279
E-JURNAL AKUNTANSI TSM E-ISSN: 2775 – 8907
Vol.3, No. 4, December 2023, Hal. 279-290 http://jurnaltsm.id/index.php/EJATSM
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, CORPORATE GOVERNANCE DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
YOHANES ELBERTINUS MANU SILVY CHRISTINA
Trisakti School of Management, Jl. Kyai Tapa No.20 Grogol, Jakarta Barat 1140, Indonesia [email protected]
Received: January 11, 2024; Revised: January 15, 2024; Accepted: January 15, 2024
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence regarding the influence of corporate social responsibility disclosure variables, company size, public ownership, independent commissioners, audit committees, and inventory intensity on tax aggressiveness. The dependent variable used in this study is tax aggressiveness as measured by the CETR (Current Effective Tax Rate). The object of this research is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the period 2019 to 2021. The samples produced in this study were 79 companies or 237 data obtained using the purposive sampling method. The data in this study used IBM SPSS Statistics 25 and this study used multiple regression analysis. The result of this research indicates that the inventory intensity variable has a positive influence on tax aggressiveness. Whereas, the variables of corporate social responsibility disclosure, size, public ownership, independent commissioners, and audit committee do not influence tax aggressiveness.
Keywords: Corporate Social Responsibility Disclosure, Independent Commissioners, Inventory Intensity, Public Ownership, Size, Tax Aggressiveness.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti seccara empiris mengenai pengaruh variabel corporate social responsibility disclosure, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, komisaris independen, komite audit dan intensitas persediaan terhadap agresivitas pajak. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak yang diukur dengan CETR (Current Effective Tax Rate). Objek Penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019 sampai dengan 2021.
Sampel yang dihasilkan dalam penelitian ini sebanyak 79 perusahaan atau sebanyak 237 data yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling memiliki data sebanyak. Data dalam penelitian ini menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dan penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel intensitas persediaan memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Namun, variabel corporate social responsibility disclosure, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, komisaris independen, komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility Disclosure, Komisaris Independen, Intensitas Persediaan, Kepemilikan Publik, Ukuran Perusahaan, Agresivitas Pajak.
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
280
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu faktor terpenting yang sangat potensial bagi pendapatan negara. Dimana setiap wajib pajak memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dan membayar pajak mereka, agar membantu meningkatkan suatu perekonomian negara.
Dalam hal ini sumber pendapatan terbesar yang diperoleh negara berasal dari sektor pajak. Dari berbagai sudut pandang pemerintah, sektor pajak menjadi perhatian khusus karena merupakan penerimaan yang paling penting, sehingga dapat digunakan untuk tujuan pengalokasikan penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Suatu pemahaman pajak merupakan sebagai biaya, sehingga pemahaman tersebut dapat memacu motivasi pada badan usaha atau wajib pajak badan untuk melakukan suatu perencanaan pajak (tax planning). Menurut Mangoting (1999) perencanaan pajak merupakan suatu usaha dalam proses pengorganisasian wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajak baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Perencanaan pajak bertujuan dapat merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-Undang.
Kesimpulan inilah yang menjadi dasar bahwa pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang akan digunakan dalan kegiatan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di dalam pajak adanya manajemen pajak dimana dalamnya adapun perencanaan pajak salah satu dapat mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan celah aturan yang ada. Semakin besar penghematan pajak yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak.
Agresivitas pajak merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk melihat usaha penghindaran pajak oleh wajib pajak.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah corporate social responsibility disclosure, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, coporate governance, dan intensitas persediaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak seperti investor sebagai pandangan dalam kondisi suatu perusahaan yang melakukan agresvitas pajak dan tindakan perusahaan terhadap pemerintah.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi
Teori agensi (agency theory) menjelaskan adanya sebuah perbedaaan kepentingan antara principal dengan agent sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah keagenan (Nugraha dan Meiranto 2015). Teori ini memberikan penjelasan lebih lanjut terkait hubungan kedua belah pihak antara principal dan agent. Agent memiliki lebih banyak informasi dibandingkan principal sehingga individu bertindak sesuai dengan kepentingan masing-masing untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya (Bosse dan Phillips, 2016).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan, hal ini manajer sebagai agent cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadinya. Pada topik agresivitas pajak ini bahwa maksud dari principal adalah pemerintah dan agentnya adalah perusahaan sebagai wajib pajak badan. Dalam hal ini, sebagai pelaku dalam pengambil keputusannya yaitu agent memiliki sebuah tanggung jawab untuk membayarkan pajak sesuai ketentuan undang- undang yang belaku ditetapkan serta dibuat oleh pemerintah sebagai principal. Dalam hal ini, sebagai pelaku dalam pengambil keputusannya yaitu agent memiliki sebuah tanggung jawab untuk membayarkan pajak sesuai ketentuan undang-undang yang belaku ditetapkan serta
E-ISSN: 2775 – 8907 Yohanes Elbertinus Manu Silvy Christina
281 dibuat oleh pemerintah sebagai principal. Oleh
karena itu, pemerintah bagaimanapun sangat mengharapkan untuk mendapatkan penerimaan sebesar-besarnya dari pemungut pajak, serta perusahaan sebagai wajib pajak badan selaku pelaku berupaya agar mengoptimalkan beban yang dikeluarkan salah satunya beban pajak yang termasuk sehingga kemudian melakukan agresivitas pajak.
Teori Legitimasi
Legitimasi masyarakat adalah strategi yang dilakukan manajemen untuk mengembangkan perusahaan dalam menumbuhkan kepercayaan publik. Teori ini menjelaskan adanya kontak sosial antara perusahaan dengan dan pengungkapan sosial lingkungan (Lanis dan Richardson, 2012).
Untuk mendapatkan suatu legitimasi bila ada keserasian antara posisi dimana kondisi perusahaan sedang tidak menggagu atau serasi dengan keberadaan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat dan lingkungan.
Keserasian tersebut dapat dilaksanakan perusahaan dengan adanya pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility) dan memperluas pengungkapan, termasuk pengungkapan sosial (social disclousure) sebagai wujud akuntanbilitas serta adanya keterbukaan pada operasi perusahaan (Deegan et al. 2002).
Teori Stakeholder
Teori stakeholder merupakan pengembangan dari sebuah tanggung jawab perusahaan bertujuan bahwa, pencapaian yang diharapkan perusahaan sangat konsisten dengan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada. Hal ini teori stakeholder dinyatakan bahwa, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap semua pihak yang terkena dampak dari kegiatannya.
Suatu penjelasan mengenai kinerja sebuah organisasi adanya pengaruh yang ada pada semua stakeholder dalam organisasi tersebut, oleh karena itu pihak manajemen
mengharuskan dapat memberikan suatu keuntungan terhadap seluruh stakeholder yang berada dalam organisasi tersebut (Donaldson dan Preston, 1995).
Agresivitas Pajak
Menurut Frank et al. (2009), agresivitas pajak perusahaan merupakan suatu tindakan yang dapat merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan baik menggunakan cara yang tergolong legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion).
Sementara itu, menurut Wang (2015) suatu tindakan perencanaan pajak secara agresif akan terjadi pada perusahaan yang memiliki lingkungan informasi yang kurang transparan. Hal ini dengan adanya transparansi informasi yang kurang memadai sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kompleksitas keuangan perusahaan, dimana dalam keadaan tersebut informasi yang tidak dapat dikomunikasikan secara maksimal kepada pihak luar, sehingga masalah yang terjadi pada transparansi akan meningkat.
Maka dapat disimpulkan, bahwa definisi suatu agresivitas pajak merupakan suatu perencanaan yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengurangi beban pajak yang akan dibayarkannya kepada pemerintah. Sehingga dengan demikian agresivitas pajak sering digunakan dibeberapa perusahaan-perusahaan di dunia (Migang dan Dina, 2020).
Corporate Social Responsibility Disclosure dan Agresivitas Pajak
Menurut Maesarah et al. (2014) dalam Rengganis dan Putri (2018) menjelaskan bagaimanapun tingginya tingkat pengungkapan CSR menggambarkan bahwa perusahaan akan menjadi semakin bersikap pasif tentang pajak.
Memang perusahaan sadar akan tanggung jawab sosialnya berarti perusahaan memiliki kesadaran yang tinggi akan kewajibannya dalam menjalankan kewajiban perpajakannya sehingga tingkat agresivitas akan semakin
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
282
rendah tercemin dari nilai ETR perusahaan yang tinggi.
H1: Corporate social responsibility disclosure berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Ukuran Perusahaan dan Agresivitas Pajak Sesuai dengan teori stakeholder, segala tindakan yang ada dalam kegiatan perusahaan harus teori memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan. Semakin besar aset perusahaan maka semakin meningkatkan produktivtas perusahaan dapat terus berkembang dalam laba yang dihasilkan. Laba yang diperoleh perusahaan maka pengeluaran pajak yang dibayarkan perusahaan besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan ukuran perusahaan.
Demikian, semakin besar aset yang dimiliki maka semakin besar pula perusahaan tersebut Aset perusahaan setiap tahunya akan mengalami penyusutan, maka besar pengeluaran pajak yang dibayarkan perusahaan akan menurun (Utami dan Tahar 2018).
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Kepemilikan Publik dan Agresivitas Pajak Perusahaan memerlukan untuk menunjang kelangsungan hidupnya dengan adanya peningkatan ekspansi. Maka perusahaan membutuhkan dana yang besar dan berkelanjutan. Tentu saja, pendanaan yang besar tidak hanya dari pihak internal perusahaan, tetapi perusahaan membutuhkan dana dari pihak eksternal. Bahwa pendanaan dari pihak eksternal didapatkan dari penjualan saham ke publik. Perusahaan yang memiliki kepemilikan publik, mendapatkan suatu fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan mendapatkan dukungan sepenuhnya. Fasilitas yang didapatkan perusahaan berupa pengurangan tarif pajak sebesar 5% adanya
menggenapi dengan sebuah persyaratan yang diberikan (Setyoningrum dan Zulaikha, 2019).
Bagaimanapun pemegang saham berharap agar sebuah kinerja proporsi kepemilikan publik yang dimiliki perusahaan tinggi berarti saham dalam perusahaan tersebut lebih tersebar dan dimiliki oleh banyak orang dengan proporsi kecil bahwa kondisi ini dapat membuktikan reputasi perusahaan.
H3: Kepemilikan publik berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Komisaris Independen dan Agresivitas Pajak Komisaris independen sebagai anggota dewan komisaris harus bertindak secara independen dan tidak terlibat langsung dalam segala pelaksanaan tugas manajemen perusahaan. Dengan banyaknya komisaris independen yang ada dalam perusahaan maka pengawasan kinerja manajer dapat berjalan semakin efektif (Migang dan Dina, 2020). Jika semakin banyak komisaris independen yang dimiliki perusahaan, kesempatan manajer untuk berlaku agresif terhadap pajak juga akan berkurang. Demikian, tingkat agresivitas pajak perusahaan akan semakin rendah yang digambarkan dengan nilai ETR perusahaan yang tinggi (Winata, 2014).
H4: Komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Komite Audit dan Agresivitas Pajak
Komite audit memiliki tugas serta tanggung jawab supaya perusahaan patuh terhadap peraturan termasuk peraturan perpajakan. Dengan adanya ukuran komite audit yang cukup di dalam sebuh perusahaan maka diharapkan mampu untuk mengurangi suatu hal praktik komite audit memiliki tugas serta tanggung jawab supaya perusahaan patuh terhadap peraturan termasuk peraturan perpajakan. Dengan adanya ukuran komite audit yang cukup di dalam sebuh perusahaan maka diharapkan mampu untuk mengurangi suatu hal
E-ISSN: 2775 – 8907 Yohanes Elbertinus Manu Silvy Christina
283 praktik manajemen laba serta agresivitas pajak
yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak (Midiastuty et al. 2016).
H5: Komite audit berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Intensitas Persediaan dan Agresivitas Pajak Intensitas persediaan dapat digambarkan sebagai perputaran aktivitas perusahaan, oleh karena itu persediaan merupakan aset yang dimiliki perusahaan.
Bahwa persediaan yang disimpan dalam gudang perusahaan tentunya maka dapat mengakibatkan suatu biaya-biaya yang muncul pada saat menyimpan suatu persediaan, demikian biaya-biaya ini juga dapat
mengakibatkan berkurangnya laba perusahaan yang dapat melakukan agresivitas pajak (Utami et al. 2021).
Menurut Adisamartha dan Noviari (2015), jika semakin tinggi intensitas persediaan maka semakin efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola persediaannya. Jika intensitas persediaan perusahaan tinggi maka tingkat biaya-biaya timbul semakin berkurang dan meningkatkan jumlah laba, maka semakin tingginya intensitas persediaan akan meningkatkan tingkat agresivitas pajak perusahaan.
H6: Intensitas persediaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kausalitas. Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan audit pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penilitian selama tahun 2019 sampai 2021. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang telah ditentukan dalam pengambilan sampel penelitian sebagai berikut:
Corporate Social Responsibility Disclosure Ukuran Perusahaan
Kepemilikan Publik Komisaris Independen
Komite Audit Intensitas Persediaan
Agresivitas Pajak
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
284
Tabel 1. Prosedur Pengolahan Sampel
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan Jumlah Data 1. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di
BEI selama periode 2019 sampai 2021. 182 546
2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap yang berakhir pada 31 Desember selama periode 2019 sampai 2021.
(12) (36)
3. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan dalam satuan
mata uang Rupiah selama periode 2019 sampai 2021. (29) (87) 4. Perusahaan yang tidak memperoleh laba sebelum pajak
positif selama periode 2019-2021. (50) (150)
5. Perusahaan yang tidak memiliki nilai CuETR 0-1 selama
periode 2019-2021. (12) (36)
Jumlah Sampel Penelitian 79 237
Sumber: Hasil Pengumpulan Data.
DEFINISI OPERASIONAL DAN
PENGUKURAN VARIABEL Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak merupakan tindakan manipulasi yang digunakan oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang akan dibayar bisa dengan cara yang legal maupun cara yang ilegal (Migang dan Dina, 2020).
Menurut Lanis dan Richardson (2012), agresivitas pajak dalam penilitian ini diukur dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR), yaitu dengan perhitungan total beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak. Jika semakin rendahnya suatu nilai ETR mendekati 0 (nol) maka perusahaan dipandang semakin agresif terhadap pajak (Yoehana 2013) dalam (Rengganis dan Putri, 2018). Agresivitas pajak dapat diukur dengan proksi sebagai berikut (Setyoningrum & Zulaikha, 2019):
CETR = Beban Pajak Penghasilan Kini Pendapatan Sebelum Pajak
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan aktivitas perusahaan yang dilakukan perusahaan untuk menunjukkan kepedulian serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat. Pengukuran Corporate
Social Responsibility dalam penilitian ini menggunakan indikator pengungkapan GRI-G4.
Indikator GRI-G4 dipilih karena secara umum karena Indikator GRI-G4 secara umum berlaku dibanyak negara, maka dapat dijadikan pembanding dengan penelitian negara lain.
Kategori GRI penelitian ini terdiri dari ekonomi, lingkungan, dan sosial (Setyoningrum dan Zulaikha, 2019). Variabel Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dapat diukur dengan proksi sebaga berikut:
CSRDli = 𝛴𝑋𝑦𝑖
𝑁𝑖
Keterangan:
CSRDIi : Indeks luas pengungkapan CSR perusahaan i
Σxyi : nilai 1 = jika item y diungkapkan;
nilai 0 = jika item y tidak diungkapkan.
Ni : jumlah item perusahaan i, Ni=91 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sebagai skala atau ukuran yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Semakin besar total aset mengindikasikan semakin besar pula ukuran
E-ISSN: 2775 – 8907 Yohanes Elbertinus Manu Silvy Christina
285 perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran
perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks, sehingga memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi (Haryanti, 2021). Menurut (Tebiono dan Sukadana 2019), pengukuran untuk mengukur ukuran perusahaan menggunakan indikator ukuran perusahaan dan skala rasio sebagai berikut:
SIZE = Ln (Total Aset) Kepemilikan Publik
Saham yang dimilik dari perusahaan yang go public dan dimiliki oleh masyarakat disebut sebagai kepemilikan publik. Dengan demikian, kepemilikan publik menggambarkan sebuah pendanaan berasal dari luar perusahaan, yang diperoleh melalui penjualan sahamnya kepada masyarakat (Setyoningrum dan Zulaikha, 2019). Menurut Oktaviana dan Wahidahwati (2017), struktur kepemilikan publik dapat menggambarkan kekuatan dari pengaruh masyarakat yang berdampak terhadap perusahaan. Variabel Kepemilikan Publik dapat diukur dengan proksi sebagai berikut (Setyoningrum dan Zulaikha, 2019):
PUBOWN = Kepemilikan Saham Publik Total Saham Beredar
Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang tidak termasuk merupakan kedalam anggota manajemen, tetapi hal tersebut termasuk pemegang saham mayoritas, pejabat atau dapat dikatakan berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang dapat mengawasi dari sisi pengelolaan perusahaan yang terjadi (Surya dan Ivan 2006) dalam (Handayani dan Hariyanti, 2018). Variabel Komisaris Independen dapat diukur dengan
proksi sebagai berikut (Magfira E.G dan Murtanto, 2021):
KIN = Jumlah Komisaris Independen Jumlah Total Anggota Dewan Komisaris
Komite Audit
Komite audit dapat didefinisikan dalam penelitian ini bahwa komite audit yaitu merupakan suatu jumlah total anggota komite audit yang dimiliki perusahaan untuk dapat membantu pengelolaan perusahaan dapat berjalan secara baik dan teratur pada periode dimasa yang akan datang (Kristanto 2015) dalam (Magfira E.G dan Murtanto, 2021) Variabel Komite Audit dapat diukur dengan proksi sebagai berikut (Magfira E.G dan Murtanto, 2021):
KA = Jumlah Komite Audit yang dimiliki Perusahaan
Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan adalah bagian dari capital intensity ratio yang merupakan suatu bentuk dari investasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan adanya melakukan investasi terhadap persediaan (Ardyansah dan Zulaikha, 2014). Menurut Utami et al. (2021) intensitas persediaan merupakan salah satu komponen penyusun yang terdapat dalam komposisi aktiva yang nantinya dapat diukur dengan membandingkan antara total pesediaaan dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan demikian, bahwa intensitas sangat memiliki peranan yang sangat penting karena persediaan nantinya akan diinvestasikan kepada investor yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga hal ini membuat aset perusahan dapat bertambah.
Variabel Intensitas Persediaan dapat diukur dengan proksi sebagai berikut (Nusa dan Cahyaningsih, 2020):
Intensitas Persediaan = PersediaanTotal Aset
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
286
HASIL PENELITIAN
Table 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 237 0,00023 0,95934 0,24135 0,14557
CSRD 237 0,04396 0,49451 0,23828 0,09973
SIZE 237 25,04885 33,53723 28,68739 1,65460
PUBOWN 237 0,00289 0,67814 0,22651 0,14853
KIN 237 0,25000 0,83333 0,41422 0,10182
KA 237 1 6 3 0,35563
IP 237 0,00000 0,55075 0,18319 0,11509
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 3. Hasil Uji t Variabel Unstandardized
Coefficients B Sig Kesimpulan
(Constant) 0,392 0,031
CSRD -0,065 0,507 Ha1 Tidak Diterima
SIZE -0,010 0,100 Ha2 Tidak Diterima
PUBOWN 0,022 0,734 Ha3 Tidak Diterima
KIN -0,065 0,484 Ha4 Tidak Diterima
KA 0,045 0,112 Ha5 Tidak Diterima
IP 0,274 0,001 Ha6 Diterima
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian statistik deskriptif dan pengujian hipotesis pada penelitian ini disajikan dalam tabel 2 dan tabel 3.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility (CSRD) memiliki nilai sig. 0,507 dengan nilai koefisien sebesar -0,065. Maka nilai sig lebih besar dari 0,05 berarti variabel corporate social responsibility (CSRD) menunjukkan tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak. Maka hasil penilitian ini Ha1
tidak dapat diterima.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai sig. 0,100 dengan nilai koefisien sebesar -0,010. Maka nilai sig lebih besar dari 0,05 berarti variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak. Maka hasil penilitian ini Ha2 tidak dapat diterima.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan publik (PUBOWN) memiliki nilai sig. 0,734 dengan nilai koefisien sebesar 0,022. Maka nilai sig lebih besar dari 0,05 berarti variabel kepemilikan publik (PUBOWN) menunjukkan tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak. Maka Ha3
tidak dapat diterima.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel komisaris independen (KIN) memiliki nilai sig. 0,484 dengan nilai koefisien sebesar -0,065. Maka nilai sig lebih besar dari 0,05 berarti variabel komisaris independent (KIN) menunjukkan tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak.
Maka Ha4 tidak dapat diterima.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel komite audit (KA) memiliki nilai sig. 0,112 dengan nilai koefisien sebesar 0,045. Maka nilai sig lebih besar dari 0,05 berarti variabel komite audit (KA)
E-ISSN: 2775 – 8907 Yohanes Elbertinus Manu Silvy Christina
287 menunjukkan tidak memiliki pengaruh terhadap
agresivitas pajak. Maka Ha5 tidak dapat diterima.
Hasil uji t berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa variabel intensitas persediaan (IP) memiliki nilai sig. 0,001. Bahwa nilai sig lebih kecil dari 0,05 berarti memiliki pengaruh atas variabel intensitas persediaan (IP) terhadap agresivitas pajak. Maka Ha6 dapat diterima.
Nilai koefisen memiliki nilai sebesar 0,274 menunjukkan bahwa intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap CuETR. Dimana membuktikan bahwa semakin tingginya intensitas persediaan maka CuETR (Current ETR) semakin tinggi. Berarti tingginya CuETR mengindikasikan bahwa tindakan agresivitas pajak yang dilakukan semakin rendah. Hal ini menunjukkan nilai intensitas persediaan semakin tinggi atau meningkat maka diharapkan omset semakin tinggi artinya perusahaan akan semakin tinggi membayar pajaknya. Namun dalam hal ini omset yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan dikenal luas oleh mitra bisnis dan masyarakat.
Berarti perusahaan mencerminkan pelaporan pajak yang akurat dan transparan sesuai dengan persyaratan pelaporan perpajakan.
Demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengungkapkan informasi pajak
yang relevan dalam laporan keuangan mereka, dimana beban pajaknya yang tinggi maka perusahaan akan semakin kecil peluang tindakan agresivitas terhadap pajak
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas persediaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan variabel corporate social respobisbility, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu: Terdapat unsur subjektivitas pada penilaian indeks variabel pengungkapan CSR sehingga penilaian indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti.
Berdasarkan keterbatasan tersebut, maka peneliti memberikan rekomendasi yang disarankan mungkin dapat membantu dan memberikan manfaat untuk penelitian selanjutnya, yaitu: peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penilaian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, untuk mengurangi subjektivitas dalam penilaian indeks variabel pengungkapan CSR.
REFERENCES:
Ardyansah, D., & Zulaikha. (2014). Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (Etr). Diponegoro Journal of Accounting, 3, 1–
9. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Bosse, D. A., & Phillips, R. A. (2016). Agency theory and bounded self-interest. International Journal of Research & Review, 41(2), 276–297. https://doi.org/10.5465/amr.2013.0420
Deegan, C., Rankin, M., & Tobin, J. (2002). An examination of the corporate social and environmental disclosures of BHP from 1983-1997: A test of legitimacy theory. In Accounting, Auditing &
Accountability Journal (Vol. 15, Issue 3). https://doi.org/10.1108/09513570210435861
Donaldson, T., & Preston, L. E. E. E. (1995). The Stakeholder Theory of the Corporation: Concepts, Evidence, and Implications Author (s): Thomas Donaldson and Lee E. Preston Source: The Academy of Management Review, Jan., 1995, Vol. 20, No. 1 (Jan., 1995), pp. Published by:
Academy. 20(1), 65–91.
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
288
Frank, M. M., Lynch, L. J., & Rego, S. O. (2009). Tax reporting aggressiveness and its relation to aggressive financial reporting. Accounting Review, 84(2), 467–496.
https://doi.org/10.2308/accr.2009.84.2.467
Handayani, M. D., & Hariyanti, A. I. (2018). Pengaruh Corporate Governance, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan Dan Corporate Risk Terhadap Agresivitas Pajak Pada Perusahaan Manufaktur. JAKA (Jurnal Akuntansi Dan Keuangan): Research, Invent, Solve and Share, 5(1), 1–
23.
Haryanti, A. D. (2021). Pengaruh Karakter Eksekutif, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS), 3(2), 163–168.
https://doi.org/10.47065/ekuitas.v3i2.1106
Lanis, R., & Richardson, G. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness: An empirical analysis. Journal of Accounting and Public Policy, 31(1), 86–108.
https://doi.org/10.1016/j.jaccpubpol.2011.10.006
Magfira E.G, D., & Murtanto, M. (2021). Pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap agresivitas pajak perusahaan. Jurnal Akuntansi Trisakti, 8(1), 109.
https://doi.org/10.25105/jat.v8i1.8679
Mangoting, Y. (1999). Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 1(1), 43–53.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/15655
Midiastuty, P. P., Indriani, R., Surantana, E., & Putri, sarry irawati. (2016). Pengaruh Kepemilikan Pengendali dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Pengaruh Kepemilikan Pengendali Dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif, 19(Agustus), 1–26.
Migang, S., & Dina, W. R. (2020). Pengaruh Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018). Jurnal GeoEkonomi, 11(1), 42–55.
Nugraha, N. B., & Meiranto, W. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 4 No. (Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak), 1–14. http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Nusa, B. F., & Cahyaningsih. (2020). Pengaruh manajemen laba, pengungkapan corporate social responsibility, dan intensitas persediaanterhadap agresivitas pajak (studi pada perusahaan sub sektor otomotifyang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2016-2018). E-Proceeding of Management, 7(2), 3033.
Oktaviana, L. L., & Wahidahwati. (2017). Pengaruh Kepemilikan Saham Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(11), 1–20.
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/view/1905
Rengganis, M. Y. dwi, & Putri, I.G.A.M.A.D. (2018). Pengaruh Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 871.
https://doi.org/10.24843/eja.2018.v24.i02.p03
Setyoningrum, D., & Zulaikha. (2019). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Agresivitas Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 8(3), 1–15. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Tebiono, J. N., & Sukadana, I. B. N. (2019). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di BEI. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 21(1), 121–130.
E-ISSN: 2775 – 8907 Yohanes Elbertinus Manu Silvy Christina
289 Utami, C. T., & Tahar, A. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, Capital Intensity Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Aggressiveness: Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017.
Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia, 2(1). https://doi.org/10.18196/rab.020119
Utami, M. P., Triyanto, N., & Asalam, A. G. (2021). Pengaruh Intensitas Modal, Intensitas Persediaan Dan Kebijakan Hutang Terhadap Agresivitas Pajak. E-Proceeding of Management, 1–8.
Wang, L. (2015). Tax enforcement, corporate tax aggressiveness, and cash holdings. In China Finance Review International (Vol. 5, Issue 4). https://doi.org/10.1108/CFRI-12-2014-0099
Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax & Accounting Review, 4 (1)(1), 1–11
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 3, No. 4 December 2023
290
Halaman ini sengaja dikosongkan