• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share Terhadap Return Saham Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2017-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share Terhadap Return Saham Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2017-2020"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Page 104

Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share Terhadap Return

Saham Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2017-2020

Vira Tania1, Yunike Berry2 Universitas Islam “45” Bekasi

viratania510@gmail.com

ABSTRACT

The COVID-19 pandemic is a factor in the decline in people's incomes which has an impact on investors' interest in investing in companies, causing share prices to decline. The purpose of this study is to determine the effect of economic value added, market value added, residual income, earnings per share on returns stockthe method in this study is a quantitative method with a comparative causal approach. The data source is secondary data from the official website of the Indonesia Stock Exchange.

The population in this study is the entire Consumer Goods listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2020, which is 52 companies, the sample used is purposive sampling so that the sample in this study obtained 21 companies that were used as samples of this study. The method used in this study uses a panel data regression model using the Eviews-12 software. The results of this study indicate that EVA has a significant positive effect on returns , MVA has a significant positive effect on returns , RI has no significant effect on returns , EPS has a significant positive effect on returns stock.

Keywords: Return Saham, Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share.

ABSTRAK

Pandemi covid-19 menjadi faktor menurunnya pendapatan masyarakat yang berdampak padaa minat investor untuk berinvestasi di perusahaan sehingga menyebabkan..Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh economic value added, market value added, residual income, earning per share terhadap return saham. Metode pada penelitian ini metode kuantitatif dengan pendekatan kausal komparatif. Sumber data yaitu data sekunder yang berasal dari situs website resmi Bursa Efek Indonesia.

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 s.d. 2020 yaitu sebesar 52 perusahaan, pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling sehingga sampel pada penelitian ini diperoleh 21 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini. Metode yang digunakan pada penelitian menggunakan model regresi data panel dengan menggunakan software Eviews-12. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa EVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, RI tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, EPS berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

Kata Kunci: Return Saham, Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share.

(Received: 01-April-2021; Reviewed: 22-Juni-2021; Revised: 02-Juli-2021;

Accepted: 25-Juli-2021; Published: 10-Agustus-2021)

(2)

PENDAHULUAN

Return merupakan sebuah tingkat keuntungan atau pengembalian dari keberanian investor dalam berinvestasi, return yang tinggi menambah daya minat investor untuk menanamkan sejumlah dana diperusahaan tersebut, dan menjadi bahan pertimbangan pada saat investasi. Pada tahun 2020 masa pandemi covid-19 menjadi salah satu faktor penyebab adanya sebuah krisis, yang dapat ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya daya beli ini disebabkan oleh penurunan pendapatan masyarakat karena aturan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah di Indonesia.

Tabel 1.1 Kapitalisasi Pasar

Sumber : Data Statistik OJK, 2019

Sektor consumer goods merupakan sektor yang bergerak di bidang barang konsumsi dalam hal ini sektor consumer goods memiliki sumbangsih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, kemudian tingginya konsumsi masyarakat ni membuat perusaahaan yang terdaftar di sektor ini memberikan efek yang positif bagi perusahaan dimana laba yang dihasilkan meningkat sehingga sektor ini banyak sekali di minati oleh para investor dan sektor ini memilki kapitalisasi pasar tertinggi kedua setelah sektor keuangan sektor keuangan yaitu sebesar 1.180.626.466.270.580 atau 16,17 dilansir menurut data statistik pasar modal 2019 otoritas jasa keuangan.

Bertumbuhnya sektor consumer goods Tetapi, sejak pandemi covid-19 merebak sektor consumer goods ini memberikan padangan bahwa perekonomian masyarakat mengalami pertumbuhan. Tetapi sejak mengalami sebuah tekanan terkait harga sahamnya, penurunan harga saham industri konsumsi pada tahun 2020 dikarenakan ekspetasi dari pelaku pasar sendiri memiliki keuntungan lebih rendah bahkan sangat lambat hal ini penyebabnya dari menurunnya daya beli masyarakat pada tahun 2020 dan awal tahun 2021 (Soenarso, 2021). Dari penurunan harga saham ini akan berakibat pada tingkat pengembalian atau return yang akan didapatkan investor akan menurun. Berikut ini grafik pergerakan return saham sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2020 – 2021.

(3)

Page 106 Grafik 1.1 Pergerakan Return Saham Consumer Goods Tahun 2017 - 2021

0.20

1.40

0.10 0.26 0.24

0.00 0.50 1.00 1.50

2017 2018 2019 2020 2021

Return Saham

Consumer Goods

Sumber : IDX data diolah, 2022

Gambaran grafik 1 diatas menerangkan pergerakan return saham sektoral yang terdaftar di bursa efek indonesia mengalami sebuah fluktuasi, yang dimana dapat ditandai dengan naik turunnya tingkat return saham sektor consumer goods di tahun 2019 return saham pada sektor consumer goods sebesar 0,10 persen, di tahun 2020 sektor consumer goods mulai meningkat yaitu sebesar 0,26 persen tetapi tidak bertahan lama karena pada ditahun 2021 return saham pada sektor consumer goods ini kembali mengalami penurunan sebesar 0,24 persen. Pada grafik diatas memberikan gambaran bahwa perekonomian di indonesia tidak stabil dan hal ini berdampak pada tingkat return yang diperoleh semakin menurun. Dari fenomena tersebut memberikan informasi untuk dapat dijadikan bahan evaluasi dan pengambilan keputusan investasi, maka semestinya investor harus memiliki strategi yang mumpuni untuk meminimalisir risiko dalam investasi dan harus mengetahi hal yang memengaruhi tingkat return agar investor memiliki informasi yang dapat dijadikan untuk pengambilan keputusan.

Dalam menganlisis kinerja keuangan perusahaan yang sering dilakukan untuk dapat dijadikan sumber pengambilan keputusan bagi para pemegang saham adalah anallisis kinerja keuangan menggunakan rasio ROA, ROE, ROI dan NPM. Tetapi analisis kinerja keuangan menggunakan analisis rasio ini mempnyai berbagai kelemahan mengindikasikan kinerja dan pencapaian manajemen ketika pengukuran dengan rasio keuangan belum bisa dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang dihasilkan memilki ketergantungan pada konsep perhitungan yang di pakai (Ningsih & Muslimah, 2020 :2). Untuk itu pada penelitian ini yang memengaruhi tingkat return saham yaitu menggunakan konsep EVA, MVA, RI yang dicetuskan oleh stewart pada tahun 1991 di Amerika Serikat.

Konsep ini mengedepankan bagaimana perusahaan memberikan hal yang terbaik untuk pemegang saham yaitu berbasis penciptaan nilai. Oleh sebab tersebut, penggunaan penilaian kinerja keuangan menggunakan analisis rasio ini mengabaikan sebuah biaya modal dalam perhitungannya sehingga tidak efektif untuk dapat dijadikan alat ukur pengambilan keputusan baik untuk manajemen maupun para pemegang saham (Firdausia, 2019 :184). Pada saat ini

(4)

perusahaan dituntut tidak hanya untuk menemukan profit tetapi bagaimana perusahaan mampu memuaskan value bagi penyandang dana.

EVA sebuah bentuk penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dianggap mampu memperbaiki kekurangan dari analisis pada taksiran kinerja menggunakan rasio keuangan karena dalam perhitungan EVA tidak mengabaikan biaya modal dalam perhitungannya (Hanike

& Damirah, 2019 : 178). EVA dikatakan positif jika tingkat pengembalian lebih besar dibandingankan biaya modalnya maka menandakan bahwa perusahaan memilki kinerja yang baik sehingga dalam hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham (Brigham & Houston, 2018 : 99). MVA adalah kelebihan nilai pasar perusahaan atas nilai modal yang ditunjukkan dalam laporan keuangannya (Brigham & Houston, 2018: 98). Estimasi yang digunakan untuk menilai dampak keputusan manajemen terhadap kekayaan pemegang saham menunjukkan bahwa jika nilai MVA negatif menyiratkan pengurangan modal pemegang saham, nilai MVA positif menyiratkan bahwa perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Purbadini, 2017: 133).

MVA itu sendiri berpengaruh positif, karena memberikan perkiraan keadaan pasar modal itu sendiri (Winarto, 2017: 14) RI adalah ukuran kinerja operasi perusahaan (NOPAT) dikurangi semua hutang dan biaya modal yang diinvestasikan. RI menawarkan keuntungan bagi perusahaan dengan fokus pada struktur modal (Octavianus & Mala, 2020:26).

Residual income memberikan efek yang positif hal ini menegaskan bahwa perusahaan dapat memaksimalkan kemakmuran para penyandang dana di sisi lain pendapatan residual negatif berarti penurunan kekayaan pemegang saham (Mutmainnah & Santoso, 2018 : 5). Untuk memperkuat sebuah penelitian dan membandingkan penggunaan analisis secara tradisional dengan penggunaaan konsep EVA dan MVA, maka penelitian ini mengunakan rasio EPS yang dimana EPS ini sebuah laba bersih per saham yang dapat dijadikan bahan.

TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki sisi positif, memudahkan banyak pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi, termasuk investasi, karena laporan keuangan mencakup kondisi keuangan perusahaan, hasil, dan perubahan kondisi keuangannya. Selain itu, laporan keuangan dapat digunakan untuk memahami perubahan keadaan keuangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun, selain itu laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memahami perkembangan suatu perusahaan selama periode tertentu (Setiyono & Amanah, 2016 :2).

Dalam berinvestasi laporan keuangan ini memberikan sebuah manfaat untuk dapat dijadikan sumber informasi mengenai keadaan perusahan, jika seorang investor bisa mengetahui keadaan baik atau tidaknya suatu perusahaan hal ini dapat memberikan investor memiliki sebuah pegangan untuk dapat dijadikan tolak ukur pengambilan keputusan pada saat berinvestasi, sehingga investor dapat menemukan perusahaan yang tepat untuk menanamkan sejumlah modal yang dimiliki.

Investasi Berinvestasi adalah mengorbankan sejumlah uang saat ini untuk hasil yang lebih baik di masa depan. Dalam melakukan investasi diperlukan pengalaman yang tepat dan pengetahuan yang cukup agar kita dapat memilah dan memilih sumber dana yang tepat untuk berinvestasi (Eduardus, 2010:8). Dalam melakukan sebuah investasi seorang investor yang cermat dapat mempertimbangkan sebuah investasi dengan memperhatikan tingkat risiko dan return, karena

(5)

Page 108 risiko dan return ini sangat berdampingan dalam berinvestasi, karena tingginya suatu return akan sebanding dengan tingginya sebuah risiko yang diperoleh seorang investor.

Return Saham Return yaitu selisish antara harga saham periode ini dengan harga saham periode sebelumnya. Tingginya return inilah yang daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan demikian, jika kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan maka keuntungan semakin tinggi itu akan diiringi harga saham menjadi tinggi (Bisara & Amanah, 2015 :2). Selain itu juga return ini sangat wajib untuk diberikan oleh perusahaaan kepada seorang investor dan perusahaan dituntut untuk mensejahterakan para pemegang saham demi kelangsungan hidup perusahaan.

Maka dari itu return menjadi daya tarik seorang investor, dan 5 seorang investor lebih suka dengan tingkat return yang tinggi karena tujuan utama seorang investor adalah mendapatkan keuntungan. Economic Value Added (EVA) EVA ialah sebuah penilaian kinerja keuangan yang berfokus pada nilai tambah. EVA sendiri merupakan sebuah alat pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dianggap mampu menutupi kekurangan dari analisis kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan.

EVA merupakan sebuah ukuran yang berasal dari keuntungan tahun berjalan nilai sebuah EVA ini menunjukan sebuah selisih atau sisa dari sebuah laba bersih yang dikurangi dengan cost of capital termasuk biaya dari ekuitas (Kusuma, 2019 :68). EVA merupakan perhitungan kinerja yang dianggap adil karena pada prinsipnya kepuasan para pemegang kepentingan seperti investor ditunjukan pada biaya modal rata-rata tertimbang maka dari itu EVA memperhitungkan seluruh jenis biaya maka dari hal tersebut investor bisa mengetahui bahwa perusahaan mampu mencipatkan nilai atau tidak.

Menetukan penciptaan nilai pada EVA menurut (Irawan & Manurung, 2021:34) sebagai berikut:

a) Jika EVA > 0 atau bernilai positif maka dapat dipastikan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai untuk pemegang saham yang berinvestasi sehingga peningkatan keuntungan bisa diperoleh akan tinggi dan meningkatnya nilai dari sebuah aset perusahaaan, dan dapat diasumsikan jika laba operasi dari perusahaan lebih besar dibandingkan dengan biaya modal.

b) Jika EVA = 0 atau titik impas maka dapat dipastikan bahwa perusahana tidak dalam keadaan untung atau rugi dalam hal ini laba operasi yang diperoleh tetapi digunakan untuk menutupi baiya modal, dalam hal ini perusahaan tidak mampu menciptakan nilai untuk pemegang saham.

c) Jika EVA < 0 atau negatif maka dapat dipastikan ketika perusahaan tidak mampu untuk menciptakan nilai bagai para pemegang saham karena laba operasi yang diperoleh lebih kecil dibandingkan biaya modalnya dan asset perusahaan juga menurun.

Kelebihan EVA yaitu memberikan arahan pada manajemen untuk menyesuaikan tujuan dan harapan investor untuk dipakai dalam pengukuran operasi pada manajemen sehingga mampu melihat perusahaan memberikan kemakmuran atau tidak.

Kelemahan pada EVA yaitu sulitnya menentukan biaya modal benar-benar akurat, khususnya biayanya ekuitas pemilik, selain itu tidak bisa digunakan pada perusahan yang belum go public

(6)

karena sangat sulit untuk melakukan perhitunagan pada saham perusahaan, analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif, dan untuk mengukur kinerja perusahaan yang optimal, perusahaan harus didasarkan pada faktor kuantitatif dan kualitatif.

Market Value Added (MVA) MVA merupakan selisih dari nilai pasar dengan ekuitas yang dapat dilihat dari nilai buku yang disajikan pada laporan neraca (Sa’adah & Kurniawan, 2021 : 161). MVA mencoba mengalokasikan dana yang sesuai dan dalam hal ini perusahaan dapat dikatakan mampu menciptakan nilai untuk pemegang saham. Maka dari itu dengan ini investor dapat memprediksikan keadaaan suatu perusahaan menciptakan nilai atau mengurangi nilai sehingga investor bisa mengetahui seberapa besar kinerja perusahaan yang telah dicapai dan berapa jumlah keuntungan yang akan didapatkan(Puspita et al., 2015 : 98).

Menentukan penciptaan nilai pada MVA menurut (Almaududi, 2016 :108) sebagai berikut:

a) Jika Market Value Added (MVA) > 0, atau memilki value yang positif ini maka telah berhasil menciptakan nilai atas modal yang ditanamkan oleh pemodal artinya pemodal mendapatkan keuntungan atas invetsasi yang dilakukan.

b) Jika Market Value Added (MVA) < 0, atau bernilai negatif atau kurang dari nol hal ini menandakan bahwa perusahaan gagal dalam meningkatkan nilai modal yang ditanamkan pemodal.

Keunggulan MVA pada analisis kinerja keuangan perusahaan mampu memberikan arahan bagi para manajer untuk memberikan keputusan yang tepat dan secara tidak langsung, MVA ini bisa mengetahui keadaaan suatu perusahaan secara menyeluruh karena memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya, serta memberi suatu pedoman bagi investor untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dan membangun kepercayaan diri investor ketika ingin menanamkan modal diperusahaan yang tepat agar meminimalisir terjadinya kerugian, sedangkan di balik keuntungan MVA ini juga memiliki sebuah kekurangan yaitu hanya berfokus pada penciptaan nilai tidak memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat return, pengukuran MVA juga tidak memperhitungkan kas di laporan keuangan masa lalu pada investor (Irawan &

Manurung, 2021 :36)

Residual Income (RI) RI ini merupakan perolehan operasional yang dapat dicapai oleh pusat investasi dengan pengembalian minimum atas asetnya, residual income yang positif menunjukkan adanya selisih antara modal yang dibutuhkan oleh kreditur dan pemegang saham.

Selain Itu, residual income sendiri yaitu ukuran seberapa baik laba bersih telah dicapai melebihi tujuan pofit sebuah perusahaan. Oleh sebab itu, residual income merupakan sisa pendapatan yang menunjukkan porsi laba bersih melebihi nilai normal (Oktaviani & T. Pohan, 2017 : 25).

RI yang positif menunjukan bahwa perusahaan mengalami kelebihan keuntungan, kelebihan keuntungan ini berpengaruh positif bagi investor karena pendapatan investor terkait return meningkat, jika negatif menunjukkan return yang rendah bagi investor, sisa pendapatan negatif menunjukkan bahwa perusahaan berkinerja buruk.

Dalam hal ini, pendapatan residual dapat memberikan rendahnya pengembalian investasi karena pendapatan residual lebih efektif dalam memberikan informasi mengenai aktivitas pembiayaan yang menghasilkan pengembalian lebih dari biaya modal (Mutmainnah & Santoso, 2018 : 5) . Earning Per Share (EPS) EPS adalah keuntungan dari per lembar saham yang memperlihatkan berapa persentase laba bersih perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham, yang kemudian akan dibagi dengan jumlah saham perusahaan (Eduardus, 2010 : 365).

(7)

Page 110 Untuk dapat melihat keadaan laba per saham ini hasil dari EPS ini mampu dapat menjadi sumber informasi. menjadi standar agar operasi perusahaan menjadi lebih efisien sehingga pemegang saham dapat memprediksi imbal hasil pasar saham yang akan diperoleh. Selain itu, hasil laba per saham mengasumsikan harga saham akan naik atau turun, penurunan EPS menunjukkan perusahaan tidak memenuhi harapan 7 pemegang saham, sedangkan peningkatan EPS mengasumsikan perusahaan berhasil dalam menjalankan bisnis pemegang saham (Widasari

& Faridoh, 2017 : 55).

Kerangka Pemikiran dan Konseptual

Pengaruh Economic Value Added Terhadap Return Saham

EVA merupakan estimasi performa keuangan yang berbasis nilai tambah dan merupakan alat untuk mengukur laba operasi perusahaan, nilai EVA menunjukkan sisa laba bersih dikurangi biaya modal penuh (Kusuma dan Topowijono, 2018: 68). Jika nilai EVA yang dihitung lebih besar dari nol atau angka positif menunjukkan bahwa tingkat pemulangan atas investasi diperoleh lebih tinggi dari modal, maka dalam hal ini manajemen perusahaan dapat dikatakan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Jika EVA yang diperoleh sama dengan nol, berarti perusahaan belum berkembang dan tidak menggambarkan penciptaan nilai perusahaan, sedangkan jika EVA yang diperoleh kurang dari nol atau negatif berarti tidak ada nilai tambah ekonomis dari perusahaan. nilai perusahaan, sehingga laba yang diperoleh tidak memenuhi harapan kebutuhan pemegang saham (J. L. Irawan, 2021:152).

Bukti Empiris pada penelitian ini menurut (Amyulianthy dan Ritonga, 2015 :174) dan (Alam &

Oetomo, 2017 : 18) menyatakan bahwa EVA berpengaruh Positif terhadap return saham. Untuk itu hipotesis pada penelian ini yaitu:

H1 : economic value added pengaruh positif signifikan terhadap return saham.

Pengaruh Market Value Added Terhadap Return Saham

MVA merupakan ukuran keberhasilan investor dan dapat diperlukan untuk mengukur kekeuatan suatu perusahaan dalam mengalokasikan dana yang tepat, sehingga dalam hal ini MVA memperkirakan seberapa besar keuntungan suatu perusahaan yang dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham (Puspita et al., 2015 : 98). MVA adalah nilai sekarang dari EVA semakin naik nilai EVA maka semakin tinggi nilai MVA. Nilai MVA yang rendah merupakan perusak bagi perusahaan, karena perusahaan dikatakan mampu memuaskan kemakmuran bagi investornya jika nilai MVA positif (Rahayu & Dana, 2016 : 452).

Bukti Empiris dalam penelitian ini menyatakan bahwa MVA berpengaruh positif terhadap return saham hal ini dikemukakan oleh (Octafilia & Subagio, 2019 : 439) dan (Rachdian &

Achadiyah, 2019 : 251). Oleh karena itu hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H2 : market value added pengaruh positif signifikan terhadap return saham Pengaruh Residual Income Terhadap Return Saham

(8)

RI ini menjelaskan kinerja sebagai total keuntungan yang tersisa sesudah dikurangi dengan sebuah modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu, investor lebih tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaan yang menawarkan total stabilitas dan tingkat pertumbuhan pendapatan investor terima. Dengan hal ini, investor akan dengan tanggap memperkirakan sebuah harga saham perusahaan di masa mendatang dan jumlah target keuntungan, apabila investor mengetahuinya dengan benar keuntungan yang akan didapatkannya (Cahyadi & Darmawan, 2016 : 182). Residual Income (RI) yaitu metode penilaian dari kinerja pusat investasi diharapkan dapat memperbaiki lemahnya rasio ROI karena residual income ini lebih banyak mendapatkan laba dibandingankan dengan biaya modalnya, selain itu residual income ini mempunyai sebuah nilai potensi, dan laba tersebut dapat dipercaya untuk alat pengambilan keputusan untuk parapemegang kepentingan sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat risiko (Filiana et al., 2018 : 50).

Bukti empiris pada penelitian ini yaitu residual income berpengaruh positif terhadap return saham hal ini di kemukakan oleh (Oktaviani dan T.Pohan, 2017 : 28). Untuk itu hipiotesis penelitian ini yaitu:

H3 : residual income pengaruh positif signifikan terhadap return saham Pengaruh Earning Per Share Terhadap Return Saham

EPS merupakan sebuah laba bersih per saham, yang dapat dijadikan tolak ukur keputusan untuk berinvestasi yang mampu memberikan sebuah informasi bagi seorang investor untuk mengetahui prospek laba yang akan diterima di masa mendatang. Manurut (Eduardus, 2010 : 373 ) EPS yang tinggi mencirikan suatu perusahaan memilki potensi dari pendapatan yang besar untuk investor. Investor yang membeli saham ini dengan tujuan untuk menerima keuntungan dari dana yang telah diinvestasikan, EPS yang tinggi menjadi daya tarik seorang investor, hal ini mendatangkan presrepsi pemegang saham untuk tertarik dengan angka EPS karena menggambarkan laba yang didapatkan, selain itu EPS yang tinggi membuktikan harga saham yang tinggi pula, dengan hal ini menimbulkan tingginya pengembalian yang akan diperoleh investor.

Bukti empiris dalam penelitian ini menurut (Sa’adah & Kurniawan, 2021 : 170),(Janitra &

Kusuma, 2015 : 184). EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Oleh karenanya hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H4 : earning per share pengaruh positif signifikan terhadap return saham METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan yang termasuk sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan 2020. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018 :133). Sehingga dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan sampel yaitu sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil Pemilihan Sampel

(9)

Page 112 Sumber : Data diolah, 2022

Teknik Pengumpulan Data

Penggunaan data untuk penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan yang sudah di publikasikan melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Yahoo Finance. Kemudian metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a) Studi Dokumentasi

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal laporan keuangan dan harga penutupan saham (closing price) pada perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017 sampai 2020. Data tersebut telah dipublikasikan melalui situs resmi www.idx.co.id dan yahoo finance.

b) Studi Literatur

Studi literatur yang digunakan penelitian ini yang dimana peneliti mengumpulkan data- data yag berhubungan pada penelitian ini agar data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Sehingga dari hasil yang diperoleh peneliti menemukan sebuah indikator variabel yang digunakan, dan dapat dijadikan sumber pendukung terkait penelitian ini.

Definisi Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Dependent (Y) – Return Saham

Return merupakan sebuah tingkat pengembalian atas investasi yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan dan diberikan kepada seorang investor, karena pada dasarnya seorang investor menginginkan return yang terbaik ketika dalam menginvestasikan dananya. Dalam hal ini, seorang investor harus ditekankan untuk berfikir dengan cermat sebelum melakukan investasi (Sa’adah & Kurniawan, 2021 : 160). Return merupakan sebuah selisih antara harga saham tahun saat ini (Pt) dengan sebelumya terkait harga saham (Pt-1) (Yanti & Sugiyono, 2018 : 5).

2. Variabel Independent (X1) – Economic Value Added (EVA)

EVA ialah ukuran kinerja keuangan yang dianggap sesuai dengan harapan kreditur dan pemegang saham, karena EVA mempertimbangkan risiko atau biaya modal. Jika perusahaan memiliki tingkat risiko yang tinggi atau biaya modal yang tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang harus diberikan kepada investor atau pemegang saham (Widasari

& Faridoh, 2017 : 56). EVA merupakan Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dan biaya modal rata-rata tertimbang dengan ini cara perhitungan dengan biaya rata-rata tertimbang (Satwiko & Agusto, 2021 : 82).

(10)

3. Variabel (X2) Market Value Added (MVA)

MVA digunakan untuk alat ukur nilai tambah guna meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham, serta metode MVA bagi investor juga dapat diaplikasikan untuk tindakan antisipatif terkait keputusan investasi (Rahayu & Dana, 2016 : 447). MVA merupakan selisih jumlah kas termasuk utang dan modal yang dimiliki oleh investor yang berkontribusi dengan nilai tunai yang diharapkan (Satwiko & Agusto, 2021 : 82).

4. Variabel (X3) Residual Income (RI)

RI yaitu sebuah alat analisis kinerja keungan perusahaan yaitu untuk mengukur sejauh mana net income melebih target dari keuntungan, untuk itu residual income ini selisih dari keuntungan yang melebihi net income dari nilai nominal (Oktaviani & T. Pohan, 2017 : 25).

RI mendeskripsikan kinerja sebagai total dari sisi laba dikurangi dengan biaya modal. Sisa pendapatan dapat diperoleh dengan mengurangkan ekuitas dari sisi laba operasi sehingga dapat dilihat hasil bersih perusahaan (Mutmainnah & Santoso, 2018 : 10).

5. Variabel (X4) - Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan keuntungan bersih yang didapatkan pemegang saham per lembar dari saham yang di investasikannya, EPS bernilai tinggi mencirikan kenaikan harga saham, dan menjadi bahan acuan untuk berinvetsasi. Selain itu EPS memberikan gambaran meningkatnya atau tidak keuntungan perusahaan, karena nilai dari EPS memengaruhi harga saham, maka dari itu jika nilai EPS meningkat maka investor akan terdorong untuk melakukan penanaman modal diperusahaan tersebut sehingga hal ini EPS merupakan keuntungan dari perlembar saham yang didapatkan investor, EPS ini diketahui dengan pembagian laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (P. Janitra & Kesuma, 2015 : 183). ini akan berkontribusi pada peningkatan harga saham perusahaan (Faitullah, 2016 : 300).

Metode Analisis Data

Analisis Regresi Linear Data Panel

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi data panel yang dimana alat pengolahan data menggunakan eviews 12. Data panel ialah sebuah gabungan data yang terdiri dari deret waktu (time series) dan rentang waktu (cross section).

Berikut ini persamaan uji regresi data panel pada penelitian ini, dalam penelitian ini terdapat variabel

independent (bebas) dan dependent (terikat) yang di estimasikan sebagai berikut :

Dalam hal ini hasil uji dari analisis regresi berganda yang dimana untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu hubungan dari variabel bebas pada variabel terikat menggunakan data panel dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Data Panel

(11)

Page 114 Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas pada tabel 3 maka diperoleh persamaan dari analisis regresi data panel yaiti sebagai berikut:

Return Saham = -2.669414+ 4.057627 EVA + 2.753282 MVA -2.495304 RI + 0.002514 EPS + e

a) Dari hasil persamaan analisis regresi data panel diatas diketahui bahwa konstanta sebesar - 2.669414 menunjukan bahwa besarnya pengaruh EVA, MVA, RI, dan EPS mengindikasikan apabila variabel bebas tersebut sama dengan nol (konstan) artinya return saham sebesar -2.66941

b) Nilai koefisien dari variabel EVA sebesar 4.057627 mengartikan bahwa setiap kenaikan 1% pada EVA per saham hal ini akan menaikan nilai return saham sebesar 4.05% menandakan bahwa terdapat hubungan searah terhadap return saham.

c) Nilai koefisien regresi pada variabel MVA sebesar 2.753282 menandakan bahwa kenaikan 1% pada nilai MVA per saham akan menaikan nilai return saham sebesar 2.75%

berarti MVA ini memiliki hubungan yang searah terhadap return saham.

d) Nilai koefisien pada variabel RI sebesar -2.495304 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara RI dengan return saham, kemudian ketika nilai RI naik 1% maka return saham maka return saham akan turun sebesar -2.49%.

e) Nilai koefisisen pada variabel EPS sebesar 0.002514 hal ini menandakan adanya kenaikan 1% pada nilai EPS per saham akan memberikan kenaikan nilai return saham saham sebesar 0,0025% berarti EPS memiliki hubungan searah terhadap return saham

Uji Asumsi Klasik

Pada penelitian pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian ini memiliki nilai yang baik atau tidak, maka diperlukan uji asumsi klasik dalam model regresi linear yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastisitas. Berikut ini uraian terkait uji yang digunakan yaitu uji normalitas, uji multikolineraitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Hasil dari tabel 4 menggambarkan sebuah nilai tertinggi, terendah, rata-rata serta standar deviasi pada penelitian ini yang diman. Pada penelitian ini return saham dijadikan variabel dependent yang dimana pada hasil statistik deskriptif dengan jumlah sampel 84 ini nilai

(12)

minimum return sebesar -5.63 dan nilai maksimum pada return ini yaitu sebesar 2.15, kemudian untuk nilai rata-rata (mean) pada return yaitu -1,98 selanjutnya untuk standar deviasi pada return sebesar 1,64, untuk nilai EVA mempunyai nilai minimum -4,63 dan nilai maksimum pada EVA ini yaitu sebesar 3,91 kemudian untuk nilai rata-rata (mean) pada variabel EVA yaitu 6,23 dan untuk standar deviasi pada variabel EVA ini yaitu 1,40. Pada variabel MVA memilki nilai minimum -

3.02 dan nilai maksimum sebesar 5,50. Kemudian untuk nilai rata-rata (mean) pada variabel MVA ini sebesar 5,21 selanjutnya untuk standar deviasi pada penelitian ini sebesar 1,17.

Untuk RI sendiri memperlihatkan bahwa memiliki nilai minimum sebesar

-8,99 dan nilai maksimum RI ini sebesar 1,76. Sedangkan untuk nilai rata- rata (mean) residual income sebesar 1,19 dan untuk standar deviasi memilki nilai sebesar 2,98. Serta EPS memperlihatkan nilai minimum sebesar 0,0013 dan nilai maksimum EPS ini sebesar 890,88 sedangkan untuk nilai rata- rata (mean) earning per share sebesar 89.22 dan untuk standar deviasi memilki nilai sebesar 164, 88. Terdapat perbedaan antara variabel satu dengan yang lainnya.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui seberpa baik sebaran data untuk dapat memperkirakan apakah data yang sedang diteliti terdistribusi normal atau tidak, pada penelitian ini uji jarque bera statsitik.

Grafik 2 Uji Normalitas

Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Hasil uji normalitas diatas menunjukan nilai jarque bera sebesar (0,254) dengan p value memilki nilai (0,880 > 0,05) maka hal ini dapat memberikan sebuah kesimpulan dimana data tersebut terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Tabel 5 Uji Multikolinearitas

Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Berdasarkan data uji multikolinearitas diatas menunjukan bahwa nilai centered pada VIF pada variabel EVA sebesar 1.601502, MVA sebesar 1.083420, RI sebesar 1.436784, EPS sebesar 1.109018, yang dimana pada ke empat variabel independent tersebut memilki nilai < 10, maka

(13)

Page 116 dapat dinyatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam model.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan dari nilai residual dari seluruh pengamatan model regresi linear, dari hasil uji heterkodastisitas dinyatakan tidak valid berarti hasil dari uji tersebut tidak terpenuhi. Berikut ini tabel hasil uji heterokedastisitas.

Tabel 6 Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas diatas menjunjukan bahwa nilai l dari p value ditunjukan bahwa nilai prob chi square (2) sebesar 0,2872, maka dapat dikatakan bahwa model

regresi bersifat homokedastisitas atau dengan kata lain tidak terdapat sebuah masalah dari uji heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar observasi antar observasi yang disusun dalam deret waktu. Hasil model regresi yang baik tidak menunjukkan masalah autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson untuk menentukan adanya autokorelasi.

Tabel 7 Uji Autokorelasi

Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Dari hasil perhitungan uji autokorelasi menggunakan nilai DW sebesar 1.822479 jadi hasil tersebut menjelaskan bahwa du < 1.822479 < 4 –du atau nilai ini berada di -2 s.d.

+2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

Uji Hipotesis

(14)

Pada penelitian ini pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya sebuah pengaruh dari varaibel independent terhadap variabel dependent (Aisyaturridho, 2020 : 118) Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Pengujian yang dilakukan pada uji hipotesis ini pertama yaitu variabel EVA terhadap return saham, dilanjut dengan hipotesis kedua yaitu MVA terhadap return saham, pada hipotesis ketiga yaitu residual income (RI) terhadap return saham, dan hipotesisis keempat yaitu EPS terhadap return saham.

Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis Data Panel

*** = Signifikansi pada level 0,01

** = Signifikansi pada level 0,05

* = Signifikansi pada level 0,1 Sumber : Data diolah Eviews 12, 2022

Pengambilan keputusan hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan nilai probabilitas setiap variabel < 0,05 hal ini menandakan bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent.

Pembahasan

1. Pengaruh Economic Value Added terhadap Return Saham

Terkait hasil pengujian hipotesis pada tabel 8 diatas maka kesimpulan dari variabel EVA pada return saham memiliki probablitas atau signifikansi 1% dan memilki koefisien positif sebesar 4,057627, maka hal ini mengindikasikan bahwa EVA memilki hubungan positif terhadap return saham. EVA yang bernilai positif atau nilai EVA > 0 maka dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik atau perusahaan mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham sehingga hal ini akan berkontribusi pada peningkatan return saham yang akan diperoleh seorang pemegang saham di masa yang akan datang. Selain itu EVA yang tinggi mengindikasikan bahwa seorang pemegang saham semakin memilki kepercayaan pada perusahaan untuk itu akan mampu meningkatkan minat pemegang saham untuk menanamakan dananya pada perusahaan yang akan dituju.

Oleh karena itu, hasil pengujian ini membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan “EVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham”. Untuk itu, hipotesis pertama ini diterima. Kemudian penelitian ini selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dikemukakan oleh (Mutmainnah & Santoso, 2018 : 20) dan (Filiana et al., 2018 : 56) yang menyatakan bahwa EVA memiliki berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

2. Pengaruh Market Value Added terhadap Return Saham

Terkait pengujian hipotesis pada tabel.8 diatas maka kesimpulan untuk variabel MVApada

(15)

Page 118 return saham memilki probablitas atau signifikansi 5% dan memiliki koefisien positif sebesar 2.753282 untuk itu MVA memilki hubungan positif terhadap return saham. MVA yang bernilai positif atau nilai MVA > 0 menggambarkan bahwa perusahaan mampu memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham karena perusahaan memilki kinerja yang baik dalam hal ini pemegang saham akan mendapatkan pengembalian atau return atas invetasi yang pemegang saham tanamkan pada perusahaan, MVA yang positif berarti mampu meniciptakan nilai sehingga akan memberikan minat bagi para investor untuk menanamkan modal di perusahaan.

Pada hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kedua menyatakan “market value added berpengaruh positif signifikan terhadap return saham”. Untuk itu hasil penelitian ini mampu membuktikan pada hipotesis kedua diterima. Kemudian selaras dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh (Rachdian & Achadiyah, 2019 : 248) dan (Andryanto et al., 2021 : 57) menyatakan bahwa MVA berpengaruh positf signifikan terhadap return saham.

3. Pengaruh Residual Income terhadap Return Saham

Terkait hasil pengujian hipotesis pada tabel 8 diatas maka dapat mencerminkan bahwa variabel residual income (RI) pada return saham memiliki probablitas atau signifikansi 0.6611 dan memilki koefisien negatif sebesar -2.495304 dalam hal ini residual income yang bernilai negatif menandakan bahwa perusahaan tidak mampu memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham dan perusahaan tidak cukup memilki kemampuan dalam mengendalikan operasionalnya sehingga tidak pendapatan operasional tidak melebihi biaya modal. Oleh karena itu, hasil pada pengujian ini memberikan hasil hipotesis ketiga menyatakan “residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham”. Hasil penelitian ini tidak mampu membuktikan pada ketiga, bukti hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mutmainnah & Santoso, 2018) dan (Filiana et al., 2018) yang menyatakan bahwa residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Dari hasil ini, dapat memberikan informasi kepada pemegang saham bahwa perusahaan tidak dapat seutuhnya menghasilkan laba atau profit dari dana yang digunakan oleh perusahaan.

Untuk itu dalam keputusan investasi pemegang saham harus mempertimbangkan residual income untuk dijadikan tolak ukur keputusan pendanaan apabila digunakan maka berdampak pada tingkat pengembalian yang akan diterima oleh pemegang saham, kemudian RI yang tidak berpengaruh karena RI sendiri memilki kekurangan yang dimana dalam perhitungannya perlu penyesuaian atas NOPAT.

4. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Return Saham

Terkait hasil pengujian hipotesis pada tabel 8 diatas menandakan pada variabel earning per share (EPS) pada return saham memiliki probablitas atau signifikansi 1% dan memilki koefisien positif sebesar 0.002514 maka hal ini mengindikasikan bahwa earning per share memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return saham, dari hasil ini earning per share yang tinggi menandakan bahwa perusahaan memilki kinerja yang baik, dan mengindikasikan bahwa sebuah laba yang dihasilkan perusahaan meningkat sehingga pengembalian yang akan diperoleh pemegang saham. Kemudian disamping itu, EPS yang

(16)

tinggi menggambarkan harga saham perusahaan yang tinggi pula sehingga hal ini akan menarik minat para pemegang saham untuk menanamkan modal di perusahaan tersebut.

Pada hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis keempat menyatakan “earning per share berpengaruh positif signifikan return saham”. Hasil penelitian ini mampu membuktikan pada hipotesis keempat. Kemudian selaras dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh penelitian ini (Handayani & Zulyanti, 2018 : 619) dan (Mayuni & Suarjaya, 2018 : 4085) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data mengenai penelitian yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share terhadap Return saham Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2017-2020”.

Maka kesimpulan dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang berpengaruh penelitian in bahwa EVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham karenapada variabel EVA berada pada tingkat signifikansi sebesar 1%, kemduian MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham karena hasil pada penelitian ini variabel MVA berada di tingkat

signifikansi sebesar 5%, sedangkan pada variabel RI tidak berpengaruh signifikan terhdap return saham hal ini dikarenakan variabel RI memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.6611 atau sebesar 66%, selanjutnya untuk variabel EPS memiliki keputusan bahwa berpengaruh positif signifikan terhadap return saham hal ini membuktikan pada variabel EPS ini memilki tingkat signifikansi sebesar 1%.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dengan harapan dapat memberikan agar penelitian ini bisa dijadikan masukan untuk lebih baik. (1) Pada penelitian ini variabel yang digunakan untuk dapat dijadikan acuan bahan pengambilan keputusan yaitu hanya empat variabel peneliti menyarankan untuk menambahkan variabel Financial Value Addded (FVA) dan faktor makro ekonomi agar penelitian ini bisa berkembang. (2) Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya untuk menambah tahun penelitian sehingga memilki keterbaruan dalam hasil penelitian agar lebih bermanfaat pada sebagian besar sejumlah pengguna. (3) Penelitan ini juga menyarankan agar untuk melakukan penelitian pada sektor lain sehingga dapat memilki hasil yang berbeda. (4) Terkait hasil penelitian ini peneliti menyarankan untuk perusahaan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi perusahaan agar meningkatkan kinerja keuangan dan dapat dijaidkan tolak ukur bahan pengambilan keputusan untuk melihat bahwa perusahaan perusahaan dalam keadaan baik atau tidak, dan peneliti juga menyarankan untuk investor meggunakan variabel EVA,MVA dan EPS untuk diterapkan bahan tolak ukur pengemabilan keputusan pada saat berinvestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A. B., & Oetomo, H. W. (2017). Pengaruh EVA, MVA, ROE Dan TATO terhadap Harga Saham Food and Beverage. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 6(6), 1–22.

http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/1572

Almaududi, S. (2016). EVA ( Economic Value Added ) dan MVA ( Market Value Added )

(17)

Page 120 Serta Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 16(3), 102– 114.

Amyulianthy, R., & Ritonga, E. K. (2015). Pengaruh Economic Value Added dan Earning Per Share terhadap Return Saham ( Pendekatan Data Panel ). Jurnal Fairness, 5(3), 165–176.

Bisara, C., & Amanah, L. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(2), 1–14.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2018). Dasar-Dasar Manejemen Keuangan (14th ed.).

Jakarta. Salemba Empat.

Cahyadi, H., & Darmawan, A. (2016). Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham (Studi Empiris pada perusahaan LQ-45). Jurnal Media Ekonomi, 16(1), 176.

https://doi.org/10.30595/medek.v16i1.1144

Eduardus, T. (2010). Portofolio dan Investasi (1st ed.). Yogyakarta. Kanisius.

Filiana, Diana, N., & Junaidi. (2018). Pengaruh Eva, Earnings, Arus Kas Operasi, dan Residual Income terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2014- 2016. E-JRA Vol. 07 No. 01 Agustus 2018, 07(01), 32–45.

Firdausia, Y. K. (2019). Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 – 2018. Majalah Ekonomi, 27(2), 184–193.

Hanike, Y., & Damirah. (2019). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Economic Value Added Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Melalui Pendekatan Struktural Equation Model – Partial Least Square. Journal of Islamic Economic And Business (JIEB), 01(02), 177–

191.

Irawan, F., & Manurung, N. Y. (2021). Analisis Economic Value Added (EVA) , Financial Value Added (FVA) dan Market Value Added (MVA) Sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan.

JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) Vol. 6, No. 2, 6(2), 6.

Irawan, J. L. (2021). Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Basic Earning Power, Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi, 13, 148–159. https://doi.org/10.28932/jam.v13i1.2948

Janitra, P. V. V., & Kusuma, I. K. W. (2015). Pengaruh EPS, ROI dan EVA terhadap Return Saham Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Indonesia (BEI). JSHP : Jurnal Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 3(1), 47–54. https://doi.org/10.32487/jshp.v3i1.539

Kusuma. (2019). The Effect of Economics Value-Added, Market Value-Added, Total Asset Ratio, and Price Earnings Ratio on Stock Return. Jurnal Akuntansi Trisakti, 5(2), 239.

https://doi.org/10.25105/jat.v5i2.4866

Kusuma, R. A., & Topowijono. (2018). Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Motivasi, 12(3), 741.

https://doi.org/10.29406/jmm.v12i3.452

Mutmainnah, F., & Santoso, B. H. (2018). Pengaruh EPS, RI, EVA, MVA, dan PER TERHADAP Return Saham Perusahaan Otomotif. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 7(9).

(18)

Ningsih, S. D., & Muslimah, T. (2020). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA). JAMIN : Jurnal Aplikasi Manajemen Dan Inovasi Bisnis, 3(1), 31. https://doi.org/10.47201/jamin.v3i1.65

Octafilia, Y., & Subagio. (2019). Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Price To Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Profitabilitas terhadap Return Saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010–2. Bilancia: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 3(4), 430– 440.

Octavianus, W., & Mala, C. M. F. (2020). Pengaruh Market Value Added, Residual Income, Earning Per Share, Dan Arus Kas Operasi Terhadap Nilai Perusahaan. JCA of Economics, 1. https://jca.esaunggul.ac.id/index.php/jeco/article/view/51

Oktaviani, R. F., & T. Pohan, H. (2017). Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, Operating Cash Flow dan Operating Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Lq 45. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 4(1), 21.

https://doi.org/10.25105/jmat.v4i1.4985

Purbadini, E. (2017). Return Saham Emiten LQ45 dalam Perspektip Return On Investement Economic Value Added dan Market Value Added. Jurnal Manajemen dan Bisnis.

https://jurnal.um-palembang.ac.id/motivasi/article/view/735

Puspita, V., Banaludin, I., & Umrie, R. (2015). Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Kelompok Lq-45 di Bursa Efek Indonesia. Jembatan : Jurnal Ilmiah Manajemen, 12(2), 97–110.

https://doi.org/10.29259/jmbt.v12i2.3091

Rachdian, R., & Achadiyah, B. N. (2019). Pengaruh Basic Earnings Power ( BEP ), Market Value Added ( MVA ), Dan Return On Investment ( ROI ) Terhadap Return Saham. Jurnal Nominal, VIII(2), 239–254. https://www.mendeley.com/catalogue/22e6af45-a219- 36f8-97e4- 52b260fa124b/

Rahayu, N. M. P. S., & Dana, I. M. (2016). Pengaruh EVA, MVA dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverages. Jurnal Manajemen Unud, 5(1), 443–469.

Sa’adah, L., & Kurniawan, R. (2021). Pengaruh EVA , MVA dan EPS terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia ( Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 ). Jurnal Ecopreneur, 4(2), 159–171.

Satwiko, R., & Agusto, V. (2021). Economic Value Added, Market Value Added, dan Kinerja Keuangan terhadap Return Saham. Jurnal Media Bisnis, 13(1), 77–88.

https://doi.org/10.34208/mb.v13i1.956

Setiyono, E., & Amanah, L. (2016). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset AKUNTANSI, 5(5), 1–17.

Soenarso, S. A. (2021). Harga saham sektor consumer goods tertekan sejak awal tahun, ini sebabnya. Kontan.Co.Id. https://amp.kontan.co.id/news/harga-saham-sektor-consumer- goods- tertekan-sejak-awal-tahun-ini-sebabnya

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (2nd ed.).

ALFABETA,cv.

(19)

Page 122 Widasari, E., & Faridoh, V. (2017). Pengaruh Return On Invesment (ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham.

Journal of Management Studies, 4(2), 51–60.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari Yusmaniarti (2019), menyatakan bahwa earning per share tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor industri dasar

Pengaruh Return On Asset ROA, Debt To Equity Ratio DER, Dan Earning Per Share EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Sektor Industri Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek