• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aspek Pembentuk Kualitas Taman Kota Terhadap Kejadian Banjir di Kota Balikpapan - Repository ITK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Aspek Pembentuk Kualitas Taman Kota Terhadap Kejadian Banjir di Kota Balikpapan - Repository ITK"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir

Banjir merupakan genangan air yang terjadi di lahan kering karena debit/volume air yang mengalir melebihi kapasitas pengalirannya (Rosyidie, 2013). Pengertian lain dari banjir adalah saat dimana volume air meningkat di dalam saluran dan melampaui kapasitas daya tampungnya (Adi, 2013). Banjir dapat terjadi karena pengaruh dari kondisi topografi, geologi, vegetasi, iklim, kondisi prasarana drainase dan penggunaan lahan yang mengalami perubahan akibat dari aktivitas dan pertumbuhan jumlah penduduk di suatu wilayah (AS, 2015). Kejadian banjir ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara sistem lingkungan saat mengalirkan air di permukaan, biasanya dipengaruhi oleh debit air yang jauh lebih besar dari kapasitas dan kondisi tampung di suatu daerah (AS, 2015). Banjir dapat diketahui dari ketinggian airnya, jika melebihi debit normal dan melampaui kapasitas tampung, tentunya air akan menggenangi permukaan tanah (Paimin, Sukresno and Purwanto, 2010).

Menurut Kodoatie, Sjarief, (2013), musim dapat mempengaruhi terjadinya banjir.

Banjir dapat terjadi di daerah yang tidak terakumulasi dan disebabkan karena tidak tertampungnya debit banjir oleh sungai hingga terjadi limpasan di suatu daerah. Peristiwa banjir ini dapat mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan serta memungkinkan terjadinya kontaminasi pada sumber daya air (Findayani, 2018). Selain itu, dapat merusak bangunan di daerah yang tergenang (Findayani, 2018). Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa banjir merupakan sebuah kejadian yang terjadi karena air jatuh ke permukaan tanah tidak tertampung atau teraliri pada saluran drainase dan tidak terserap ke dalam tanah. Sehingga timbullah genangan yang menutupi permukaan tanah dan berdampak pada lingkungan. dari pembahasan tersebut pun diperoleh variabel terkait banjir, yaitu intensitas curah hujan, debit/volume air dan saluran drainase.

Tabel 2. 1 Komparasi Teori Terkait Banjir

No. Sumber Teori Teori

1. AS, 2015

Kondisi topografi, geologi, vegetasi, iklim, kondisi prasarana drainase dan perubahan penggunaan lahan akibat dari aktivitas dan pertumbuhan jumlah penduduk di suatu

(2)

11

No. Sumber Teori Teori

wilayah dapat berpengaruh terhadap kejadian banjir

2. Kodoatie dan Sjarief, 2013

Banjir terjadi di daerah yang tidak terakumulasi dan tidak tertampungnya debit banjir oleh sungai hingga terjadi limpasan di suatu daerah.

3. Findayani, 2018

Peristiwa banjir mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan serta memungkinkan terjadinya kontaminasi pada sumber daya air dan merusak bangunan.

4. Rosyidie, 2013 Genangan air yang menggenangi lahan kering karena terjadi luapan volume air dari kapasitasnya adalah banjir

5. Adi, 2013 Banjir terjadi karena peningkatan volume air di saluran dan tidak dapat melebihi daya tampungnya

6. Paimin, Sukresno and Purwanto, 2010

Banjir dapat diketahui dari ketinggian air, jika melebihi debit normal dan melampaui kapasitas tampung, tentunya air akan menggenangi permukaan tanah

*) Hasil Pustaka, 2021

2.1.1 Penyebab Banjir

Banjir dapat menjadi sebuah ancaman yang menghambat aktivitas masyarakat dan resiko dari hal tersebut dapat meningkat karena tingginya tingkat pembangungan di wilayah dataran (Sagala et al., 2012; Sakijege, 2013). Selain itu, tata guna lahan yang berubah fungsi menjadi kawasan terbangun juga akan menjadi faktor tingginya resiko banjir karena terjadi perubahan karakteristik aliran dan jalur drainase untuk mengalirkan air (Cahyadi, Ayuningtyas and Prabawa, 2013; Cahyadi et al., 2015). Faktor lainnya adalah perubahan iklim yang terjadi sangat cepat dan ekstrem menyebabkan perubahan frekuensi curah hujan (Dibyosaputro et al., 2016).

Menurut Sudirman et al., (2014), faktor yang berpengaruh terhadap kejadian banjr antara lain adalah tutupan lahan, kontur, jenis tanah, kemiringan lereng, curah hujan, pasang surut air laut, kenaikan muka air laut, banjir kiriman dan penurunan muka tanah. Untuk wilayah perkotaan sendiri, keberadaan ruang terbuka hijau dan taman kota masih memiliki luasan di bawah ideal karena terdesak oleh permukiman dan penggunaan lahan lainnya yang memberikan keuntungan ekonomi tinggi. Karena hal tersebut terjadi penurunan tingkat

(3)

12

penyerapan air dalam tanah di kawasan perkotaan, tetapi kecepatan dan debit aliran permukaan air terus meningkat (Rosyidie, 2013).

Tabel 2. 2 Komparasi Teori Terkait Penyebab Banjir

No. Sumber Teori Teori

1. Sagala et al., 2012;

Sakijege, 2013

Penyebab banjir adalah tingginya tingkat pembangunan pada wilayah dataran

2.

Cahyadi, Ayuningtyas and Prabawa, 2013; Cahyadi et al., 2015

Berubahnya fungsi lahan menjadi lahan terbangun akan meningkatkan resiko banjir karena terjadi perubahan karakteristik aliran air dan jalur drainase sebagai saluran pengaliran

3. Dibyosaputro et al., 2016 Perubahan iklim yang terjadi sangat cepat dan ekstrem menyebabkan perubahan frekuensi curah hujan

4. Sudirman et al., (2014)

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian banjr antara lain adalah tutupan lahan, kontur, jenis tanah, kemiringan lereng, curah hujan, pasang surut air laut, kenaikan muka air laut, banjir kiriman dan penurunan muka tanah

5. Rosyidie, 2013

Keberadaan ruang terbuka hijau dan taman kota memiliki luasan di bawah ideal karena terdesak oleh permukiman dan penggunaan lahan lainnya yang memberikan keuntungan ekonomi tinggi. Karena hal tersebut maka tingkat penyerapan air ke dalam tanah menurun, tetapi kecepatan dan debit air terus meningkat

*) Hasil Pustaka, 2021

Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan ekonomi perkotaan banyak terjadi perubahan pada guna lahan yang akhirnya menyebabkan banjir. Sehingga berkurangnya daerah resapan air dan menyebabkan air menggenangi permukaan. Selain itu, penurunan muka tanah, tutupan lahan, jenis tanah, kontur dan curah hujan dapat menjadi variabel penyebab terjadinya banjir.

2.1.2 Parameter Genangan/Banjir

Genangan air atau banjir yang terjadi tentu akan merusak infrastruktur dan mengganggu aktivitas masyarakat. Untuk mengetahui tingkat parah atau tidaknya suatu genangan, terdapat suatu parameter terkait hal tersebut. Berikut adalah parameter genangan

(4)

13

air berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan sebagai berikut.

Tabel 2. 3 Kriteria Parameter Genangan/Banjir

No. Parameter Genangan Nilai Persentase Nilai

1.

Tinggi genangan - > 0,50 m

- 0,30 m – 0,50 m - 0,20 m - < 0,30 m - 0,10 m - < 0,20 m - < 0,10 m

35

100 75 50 25 0

2.

Luas genangan - > 8 ha

- 4 – 8 ha - 2 - < 4 ha - 1 - < 2 ha - < 1 ha

25

100 75 50 25 0

3.

Lamanya genangan - > 8 jam

- 4 – 8 jam - 2 - < 4 jam - 1 – 2 jam - < 1 jam

20

100 75 50 25 0

4.

Frekuensi genangan

- Sangat sering (10 kali/tahun) - Sering (6 kali/tahun)

- Kurang sering (3 kali/tahun) - Jarang (1 kali/tahun)

- Tidak pernah

20

100 75 50 25 0

*) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2014

2.2 Taman Kota

Daerah hijau dengan bentuk memanjang ataupun mengelompok seperti taman dan hutan kota, jalur hijau ditepi dan tengah jalan, bantaran di tepi sungai ataupun tepi jalur

(5)

14

kereta, perkarangan bangunan dengan GSB dan KDB merupakan pengertian dari ruang terbuka hijau (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2008). Menurut Zulkifli, (2014), bagian dari ruang terbuka hijau yang ditumbuhi oleh bermacam vegetasi untuk memberikan manfaat langsung dan tidak langsung dari segi keamanan, kenyamanan, kesegaran, kesejahteraan dan keindahan di wilayah perkotaan merupakan taman perkotaan.

Selain itu, Menurut Novianty, Neolaka and Rahmayanti, (2012), salah satu bagian dari penataan ruang perkotaan berfungsi sebagai kawasan lindung, taman dan hutan kota, tempat rekreasi dan kegiatan olahraga serta kawasan hijau pekarangan. Dimana, lahan hijau tersebut mengandung unsur dan struktur alami guna mendukung proses ekologis untuk mengendalikan pencemaran udara yang terjadi, ameliorasi iklim, mengendalikan tata air dan sebagainya (Joga dan Ismaun, 2011). Keberadaan taman di wilayah perkotaan memiliki tujuan sebagai berikut (Samsudi, 2010).

1. Mendukung peningkatan kualitas lingkungan hidup menjadi lebih nyaman, segar, indah dan bersih serta sarana pengaman untuk lingkungan kota.

2. Terciptanya keseimbangan lingkungan alam dan binaan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi untuk RTH adalah 30% dari luas wilayah kota dengan 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Adapun pembagian jenis untuk ruang terbuka hijau publik antara lain (Imansari and Khadiyanta, 2015), yaitu taman dan hutan kota (meliputi taman RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, taman kota dan hutan kota), RTH jalur hijau jalan (meliputi pulau jalan, median jalan, jalur pejalan kaki dan ruang di bawah jalan layang) dan RTH dengan fungsi tertentu (meliputi RTH di sempadan sungai, sempadan pantai, RTH pengamatan sumber air baku atau pun mata air dan RTH berupa pemakaman). Berfokus pada taman kota memiliki beberapa fungsi diantara, yaitu (Budiman, 2010).

1. Fungsi ekologis, untuk memberikan perlindungan kepada manusia dan lingkungan di dalamnya. Dimana fungsi ini memiliki fungsi lainnya seperti

a. Fungsi ontologis, untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah seperti tanah longsor dan menjaga kestabilan tanah.

b. Fungsi hidrologis, yaitu kemampuan untuk menyerap kelebihan air.

c. Fungsi klimatoogis, yaitu berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi iklim.

d. Fungsi edhapis, sebagai penyedia habitat satwa di perkotaan.

(6)

15

e. Fungsi hygienis, untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi manusia.

f. Fungsi kesehatan individu.

2. Fungsi sosial, sebagai sarana terjadinya interaksi sosial antara masyarakat dengan lingkungannya. Dimana fungsi ini juga memiliki fungsi lainnya seperti,

a. Fungsi edukatif, yaitu sebagai tempat memberikan pendidikan dan pengenalan terkait makhluk hidup di sekitarnya.

b. Fungsi interaksi masyarakat, sebagai wadah terjadinya interakti antar masyarakat dengan lingkungannya.

c. Fungsi protektif, sebagai tempat perlindungan untuk penggunanya.

d. Fungsi spiritual, sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan spiritual atau pun merupakan tempat yang dikeramatkan.

3. Fungsi estetis, sebagai komponen keindahan kota. Dimana fungsi ini memiliki fungsi lainnya seperti,

a. Fungsi visual, sebagaid visual dan memberikan kesan estetis perkotaan.

b. Fungsi tabir/screening, sebagai penyaring partikel debu, bau, penghalang angin dan sebagainya.

c. Fungsi identitas kota, sebagai landmark suatu kota.

4. Fungsi ekonomi, sebagai pendukung peningkat harga lahan, efisiensi biaya dalam penanganan bencana dan sebagai opsi mata pencaharian di perkotaan.

Tabel 2. 4 Komparasi Terkait Taman Kota

No. Sumber Teori Teori

1.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2008

Kawasan hijau yang berbentuk taman dan hutan kota, jalur hijau ditepi atau pun ditengah jalan, bantaran tepi sungai atau tepi jalur kerta, perkarangan bangunan yang masuk dalam garis sempadan bangunan dan koefisien dasar bangunan

2. Zulkifli, 2014

Ruang yang ditumbuhi vegetasi untuk memberikan manfaat langsung dan tidak langsung dari segi keamanan, kenyamanan, kesegaran, kesejahteraan dan keindahan.

3. Samsudi, 2010 Sebagai peningkat kualitas lingkungan hidup perkotaan

(7)

16

No. Sumber Teori Teori

yang nyaman, segar, indah, bersih dan sarana pengaman lingkungan. Penyeimbang lingkungan alam dan binaan untuk kepentingan masyarakat.

4. Novianty, Neolaka and Rahmayanti, (2012)

Bagian dari penataan ruang kota yang memiliki fungsi sebagai kawasan lindung dan hijau kota seperti hutan kota, tempat rekreasi dan olahraga serta kawasan hijau pekarangan.

5. Joga dan Ismaun, 2011

Lahan dengan unsur dan struktur alami untuk menjalankan proses ekologis untuk mengendalkani pencemaran udara dan tata air, ameliorasi iklim dan sebagainya.

6. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007

Ruang terbuka hijau memiliki proporsi 30% dari luas wilayah kota dengan 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat.

7. Imansari and Khadiyanta, 2015

Adapun pembagian jenis untuk ruang terbuka publik antara lain, yaitu

- taman dan hutan kota (meliputi taman RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, taman kota dan hutan kota) - jalur hijau jalan (meliputi pulau jalan, median jalan, jalur pejalan kaki dan ruang di bawah jalan layang) - fungsi tertentu (meliputi sempadan sungai, sempadan pantai, pengamatan sumber air baku atau pun mata air dan berupa pemakaman)

8. Budiman, 2010

Fungsi taman kota, yaitu - Fungsi ekologis

- Fungsi sosial - Fungsi estetis - Fungsi ekonomi

*) Hasil Pustaka, 2021

Dari tabel komparasi teori di atas dapat diketahui bahwa ruang taman kota merupakan sebuah ruang hijau yang memiliki peran penting untuk wilayah perkotaan. Dimana,

(8)

17

keberadaannya memiliki manfaat yang sangat besar seperti pengendali pencemaran udara, pengendali tata air, kawasan hijau kota, rekreasi kota dan lain sebagainya.

2.2.1 Tipologi Taman Kota

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, (2008), taman kota merupakan ruang untuk melayanai penduduk satu kota di bagian wilayah kota. Memiliki standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota dengan luas minimalnya 144.000 m2 untuk melayani 480.000 penduduk. Bentuk dari ruang terbuka hijau ini dapat berupa lapangan hijau dengan fasilitas rekreasi dan olahraga. Dimana luasan minimal untuk ruang terbuka hijaunya adalah 80 % - 90% dan berfungsi untuk umum. Dari sisi vegetasi yang dapat di tanam berupa pohon perdu, pohon tahunan dan semak secara berkelompok atau pun menyebar. Vegetasi ini berguna untuk menciptakan iklim mikro atau pun sebagai pembatas kegiatan yang pemilihannya disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim setempat.

Menurut Irwan (2014), vegetasi/tanaman merupakan unsur utama dalam pembentukan taman kota yang dapat berupa tumbuhan berkayu dan tahunan dengan pepohonan sebagai ciri utama dan tumbuhan lain sebagai pelengkap serta beberapa sarana prasarana sebagai penunjang fungsi taman. Namun, keberadaan vegetasi dan perkerasan sebagai tutupan lahan dari taman juga memiliki kapasitas penyerapan yang berbeda, tergantung pada koefisien run-offnya, dimana jika nilai koefisien alirnya tinggi maka permeabilitasnya rendah (Khairunnisa, 2013). Dalam penelitian Hutauruk, Baharudin and Afif Bizrie Mardhani, (2019), terdapat beberapa kriteria terkait vegetasi sebagai sebagai berikut.

1. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah dan perakaran tidak mengganggu pondasi.

2. Tajuk cukup rindang dan kompak, namun tidak menyebabkan kesan gelap.

3. Ketinggian dan warna tanaman bervariasi, namun tetap selaras.

4. Merupakan tanaman lokal dan budidaya, tanaman tahunan atau pun musiman.

5. Jarak tanaman setengah rapat.

6. Tahan terhadap hama dan penyakit.

7. Mampu menyerap pencemaran udara.

8. Kecepatan tumbuh sedang.

9. Jenis tumbuhan dapat berupa pohon tahunan, perdu dan semak yang ditanam berkelompok dengan fungsi untuk menciptakan iklim mikro dan pembatas antar kegiatan.

(9)

18

Selain itu, pemanfaatan dari taman kota, perlu didukung dengan sarana prasarana penunjang yang dapat di akses oleh umum. Dalam Permen PU No. 05 Tahun 2008, berikut adalah kelengkapan untuk taman kota, yaitu sebagai berikut.

Tabel 2. 5 Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kota

KDH Fasilitas Vegetasi

70% - 80%

- Lapangan terbuka - 150, semak, pohon sedang dan kecil - Unit lapangan basket (14x26 m) - Perdu

- Unit lapangan volley (15x24 m)

- Penutup tanah - Trek lari (lebar : 7 m; panjang :

400 m) - WC umum - Parkir

- Panggung terbuka - Area bermain anak

- Prasarana tertentu, Kola retensi sebagai pengendali air larian

- Kursi

*) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008

Dari teori - teori di atas selanjutnya akan ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 2. 6 Komparasi Teori Tipologi Taman Kota

No. Sumber Teori Teori

1.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2008

Standar minimal taman kota adalah 0,3 m2 per penduduk kota dengan luas minimalnya 144.000 m2 untuk melayani 480.000 penduduk.

Bentuk dari ruang terbuka hijau dapat berupa lapangan hijau dengan fasilitas rekreasi dan olahraga. Dengan luasan minimal untuk ruang terbuka hijaunya adalah 80

% - 90% dan berfungsi untuk umum. Memiliki jenis vegetasi yang dapat di tanam berupa pohon perdu, pohon tahunan dan semak, ditanam secara berkelompok atau pun menyebar

2. Irwan, (2014) Vegetasi/tanaman merupakan unsur utama dalam pembentukan taman kota yang dapat berupa tumbuhan

(10)

19

No. Sumber Teori Teori

berkayu dan tahunan dengan pepohonan sebagai ciri utama dan tumbuhan lain sebagai pelengkap serta beberapa sarana prasarana sebagai penunjang fungsi taman.

3. Khairunnisa, 2010

Keberadaan vegetasi dan perkerasan sebagai tutupan lahan pada taman juga memiliki kapasitas penyerapan yang berbeda, tergantung pada koefisien run-offnya, dimana jika nilai koefisien run-off tinggi maka permeabilitasnya rendah.

4.

Hutauruk, Baharudin and Afif Bizrie Mardhani, (2019)

Kriteria terkait vegetasi sebagai sebagai berikut.

1. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah dan perakaran tidak mengganggu pondasi.

2. Tajuk cukup rindang dan kompak, namun tidak menyebabkan kesan gelap.

3. Ketinggian dan warna tanaman bervariasi, namun tetap selaras.

4. Merupakan tanaman lokal dan budidaya, tanaman tahunan atau pun musiman.

5. Jarak tanaman setengah rapat.

6. Tahan terhadap hama dan penyakit.

7. Mampu menyerap pencemaran udara.

8. Kecepatan tumbuh sedang.

9. Jenis vegetasi dapat berupa pohon tahunan, perdu dan semak yang ditanam berkelompok dengan fungsi untuk menciptakan iklim mikro dan pembatas antar kegiatan.

*) Hasil Pustaka, 2021

2.2.2 Aspek Pembentuk Kualitas Taman Kota

Ciri dari kualitas dari taman kota ditentukan oleh keberadaan pohon, jalur penghubung, tempat duduk, alam dan tidak adanya sampah maupun graffiti (Francis, Gilles-Cortiet al.,

(11)

20

2012). Menurut Ives dan Kendal (2013), setiap orang memiliki pemikiran berbeda tentang hal tersebut yang bergantung pada preferensi lanskap berdasarkan nilainya. Adapun menurut (Azzaki and Suwandono, 2013), beberapa elemen dalam taman seperti lampu penerangan, halte bus, tanda petunjuk, telepon umum, tempat sampah dan vegetasi harus terpenuhi. Selain itu, terdapat pula elemen lanskap yang terdiri dari dua bagian, yaitu keras dan lunak. Dimana elemen keras berupa perkerasan atau bangunan seperti pedestrian atau jalan sirkulasi di taman. Sedangkan elemen lunak berupa vegetasi. Serta elemen penunjang, yaitu tempat duduk, toilet, tempat sampah, papan pengumuman, lampu taman, tempat bermain anak dan patung/landmark (Kustianingrum et al., 2013)

Elemen lunak lainnya yang merupakan vegetasi utama dalam membentuk taman adalah pohon, perdu, semak, tanaman penutup lahan dan rumput. Sedangkan elemen keras berupa tebing buatan, batuan, gazebo, jalan setapak dan lampu (Zahra, 2014). Selain itu, aspek lain yang dapat memberikan pengaruh pada kualitas taman kota adalah keberadaan saluran drainase sebagai saluran menampung dan menyalurkan air. Saluran ini biasa terdapat di sekeliling taman kota atau pun di sekitarnya dengan jarak yang tidak cukup jauh. Aspek ini dianggap berpengaruh karena saat air limpasan atau air hujan tidak dapat terserap karena elemen keras di taman kota, maka air dapat mengalir ke saluran drainase menuju tempat pembuangannya. Namun, jika tidak terdapat saluran drainase atau dalam keadaan buruk serta kapasitasnya tidak mumpuni, dapat menyebabkan genangan di taman kota, (Smaradinda, 2018). Menurut (Lestari and Nurini, 2013), terdapat beberapa kriteria untuk memenuhi kualitas dari suatu taman kota, yaitu

1. Kualitas fungsional. Kualitas ini dapat ditinjau dari tujuan kunjungan, lama kunjungan, kondisi jalur pedestrian dan tempat parkir kendaraan.

2. Kualitas visual. Kualitas ini dapat ditinjau dari pendapat pengunjung terkait kondisi fisik ruang terbuka publik, seperti kondisi vegetasi dan desain.

3. Kualitas lingkungan. Kualitas ini dapat ditinjau dari pendapat pengunjung terkait pengelolaan dan perawatan ruang terbuka publik.

Menurut Pratomo, Soedwiwahjono and Miladan, (2019), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas taman kota, yaitu

1. Faktor kenyaman dalam aspek kebutuhan dapat dilihat dari kualitas tempat duduk, lampu taman dan telepon umum.

2. Faktor kebersihan dapat diidentifikasi dari ada tidaknya tempat pembuangan sampah dan toilet umum.

3. Faktor kesehatan dapat dilihat dari tipe vegetasi yang ada.

(12)

21

4. Faktor keamanan dapat dilihat dari ada tidaknya gazebo serta lampu taman.

5. Faktor kebebasan beraktifitas dapat dilihat dari keberadaan fasilitas bermain.

6. Faktor aksesibilitas dapat diidentifikasi melalui kemudahan untuk mencapai lokasi.

7. Keberagaman aktivitas dapat dilihat dari banyaknya aktivitas yang dapat dilakukan di taman.

8. Faktor makna dapat dilihat dari ketersediaan penanda atau pun penunjuk arah di dalam taman kota.

9. Faktor sosialnya dapat dilihat dari ketersediaan tempat untuk terjadinya interaksi sosial antar pengunjung taman.

Menurut Hariyadi, Widyastuti and Purwohandoyo, (2015), terdapat beberapa indikator yang dapat menjadi tolak ukur terkait kualitas fisik dari taman kota, yaitu ketersediaan dan kondisi fasilitas, ketersediaan dan kondisi vegetasi dan aksesibilitas. Sehingga, kondisi dari kualitas taman kota memiliki hubungan dalam pemanfaatannya dari segi ketersediaan fasilitas dan vegetasi. Hal tersebut sesuai dengan fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi dari taman kota. Menurut Pratomo, Soedwiwahjono and Miladan, (2019), terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kualitas dari taman kota, dimana hal tersebut akan berpengaruh pada persepsi pengunjung, yaitu

1. Pelayanan pengguna (kemampuan taman kota memenuhi kebutuhan pengunjung terkait kenyamanan, kebersihan, kesehatan dan keamanan).

2. Tingkat aktivitas (keberadaan fasilitas bermain dan keberagaman aktifitas).

3. Tingkat kebermaknaan (penunjuk arah dan interaksi sosial).

4. Kemudahan akses (akses menuju taman kota dan keberadaan halte bus serta pedestrian).

Tabel 2. 7 Tabel Komparasi Aspek Kualitas Taman Kota

No. Sumber Teori Teori

1. Francis, Gilles-Cortiet al., 2012

Ciri dari kualitas dari taman kota ditentukan oleh keberadaan pohon, jalur penghubung, tempat duduk, alam dan tidak adanya sampah maupun graffiti.

2. Azzaki and Suwandono, 2013

Elemen yang harus terpenuhi dalam suatu taman seperti lampu penerangan, halte bus, tanda petunjuk, telepon umum, tempat sampah dan vegetasi.

3. Kustianingrum et al., 2013

Elemen lanskap dalam taman kota, yaitu.

1. Elemen keras berupa perkerasan atau bangunan

(13)

22

No. Sumber Teori Teori

seperti pedestrian atau jalan sirkulasi di taman.

2. Elemen lunak berupa tanaman.

3. Elemen penunjang lanskap, yaitu tempat duduk, toilet, tempat sampah, papan pengumuman, lampu taman, tempat bermain anak dan patung/landmark.

4. Zahra, 2014

Elemen lunak lainnya yang merupakan vegetasi utama dalam membentuk taman adalah pohon, perdu, semak, tanaman penutup lahan dan rumput. Sedangkan elemen keras berupa tebing buatan, batuan, gazebo, jalan setapak dan lampu

5. Lestari dan Nurini, 2013

Terdapat beberapa kriteria untuk memenuhi kualitas dari suatu taman kota, yaitu

1. Kualitas fungsional. Kualitas ini dapat ditinjau dari tujuan kunjungan, lama kunjungan, kondisi jalur pedestrian dan tempat parkir kendaraan.

2. Kualitas visual. Kualitas ini dapat ditinjau dari pendapat pengunjung terkait kondisi fisik ruang terbuka publik, seperti kondisi vegetasi dan desain.

3. Kualitas lingkungan. Kualitas ini dapat ditinjau dari pendapat pengunjung terkait pengelolaan dan perawatan ruang terbuka publik.

6. Pratomo, Soediwahjono, Milada, (2019)

1. Faktor kenyaman dalam aspek kebutuhan : kualitas tempat duduk, lampu taman dan telepon umum.

2. Faktor kebersihan : tempat pembuangan sampah dan toilet umum.

3. Faktor kesehatan : tipe vegetasi

4. Faktor keamanan : gazebo serta lampu taman.

5. Faktor kebebasan beraktifitas : keberadaan fasilitas bermain.

6. Faktor aksesibilitas : kemudahan untuk mencapai lokasi

7. Keberagaman aktivitas

(14)

23

No. Sumber Teori Teori

8. Faktor makna : penanda atau pun penunjuk arah 9. Faktor sosialnya : ketersediaan tempat untuk

terjadinya interaksi sosial antar pengunjung taman.

7. Hariyadi, Widyastuti and Purwohandoyo, (2015)

1. Ketersediaan dan kondisi fasilitas 2. Ketersediaan dan kondisi vegetasi 3. Aksesibilitas

8. Pratomo, Soediwahjono, Milada, (2019)

1. Pelayanan pengguna (kenyamanan, kebersihan, kesehatan dan keamanan)

2. Tingkat aktivitas (keberadaan fasilitas bermain dan keberagaman aktifitas)

3. Tingkat kebermaknaan (penunjuk arah dan interaksi sosial)

4. Kemudahan akses (akses menuju taman kota dan keberadaan halte bus serta pedestrian).

*) Hasil Pustaka, 2021

Dari pembahasan di atas terkait kualitas taman kota dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan vegetasi seperti pohon hingga tutupan lahan menjadi faktor penentu untuk mengetahui kualitas ruang terbuka hijau. Selain itu, kelengkapan dari sarana prasarana penunjang dan jenis perkerasan menjadi hal penting untuk meningkatkan kualitas dari taman terkait kenyamanan dan keamanan pengguna.

2.2.5 Karakteristik Taman Kota

Menurut Bachtiar and Kusuma, (2019), karakteristik taman kota dapat dilihat dari kenyaman visual dan termal, suasana taman, atraksi, desain taman, fasilitas dan aksesibilitas.

Beberapa hal yang menjadi salah satu alasan pengunjung untuk pergi ke taman berdasarkan kriteria taman kota adalah dengan melihat kondisi terkait kenyaman, keteduhan, ketersediaan udara yang sejuk, desain taman kota dan jarak menuju ke taman kota (Ivan, 2017). Menurut Hasna, (2017), masing - masing taman kota memiliki karakteristik tersendiri seperti dari segi lokasi dan situasi. Dari segi lokasi meliputi luas taman kota, keberagaman vegetasi dan kelengkapan sarana dan prasarana. Selain itu, menurut (Nursanto, 2011), terdapat empat kriteria yang menentukan kualitas taman kota, yaitu aksesibilitas, keamanan, kenyamanan dan estetika. Sedangkan dari segi situasi meliputi aksesibilitas dan penggunaan lahan di

(15)

24

sekitar taman kota. Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi karakteristik taman kota, yaitu sirkulasi dan tata ruang, fasilitas taman kota, material pembentuk, luas taman dan indentitas taman (Azkia, 2013).

Tabel 2. 8 Komparasi Karakteristik Taman Kota

No. Sumber Teori Teori

1. Bachtiar and Kusuma, (2019) Kenyaman visual dan termal, suasana taman, atraksi, desain taman, fasilitas dan aksesibilitas

2. Iva, (2017)

Kenyaman, keteduhan, ketersediaan udara yang sejuk, desain taman kota dan jarak menuju ke taman kota

3. Hasna, (2017)

- Segi lokasi meliputi luas taman kota, keberagaman vegetasi dan kelengkapan sarana dan prasarana.

- Segi situasi meliputi aksesibilitas dan penggunaan lahan di sekitar taman kota

4. Nursanto, 2011 Empat kriteria kualitas taman kota, yaitu aksesibilitas, keamanan, kenyaman dan estetika.

5. Azkia, (2013)

Sirkulasi dan tata ruang, fasilitas taman kota, material pembentuk, luas taman dan indentitas taman

*) Hasil Pustaka, 2021

2.3 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dalam melakukan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

(16)

25

Tabel 2. 9 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

1.

Syamdermawan and Kurniawan, 2013

Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas

Mengetahui pengaruh ketersediaan ruang terbuka hijau terhadap

kualitas lingkungan pada Kawasan perumahan menengah

atas, Kota Malang

- Luasan RTH - Sebaran RTH - Jenis Vegetasi

1. Analisis Korelasi 2. Analisis Regresi

Hubungan luasan, sebaran dan jenis vegetasi terhadap kualitas udara memiliki

hubungan yang

berkebalikan (-), artinya setiap penambahan luasan sebaran dan jenis vegetasi mengurangi tingkat kebisingan dan kadar CO.

2.

Novianty,

Rahmayanti and Neolaka, 2012

Evaluasi Mengenai Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau di Wilayah DKI Jakarta

- Mengevaluasi ruang terbuka hijau di wilayah DKI Jakarta dari segi kuantitas dan kualitas.

- Jumlah RTH - Jenis RTH - Bentuk RTH - Sebaran RTH

Pendekatan Deskriptif

Keberadaan RTH di DKI Jakarta sebesar 9,12% dan belum memenuhi standar ketersediaan RTH.

Memiliki bentuk dengan luasan yang berbeda - beda. Kondisi dari RTH

yang ada butuh

pengawasan dan

perawatan yang lebih baik - 3. - Hastadita, 2013 - Evaluasi Kualitas - Melakukan - Fasilitas sarana 1. Analisis IPA Kualitas ruang terbuka

(17)

26

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

Ruang Terbuka Publik di Kota Samarinda Terhadap Aktivitas dan Interaksi Sosial Pengunjung

permodelan hubungan kualitas ruang terbuka publik di Kota Samarinda terhadap aktivitas dan interaksi sosial pengunjung

prasarana - Vegetasi - Kenampakan

fisik dan zona aktivitas

- Daya tarik ruang terbuka publik atau kawasan - Karakter

pengguna - Aktivitas dan

interaksi pengguna

2. Analisis Deskriptif Komparatif 3. Analisis SEM

publik di Kota Samarinda dipengaruhi oleh tempat duduk/peristirahatan, vegetasi/peneduh dan zona aktifitas. Dimana pengunjung didominasi oleh remaja dan orang dewasa dengan lama waktu kunjungan yaitu 30 menit. Dari penelitian tersebut diperoleh hubungan positif antara kualitas ruang terbuka publik dengan aktivitas pengunjung.

- 4. - Nursanto, 2011

- Analisa Taman Menteng Sebagai

Taman Kota

Berdasarkan Kriteria Taman Jakarta Pusat

Menganalisa Taman Menteng sebagai taman kota berdasarkan kriteria

kualitas taman.

- Aksesibilitas - Keamanan - Kenyamanan - Estetika

Analisis deskriptif

1. Terdapat hambatan untuk pengguna kursi roda karena jalur masuk dibuat tiang-tiang setinggi 75 cm dengan jarak tiap tiang 50

(18)

27

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

cm. 2. Keamanan dan Ke- selamatan untuk fasilitar parkir masih kurang, tidak adanya petugas parkir dan lahan parkir di pedestrian.

3. Kenyamanan di taman sangat kurang karena lampu penerangan tidak berfungsi. Jalur sirkulasi yang terhambat karena pedagang kaki lima.

4. Estetika taman cukup baik, namun tidak untuk acara musik, karena dapat merusak vegetasi taman.

- 5.

- Hariyadi,

Widyastuti and Purwohandoyo, 2015

- Identifikasi Kualitas Fisik Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Publik (Kasus: Bagian

1. Mengukur kualitas fisik taman kota BWK I, II, III Kota Semarang dengan mempertimbangkan

Ketersediaan dan kondisi fasilitas, ketersediaan vegetasi, aksesibilitas

Analisis

Deskriptif dengan metode Sturgers

1. Kualitas fisik taman kota BWK I, II, III Kota Semarang tergolong bervariasi karena sebagian besar taman kota

(19)

28

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

Wilayah Kota I, II, III Kota Semarang)

pada fungsi taman kota itu sendiri.

2. Mengetahui keterkaitan kualitas fisik dengan pemanfaatan taman kota oleh pengguna.

mempunyai kualitas fisik tergolong sangat tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Taman kota yang mempunyai kualitas fisik paling optimal adalah Taman Menteri Supeno dan Taman Simpanglima.

2. Pemanfaatan taman kota oleh pengguna mempunyai hubungan dengan kualitas fisik taman kota khususnya dalam segi ketersediaan fasilitas dan vegetasinya.

Hal tersebut karena bertujuan untuk memenuhi tuntutan/fungsi yang harus dimiliki oleh taman kota yaitu fungsi ekologi,

(20)

29

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

estetika, sosial budaya dan ekonomi.

- 6. - Angelia, 2017

- Konsep

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Fungsi Ekologis Penyerap Air Hujan di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

Merumuskan konsep pengembangan RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan di wilayah Kecamatan Rungkut

- Kepadatan penduduk - Kemiringan lereng

- Harga lahan - Jenis aktivitas dan bangunan - Durasi,

kedalaman, luas genangan - Kapasitas drainase

- Sebaran bentuk, luas RTHL dan RTHB

- Vegetasi

- Kondisi geologi, morfologi dan

- Analisis deskriptif

- Analisis overlay - Analisis delphi - Analisis triangulasi

1. Bentuk penahan air dapat dipasang komunal maupun mandiri di kawasan permukiman.

2. Untuk area sekitar pantai dibagian Timur Kecamatan Rungkut memiliki vegetasi untuk menahan air dan dikembangkan dengan wadah untuk tetap menjaga kelestarian vegetasi.

(21)

30

No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil

fisik prasarana kota

*) Hasil Pustaka, 2021

(22)

31 2.4 Sintesa Pustaka

Kajian pustaka diperoleh dari berbagai sumber teori yang di dalamnya terdapat beberapa variabel untuk membantu dalam melakukan proses analisis. Adapun variabel tersebut antara lain.

Tabel 2. 10 Sintesa Pustaka

Sasaran Indikator Variabel Sumber

Menganalisis kondisi aspek pembentuk kualitas taman kota dan kejadian banjir di

Kota Balikpapan

Taman kota

Titik sebaran taman kota

Syamdermawan and Kurniawan, (2013);

Novianty, Rahmayanti and Neolaka, (2012);

Angelia, (2017)

Luasan taman kota

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008;

Hasna, (2017); Azkia, (2013);

Syamdermawan and Kurniawan, (2013);

Angelia, (2017)

Vegetasi

Pohon berkayu besar, sedang dan kecil

Angelia, (2017);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008;

Hariyadi, Widyastuti and Purwohandoyo, 2015; Hastadita, (2013);

Syamdermawan and Kurniawan, 2013;

Pratomo,

Soediwahjono, Milada Semak

(23)

32

Sasaran Indikator Variabel Sumber

Pohon perdu

(2019); Zahra, (2014);

Kustianingrum et al., (2013); Azzaki and Suwandono, (2013);

Francis, Gilles-Cortiet al., (2012); Hutauruk, Baharudin and Afif Bizrie Mardhani, (2019); Khairunnisa, (2010); Irwan (2014) Rumput

Perkerasan

Semen

Khairunnisa, (2010);

Kustianingrum et al., (2013); Zahra, (2014) Kerikil

Kayu Batuan

Paving, Grass paving

Tutupan lahan

Luas tutupan lahan vegetasi maupun perkerasan

Permen PU No. 05

Tahun 2008;

Khairunnisa, (2010);

Zahra, (2014)

Banjir

Intensitas curah hujan

Dibyosaputro et al., (2016); Sudirman et al., (2014)

Kapasitas drainase

Rosyidie, (2013); Adi, (2013); AS, (2015);

Paimin, Sukresno and Purwanto, (2010);

Sirkulasi aliran air drainase

Cahyadi, Ayuningtyas and Prabawa, (2013);

Cahyadi et al., (2015);

Ketinggian air Paimin, Sukresno and Purwanto, (2010);

(24)

33

Sasaran Indikator Variabel Sumber

Permen PU No. 5 Tahun 2008

Tutupan lahan Sudirman et al., (2014)

Frekuensi banjir Permen PU No. 5 Tahun 2008

Durasi surutnya banjir

Permen PU No. 5 Tahun 2008

Luas banjir Permen PU No. 5 Tahun 2008

Menganalisis pengaruh aspek pembentuk kualitas taman kota terhadap

kejadian banjir di Kota Balikpapan

Taman kota

Titik sebaran taman kota

Syamdermawan and Kurniawan, (2013);

Novianty, Rahmayanti and Neolaka, (2012);

Angelia, (2017)

Luasan taman kota

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008;

Hasna, (2017); Azkia, (2013);

Syamdermawan and Kurniawan, (2013);

Angelia, (2017)

Vegetasi

Pohon berkayu besar, sedang dan kecil

Angelia, (2017);

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008;

Hariyadi, Widyastuti and Purwohandoyo, 2015; Hastadita, (2013);

Syamdermawan and Semak

pohon perdu

Rumput

(25)

34

Sasaran Indikator Variabel Sumber

Kurniawan, 2013;

Pratomo,

Soediwahjono, Milada (2019); Zahra, (2014);

Kustianingrum et al., (2013); Azzaki and Suwandono, (2013);

Francis, Gilles-Cortiet al., (2012); Hutauruk, Baharudin and Afif Bizrie Mardhani, (2019); Khairunnisa, (2010); Irwan (2014)

Perkerasan

Semen

Khairunnisa, (2010);

Kustianingrum et al., (2013); Zahra, (2014) Kerikil

Kayu Batuan Paving

Tutupan lahan

Luas tutupan lahan vegetasi maupun perkerasan

Permen PU No. 05

Tahun 2008;

Khairunnisa, (2010);

Zahra, (2014)

Eksternal

Intensitas curah hujan

Dibyosaputro et al., (2016); Sudirman et al., (2014)

Kapasitas drainase

Rosyidie, (2013); Adi, (2013); AS, (2015);

Paimin, Sukresno and Purwanto, (2010);

Harbowoputri (2018) Sirkulasi aliran air

drainase

Cahyadi, Ayuningtyas and Prabawa, (2013);

(26)

35

Sasaran Indikator Variabel Sumber

Cahyadi et al., (2015);

Harbowoputri (2018)

Banjir

Ketinggian air

Paimin, Sukresno and Purwanto, (2010);

Permen PU No. 5 Tahun 2008

Frekuensi banjir Permen PU No. 5 Tahun 2008

Durasi surutnya banjir

Permen PU No. 5 Tahun 2008

Luas banjir Permen PU No. 5 Tahun 2008

*) Analisa Penulis, 2020

Referensi

Dokumen terkait

Taman-taman kota yang fungsi utamanya untuk rekreasi juga dapat berfungsi untuk konservasi keragamana hayati (Alvey, 2006). Fungsi konservasi keragaman hayati dapat dicapai

Berdasarkan hasil analisis, Kondisi Vegetasi pada Taman Lansia dari ke lima 5 fungsi ekologis, tiga 3 yang termasuk ke dalam kategori baik, sementara untuk Pengukuran kondisi