa.

2. Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya.

3. Senyawa alelopati berpengaruh pada jenis organisme tertentu, dan tidak dapat berpengaruh terhadap organisme lain.

4. Senyawa alelopati dapat dihasilkan dalam jumlah banyak ketika kondisi ekstrem yang dialami oleh tanaman yang menghasilkan senyawa alelopati.

5. Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelopati dengan mengeluarkannya dari dalam jaringan tubuh kepada bagian luar tubuh tumbuhan

6. Perlakuan yang diberikan pada praktikum diantaranya adalah ekstrak alang-alang, ekstrak teki, ekstrak bandotan.

7. Pada perlakuan yang dilakukan, tingkat pertumbuhan kacang hijau pada P1 (alang- alang) memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. R., Suzanna. E., & Yarmadi. 2013. Uji Vigor Gulma Echinochloa Cruss-Gally Terhadap Berbagai Alelopati Tumbuhan. JURNAL AGROQUA, 11(1):1-4.

Arie. I. Z., Prasetyo. J., & Efri. 2015. Pengaruh Ekstrak Alang-Alang, Babadotan Dan Teki Terhadap Penyakit Antraknosa Pada Buah Pisang Kultivar Cavendish. J.

Agrotek Tropika, 3(2):251-256.

Gestrinda, 2022. Kompetisi Serapan Nitrogen Tanaman Kakao dan Langsat pada Sistem Agroforetri Sederhana. Universitas Hasanuddin

Hafsah. S., Hasanuddin., Gina. E., & Nura. 2020. Efek Alelopati Teki (Cyperus rotundus) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa). Jurnal Agrista, 24(1): 1-11

Herman, Desnilia, dan Dewi, 2015 . Karakteristik Agronomi 8 Galur Kacang Hijau (Vigna radiata L.)Kampar Generasi Kedua. Universitas Riau

Ismaini. L. 2015. Pengaruh alelopati tumbuhan invasif (Clidemia hirta) terhadap germinasi biji tumbuhan asli (Impatiens platypetala). PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON,1(4):834-837

Kusumawati, 2018 . Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata) Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Nugroho. S. A., Setyoko. U., Fatimah. T., & Novenda. I. L. 2022. Pengaruh Alelopati Tanaman Gamal (Glericida manuculata) Dan Kirinyuh (Eupatorium odoratum) Terhadap Perkecambahan Kacang Hijau (Vigna radiata).

AGROPROSS:180-188.

Miswar dan Irma , 2019 . Ekologi Pendidikan. Universitas Lampung

(25)

18

Pranasari. R. A., Nurhidayati. T., & Purwani. K. I. 2012. Persaingan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) Pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). JURNAL SAINS DAN SENI ITS, 1(1):54-57

Yanti. M., Indriyanto., & Duryat. 2016. Pengaruh Zat Alelopati Dari Alang-Alang Terhadap Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia. Jurnal Sylva Lestari ,4(2):27-38

(26)

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengamatan Kelompok Data Tinggi Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (cm) Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 24,5 25,75 22,75 21.5 23,55 118,05 23,61

P1 25,05 22,75 25,75 22,15 3,7 99,4 19,88

P2 24,5 26,25 21,5 20,55 15,95 108,75 21,57 P3 23,8 21,5 22,25 22,25 23,95 113,75 22,75 Rataan 24,46 24,06 23,06 21,61 16,77 109,51 21,90 Data Jumlah Daun

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Jumlah Daun

Tabel 2. Data Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Jumlah Daun (helai)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 0 0 0 0 0 0 0

P1 0 0 0 0 0 0 0

P2 0 0 0 0 0 0 0

P3 0 0 0 0 0 0 0

Rataan 0 0 0 0 0 0 0

Data Diameter Batang

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

(27)

19

Parameter Pengamatan : Diameter Batang

Tabel 3. Data Diameter Batang Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Diameter Batang (cm)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 1,15 1,59 1,3 1,02 1,27 6,33 1,26

P1 1,25 0,94 1,26 1 1,07 5,52 1,10

P2 1 1,16 1,45 1,25 1,06 5,92 1,18

P3 1,2 1,56 1,32 1,95 1,1 7,13 1,42

Rataan 1,15 1,31 1,33 1,30 1,12 6,21 1,24

Data Bobot Basah Akar Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Bobot Segar Akar (gr)

Tabel 4. Data Bobot Segar Akar Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Bobot Basah Akar (gram)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 0,18 0,19 0,15 0,04 0,14 0,7 0,14

P1 0,12 0,17 0,17 0,55 0,16 1,17 0,23

P2 0,19 0,05 0,16 0,17 0,14 0,71 0,142

P3 0,14 0,06 0,09 0,28 0,13 0,7 0,14

Rataan 0,15 0,11 0,14 0,26 0,14 0,8 0,16

Data Bobot Basah Tajuk Tanaman

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Tanggal Tanam : 25 Oktober 2023

Parameter Pengamatan : Bobot Segar Tajuk (gr)

Tabel 5. Data Bobot Segar Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Perlakuan Bobot Basah Tajuk (gram)

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

(28)

20

P0 0,38 0,49 0,37 0,20 0,26 1,7 0,34

P1 0,4 0,27 0,47 0,29 0,25 1,68 0,336

P2 0,28 0,19 0,23 0,23 0,16 1,09 0,218

P3 0,36 0,26 0,29 0,31 0,25 1,47 0,294

Rataan 0,35 0,30 0,34 0,25 0,23 1,47 0,294

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Lampiran 1. Pengekstrakan Alelopati

Lampiran 2. Penanaman biji kacang hijau

(29)

21

Lampiran 3. Penyiraman ekstrak allelopati

Lampiran 4. Pemeliharaan tanaman (menyiram)

(Penjarangan)

(30)

22

Lampiran 5. Pengamatan MST 1

Lampiran 6. Pengamatan MST 2

Lampiran 7. Pemanenan

(31)

23

Lampiran 8. Penimbangan bobot segar tajuk

Lampiran 9. Penimbangan bobot segar akar

Gambar

Tabel 1  Tabel 2  Tabel 3  Tabel 4  Tabel 5
Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (cm)  Perlakuan  Tinggi Tanaman (cm)
Tabel 2. Data Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)  Perlakuan  Jumlah Daun (helai)
Tabel 4. Data Bobot Segar Akar Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)  Perlakuan  Bobot Basah Akar (gram)
+6

Referensi

Dokumen terkait

2.5 Khảo sát các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase Các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase của các chủng vi nấm nghiên cứu được khảo sát theo

[r]