• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS ... - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS ... - repository iiq"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP PENCAPAIAN (ACHIEVEMENT) HAFALAN MAHASISWI FAKULTAS TARBIYAH

IIQ JAKARTA

Skripsi ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Penyelesaian Tugas Akhir untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Disusun Oleh:

Azza Nabila Fauziah (15311468)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU ALQUR’AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

ْ يَخ أ رُق لاَْمَّلَعَ تْ نَمْ مُكُر )ّيذمترلاْوّْيراخبلاْهاور(ُْهَمَّلَعَوَْن

Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya

(6)

v

Azza Nabila Fauziah, (15311468). Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Pencapaian (Achievement) Hafalan Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Skripsi: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta 2019.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang dilakukan di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, dimulai dari bulan Februari sampai Juli 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, dengan sampel sebanyak 35 mahasiswi menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analis instrument menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji hipotesis menggunakan product moment. Data yang diperoleh adalah data primer yang merupakan hasil dari jawaban responden atas kuesioner yang disebarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor psikologis terhadap pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta. Dapat diketahui pula bahwasanya besaran pengaruh psikologis terhadap pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta adalah sebesar 5,56%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Faktor Psikologis, Hafalan

(7)

vi ABSTRACT

Azza Nabila Fauziah, (15311468). The Influence of Psychological Factors on Achievement Memorizing of Students of the Faculty of Tarbiyah, Institute of Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Thesis: Department of Islamic Education, Tarbiyah Faculty, Jakarta 2019 Institute of Al-Qur'an (IIQ).

This research is a type of quantitative research conducted at the Al-Qur'an Institute of Sciences (IIQ) Jakarta, starting from February to July 2019. The population in this study are all female students of the Tarbiyah Faculty of the Qur'an Sciences Institute (IIQ) Jakarta, with a sample of 35 female students using random sampling techniques. Data collection using a questionnaire.

Instrument analysis technique uses validity test and reliability test. Test the hypothesis using the product moment. The data obtained are primary data which are the results of respondents' answers to the questionnaire distributed.

The results showed that there was a significant influence between the influence of psychological factors on the achievement of memorization of Tarbiyah IIQ Jakarta faculty students. It can also be seen that the magnitude of the psychological influence on the achievement of the memorization of Tarbiyah IIQ Jakarta faculty students is 5,56%. While the rest is influenced by other factors not examined in this study.

Keywords: Psychological Factors, Memorization

(8)

vii

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Pencapaian (Achievement) Hafalan Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta”.

Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas akhir dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Fakultas Tarbiyah di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Alfun Khusnia S.Psi, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing, mengarahkan, memberikan semangat yang tiada hentinya dan saran-saran beserta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Prof. DR. Huzaimah T. Yanggo sebagai rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Ibu Dr. Esi Hairani M.Pd, sebagai dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Ibu Alfun Khusnia S.Psi, Msi, sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing peneliti selama menyusun skripsi hingga berakhir dengan sukses.

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Tarbiyah yang telah membantu saya dari proses awal sampai akhir perkuliahan.

(9)

viii

5. Terima kasih kepada kedua Orang Tua saya tercinta bapak Mulyadi Diegi dan ibu Sri Pamilu dengan kasih sayang yang tak terhingga dan support yang tiada henti dalam memberikan do‟a dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

6. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya Alfi Syahri, Monica Nur Azizah, Mutia Fany Farhani, Nadya Ayunisa, dan Nur Azizah Hasibuan. Semoga kita bisa mewujudkan semua impian kita dan tetap bisa berjumpa lagi dilain waktu. Aamiin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan diri, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam skripsi ini.

Ciputat, 31 Maret 2019 Peneliti

Azza Nabila Fauziah (NIM: 15311468)

(10)

ix

Translietarsi merupakan penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi ini transliterasi arab-latin, mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan Tunggal

Arab Latin Arab Latin

ا

A

ض

Dh

ة

B

ط

Th

ث

T

ظ

Zh

ث

Ts

ع

„a

ج

J

غ

Gh

ح

ف

F

خ

Kh

ق

Q

د

D

ك

K

ذ

Dz

ل

L

ر

R

م

M

ز

Z

ن

N

س

S

و

W

ش

Sy

ه

H

ص

Sh

ي

Y

(11)

x 2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a ا: a ي...: ai

Kasrah : i ي: i و...: au

Dhammah : u و: u

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) al-qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

Contoh: ةرقبنا al-Baqarah تنيدمنا al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) as-syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh: مجرنا ar-Rajul سمشنا asy-Syams 4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengahkata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh: للهبب بنما Âmanna billâhi ءبهفسنا هما–Âmana as-Sufahâ`u 5. Ta‟ Marbuthah (ة)

Apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na`at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh: ةدئفلاا al-Af`idah

Sedangkan ta` Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”.

Contoh: ىربكنا تيلاا–al-Âyat al-Kubrâ

(12)

xi

hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam bahasa Arab berupa alif.

Contoh: ءيش–Syai`un ثرما Umirtu 7. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandang. Contoh: `Ali Hasan al-Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî, dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya.

(13)

xii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PERNYATAAN PENULIS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Hipotesis Penelitian ... 9

H. Tinjauan Pustaka ... 10

I. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pencapaian (Achievement) Hafalan ... 16

1. Pengertian Pencapaian (Achievement) ... 16

2. Pengertian Hafalan ... 16

3. Manfaat Menghafal Al-Qur‟an ... 20

4. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ... 20

(14)

xiii

7. Faktor-faktor Pencapaian Hafalan ... 26

8. Hambatan dalam Menghafal ... 30

9. Indikator Pencapaian (Achievement) Hafalan ... 32

B. Faktor Psikologis ... 33

1. Pengertian Psikologi ... 33

2. Faktor Psikologis dalam Pembelajaran ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel ... 45

E. Sumber Data ... 47

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Asumsi Klasik ... 50

2. Uji Kualitas Data ... 51

a. Uji Validitas Variabel X ... 53

b. Uji Validitas Variabel Y ... 55

c. Uji Reliabilitas ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta ... 61

1. Sejarah Berdirinya Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta ... 61

2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 62

3. Fakultas dan Program Studi ... 63

4. Prestasi Mahasiswi ... 64

(15)

xiv

5. Lembaga Tahfizh dan Qira‟at Al-Qur‟an (LTQQ) ... 65

B. Hasil Uji Analisis Deskriptif ... 66

1. Deskripsi Pencapaian (achievement) Hafalan ... 66

2. Deskripsi Psikologi ... 79

C. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

xv

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir ... 43

Tabel 3.1 Daftar Mahasiswi ... 47

Tabel 3.2 Skor Jawaban Kuesioner ... 49

Tabel 3.3 Matriks Variabel ... 50

Tabel 3.4 Nilai Kai Kuadrat ... 52

Tabel 3.5 Kolmogorov-Smirnov ... 52

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 55

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 57

Tabel 3.8 Kualifikasi Koefisien Reliabilitas ... 60

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 60

Tabel 3.10 Hasil Uji Item-Total Statistics ... 61

Tabel 4.1 Selalu fokus ketika menghafal Al-Qur'an ... 68

Tabel 4.2 Berhenti menghafal ketika diajak berbicara dengan teman ... 69

Tabel 4.3 Menghafal di tempat yang kurang pencahayaan ... 69

Tabel 4.4 Menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah ... 70

Tabel 4.5 Memilih berpura-pura sakit ketika malas setoran hafalan ... 71

Tabel 4.6 Senang mengikuti sema'an Al-Qur'an ... 71

Tabel 4.7 Menghafal Al-Qur'an hanya untuk mecari pujian ...72

Tabel 4.8 Menggerutu ketika diberi masukan oleh instruktur ...72

Tabel 4.9 Menerima masukan dari teman/instruktur apabila terjadi kesalahan dalam menghafal ...73 Tabel 4.10 Merasa terbebani dengan kegiatan menghafal Al-Qur'an karena

(17)

xvi

paksaan orang tua ... 74

Tabel 4.11 Tertarik jika mendengar lantunan ayat Al-Qur‟an ... 74

Tabel 4.12 Tidak sabar dalam menghafal Al-Qur'an ... 75

Tabel 4.13 Malu ketika mendapatkan nilai ujian tahfizh yang kurang .. 76

Tabel 4.14 Hafalan yang telah disetorkan, akan diulangi ... 76

Tabel 4.15 Menghafalkan Al-Qur'an dengan kaidah yang benar ... 77

Tabel 4.16 Membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan kaidah tajwid dan bacaan yang shahih ... 77

Tabel 4.17 Menyebutkan huruf hijaiyah sesuai dengan sifat-sifatnya ... 78

Tabel 4.18 Melafalakan ayat Al-Qur'an secara fasih dan tartil ... 79

Tabel 4.19 Tidak siap dalam menghadapi ujian tahfizh ... 79

Tabel 4.20 Nilai Mean Pencapaian (Achievement) Hafalan ... 80

Tabel 4.21 Orang tua saya sering memotivasi saya untuk belajar ... 81

Tabel 4.22 Di sela-sela waktu perkuliahan, saya mengajak teman untuk mendiskusikan materi perkuliahan ... 81

Tabel 4.23 Jika mendapatkan tugas kuliah yang sulit, membuat malas Menyelesaikannya ... 82

Tabel 4.24 Orang tua adalah alasan untuk menghafal Al-Qur‟an ... 83

Tabel 4.25 Merasa kecewa jika instruktur sering tidak datang pada jadwal setoran wajib tanpa pemberitahuan sebelumnya ... 83

Tabel 4.26 Berusaha sekuat tenaga mentaati peraturan kampus untuk menghafal Al-Qur'an ... 84

Tabel 4.27 Tidak percaya diri karena tidak mempunyai latar pendidikan Pesantren ... 85

(18)

xvii

Tabel 4.29 Semangat menghafal Al-Qur'an setiap hari ... 86

Tabel 4.30 Kuliah di IIQ dengan kemauan sendiri ... 87

Tabel 4.31 Sering menunda-nunda untuk menambah hafalan baru ... 87

Tabel 4.32 Tidak punya kemauan untuk mengulang hafalan lama sebelum menambah hafalan baru ... 88

Tabel 4.33 Konsisten dalam mengulang / menambah hafalan ... 89

Tabel 4.34 Tetap menghafal Al-Qur'an walaupun bukan di hari setoran tahfizh ... 89

Tabel 4.35 Mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dosen dalam diskusi di kelas ... 90

Tabel 4.36 Lupa dengan ayat yang diberikan oleh instruktur ketika ujian Tahfizh ... 90

Tabel 4.37 Saya termasuk orang yang cerdas ... 91

Tabel 4.38 Membutuhkan waktu yang lama untuk menambah hafalan Baru ... 92

Tabel 4.39 Mampu menghafal Al-Qur'an sehari 1 halaman ... 92

Tabel 4.40 Walaupun dalam keadaan sibuk, saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu ... 93

Tabel 4.41 Cepat lupa dengan hafalan yang telah disetorkan ... 93

Tabel 4.42 Nilai Mean Psikologis Mahasiswi ... 94

Tabel 4.43 Model Summary ... 95

Tabel 4. 44 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 97

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan mukjizat umat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT. kepada Rasulullah Muhammad SAW. untuk mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.1

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra‟ ayat 09:



































“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”2 (QS.

Al-Isra‟ [17]: 09)

Sesungguhnya Al-Qur‟an ini menunjukkan ke jalan yang paling lurus dan benar. Al-Qur‟an juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengamalkan isi Al-Qur‟an, berupa pahala besar di surga penuh kenikmatan.3

Rasulullah SAW bersabda;

)ّيذمترلا و ّيراخبلا هاور( ُهَمَّلَعَو َنأْرُقْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ْمُكُرْ يَخ

1 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015), cet. Ke-18, h.1

2 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005)

3 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir Tafsir-tafsir Pilihan,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), h. 196

(21)

2

Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya”. (HR Bukhari dan Tirmidzi)4

Pada zaman sekarang ini, menghafal Al-Qur‟an marak di kalangan Muslim Indonesia, baik secara keseluruhan ataupun sebagian.

Antusiasme tak hanya di lingkungan pesantren, melainkan masjid-masjid sampai pada lembaga-lembaga pendidikan mulai dari Tingkat Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan sesuatu yang positif dan membanggakan. Maka tak heran bila dewasa ini berkembang pendidikan formal berbasis Al-Qur‟an.5

Banyak lembaga Pendidikan Islam yang memasukkan kurikulum Tahfizh Al-Qur‟an dalam kurikulum pembelajaran. Di antaranya adalah, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Darus Sunnah, Sekolah Tinggi Islam Asy- Syukriyyah Tangerang (STAIS), Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al- Qur‟an (IPTIQ), Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, dan lain sebagainya.

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta merupakan lembaga Pendidikan Tinggi yang menggabungkan sistem pendidikan Nasional dan sistem pesantren. Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta juga menjadi salah satu Perguruan Tinggi Islam yang memiliki kekhususan tahfizhul-Qur‟an, nagham, dan qira’at, tiga komponen mata kuliah ini menjadi unggulan IIQ Jakarta.6

4 Syaikh Salim Bin „Ied Al-Hilali, Syarah Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I, 2005), Jilid 2, h. 160

5 Animo Mencetak Generasi “Qur‟ani” diakses pada tanggal 23 April 2019

6 Kabar IIQ, “Tahfizh Ciri Khas IIQ” diakses tanggal 22 Februari 2019

(22)

Menurut Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML., Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta didirikan untuk mencetak ulama wanita yang hafal Al-Qur‟an, intelek, berwawasan luas dan ahli di bidang Ulumul Qur‟an.7

Inilah yang menjadi ciri khas Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang menggabungkan antara pelajaran yang berbasis kurikulum dan ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur‟an, khususnya kewajiban bagi mahasiswi IIQ untuk menghafal Al-Qur‟an. Perpaduan antara menghafal Al-Qur‟an dengan pelajaran yang berbasis kurikulum bagi mahasiswi terlihat dari program yang dijalankan oleh kebijakan kampus seperti program mengambil 30 juz, program 20 juz, program 10 juz, dan program 5 juz. Dengan program yang telah ditentukan tersebut, mahasiswi berhak memilih program yang diinginkan saat kuliah di IIQ.8

Sementara itu, dalam Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bab XVI pasal 58 ayat 1 tentang evaluasi, menyatakan: evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan.9

Lembaga Tahfizh dan Qira‟at Al-Qur‟an (LTQQ) IIQ merupakan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan administrasi, pembinaan, pembibitan dan pengkaderan yang berkaitan dengan tahfizh dan qira‟at Al-Qur‟an.10 Pembinaan tahfizh didampingi oleh para instruktur tahfizh untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan.11

Untuk mempermudah proses kontrol dan setoran, mahasiswi IIQ ditempatkan di pesantren takhasus IIQ Jakarta yakni tempat yang menjadi

7 Tentang IIQ, “Sejarah” diakses tanggal 07 Mei 2019

8 Kabar IIQ, “Tahfizh Ciri Khas IIQ” diakses tanggal 22 Februari 2019

9 Ristekdikti No. 20 tahun 2003 tentang evaluasi, pasal 58, ayat 1.

10 Sumber: LTQQ IIQ Jakarta

11 Lembaga Tahfizh dan Qiro‟atil Qur‟an (LTQQ) IIQ diakses tanggal 22 Februari

2019

(23)

4

kediaman bagi para mahasiswi IIQ dan juga menjadi tempat pelaksanaan sebagian kegiatan kampus, seperti tahfizh wajib, tahfizh sunnah dan tahfizh intensif yang bertempat di Masjid Raudhatul Qur‟an. Hasil hafalan yang telah dicapai mahasiswi kemudian disetorkan kepada instruktur tahfizh yang menilai dan mengoreksi hafalan mereka.

Lulus tahfizh adalah syarat mutlak bagi mahasiswi untuk bisa mengikuti ujian akhir semester dan ujian perkuliahan. Bagi mahasiswi yang mengambil program 30 juz, harus menyelesaikan 5 juz dalam satu semester. Begitu pula yang mengambil program 20 juz harus menyelesaikan 4 juz dalam satu semester. Sedangkan bagi program 10 dan 5 juz harus menyelesaikan targetnya masing-masing yaitu: 2 dan 1 juz dalam satu semester.12 Bagi mahasiswi yang tidak mencapai targetnya dalam satu semester, maka tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Dan harus mengulang semester atau mengikuti semester pendek (SP).

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan program tahfizh bagi mahasiswi IIQ tidaklah selalu berjalan mudah dan lancar. Banyak kendala atau faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target, baik dari faktor internal, yakni faktor dari dalam diri mahasiswi maupun faktor dari luar mahasiswi. Faktor internal terdiri atas dua aspek, yaitu faktor fisiologis (bersifat jasmaniah). Faktor fisiologis mencakup kesehatan, indera pendengar dan penglihat. Sedangkan faktor psikologis menurut Muhibbin Syah adalah: tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Relevan dengan Muhibbin Syah, Slameto menyatakan

12 Kabar IIQ, “Tahfizh Ciri Khas IIQ” diakses tanggal 22 Februari 2019

(24)

bahwa faktor psikologis, di antaranya: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.13

Seringkali upaya untuk menghafal Al-Qur‟an berhadapan dengan beberapa kendala. Mulai dari waktu yang tersedia, kemampuan menghafal, hingga hilangnya hafalan yang sebelumnya telah diperoleh.14 Tak jarang kendala yang lain pun muncul, seperti munculnya rasa malas untuk mengulang hafalan, malas membuat hafalan baru, serta kendala- kendala lainnya.

William Stern, seorang psikolog dari Jerman, terkenal dengan teori konvergensi, berpendapat bahwa perkembangan dan bentuk keadaan manusia itu ditentukan oleh faktor pembawaan dan lingkungan, faktor manakah yang paling kuat pada seseorang, dialah yang memberi bentuk.15

Locke juga mengemukakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan atau tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seseorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.16 Seseorang akan mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan tertentu apabila tujuan (goal) tersebut ditetapkan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain.17

13 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 116-117

14 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta:

Insan Kamil, 2010), h. 5-6

15 Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.

177

16 “Telaah Teori” diakses pada tanggal 21 Februari 2019

17 Eva Latipah, Psikologi Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 172

(25)

6

Menurut McClelland individu akan mengerjakan sesuatu dengan gigih, maka dia akan bekerja lebih bertanggung jawab dan memperoleh umpan balik atas hasil prestasinya.18

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara pendahuluan yang dilakukan dengan Lembaga Tahfizh dan Qira‟at Al-Qur‟an (LTQQ) IIQ Jakarta dan mahasiswi yang pernah mengalami kegagalan dalam mencapai target hafalan. Hasil wawancara dengan Lembaga Tahfizh dan Qira‟at Al- Qur‟an (LTQQ) IIQ Jakarta bahwa pada tahun 2018 jumlah mahasiswi IIQ fakultas Tarbiyah yang tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) terdapat 34 orang dikarenakan tidak dapat memenuhi target hafalan.19

Hasil wawancara peneliti dengan mahasiswi X, salah satu faktor tidak tercapainya target hafalan tahfizh yaitu faktor kurangnya motivasi.

Ada mahasiswi berinisial O mengaku faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target hafalan tahfizhnya di semester 4 adalah karena hilangnya sebuah bukti telah tercapainya hafalan berupa buku setoran dan kurangnya motivasi sehingga membuat dia tidak semangat untuk meyetorkan hafalannya ke instruktur tahfizh. Yang pada akhirnya dia tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dan mengikuti semester pendek (SP) untuk mengejar target hafalannya.

Sedangkan mahasiswi berinisial P juga mengakui bahwa dirinya tidak mencapai target hafalan tahfizh di semester 7 adalah karena ia memiliki kesibukan sendiri dan jarang hadir saat pelaksanaan tahfizh wajib. Sehingga membuat dirinya tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) karena belum tercapainya target hafalan.

18 Sutarto Wijono, Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2010), h. 50

19 Sumber: LTQQ IIQ Jakarta

(26)

Adapula mahasiswi berinisial K yang mengakui beberapa faktor yang membuat dirinya tidak mencapai target hafalan di semester 3, yaitu karena faktor lingkungan yang membuat dirinya kurang percaya diri, kurangnya motivasi dan instruktur tahfizh yang jarang hadir. Sampai akhirnya, mahasiswi berinisial K ini tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dan bahkan sampai keluar dari kampus karena kurangnya keyakinan pada dirinya bahwa ia mampu.

Kenyataannya tidak semua mahasiswi dapat menyelesaikan target hafalan untuk memenuhi persyaratan UAS, sebab beberapa faktor yang dialami mahasiswi. Berdasarkan hasil wawancara di atas, faktor psikologis merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi mahasiswi dalam mencapai target hafalan, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh faktor psikologis terhadap pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya minat atau kemauan mahasiswi itu sendiri.

2. Kurangnya motivasi dari dalam diri maupun lingkungan mahasiswi.

3. Kurangnya waktu instruktur untuk menerima setoran hafalan.

4. Kesibukan mahasiswi dalam berorganisasi ataupun lainnya, seperti bekerja.

5. Kurangnya kehadiran mahasiswi dalam pelaksanaan tahfizh.

6. Kurangnya sikap percaya diri mahasiswi.

(27)

8

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mendalam berdasarkan identifikasi masalah di atas. Maka untuk memfokuskan permasalahan, peneliti membatasi masalah tersebut pada:

1. Faktor psikologis dalam penelitian ini dibatasi yakni pada aspek motivasi, sikap, minat dan inteligensi.

2. Pencapaian hafalan dibatasi berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Mahasiswi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Tarbiyah yang belum mencapai target hafalan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan psikologis mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan?

2. Bagaimana pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan?

3. Bagaimana pengaruh psikologis terhadap pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui keadaan psikologis mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan.

(28)

2. Untuk mengetahui pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan.

3. Untuk mengetahui pengaruh psikologis terhadap pencapaian (achievement) hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta yang pernah tidak mencapai target hafalan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan menambah wawasan bagi praktisi pendidikan dan memperkaya wacana keilmuan serta dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan kajian sejenis.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi psikologis mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta.

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternative (Ha)

Ada pengaruh positif yang signifikan variabel X (pengaruh psikologis) terhadap variabel Y (achievement hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta).

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh positif yang signifikan variabel X (pengaruh psikologis) terhadap variabel Y (achievement hafalan mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta).

(29)

10

H. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang mempunyai bahasan senada yang tertulis pada skripsi terdahulu antara lain:

1. Mazidatul Ilmia, tahun 2016, jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul “Hubungan antara hafalan Al-Qur‟an dengan prestasi belajar siswa kelas IV SD As- Salam Malang”, skripsi ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Semua data dikumpulkan dengan dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan teknik product moment pearson.

Persamaan pada skripsi Mazidatul Ilmia dengan peneliti adalah sama- sama menggunakan metode kuantitatif. Perbedaannya pada jenis penelitian. Kalau peneliti menggunakan jenis penelitian eksploratif, sedangkan pada skripsi Mazidatul Ilmia menggunakan korelasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) hafalan Al-Qur‟an siswa kelas IV berada pada kategori cukup dengan persentase sebesar 55%

(2) prestasi belajar siswa kelas IV SDI As-Salam berada pada kategori tinggi dengan persentase 40% (3) hasil analisis teknik product moment pearson yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel hafalan Al-Qur‟an dengan prestasi belajar siswa kelas IV SDI As-Salam dengan kontribusi hafalan Al-Qur‟an sebesar 36,7% terhadap prestasi belajar sedangkan 63,3% ditentukan oleh faktor lain.

2. Nor Amira, tahun 2016, jurusan Sosiologi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi terlambatnya penyelesaian studi pada mahasiswa

(30)

fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau”, skripsi ini menggunakan metode kuantitatif dan tekhnik pengambilan data menggunakan propotional random sampling, dengan angket, wawancara, dan dokumentasi.

Persamaan pada skripsi Nor Amira dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaannya, Nor Amira membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terlambatnya penyelesaian studi. Sedangkan peneliti pada pencapaian (achievement) hafalan.

Hasil penelitian Nor Amira dapatkan di lapangan, untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi serta berapa persen pengaruh faktor tersebut pada mahasiswa dalam menyelesaikan studi, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terlambatnya penyelesaian studi pada mahasiswa adalah faktor internal (jasmani, psikologi, dan kelelahan) dan faktor eksternal (keluarga, universitas, dan masyarakat). Dan persentase dari faktor-faktor tersebut adalah faktor internal 58,65% dan eksternal 58,78% dengan ketegori cukup.

3. Nessa Oetary, tahun 2017, fakuktas Ekonomi Universitas Negeri Padang dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa akuntansi dalam mata kuliah pengantar akuntansi (studi empiris pada mahasiswa akuntansi S1 di fakultas ekonomi Universitas Negeri Padang)”, skripsi ini menggunakan metode kuantitatif, tekhnik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dan pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan kuesioner.

Tekhnik analisis data dalam penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis faktor.

Persamaan pada skripsi Nessa Oetary dengan peneliti adalah sama- sama membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

(31)

12

keberhasilan dan menggunakan metode kuantitatif. Perbedaannya padahanya pada fokus penelitiannya. Skripsi Nessa Oetary lebih focus pada mata kuliah pengantar akuntansi, sedangngkan skripsi peneliti yaitu pada hafalan Al-Qur‟an.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 7 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan mahasiswa akuntansi dalam mata kuliah pengantar akuntansi, yaitu: faktor pendekatan belajar mahasiswa, faktor kemandirian belajar mahasiswa, faktor tujuan belajar mahasiswa, faktor kesehatan, faktor pendukung belajar mahasiswa, faktor self-managing, faktor effort. Dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan mahasiswa akuntansi dalam mata kuliah pengantar akuntansi adalah faktor pendekatan mahasiswa yang terdiri dari bakat, perhatian, ability, dan manajemen waktu yang memiliki nilai percentase of variance sebesar 28,82% dan faktor yang memiliki kontribusi paling kecil adalah faktor effort yang memiliki nilai percentase of variance sebesar 4,58%.

4. Sugeng Hariyadi, tahun 2017 fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul ”Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian skripsi pada mahasiswa S1 Psikologi di Kota Semarang”, skripsi ini menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan data penelitian diolah menggunakan analisis koding.

Persamaan skripsi Sugeng Haryadi dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi suatu tujuan.

Perbedaannya pada subjek penelitian, Sugeng Haryadi pada mahasiswa S1 Psikologi di Kota Semarang, sedangkan peneliti pada mahasiswi fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta dan skripsi Sugeng Haryadi

(32)

menggunakan metode kualitatif, sedangkan peneliti menggunakan metode kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata mahasiswa psikologi memerlukan waktu dua semester untuk menyelesaikan skripsinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian skripsi, yaitu:

kebijakan fakultas dalam penyelesaian skripsi dan usaha mahasiswa dalam merampungkan skripsinya. Dengan hasil tersebut, penyusunan model akselerasi penyelesaian skripsi adalah saran yang urgen untuk ditindaklanjuti.

5. Feti Vera, tahun 2018 fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta dengan judul “Strategi Mahasiswi dalam meningkatkan Kualitas Hafalan Al-Qur‟an (Studi Kasus Mahasiswi IIQ Jakarta fakultas Tarbiyah Semester 6)”, skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Persamaan skripsi Teti Vera dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang hafalan Al-Qur‟an. Perbedaannya pada metode penelitian dan teknik pengumpulan data. Pada skripsi Feti Vera menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi, sedangkan peneliti menggunakan metode kuantitatif dan teknik pengumpulan data dengan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Problem tahfizh yang dihadapi mahasiswi semester 6 fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta, yaitu: Rendahnya motivasi dari mahasiswi sendiri, solusi yang dilakukan mahasiswi semester 6 fakultas Tarbiyah yaitu memotivasi diri sendiri, sering melakukan muroja‟ah, serta bisa mengetahui cara menghafal yang baik dan benar, strategi mahasiswi dalam menghafal Al-Qur‟an langkah

(33)

14

pertama yang dilakukan adalah tahsin Al-Qur‟an (membaguskan bacaan), menggunakan satu jenis mushaf dalam menghafal Al-Qur‟an, tidak beralih pada ayat yang berikutnya sebelum menguasai ayat yang sebelumnya, membaca bin-nadzhri sebelum memulai hafalan, memberi tanda kepada ayat-ayat yang serupa agar mudah dalam mengingatnya, dan menyetorkan hafalan kepada instruktur tiga kali dalam seminggu, tujuannya membantu menyelesaikan program yang diambil mahasiswi semester 6 fakultas Tarbiyah di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada pokok permasalahan dari tiap masing-masing skripsi dan adapun persamaannya adalah sama-sama ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya sesuatu.

I. Sistematika Penulisan

Peneliti mengacu pada buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Institut Al-Quran (IIQ) Jakarta tahun 2017, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI, bab ini mencakup landasan teoritis atau konsep yang mendukung penulisan yaitu meliputi pengertian achievement, pengertian hafalan, manfaat, keutamaan, syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an,

(34)

metode mengulang hafalan, faktor dan hambatan dalam menghafal, pengertian psikologi, dan faktor- faktor yang mempegaruhi psikologis seseorang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini meliputi pembahasan mengenai jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, bab ini menguraikan hasil penelitian tentang data yang dikumpulkan serta hasil dari pengolahan data. Analisis tersebut berisi interpretasi terhadap hasil pengolahan data dan dengan menggunkan teori yang ada.

BAB V PENUTUP, membahas tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran terkait dengan penelitian.

(35)

17 BAB II KAJIAN TEORI A. Pencapaian (Achievement) Hafalan

1. Pengertian Pencapaian (Achievement)

Achievement adalah pencapaian atau hasil yang telah dicapai, sesuatu yang telah dicapai, satu tingkat khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas atau tingkat tertentu dari kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.1

Achievement juga merupakan prestasi belajar, hasil belajar yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar ini biasanya ditunjukkan dengan skor yang diperoleh, yang diwujudkan dalam nilai rapor atau transkip nilai jika di Perguruan Tinggi.2

Achievement alias prestasi atau pencapaian adalah hiasan utama dari kepribadian seseorang. Orang itu dikenali dari kinerjanya. Semua hal yang kecil maupun besar bisa dicapai seseorang, maka seseorang itu punya kewajiban berbuat baik dalam bekerja dan kehidupannya, terus mengembangkan diri dan membawa diri ke pencapaian yang paling puncak. Jika upaya-upaya yang benar diarahkan ke tujuan itu, tujuan hidup seseorang akan lebih jelas bergerak ke arah yang lebih baik.

Setiap bentuk kesuksesan akan membuat seseorang mendapatkan kualitas tertentu yang dibutuhkan untuk menapaki jalan untuk maju terus. Namun dalam proses itu, ia akan menghadapi berbagai bentuk persaingan, individualitas, hingga usikan untuk menolong diri sendiri.

Seseorang tidak akan bisa mencapai puncak jika masih bergantung banyak pada nasihat orang lain. Agar bisa mencapai kesuksesan, ia

1 J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 5

2 Husamah, A To Z Kamus Psikologi Super Lengkap, (Yogyakarta: Andi, 2015), h. 3

(36)

harus lebih bergantung pada penilaian dan keputusannya sendiri.

Semakin cepat dan semakin benar ia membuat keputusan, semakin cepat ia mencapai posisi yang lebih tinggi hingga akhirnya mencapai puncak.

Di akar semua achievement, ada kerja keras dan ketulusan, ada keteguhan dan keuletan, serta ada harapan dan ambisi. Semua itu harus bisa tercampur dalam proporsi yang tepat agar seseorang menjadi sukses.3 Jadi, achievement adalah suatu pencapaian, hasil atau prestasi yang telah dicapai seseorang setelah melalui suatu proses.

2. Pengertian Hafalan

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang mu’jiz (dapat melemahkan orang-orang yang menentangnya), diturunkan kepada Rasulullah SAW. tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dan membacanya dinilai ibadah.4

Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab

اظفح - ظفيح - ظفح

yang memiliki arti memelihara, menjaga, ingatan.5 Menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Kata menghafal (kata kerja) adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat, dan kata hafalan berarti sesuatu yang dihafalkan atau hasil dari kegiatan menghafalkan.6

3 James Julian M. dan John Alfred, Belajar Kepribadian ”Accelerated Learning for

Personality”, (Yogyakarta: Pustaka Baca, 2007), h. 222-223

4 Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur’an, (Jogjakarta: JRCiSoD, 2013), h.

24 5

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzuryah, 1997), h. 105

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia diakses pada tanggal 05 April 2019 jam 06:50

(37)

19

Berdasarkan pengertian hafalan dan Al-Qur’an di atas, dapat disimpulkan bahwa hafalan Al-Qur’an adalah hasil dari suatu proses meresapkan kalam Allah dalam pikiran, dengan kata lain merupakan hasil dari proses menghafalkan Al-Qur’an.

Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya “Menghafalkan Al- Qur’an” menyatakan bahwa hifzhul Qur’an adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga bisa membacanya di luar kepala. Seorang “al-Hafizh” adalah orang yang sudah hafal keseluruhan ayat Al-Qur’an di luar kepala.7

Menghafal Al-Qur’an merupakan sebuah proses mengingat materi ayat (rincian bagian-bagiannya, seperti fonetik, waqaf, dan lain- lain) harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal, sehingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat.

Apabila salah dalam memasukkan materi atau menyimpan materi, maka salah pula dalam mengingat materi tersebut. Bahkan materi tersebut sulit untuk ditemukan kembali dalam memori atau ingatan manusia.8

Dalam hal ini, menghafal Al-Qur’an berperan penting dalam menjaga ayat-ayat maupun surat dalam Al-Qur’an agar tetap terjaga keasliannya. Walaupun sungguh Al-Qur’an itu sudah dijaga oleh Allah SWT terhadap keasliannya, sebagaimana dalam firman-Nya:

















7 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an, (Cirebon: Qaf, 2017), h. 16

8 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 15

(38)

”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”9

Akan tetapi, bagi seorang penghafal Al-Qur’an merupakan sebuah keistimewaan bila mampu menghafalkannya.

Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an itu lebih utama dan lebih banyak pahalanya. Sebab, ia bersama para malaikat penulis dan ia akan mendapatkan pahala yang banyak.10 Ada banyak sekali hadits- hadits nabi yang mendorong untuk menghafal Al-Qur’an. Salah satu di antaranya, sabda Nabi Muhammad SAW:

ويلع للها ىلص للها لوسر لاق : لاق ونع للها يضر دوعسم نبا نعو ْنَم :ملسو

ْنِكَلَو ٌفْرَح ََلَآ : ُلْوُ قَأ َلا اَِلِاَثْمَأ ِرْشَعِب ُةَنَسَلحْا َو ٌةَنَسَح ُوَلَ ف ِللها ِباَتِك ْنِم اًفْرَح َأَرَ ق نسح حيحص ثيدح :لاقو ّيذيمترلا هاور( .ٌفْرَح ُمْيِمَو ٌفْرَح ُمَلاَو ٌفْرَح ٌفِلَا

)

“Dari Ibnu Mas’ud RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR.

Tirmidzi, hadits hasan shahih).11

Membaca Al-Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf yang dibaca akan dibalas dengan satu pahala kebaikan bagi yang membacanya.

Maka seorang muslim yang hafal Al-Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja, langsung dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf. Ini merupakan ibadah yang agung.

9 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005)

10 Ahmad Salim Badwilan, Seni Menghafal Al-Qur’an, (Solo: Darul Hadhoroh Lin

Nasyr Wal Tauzi’, 2008), h. 184

11 Imam Nawawi, Shahih Riyadhush Shalihin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.

156

(39)

21

Jadi, pencapaian (achievement) hafalan adalah hasil yang dicapai setelah melakukan hafalan Al-Qur’an, di mana ayat-ayat Al-Qur’an tersebut telah masuk ke dalam ingatan dan dapat diucapkan tanpa harus melihat Al-Qur’an.

3. Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Allah SWT., menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya.

Begitu pula dengan orang yang menghafal Al-Qur’an pasti banyak memiliki manfaat. Di antara manfaat menghafal Al-Qur’an adalah:12 a. Jika disertai amal saleh dan keikhlasan, maka hal ini merupakan

kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Di dalam Al-Qur’an banyak kata-kata bijak yang mengandung hikmah dan sangat berharga bagi kehidupan.

c. Di dalam al quran terdapat ribuan kosa kata atau kalimat jika kita menghafal Al-Qur’an dan memahami artinya, secara otomatis kita telah menghafal semua kata-kata tersebut.

d. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat tentang iman, amal, ilmu, dan cabang-cabangnya, aturan yang berhubungan dengan keluarga dan lain-lainnya.

Demikian manfaat-manfaat menghafal Al-Qur’an. Dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan jika seorang muslim menghafal Al-Qur’an.

4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah SAW. yang

12 Ridhoul Wahidi dan Rofiul Wahyudi, Metode Hafal Al-Qur’an Saat Sibuk

Kuliah, (Klaten: Semesta Hikmah, 2017), h. 15

(40)

mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca atau menghafal Al-Qur’an. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.13 Inilah di antara keutamaan menghafal Al-Qur’an:14

a. Mendapatkan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah.

b. Penghafal Al-Qur’an akan meraih banyak sekali pahala.

c. Penghafal Al-Qur’an yang menjunjung nilai-nilai Al-Qur’an dijuluki dengan “Ahlullah” atau keluarga Allah.

َع ْن َأ َن ْب ِس َم ِلا ِن َع ونع للها يضر ٍك ِن

نلا يِب َص ل ُللها ى َع

َل ْي ِو َو َس ل َم َق َلا

" : ِإ ن

ِلله َ ت َع َلا ْى ِل َأ َْي َن ِم نلا ِسا ِق ".

ْي َل َم : ْن ُى ْم َي َر ا ُس ْو َل ِللها َق ؟ َلا َأ : ْى ُل

ْا ُقل ْر ِنآ ُى ْم , ْى ُل َأ ِللها َو َخ ُت ُو صا ".

“Dari sahabat Anas bin Malik r.a, Nabi SAW., bersabda, Sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang terdekat dengan- Nya.” Sahabat bertanya, “Siapa mereka ya Rasul?” Jawab Nabi,

“Mereka adalah ahlul Qur’an. Mereka itulah keluarga Allah dan orang-orang terdekat dengan-Nya."

d. Nabi Muhammad SAW. pernah menyegerakan penguburan sahabat yang meninggal dalam perang uhud, yang hafalannya lebih banyak daripada lainnya.

e. Nabi Muhammad SAW. memerintahkan para sahabat agar yang menjadi imam shalat adalah mereka yang paling bagus bacaan Al- Qur’annya, yang sekaligus juga hafal.

f. Nabi Muhammad SAW. menjanjikan bahwa orang tua penghafal Al- Qur’an akan diberi mahkota oleh Allah pada hari kiamat nanti.

13 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi

Askara, 1994), h. 26

14 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an, h.27

(41)

23

g. Penghafal Al-Qur’an telah mengaktifkan sel-sel otaknya yang berjumlah miliaran melalui kegiatan menghafal. Kegiatan ini potensi untuk menjadikan otaknya menjadi semakin kuat dan cerdas.

h. Penghafal Al-Qur’an termasuk orang-orang terdepan dalam menjaga keaslian, kemurnian, kelsetarian kitab suci Al-Qur’an.

i. Seorang penghafal Al-Qur’an yang selalu membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an akan menciptakan dirinya menjadi manusia saleh.

j. Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat Al-Qur’an pada hari kiamat.

k. Penghafal Al-Qur’an yang selalu muraja’ah (mengulang hafalannya) ia sebenarnya tengah melakukan olahraga otak dan lidah.

l. Karena Al-Qur’an adalah kitab “Mubarak” yang penuh berkah atau tempat menumpuknya kebaikan.

Menghafal Al-Qur’an termasuk ibadah sebagai tujuan hidup dalam Islam jika dilakukan ikhlas karena Allah. Karena dengan menghafal Al-Qur’an adalah sebuah bentuk pengabdian umat Islam dalam menjaga keaslian, kemurnian, kelestarian kitab suci Al-Qur’an.

5. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur’an

Di antara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur’an, ialah:15

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori- teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.

b. Niat yang ikhlas. Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar seseorang ke tempat tujuan. Niat mempunyai peranan

15 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h. 48

(42)

yang sangat penting dalam melakukan sesuatu, antara lain: sebagai motor dalam usaha untuk mencapai tujuan.

c. Memiliki keteguhan dan kesabaran.

d. Istiqamah. Seorang penghafal Al-Qur’an harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efesiensi terhadap waktu. Seorang penghafal yang konsisten akan sangat menghargai waktu, begitu berharganya waktu baginya.

e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela. Karena keduanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an, sehingga akan menghancurkan konsentrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.

Jadi, dapat diketahui bahwa kunci dalam menghafal Al-Qur’an yaitu ikhlas. Ikhlas dalam artian tidak mengharapkan sesuatu selain ridha Allah SWT.

6. Metode-metode Mengulang Hafalan

Mayoritas orang mengatakan bahwa menjaga lebih sulit daripada mendapatkan. Hafalan bisa diraih dengan cepat, namun tidak demikian dengan penjagaannya. Jika tidak dijaga, maka lama-lama hafalan tersebut akan hilang. Oleh sebab itu, menjaga hafalan Al-Qur’an merupakan keniscayaan bagi setiap penghafal Al-Qur’an.

Berikut ini adalah metode-metode mengulang hafalan Al- Qur’an:16

16 Rachmat Morado Sugiarto, Cara Gampang Menghafal Al-Qur’an Untuk Pemula

dan Orang Sibuk, (Jakarta: Wahyuqolbu, 2019), h. 68

(43)

25

a. Mengulang hafalan dalam shalat.

Yaitu membaca surah atau ayat yang telah dihafal dalam shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah.

b. Mengulang hafalan dengan ditulis.

Metode ini didasari dengan pemikiran bahwa ilmu perlu ditulis dalam buku. Begitu pun Al-Qur’an sebagai sumber ilmu yang dapat dijaga dalam bentuk tulisan oleh penghafalnya. Ath-Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari perkataan Anas r.a:

ِباَتِكلْاِب َمْلِعلْا اوُديي َ ق

Ikatlah ilmu dengan cara ditulis (di dalam buku).”

c. Mengulang hafalan dengan membaca bersama-sama.

Caranya adalah para penghafal Al-Qur’an perkelas atau perangkatan mengulang hafalannya bersama. Mereka membaca surah dan ayat yang sama.

d. Mengulang Al-Qur’an dengan metode tasmi’.

Tasmi’ artinya memperdengarkan bacaan Al-Qur’an. Dengan cara ini, penghafal Al-Qur’an memperdengarkan bacaannya di hadapan para penghafal lainnya.

Tasmi’ bisa juga dilaukukan kepada guru atau orang yang sudah kukuh hafalannya.

e. Mengulang hafalan Al-Qur’an dengan metode maqra’ah.

Yaitu, para penghafal Al-Qur’an membuat lingkaran atau disebut dengan halaqah. Jumlah mereka bisa banyak bisa sedikit.

Setiap penghafal Al-Qur’an membaca beberapa ayat atau surah hingga selesai secara bergantian.

(44)

f. Mengulang hafalan sebelum tidur.

Ahli psikologi menyatakan bahwa 45 menit sebelum tidur adalah waktu terbaik. Para penghafal Al-Qur’an dianjurkan mengulang hafalannya karena waktu ini sangat efektif dan produktif.

g. Mengulang hafalan ayat-ayat yang mirip.

Salah satu kendala yang dihadapi penghafal Al-Qur’an yaitu ayat-ayat yang serupa. Penghafal Al-Qur’an ketika mengulang hafalan sering tertukar antara ayat-ayat serupa ini. Cara agar ayat- ayat itu tidak tertukar adalah dengan mengulang ayat-ayat tersebut secara bergantian dan mengingat setiap tempatnya.

h. Mengulang hafalan dengan mendengar MP3 dan mushaf digital.

Kecanggihan tekhnologi di zaman sekarang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan menghafal dan mengulang hafalan. MP3 Al-Qur’an bisa diunduh ke dalam gadget, ponsel pintar, computer, tablet atau perangkat elektronik lainnya. Usahakan fokus dengan satu qari’

ketika mengulang dengan menggunakan media MP3 agar hafalan meresap ke dalam hati.

i. Wirid Al-Qur’an.

Yang dimaksudkan wirid Al-Qur’an yaitu mengulang hafalan Al-Qur’an seusai melakukan shalat rawatib. Wirid Al-Qur’an mirip dengan dzikir setelah shalat karena dilakukan setiap selesai shalat fardhu.

j. Mengulang hafalan kapan pun ada kesempatan.

Bagi orang sibuk, sering kali susah untuk mendapatkan waktu yang luang karena banyaknya pekerjaan. Dalam hal ini, penghafal hendaknya menggunakan kesempatan waktu yang dimilikinya untuk mengulang hafalan.

(45)

27

Jadi, dibutuhkan konsistensi dalam mengulang hafalan, terutama sebelum menambah hafalan baru dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik mungkin.

7. Faktor-faktor Pencapaian Hafalan

Terdapat beberapa hal yang dianggap penting sebagai pendukung tercapainya tujuan menghafal Al-Qur’an. Faktor-faktor pendukung yang dimaksud ialah:17

a. Usia yang ideal

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-Qur’an, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang memang berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-Qur’an. Seorang penghafal yang berusia relatif masih muda jelas akan lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau dihafal, atau didengarnya dibanding dengan mereka yang usia lanjut. Dalam hal ini, ternyata usia dini lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar, atau dihafal.

Ada beberapa hal yang mendukung kebenaran asumsi seperti ini, antara lain:

1) Pepatah Arab mengatakan:

ِءاَمْلا ىَلَع ِشْق نلاَِبَِكْلا ِفِ ُم ل تلا َو ِرَجَْلحا ىَلَع ِشْق نلاَك ِرَغيصلا ِفِ ُم ل تلا

“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar pada usia sesudah dewasa bagaikan mengukir di atas air”.

17 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h.56

(46)

Pepatah di atas memberikan arah yang jelas kepada kita bahwa usia dini memiliki daya serap dan daya ingat hafalannya masih bagus serta sangat memungkinkan akan mengalami perkembangan dan peningkatan secara maksimal, karena ia masih berproses menuju kesempurnaan, sedangkan orang yang sudah melewati masa dewasa, daya ingatnya cenderung mengalami penurunan.

2) Usia yang relatif muda belum banyak terbebani oleh problema hidup yang memberatkannya sehingga ia akan lebih cepat menciptakan konsentrasi untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Maka usia yang ideal untuk menghafal adalah berkisar antara usia 6 sampai 21 tahun.

Namun demikian, ini tidak berarti bahwa usia tua tidak bisa menghafal Al-Qur’an. Jika ada kemauan yang kuat, maka akan berhasil untuk mencapai tujuannya tersebut, yaitu menghafal Al- Qur’an .

b. Manajemen waktu

Di antara penghafal Al-Qur’an ada memproses menghafal Al- Qur’an secara spesifik, yakni tidak ada kesibukan lain kecuali menghafal Al-Qur’an saja. Ada pula yang menghafal di samping melakukan kegiatan-kegiatan lain.

Bagi mereka yang menempuh program khusus menghafal Al- Qur’an dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan waktu yang dimilikinya, sehingga ia akan cepat menyelesaikan program tersebut.

Sebaliknya, bagi mereka yang menghafal di samping melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti sekolah, bekerja dan sebagainya, maka ia harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada,

(47)

29

diperlukan manajemen waktu yang baik. Artinya penghafal harus mampu mengantisipasi dan memilih waktu yang dianggap sesuai dan tepat baginya untuk menghafal Al-Qur’an. Para psikolog mengatakan, bahwa manajemen waktu yang baik akan berpengaruh besar terhadap pelekatan materi. Oleh karena itu, ia harus mampu mengatur waktu untuk menghafal dan melakukan kegiatan lainnya.

Adapun waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal, yaitu: waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga terbit matahari, setelah bangun dari tidur siang, setelah shalat, dan waktu di antara magrib dan isya’.

Setiap saat baik-baik saja digunakan untuk mengahafal, karena pada prinsipnya kenyamanan dan ketepatan dalam memanfaatkan waktu itu relatif dan bersifat subjektif, seiring dengan kondisi psikologis yang bervariatif. Jadi, setiap waktu yang dapat mendorong munculnya ketenangan dan terciptanya konsentrasi adalah baik untuk menghafal.

c. Tempat menghafal

Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya program menghafal Al-Qur’an. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang buruk, penerangan yang tidak sempurna dan polusi udara yang tidak nyaman akan menjadi kendala berat terhadap terciptanya konsentrasi. Oleh karena itu, dibutuhkan tempat yang ideal untuk menghafal. Berikut ini beberapa kriteria tempat ideal untuk menghafal:18

1) Jauh dari kebisingan.

2) Bersih dan suci dari kotoran dan najis.

18 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h.61

(48)

3) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara.

4) Tidak terlalu sempit.

5) Cukup penerangan.

6) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan.

7) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni jauh dari telepon.

Jika menetukan suatu ruangan, maka buatlah tempat itu sebagai tempat untuk menghafal bukan untuk yang lainnya. Karena jika dipakai untuk hal lainnya, maka konsentrasi akan terbagi-bagi.

d. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting baik orang yang menghafal Al-Qur’an. Jika tubuh sehat, maka proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, bila tubuh tidak sehat, maka akan sangat menghambat ketika menjalani proses menghafal.

e. Faktor Motivasi

Orang yang menghafal Al-Qur’an pasti sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga, dan sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an.

f. Faktor Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalani proses menghafalkan Al-Qur’an. Setiap individu

Gambar

Tabel 3.3  Matriks Variabel  N

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

81/2002/ND-CP dated 17th October 2002 to guide the implementation of the Law regulating many applications of reduction and exemption of corporate income taxes, value added tax and