PENGARUH AROMATERAPI LEMON DALAM MENINGKATKAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA MADRASAH ALIYAH BANJARMASIN
(The Effect Of Lemon Aromatherapy In Improving The Quality Of Sleep Students Madrasah Aliyah Banjarmasin)
(Submited : 27 Agustus 2023 , Accepted : 30 September 2023)
Dewi Nurhanifah1, Imam Muttaqin2, Ida Sa’diatul Hayati3
1,2 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
3 RSUD Dr.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin Email : [email protected]
ABSTRAK
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Seseorang membutuhkan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara optimal. Remaja merupakan tahap dimana seseorang sedang mancari jati dirinya dan proses berkembang menuju dewasa wajib bagi remaja untuk memperhatikan kualitas tidurnya. Lemon adalah tanaman dari keluarga Rutaceae. Efek menenangkan lemon dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan, menjaga kualitas tidur tetap terkendali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lemon dalam meningkatan kualitas tidur pada siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Banjarmasin. Desain penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan pendekatan One Group Pra-Post Test Design. Sampel yang diambil pada penelitian ini berjumlah 273 siswa.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner kualias tidur. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir seluruh siswa mengalami gangguan tidur sebanyak 28 orang (93,3%). Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value 0,000 < 0,05. Kesimpulan penelitian ada pengaruh yang sangat signifikan pengaruh aromaterapi lemon dalam meningkatkan kualitas tidur siswa Madrasah Aliyah Banjarmasin.
Kata kunci: Aromaterapi Lemon, Kualitas Tidur, Remaja ABSTRACT
Sleep is a basic human need that must be met every day. A person needs enough sleep so that the body can function optimally. Adolescence is a stage where a person is looking for his identity and the process of developing towards adulthood is mandatory for adolescents to pay attention to the quality of their sleep. Lemon is a plant from the Rutaceae family. The calming effect of lemon can reduce pain and anxiety, keeping sleep quality under control. The purpose of this study was to determine the effect of lemon aromatherapy in improving sleep quality in students of Madrasah Aliyah Negeri 3 Banjarmasin. The research design used the Pre-Experimental method with the One Group Pre-Post Test Design approach. The samples taken in this study were 273 students. Data analysis used the Wilcoxon Signed Ranks Test. The research tool used is a sleep quality questionnaire. The results of this study found that almost all students experienced sleep disturbances as many as 28 people (93.3%). The results showed that the p-value was 0.000 <0.05. The conclusion of the study is that there is a very significant effect of lemon aromatherapy in improving the sleep quality students of Madrasah Aliyah Banjarmasin.
Keywords: Lemon Aromatherapy, Sleep Quality, Adolescents
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak kearah masa dewasa dengan mencakup semua perkembangan yang berhubungan pada persiapan menuju masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikologis dan psikososial.
Pada masa pubertas, sangat penting baginya untuk selalu meningkatkan kualitas tubuhnya, baik secara psikologis maupun sosial, termasuk kebutuhan istirahat (Risdiana & Rozy, 2019). Remaja merupakan sebuah perkembangan pada seseorang dimulai dari usia 10-19 tahun yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan ukuran pada beberapa organ tubuh, dan berubahnya pola pikir serta kebiasaan hidup sehari- hari. Secara psikologis, remaja merupakan fase perubahan usia seseorang menjadi lebih dewasa.
Ditandai dengan dirinya yang mulai merasa sama dengan orang-orang disekelilingnya meskipun orang tersebut lebih tua darinya.
Tidur adalah keadaan perilaku individu yang relatif tenang yang terkait dengan ambang rangsangan yang tinggi terhadap rangsangan eksternal, yang merupakan siklus eksternal berulang, masing-masing mewakili fase aktivitas otak dan tubuh yang berbeda. (Ayu et al., 2021).
Tidur merupakan tahapan penting yang harus dilakukan tubuh agar pola pikir remaja tumbuh dan berkembang. Kualitas tidur yang buruk mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan gangguan kesehatan. Tidur anak muda memiliki pola tersendiri yang berbeda dengan tidur anak- anak, orang dewasa dan orang tua. Ini karena beberapa berada di akhir masa pubertas, yang dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.
Remaja lebih sering tidur di malam hari dan bangun pagi untuk memenuhi kewajiban belajarnya, sehingga remaja sering merasa terlalu mengantuk dan lelah di siang hari (Eliza & Amalia, 2022).
Istirahat sangat diperlukan bagi seseorang, seperti halnya tidur. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap harinya.
Di mana ada keadaan aktif dan proses yang berulang untuk semua orang. Seseorang
membutuhkan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara optimal. Waktu tidur yang dianjurkan dan baik untuk orang dewasa atau remaja adalah sekitar 7-8 jam sehari, tidak seperti pada fase saat sakit. Tidur memiliki begitu banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, tidak hanya bagi orang yang tidur hanya beberapa jam dan sering terbangun empat kali lebih mungkin terkena serangan jantung. Hal ini dikarenakan jantung bekerja lebih keras saat seseorang mengantuk karena dapat membuat jantung bekerja lebih keras saat seseorang mengantuk (Risdiana & Rozy, 2019).
Menurut penelitian Ardiani 2021, kondisi yang disebut kualitas tidur yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mempertahankan tahapan siklus tidurnya dan mampu menghindari gangguan dari luar sehingga orang tersebut tidak mudah merasakan kantuk yang berlebihan dan terus menerus, sakit kepala, menguap, mata sembab atau gelisah. Sebuah studi epidemiologi Eropa yang besar melaporkan bahwa sekitar 30%
anak usia 15-18 tahun mengeluhkan
setidaknya satu gangguan tidur, 20% mengantuk di siang hari, 12% gangguan tidur, 13,8% tidur gelisah dan 9,25% mengalami kesulitan mempertahankan ritme tidur.
Menurut WHO tahun 2011 di Amerika terdapat 30-50 juta penduduk remaja mengalami gangguan tidur yaitu 5%-10%. Pada survey yang dilakukan di Singapura menyatakan bahwa 8%-10% remaja mengalami gangguan tidur. Di Indonesia dari 28,053 juta jiwa yang mengalarni gangguan tidur sekitar 11,7% dan 10% dari golongan remaja (Sofiah et al., 2020).
Menurut Nuraini dan kawan-kawan di Indonesia penelitian epidemiolog mengenai gangguan tidur sangat jarang dan dilaporkan prevalensi gangguan tidur pada remaja di Indonesia adalah 38% untuk remaja daerah urban dan 37,7% didaerah suburban.
Di Kalimantan Selatan, 8,2% anak muda mengalami gangguan tidur (BKKBN, 2011).
Kebanyakan orang mengalami penyakit insomnia (80%) dan hipersomnia (15%). Sulit tidur, sering
terbangun di malam hari, dan sulit tidur kembali
serta bangun di pagi hari tanpa energi adalah gejala klasik insomnia (Pinalosa et al., 2018).
Kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan masalah kesehatan, terutama penyakit jantung, perlahan merusak fungsi jantung dan bahkan tidak mengesampingkan kemungkinan henti jantung mendadak karena ketidakseimbangan sistem saraf otonom, yang lebih dominan pada modulasi simpatik daripada parasimpatis. (Ardiani, 2021).
Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada remaja dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal atau faktor eksternal yang dipengaruhi oleh remaja atau lingkungan sekitarnya. Kualitas tidur dipengaruhi oleh faktor internal seperti penyakit, gangguan emosi, usia. Faktor lain juga mempengaruhi kualitas tidur, seperti penggunaan tembakau, kafein, alkohol dan obat-obatan. Faktor- faktor tersebut adalah pengaruh lingkungan dan keadaan psikologis seseorang. Faktanya, sebagian besar remaja mengalami kualitas tidur yang buruk karena stres atau kecemasan yang berlebihan.
Dengan memanfaatkan terapi Nonfarmakologi yang dilakukan dengan relaksasi inhalasi, terapi yang digunakan adalah aromaterapi merupakan salah satu bentuk terapi komplementer yang menggunakan minyak esensial yang berasal dari minyak tumbuhan yang mudah menguap, atau biasa disebut minyak atsiri. beberapa contoh aromaterapi antara lain, Eucacalyptus, Geranium, Clary Sage, Lavender, Lemon, Peppermint, Rosemary, Chamomile, tea tree, ylang ilang dsb (Suratih et al., 2020).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai aromaterapi untuk mengurangi kecemasan dan gangguan tidur adalah lemon. Lemon balm atau lemon jeuk terutama mengandung asam rosmarinic, yang digunakan untuk mengatasi kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma lemon digunakan untuk mengatasi kecemasan, depresi dan gangguan tidur serta dapat meningkatkan energi dan menjaga kesehatan tubuh. (Lutfian et al., 2022).
Lemon (Citrus limon) adalah tanaman dari keluarga Rutaceae. Buah jeruk adalah salah satu sumber minyak atsiri terpenting yang digunakan dalam makanan dan tujuan pengobatan. Efek menenangkan lemon dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan, menjaga tekanan darah tetap terkendali. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur pada mereka yang bernafas lebih baik dan menjaga kondisi tidur (Kartika & Setiawati, 2022).
Aroma lemon memiliki kemiripan dengan lavender yakni mengandung linalyl atau linalool ester yang berguna sebagai efek penenang, memberikan efek rileks pada sistem syaraf pusat dengan menstimulsi saraf olfaktori, aromaterapi mengandung linalool yang berfungsi sebagai efek sedative, sehingga ketika seseorang menghirup aromaterapi maka aroma yang dikeluarkan menstimulasi reseptor silia saraf olfactorius yang berada di epitel olfactory untuk meneruskan aroma tersebut ke bulbus olfactorius melalui saraf olfactorius. Bulbus olfactorius berhubungan dengan sistem limbik. Sistem limbik menerima semua informasi dari sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem penciuman (Ratu et al., 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara bahwa rata-rata siswa dapat tidur pada malam hari diatas jam 12 malam, kebanyakan dari mereka melakukan aktivitas seperti, bermain game, menonton film yang membuat mereka larut sampai tengah malam. Sehingga rata-rata dari mereka dapat tidur malam hanya 5 jam saja belum termasuk gangguan eksternal seperti mimpi buruk, ingin kekamar mandi, dan gangguan kebisingan, membuat mereka merasa tidak segar saat bangun pagi. Apalagi mereka harus berangkat sekolah pukul 07.30.
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Pre Eksperimental dengan pendekatan One Group Pra- Post Test Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode Non probability sampling, sampel peserta atau kasus representatif, atau acak,
tetapi diperlukan alasan yang jelas untuk
memasukkan beberapa kasus atau individu daripada yang lain. Kuota sampling adalah teknik non random sampling dimana partisipan dipilih berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel penelitian ini sebagian dari populasi yang diambil dapat mewakili selulruh populasi dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat
Tabel 1 Analisa Univariat
Sumber: Pengolahan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa kualitas tidur sebelum intervensi yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 28 responden (93,3%), sedangkan pada kualitas tidur setelah intervensi yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 14 responden (46,7%) dan sebanyak 16 responden (53,3%) mengalami kualitas tidur baik.
2. Analisis Bivariat Tabel 2 Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa nilai positif 0, hal ini berarti tidak terdapat responden yang mengalami penurunan nilai rata- rata sedangkan nilai negatif 14 yang artinya 14 responden mengalami penurunan nilai rata-rata setelah diberikan aromaterapi, sedangkan nilai ties adalah nilai rata-rata sama pre dan post, selain itu didapatkan nilai Sig. sebesar 0.000 < 0.05, artinya
terdapat pengaruh yang sangat bermakna bahwa rata-rata kualitas tidur siswa Madrasah Aliyah Banjarmasin sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon berbeda. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aromaterapi lemon sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur siswa Madrasah Aliyah Banjarmasin.
3. Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah diberikan Aromaterapi Lemon
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh informasi bahwa kualitas tidur sebelum intervensi yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 28 responden (93,3%), sedangkan pada kualitas tidur setelah intervensi yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 14 responden (46,7%) dan sebanyak 16 responden (53,3%) mengalami kualitas tidur baik.
Dari total responden yang diteliti sebanyak 28 siswa yang mengalami kualitas tidur yang buruk hal ini dibuktikan pada latensi tidur atau lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur, kebanyakan siswa tidak mampu tidur dalam waktu 15 menit dalam beberapa kali seminggu dan mereka larut dari batas waktu tidur normal, sehingga mereka hanya mampu memenuhi waktu tidurnya kurang dari 5 jam.
Banyak faktor yang menentukan kualitas tidur pada fase remaja sehingga mengalami perubahan pola tidur, beberapa di antaranya adalah usia dan jenis kelamin. Faktor pertama adalah usia, Kebanyakan siswa pada umur 16 tahun keatas sekarang ini menggunakan waktu yang seharusnya untuk tidur mereka habiskan dengan melakukan aktivitas media sosial, bermain game hingga larut malam yang harusnya tidur pada jam 10 malam sedangkan mereka tidur jam 12 keatas.
Salah satu aktivitas adalah penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial ini memiliki dampak yang positif dan negatif bagi remaja.
Dampak positif penggunaan media sosial bagi remaja adalah terpenuhi kebutuhan informasi yang baru, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya adalah terganggunya pola tidur (Hepilita & Gantas, 2018).
Variabel Kategori Sebelum Sesudah
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kualitas
Tidur
Baik 2 6,7% 16 53.3%
Buruk 28 93,3% 14 46.7%
Total 30 100% 30 100%
Variabel
Terikat Negatif
Ranks Positif
Ranks Ties P. value
Kualitas Tidur 0.000***
Sebelum- Sesudah
14 0 16
Faktor yang kedua adalah jenis kelamin. Jenis
kelamin juga berpengaruh dalam kualitas tidur remaja. Mayoritas yang mengalami gangguan tidur adalah perempuan dengan rata-rata tidur diatas jam 12 malam. gangguan tidur pada perempuan yaitu faktor hormonal, sindroma nyeri, dan masalah psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada perempuan. Perempuan dua kali lebih sering mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki karena hormon seks menyebabkan gangguan tidur pada wanita yang memberikan efek langsung dan tidak langsung pada proses tidur dan suasana hati (mood) dan keadaan emosional. Perasaan perempuan cenderung lebih sensitif dibandingkan laki- laki, perempuan menggunakan perasaan untuk dapat mengekspresikan sesuatu yang mengakibatkan perempuan lebih sering merasa takut dan gelisah (Firda Seftiana KrismiatI, 2021)
4. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Kualitas Tidur Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 3 Banjarmasin dengan Gangguan Tidur
Berdasarkan tabel diatas 4.10 pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap kualitas tidur siswa didapatkan nilai Sig 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kuat terhadap perubahan kualitas tidur siswa Madrasah Aliyah Banjarmasin. Hal ini dibuktikan bahwa sebelumnya dilakukan intervensi aromaterapi lemon menujukkan hasil negatif ranks sebanyak 14 orang yang artinya bahwa siswa tersebut mengalami penurunan nilai pada hasil perhitungan kuisioner. Dikatakan negatif ranks jika nilai kualitas tidurnya turun atau lebih rendah daripada nilai pre mereka maka dapat dikatakan nilai kualitas tidur semakin baik. Ditunjukkan dengan nilai latensi tidur rata-rata siswa tidak dapat tidur dalam 30 menit setelah diberikan aromaterapi mereka dapat tidur dengan rata-rata 15 menit.
Kemudian pada durasi tidur biasanya hanya dapat tidur sekitar 5 jam dan setelah diberikan aromaterapi lemon dalam 1 minggu durasi tidur mereka menjadi 6-7 jam. Sedangkan 16 orang yang nilainya masih sama dengan nilai pre mereka mungkin saat peneliti menjelaskan tata cara tujuan dan pengaruhnya responden kurang
memperhatikan dan saat menggunakannya dirumah pun mereka tidak tepat waktu atau jam yang seharusnya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aromaterapi lemon sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur siswa Madrasah Aliyah Banjarmasin.
Aromaterapi lemon mengandung zat kimia limelone 66-80, geranil asetat, netrol, terpinel 6- 14%, apinene 1- 4% dan mercymel. Serta linalool yang berpotensi untuk menstabilkan sistem saraf pusat sehingga menghasilkan efek ketenangan, dan digunakan sebagai terapi nyeri dan kecemasan. Jeruk lemon mempunyai komposisi utama gula dan asam sitrat. Kandungan jeruk lemon antara lain Flavonoid, limelone, asam folat, tadnin, vitamin (C, A, B1, dan P), dan mineral (Kalium dan magnesium), kulit lemon terdiri dari 2 lapisan bagian luar mengandung minyak essensial (6%) dengan komposisi limeone (90%), citra (5%), dan sejumlah kecil citronelal, aphaterpineol, linaly, dan geraly acetate. Bagian dalam tidak mengandung minyak essensial (Meinika, 2021).
Hasil ini membuktikan aromaterapi lavender memberikan efek sedative, menenangkan serta memberikan efek relaksasi yang dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang. Mekanisme dari aromaterapi ini berawal dari aromaterapi yang mengandung zat aktif linalool asetat dihirup melalui hidung dan berhubungan dengan silia menjadi impuls listrik yang melewati bulbus olfactorius dan tractus olfactorius hingga mencapai sistem limbik di hipothal amus mengakibatkan meningkatnya gamma aminobutyric acid dan neuron di amigdala dan hippocampus terhambat yang akan menimbulkan efek rileks, rasa tenang, dan menurunkan kecemasan dan dapat meningkatkan kualitas tidur (Firda Seftiana KrismiatI, 2021).
Kesimpulan
1) Sebelum diberikan aromaterapi lemon seluruh responden mengalami kualitas tidur buruk.
2) Setelah intervensi sebanyak 16 responden (53,3%) mengalami kualitas tidur baik.
3) Terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian aromaterapi lemon pada siswa Madrasah Banjarmasin sesudah diberikan aromaterapi lemon.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiani, N. K. N., & Subrata, I. M. (2021). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Yang Mengonsumsi Kopi Di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Archive of Community Health, 8(2), 372.
https://doi.org/10.24843/ach.2021.v08.i02.p12 Ayu, I., Sri, K., Prodi, W., & Keperawatan, D.
(2021). Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Anak. Repository.Unmul.Ac.Id.
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle /123456789/27502/Modul Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada anak.pdf?sequence=1 Eliza, N. A. A., & Amalia, N. (2022). Pengetahuan
Insomnia pada Remaja Selama Covid 19.
Borneo Student Research, 3(2), 1941–1946.
Firda Seftiana KrismiatI. (2021). Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan. 3(2), 6.
Hepilita, Y., & Gantas, A. A. (2018). Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Gangguan Pola Tidur pada Anak Usia 12 sampai 14 Tahun di SMP Negeri 1 Langke Rembong. Jurnal Wawasan Kesehatan, 3(2), 78–87.
Kartika, J., & Setiawati, S. (2022). Pengaruh Pemberian Aromatherapy Citrus Lemon Terhadap Insomnia Pada Ibu Hamil Trimester Iii. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan,
13(1), 294.
https://doi.org/10.26751/jikk.v13i1.1278 Lutfian, L., Rizanti, A. P., & Chandra, I. N. (2022).
Efektivitas Aromatherapy Lemon Balm dan Terapi Musik untuk Mengatasi Ansietas Pasien COVID-19. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 15(1), 2022.
Meinika, H. (2021). Perbedaan Pemberian Aromaterapi Lemon Dan Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) Pada Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu Tahun 2021. XIII+55.
Pinalosa, L., Dhawo, M. S., & Sapariah, A. (2018).
Perbandingan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI sma negeri dengan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI sma swasta. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1–17.
https://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.ph p/jksi/article/view/110
Ratu, P., Nur, R., & Kartina, I. (2017). Pengaruh Aromaterapi Lemon Terhadap Kualitas Ibu Hamil Dengan Hipertensi Di Rw 31 Kelurahan Mojosongo Wilayah Kerja Puskesmas Sibela Mahasiswa program studi sarjana keperawatan STIkes Kusuma Husada Surakarta Dosen program studi sarjana keperawatan STIk. Jurnal Kesehatan.
http://digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/44/01-gdl- ponsianusr-2196-1-naskapu-i.pdf
Risdiana, N., & Rozy, M. F. (2019). Hubungan antara Gangguan Pola Tidur dengan Keseimbangan Sistem Saraf Otonom pada Usia Dewasa Muda. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 19(1), 1–6.
https://doi.org/10.18196/mm.190120
Sofiah, S., Rachmawati, K., & Setiawan, H. (2020).
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Santriwati Pondok Pesantren Darul Hijrah Puteri. Dunia Keperawatan:
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 8(1), 59.
https://doi.org/10.20527/dk.v8i1.7255
Suratih, K., Setyadien, R., Mulyaningsih, M., &
Cahyanto, E. B. (2020). Pemberian Aromatherapy untuk Meningkatkan Kualitas Tidur pada Pasien HIV/AIDS di RSUD dr.
MOEWARDI. Jurnal Smart Keperawatan,
7(1), 22.
https://doi.org/10.34310/jskp.v7i1.310