• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR ABIOTIK PADA TUMBUHAN BAWAH MERANTI RAMBAI (Shorea acuminata) DI HUTAN LARANGAN ADAT GHIMBO POTAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH FAKTOR ABIOTIK PADA TUMBUHAN BAWAH MERANTI RAMBAI (Shorea acuminata) DI HUTAN LARANGAN ADAT GHIMBO POTAI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH FAKTOR ABIOTIK PADA TUMBUHAN BAWAH MERANTI RAMBAI

(Shorea acuminata) DI HUTAN LARANGAN ADAT GHIMBO POTAI

Nurfitri Chairani1), Vanda Julita Yahya2)

1)Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

2)Dosen Bidang Ekologi dan Konservasi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau

Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia nurfitri.chairani2525@student.unri.ac.id

ABSTRACT

The Ghimbo Potai Prohibition Forest is a customary forest located in Koto Tibun Village, Kampar District, Riau Province. Meranti Rambai is understorey plant at the Ghimbo Potai Forest that has an important role in the balance of ecosystem. This study aimed to determine the effect of abiotic factors on Meranti Rambai grown in the Ghimbo Potai Prohibition Forest. The research was conducted in January 2022 and samples were taken from four sites in the Ghimbo Potai Forest. Determination of sampling plots was carried out using tracking survey, placing plots based on presence of understorey vegetation amongst canopy of meranti rambai stands in Ghimbo Potai Forest. The results showed that abiotic factors including temperature, humidity, light intensity, canopy cover, and soil acidity (pH) affected the growth of understorey plants. The intensity of light entering forest floor was quite low leading to high temperature and humidity that affected the density of undergrowth on Meranti Rambai stands that grown in the good category.

Key findings: Ghimbo Potai, Abiotic, Meranti Rambai, Undergrowth, Canopy Cover

ABSTRAK

Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai merupakan hutan adat yang berada di Desa Koto Tibun Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Meranti Rambai merupakan salah satu keanekaragaman flora yang menjadi salah satu penyusun vegetasi dari Hutan Ghimbo Potai. Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang berada di bawah tegakan hutan yang memiliki peran penting terhadap keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap tumbuhan bawah Meranti Rambai di Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai. Penelitian di lakukan pada Januari 2022 dan sampel diambil dari empat titik yang ada pada Hutan Ghimbo Potai. Penentuan plot sampling dilakukan secara tracking survey, menempatkan plot berdasarkan ditemukannya vegetasi tumbuhan bawah pada kanopi tegakan meranti rambai di Hutan Ghimbo Potai. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor abiotik meliputi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, tutupan kanopi, dan kemasaman tanah (pH) berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai di Hutan Ghimbo Potai. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam lantai hutan cukup rendah sehingga menyebabkan suhu dan kelembaban yang cukup tinggi mempengaruhi kepadatan tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai masih dalam kategori baik.

Kata Kunci : Ghimbo Potai, Abiotik, Meranti Rambai,Tumbuhan Bawah, Tutupan Kanopi

(2)

2 PENDAHULUAN

Hutan Larangan Adat Mayarakat pada Kenagarian Rumbio yang memiliki luas 70 ha merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dari masyarakat adat di Kenegrian Rumbio dalam menjaga dan melestarikan hutan. Menurut Azharo et al. (2017), Hutan Ghimbo Potai merupakan salah satu hutan hujan tropis di Indonesia yang memiliki jenis vegetasi dan keanekaragaman hayati tinggi.

Keanekaragaman vegetasi merupakan suatu kumpulan bermacam komunitas kompleks yang tersusun dari spesies tumbuhan. Vegetasi dapat berupa pohon, anakan pohon dan tumbuhan bawah. Hutan Ghimbo Potai memiliki beberapa jenis vegetasi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Nilai ekonomi tinggi karena bagian kayu memiliki manfaat dalam berbagai kebutuhan manufaktur dan tanaman obat- obatan, contohnya tumbuhan meranti, kulim, kempas, dan pasak bumi. Kayu meranti mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kayunya banyak digunakan sebagai bahan bangunan, pembuatan barang kontruksi yang ringan hingga berat seperti perabotan rumah tangga (Purwaningsih 2004; Istomo dan Afnani M, 2014).

Meranti rambai merupakan vegetasi berkayu dengan nilai ekonomi tinggi karena menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik dan bermanfaat sebagai tumbuhan obat.

Penelitian yang dilakukan Iswara (2020), menunjukan bahwa meranti rambai di Hutan Ghimbo Potai memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Rendahnya pertumbuhan meranti rambai dapat dipengaruhi oleh kondisi habitat.

Tumbuhan bawah pada suatu ekosistem hutan, berhubungan erat dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat menunjukan adanya variasi dalam jumlah jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur

komunitas tumbuh. Terbentuknya pola keanekaragaman dan struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik.

Faktor abiotik lingkungan tempat tumbuh meranti rambai merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dari tumbuhan meranti rambai tersebut.

Faktor lingkungan seperti kesuburan tanah, intensitas cahaya, suhu dan kelembaban, merupakan indikator tertentu yang dapat menentukan proses metabolisme dan fisiologis suatu spesies tumbuhan (Jayadi, 2015 dalam Nursanti et al, 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter biofisik lingkungan tempat tumbuh seperti kondisi tanah, intensitas cahaya, suhu dan kelembabanya, di Hutan larangan adat Ghimbo Potai Kabupaten Kampar.

Pentingnya mengetahui faktor abiotik lingkungan tempat tumbuh meranti rambai di hutan larangan adat Ghimbo Potai, untuk menjadi acuan tindakan konservasi dan perlakuan silvikultur dalam pengelolaan hutan. Ketersedian informasi faktor abiotik lingkungan tempat tumbuh meranti rambai di hutan larangan adat Ghimbo Potai, dapat membantu sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan dan perlakuan silvikultur yang tepat agar tetap lestari.

Data mengenai pengukuran faktor lingkungan terhadap tumbuhan bawah pada habitat Meranti Rambai di Hutan Ghimbo Potai belum pernah tersedia. Sehingga perlu dilakukan penelitian pengukuran faktor lingkungan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai di Hutan Larangan Adat Ghimbo

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan

(3)

3 September-Januari 2022. Lokasi penelitian

pada Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai di Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau (Gambar 1). Analisis data dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.

Gambar 1. Peta Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai

Penentuan plot sampling dilakukan secara tracking survey, menempatkan plot berdasarkan ditemukannya vegetasi tumbuhan bawah pada kanopi tegakan meranti rambai di Hutan Ghimbo Potai.

Pembuatan plot sesuai dengan keberadaan tumbuhan bawah sekitar kanopi pohon meranti rambai (Shorea acuminata). Plot yang digunakan kuadran 5 x 5 m.

Identifikasi sampel dilakukan menggunakan buku Identifikasi.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kantung plastik, kertas label, tally sheet, tali plastik, parang, GPS (Global Positioning System), Smartphone, pH meter, soil tester, termohigrometer, dan lux meter.

Pengukuran faktor abiotik lingkungan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pagi hari pada pukul 08.00 WIB, siang hari Pada Pukul 13.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB. Faktor lingkungan yang diukur di lokasi penelitian meliputi kelembaban

udara, suhu udara, intensiatas cahaya, suhu tanah, pH tanah, kelembaban tanah, penentuan jenis dan tekstur tanah.

Analisis Data

Analisis keragaman dari tumbuhan bawah sekitar menggunakan Indeks Shannon Wiener. Analisis Keterbukaan kanopi menggunakan aplikasi Glama (Gap Light Analysis Mobile Application) software yang dapat menampilkan nilai canopy cover (CaCo) indeks dan estimasi tutupan tajuk berdasarkan photographs hemispherical menggunakan kamera smartphone.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Habitat

Tumbuhan famili Dipterocarpaceae pada lokasi penelitian umumnya ditemukan pada ketinggian 0-500 mdpl. Tumbuhan famili Dipterocarpaceae di Indonesia tidak dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl, karena semakin tinggi altitudenya maka semakin sedikit jenis yang ditemukan (Purwaningsih 2004).

Pohon meranti rambai ditemukan pada empat titik yaitu untuk titik sampling pertama pada titik koordinat 0°21'9"LU- 101°11'15"BT dan 0°20'58"LU- 101°9'2"BT. Kondisi topografi berbukit dengan vegetasi tidak rapat. Titik sampling kedua pada titik koordinat 0°20'37"LU- 101°9'0"BT. Kondisi topografi sama dengan titik sampling satu. Titik sampling ketiga pada titik koordinat 0°20'37"LU- 101°9'0"BT. Kondisi topografi sedikit berbukit, vegetasi kurang rapat. Titik sampling keempat pada titik koordinat 0°20'37"LU-101°9'0"BT. Kondisi topografi berbukit dengan vegetasi rapat.

(4)

4 Tabel 1.Titik koordinat penelitian tumbuhan

bawah Meranti Rambai di Hutan Ghimbo Potai

No Lokasi Titik Koordinat

Jumlah Individu

1 I 0°21'9"LU

101°11'15"BT

1

2 II 0°20'58"LU

101°9'2"BT

1

3 III 0°20'37"LU

101°9'0"BT

1

4 IV 0°20'37"LU

101°9'0"BT

1

Pengaruh Faktor Abiotik terhadap Tumbuhan Bawah

Faktor abiotik merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan. Faktor abiotik lingkungan meliputi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, tutupan kanopi, dan kemasaman tanah (pH). Intensitas cahaya matahari merupakan faktor utama yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawah melalui proses fotosintesis. Selain itu, intensitas cahaya matahari juga secara tidak langsung mempengaruhi unsur iklim lainnya seperti suhu dan kelembaban (Jayadi, 2015 dalam Nursanti et al, 2021). Faktor lingkungan merupakan salah satu komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran faktor lingkungan untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rerata harian suhu udara adalah 26,8°C (Tabel 2), hasil tersebut merupakan rerata suhu udara pada hutan hujan tropis.

Menurut Sanchez (1992), rerata suhu pada sebagian besar hutan hujan tropis adalah 26°C dengan kisaran suhu bulanan antara

23-30°C. Perbedaan suhu di berbagai wilayah dipengaruhi oleh kondisi topografi dan faktor lokal lainnya. Suhu udara merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme dikarenakan setiap organisme mempunyai batas-batas toleransi tertentu agar dapat bertahan hidup dalam suatu wilayah (Odum 1996).

Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, sehingga suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam tergantung musim.

Fluktuasi juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah.

Besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di permukaannya (Suin, 2008).

Rerata harian kelembaban udara pada penelitian ini adalah 89.75%, sesuai dengan kelembaban udara pada hutan hujan tropis yang memiliki karakter kelembaban udara yang tinggi. Penelitian ini dilakukan pada saat musim hujan, sehingga hasil kelembaban udara yang di dapat lebih tinggi.

Kondisi tanah pada lokasi penelitian cukup subur dengan terdapatnya unsur hara yang berasal dari serasah dari tegakan hutan maupun serasah dari tumbuhan bawah itu sendiri. Sehingga komunitas tumbuhan bawah pada tegakan meranti rambai di Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai tetap stabil karena terdapatnya unsur hara dan bahan organik lainnya.

pH tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu tanaman atau tumbuhan, karena tanah yang baik untuk suatu tumbuhan harus memiliki tingkat keasaaman yang seimbang (Zuhaida dan Kurniawan, 2018). Derajat

(5)

5 keasaman (pH) tanah merupakan faktor

pembatas bagi kehidupan organisme baik flora maupun fauna. pH tanah dapat menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna atau bahkan akan mati pada kondisi pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Nilai pH dapat berubah-ubah disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang berupa introduksi bahan- bahan tertentu ke dalam tanah sebagai akibat dari aktivitas alam yang berupa hujan, letusan gunung berapi, pasang surut dan sebagainya.

Pada penelitian ini rerata harian pH tanah yaitu 5,16 yang dikategorikan termasuk dalam kelompok pH tanah mendekati asam. Tanah yang berada pada lokasi penelitian merupakan tanah mineral

dengan jenis tanah lempung berpasir dan bertekstur kasar dengan warna tanah coklat kekuningan. Menurut Purwaningsih (2004) tumbuhan meranti dapat tumbuh di hutan dataran rendah dengan berbagai jenis tanah, tetapi tidak toleran terhadap kondisi tanah genangan.

Rerata suhu tanah harian pada penelitian ini adalah 27.33°C dengan kelembaban tanah adalah 61.25%. Suhu dan kelembaban tanah berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suhu tanah dapat menyebabkan hilangnya kadar air atau kelembaban tanah.

Suhu tanah berperan dalam penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan optimal.

Tabel 2. Pengukuran Faktor Lingkungan pada Lokasi Penelitian

Parameter Lingkungan

Pagi Hari Pukul (08.00WIB)

Siang Hari Pukul (13.00WIB)

Sore Hari Pukul (16.00 WIB)

Rerata Harian

1 Suhu Udara (◦C) 27.5 26.7 26.4 26.8

2 Kelembaban

Udara (%) 89.5 87.75 92 89.75

3 Ph Tanah 5 5 5.5 5.16

4 Suhu Tanah (◦C) 27.5 28 26.5 27.33

5 Kelembaban

Tanah (%) 64.5 64.25 55 61.25

6 Intensitas

Cahaya (cd) 217 245 215 225.66

Intensitas cahaya matahari mempunyai hubungan dengan tutupan kanopi pada suatu landscap hutan. Bila intensitas tinggi menunjukan bahwa keterbukaan tutupan kanopi hutan semakin besar. Keterbukaan kanopi hutan sangat mempengaruhi tingkat intensitas cahaya yang mencapai lantai hutan. Semakin besar keterbukaan kanopi hutan maka intensitas cahaya matahari yang mencapai lantai hutan akan semakin besar.

Tinggi rendahnya intensitas cahaya yang diterima oleh lantai hutan berpengaruh terhadap kelembaban tanah. Daerah yang

bertajuk rapat (intensitas cahaya rendah) memiliki kelembaban tanah cenderung lebih basah dibandingkan dengan di daerah terbuka.Intensitas cahaya sangat dipengaruhi oleh cuaca sekitar.

Besarnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam lantai hutan salah satunya dipengaruhi oleh tutupan kanopi pohon.

Naungan yang terlalu rapat pada hutan hujan tropis akan menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang masuk kedalam lantai hutan sehingga tumbuhan yang banyak memerlukan cahaya akan

(6)

6 mengalami etiolasi (Herdiana et al 2008).

Peningkatan intensitas cahaya daapat menyebabkan meningkatnya suhu dan menurunnya kelembaban sehingga mempengaruhi evaporasi yang dapat menimbulkan meningkatnya kekeringan dan ketersediaan air tanah.

Kondisi cuaca pada musim penghujan dan tutupan kanopi yang rapat menyebabkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam lantai hutan rendah. Hasil pengamatan dan pengukuran mengenai tutupan tajuk menunjukkan bahwa pada titik lokasi satu dan dua tutupan tajuk mencapai 57,42% dan 60,79% dimana keterbukaan tajuk lebih kecil di bandingkan keterbukaan tajuk pada titik tiga dan empat yaitu 50,20% dan 52,10%.

Cahaya matahari atau naungan merupakan salah satu kondisi lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tumbuhan bawah. Pada penelitian ini, intensitas cahaya yang masuk ke dalam lantai hutan cukup rendah yaitu 225.66 cd karena struktur penutupan tajuk yang cukup rapat dan vegetasi hutan yang rapat sehingga menyebabkan kelembaban yang cukup tinggi.

Suhu dan intensitas cahaya merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan vegetasi. Intesitas cahaya dan suhu mempunyai hubungan yang cukup erat dengan tajuk hutan. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari yang menembus tajuk hutan maka suhu udara dalam area hutan tersebut semakin tinggi, hal ini juga berkaitan dengan keterbukaan kanopi hutan.

Tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari yang diterima oleh lantai hutan akan berpengaruh pada kelembapan tanah, sedangkan kelembapan tanah akan mempengaruhi pula kehadiran dan kepadatan vegetasi. Dengan demikian, terjadi interaksi yang tidak dapat dipisahkan antara komponen abiotik satu dan komponen

abiotik lainnya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada komponen biotik, misalnya tumbuhan (Simamora, 2017).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor abiotik meliputi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, tutupan kanopi, dan kemasaman tanah (pH) berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai di Hutan Ghimbo Potai. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor utama yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan perkembangan tanaman bawah melalui proses fotosintesis pada tegakan Meranti Rambai di Hutan Ghimbo Potai. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam lantai hutan cukup rendah sehingga menyebabkan suhu dan kelembaban yang cukup tinggi mempengaruhi kepadatan tumbuhan bawah pada tegakan Meranti Rambai masih dalam kategori baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Arief S, Abdul W. 2014. Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah Sekitar Danau Tambing pada Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Jurnal Warta Rimba. 2 (1) : 164 – 170.

Aritonang R. 2019. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Tegakan Meranti (Shorea sp) Di Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten Simalungun. [Skipsi]. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Azharo A, Yoza D, Budiani EV. 2017.

Analisis Sebaran Vegetasi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) di Hutan Larangan Adat Kenegerian Rumbio Kabupatem Kampar. JOM Faperta UR. 4(1)

(7)

7 Herdiana N, Siahaan H, Rahman TS. 2008.

Pengaruh Arang Kompos dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu Bawang. J penelitian Hutan Tanaman 5(3): 1- 7.

Humaira F. 2018. Keanekaragaman jenis Pteridophyta di Desa Dayah Baro Kecamatan Delima Kabupaten Pidie. Prosiding Seminar Nasional Simbiosis III.Madiun.

Indriyanto. 2017. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. Indriyanto. 2017.

Ekologi Hutan. Bumi Aksara.

Jakarta.

Istomo dan Afnani M. 2014. Potensi dan sebaran jenis meranti (shorea spp.) Pada kawasan lindung pt. Wana hijau pesaguan, Kalimantan Barat.

Jurnal Silvikultur Tropika. 5(3).

Iswara TM. 2020. Keanekaragaman Pohon Meranti (Shorea) di Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai Kabupaten Kampar [Skripsi].

Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Riau.

Nursanti, Adriadi A dan Sai’in. 2021.

Komponen Faktor Abiotik Lingkungan Tempat Tumbuh Puspa (Schima wallichii DC. Korth) Di Kawasan Hutan Adat Bulian Kabupaten Musirawas. Jurnal Silva Tropika. 5(2).

Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Jenis-jenis Dipterocarpaceae di Indonesia. Jurnal Biodiversitas.

5(2):89-95.

Sanchez PA. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Terjemahan.

Bandung:ITB.

Referensi

Dokumen terkait

NMR計算を活用した中・大環状ラクトン類の迅速構造決 定と合成 天然からは主に微生物の代謝産物として有用な生物活性を示 す中・大環状ラクトン類が得られる.これらの構造は各種分光 法の組み合わせにより決定され,中でも NMR における化学シ フトと結合定数は重要である.これらは何れも立体配座に依存 するが,中・大環状化合物は構造上多数の安定配座を有し,な