PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN SALING
MENGHARGAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMP N 1 IV JURAI
KABUPATEN PESISIR SELATAN
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh GelarSarjanaPendidikan Strata Satu (S-1)
SARTIKA NINGSIH NIM. 12030144
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2016
Mutual Influence Learning Facilities Respect Against Student Learning Outcomes Academic Year 2015/2016 Class V11 in SMP N 1 IV jurai
Kabupaten Pesisir Selatan.
Sartika Ningsih*Slamet Rianto** Arie Zella Putra Ulni***
GeographyEducationStudentsSTKIPPGRIWest Sumatra*
Lecturer inGeographyEducationSTKIPPGRIWest Sumatra**
ABSTRACT
This research was conducted in SMP N 1 IV jurai regarding the effect of Learning Facilities and Mutual Respect To The Seventh Grade Student Learning Outcomes Academic Year 2015/2016 in SMP N 1 IV jurai South Coastal District.
The purpose of this study was to obtain empirical evidence about the influence of learning facilities and respect the learning outcomes of students of class VII in the 2015/2016 school year SMP N 1 IV Jurai
This study was descriptive correlational. Sampling in this research using stratified random sampling technique, where a population of 104 students and a sample to be taken as many as 83 students. Data Learning facilities (X1) and Respect (X2) obtained from the questionnaire while data on student learning outcomes (Y) is obtained from the documentation of the average value of the midterm.
The results of this study show that: 1) The learning facilities have a significant effect on learning outcomes of students of class VII Doctrine year 2015/2016 in SMP N 1 IV Jurai South Coastal District, 2) Respect significant effect on student learning outcomes Doctrine class VII year 2015/2016 in SMP N 1 IV Jurai South Coastal District, and 3) Facility to learn and respect jointly significant effect on student learning outcomes Doctrine class VII year 2015/2016 in SMP N 1 IV Jurai South Coastal District.
Keywords: facilities, respect
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa, oleh karena itu hampir semua bangsa menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam program
pembangunan nasional.
Berhubungan dengan program pembangunan nasional dimana sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berhubungan dengan kemajuan IPTEK serta bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, sebagai mana yang telah tertera dalam pembukaan undang-undang yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang tujuan nya diharapkan seluru masyarakat indonesia memiliki SDM yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan melihat tujuan pendidikan nasional di atas pentingnya peningkatan kualitas sumber daya yang ada di dalam sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat diharapkan hal ini tercapai apabila tenaga pengajar dan seluruh perangkat sekolah dapat bekerja sama dalam membangun sekolah khususnya dunia pendidikan seorang pengajar atau pendidik selalu dibekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bermutu. Salah satu ilmu yang dimiliki seorang guru adalah bagaimana cara mengelola kelas sehingga akan tercapai suasana belajar yang kondusif.
Ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia terus berkembang,tuntutan masyarakat
semakin kompleks dan
persainganpun semakin ketat,apalagi dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, untuk itu perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia, mencipkan manusia yang produktif dan mampu memajukan bangsa. Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya.
Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan tsaqâfah Islam. Berapa banyak lulusan pendidikan umum yang tetap saja buta agama dan rapuh kepribadiannya? Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai tsaqâfah Islam dan secara relatif sisi kepribadiannya tergarap baik. Akan tetapi, di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan, dan jasa) diisi oleh orang-orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti agama terkumpul di dunianya sendiri (madrasah, dosen/guru agama, Depag), tidak mampu terjun di sektor modern.
Sistem pendidikan yang material-sekularistik tersebut
sebenarnya hanyalah merupakan bagian belakang dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekular. Dalam sistem sekular, aturan-aturan, pandangan, dan nilai-nilai Islam memang tidak pernah secara sengaja digunakan untuk menata berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.
Karena itu, di tengah-tengah sistem sekularistik ini lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai- nilai agama.
Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu (diluar pendidikan formal) tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan formal dapat diperoleh dari lembaga pendidikan seperti sekolah, yayasan dan lembaga formal lainnya. Sedangkan pendidikan non formal seperti les, kursus, dan lain sebagainya.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan saat ini pemerintah dan sekolah gencar melakukan terobosan dan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dengan melihat sumber daya manusia dari generasi kegenerasi telah membuktikan adanya kemajuan dengan kualitas pengajaran yang kreatif mampu mengelola kelas dengan baik dan proses belajar pun terlaksana dengan baik.
Menurut Slameto (2003:54) proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar seperti minat, bakat, perhatian, kesiapan dan kesehatan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu seperti lingkungan keluarga,waktusekolah, keadaan gedung dan model pembejaran yang di gunakan guru di dalam kelas.
Perubahan zaman dan perkembangan teknologi ternyata telah membawa perubahan di segala segmen baik pola, gaya hidup, dan juga tingkah laku manusia. Hal ini juga terjadi pada siswa-siswi yang sedang dalam tahap pembelajaran, Termasuk sikap siswa-siswi yang kurang sopan terhadap guru yang memberinya pelajaran. Kewajiban siswa untuk patuh dan ta’at kepada guru, serta hormat kepada nya sudh sepatut nya diterapkan ditengah- tengah proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini adalah bentuk ketawadhu’an siswa terhadap orang yang telah berjasa mentrasferkan kemampuan nya. Dengan diterapkan hal ini maka siswa tidak hanya cerdas dari sisi intelektual saja, tetapi juga matang di sisi emosionalnya.
Konsep pendidikan ini memberikan ruang kepada guru untuk lebih dekat kepada murid.
Guru bisa menjadi pendidik sekaligus teman bagi siswa. Tetapi konsep ini seringkali tersalah aplikasikan, dimana kedekatan ini kemudian dimaknai dengan sebuah kedekatan tanpa batas sehingga siswa tidak merasa sungkan lagi melakukan hal-hal yang semestinya tidak
mereka lakukan. Melakukan bentuk komunikasi yang tidak semestinya, karena mereka menganggap guru sebagai teman mereka.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis pada saat praktek lapangan di SMP N 1 IV JURAI Kabupaten Pesisir Selatan kelas VII Tahun Ajaran 2015/2016, siswa yang di temukan oleh penulis mereka lebih banyak tidak menghargai guru maupun teman sejawat ataupun yang lebih tua dari mereka sehingga terciptanya kondisi pada saat belajar yang tidak baik karena mereka lebih banyak meribut dan mengobrol dengan teman sebangkunya di bandingkan dengan mendengarkan guru nya menerangkan pelajaran di depan kelas.
Fasilitas belajar merupakan
penunjang utama dalam
pembentukan hasil belajar siswa karena dengan fasilitas yang baik, bagus dan lengkap dapat memotivasi siswa untuk belajar. Semakin lengkap fasilitas belajar, akan semakin mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar.
Saling monghormati sangat erat kaitannya dengan rasa sopan santun baik itu kepada teman sekawan maupun kepada orang yang lebih tua dari pada kita, apabila rasa saling menghormati itu ada maka.Hasil belajar merupakan patokan utama untuk melihat keberhasilan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, untuk itu hasil belajar yang didapatkan siswa di sekolah harus mencapai KKM yang di tetapkan sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul tentang
“Pengaruh Fasilitas Belajar dan Saling Menghargai Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Tahun Ajaran 2015/2016 di SMP N 1 IV JURAI Kabupaten Pesisir Selatan”
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional. Penelitian korelasi merupakan salah satu bentuk penelitian deskriptif yang bertujuan disamping mendeskripsikan variabel- variabel, penelitian ini juga mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Menurut Arikunto (2006) penelitian deskriptif korelasional juga dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis, karna itu koefisien kondasi yang dihasilkan menunjukan tingkat signifikan, terbukti atau tidaknya sebuah hipotesis.
Informan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII tahun ajaran 2015/2016 di SMP N 1 IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian ini di ambil dengan teknik Stratafied Random Sampling.
Dengan banyak sampel sebanyak 83 orang siswa
Hamalik (2008:30)
Mengemukakan tentang pengertian hasil belajar “hasil belajar adalah tingkah laku yang baru, tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,perubahan dalam sikap,kebiasaan,keterampilan,mengh argai perkembangan sikap social
ekonomi emosional dan
pertumbuhan jasmani”. Hasil belajar
disini adalah dari hasil ujian tengah semester tahun ajaran 2015/2016 kelas VII SMP N 1 IV Jurai.
S. Nasution (2005:76) bahwa:Untuk memperbaiki mutu pengajaran harus di dukung oleh berbagai fasilitas, sumber belajar dan tenaga pembantu antara lain diperlukan sumber-sumber dan alat- alat yang cukup untuk memungkinkan murid belajar secara individual. Antara lain diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk memungkinkan murid belajar secara individual.
Respek itu tidak takut dan tidak kagum. Ia berasal dari kata respicere (melihat). Maka ia berarti kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana apa adanya, sadar akan keunikannyasebagai seorang individu. Respek berarti perhatian bahwa orang lain harus tumbuh dan jangan terkekang sebagaimana dirinya sendiri. Demikian kata Erich Fromm dalam bukunya, The Art of Loving (1953) dalam Muhamad (2014:122).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa fasilitas belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai koefisien sebesar 0,894.
Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 7,209> ttabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikan sebesar 0,000
< = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,639, yang artinya 63,90%
perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel fasilitas belajar (X1). Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar.
Semakin baikfasilitas belajar maka akan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh, begitu juga sebaliknya jika fasilitas belajar kurang baik, maka hasil belajar yang diperoleh juga kurang baik atau kurang memuaskan.
Menurut H. M Daryanto (2006:51) secara etimologi (arti kata) fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya.
Slameto (2003:63)
mengemukakan bahwa:Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini, (2009) dengan judul
“Pengaruh fasilitas belajar dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Ekonomi di SMA N 5 Padang . Hasil penelitiannya menunjukan bahwa fasilitas belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar.
Kedua, Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa saling menghargai berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil koefisien sebesar 0,232. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 3,452>
ttabel 1,99 dengan taraf signifikan sebesar 0,001< = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,639 yang artinya 63,90%
perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel saling menghargai (X2). Hal ini berarti bahwa semakin baik saling menghargai maka akan semakin baik pula hasil belajar, begitu juga sebaliknya apabila saling menghargai tidak baik maka hasil belajar juga tidak akan baik.
Kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana apa adanya, sadar akan keunikan nya sebagai seorang individu. Respek berarti perhatian bahwa orang lain harus tumbuh dan jangan terkekang sebagaimana dirinya sendiri.
Demikian kata Erich Fromm dalam bukunya, The Art of Loving (1953) dalam Muhamad (2014:122). Respek adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa
dibilang ini adalah tingkat lanjutan dari simpati. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman, kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu. Respek tidak sama dengan rasa takut. Rasa hormat dan penghargaan adalah kasih sayang dan kesadaran bahwa diri adalah bagian dari sebuah masyarakat, dalam hal ini, masyarakat sekolah.
Jadi kesimpulannya, respek terhadap diri sendiri adalah rasa hormat dan kagum terhadap kemampuan diri sendiri. Sedangkan respek terhadap orang lain adalah rasa hormat-menghormati serta mengagumi kepribadian orang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2009), dengan judul
“pengaruh kedisiplinan belajar dan profesionalisme guru terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Tapung hulu Kabupaten Kampar”
hasil penelitiannya mengemukakan bahwa kedisiplinan belajar dan profesionalisme guru secara bersama-sama berpengaruh signifikan dan positif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Tapung hulu. Hal ini ditunjukan oleh nilai sebesar 320,38 lebih besar dibandingkan dengan nilai sebesar 3,13 dengan tingkat kesalahan 5 .
Ketiga, Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa fasilitas belajar dan saling menghargai berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel f yang menyatakan bahwa Fhitung 70,771>
Ftabel 3,11 dengan taraf signifikan 0,000 < = 0,05. Selain itu, berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,639 yang artinya 63,90%
perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen (fasilitas belajar dan saling menghargai) sedangkan sisanya sebesar 36,10% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini berarti bahwa semakin baikfasilitas belajar dan saling menghargai maka akan semakin baik hasil belajar, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas belajar dan saling menghargai tidak baik maka hasil belajar juga tidak akan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan kepada permasalahan dan pertanyaan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagaiberikut:
1. Fasilitas Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,849 %. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 7,209> ttabel sebesar 1,99.
Artinya apabila fasilitas belajar meningkat sebesar
1satuan, maka hasil belajar akan meningkat sebesar 0,849% dalam setiap satuannya.
2. Saling Menghargai berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,232 %. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 3,452> ttabel 1,99. Artinya, apabila saling menghargai meningkat sebesar 1satuan, maka hasil belajar akan meningkat sebesar 0,232%
dalam setiap satuannya.
3. Fasilitas belajar dan saling menghargai secara bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dimana diperoleh nilai Fhitung 70,771
> Ftabel 3,11dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 <
α = 0,05. Hal ini berarti Ha
diterima dan H0ditolak.
Artinya apabila fasilitas belajar meningkat dan saling menghargai meningkat maka hasil belajar juga akan meningkat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis uraikan, maka untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang penulis menyarankan:
1. Untuk fasilitas belajar siswa, sebaiknya sekolah
harus meningkatkan fasilitas belajar siswa seperti meningkatkan sarana, prasarana dan media agar hasil belajar yangdiperoleh siswa lebih maksimal.
2. Untuk variabel saling menghargai, siswa harus meningkatkan rasa saling menghargai kepada sesama teman seperti menghargai teman ketika melakukan diskusi pelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis yang lebih mendalam dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Angraini. 2009. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA N 5 Padang. Skripsi STKIP PGRI : Sumbar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.
Daryanto. 2006. Media
Pembelajaran.Yogyakarta:
Gava Media.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kusnandar, Erwin. Membina Hubungan dengan Orang Lain.http://erwinkusnandar.mul tiply.com/journal/item/106/Me mbina_Hubungan_dengan_Ora ng_Lain.html.
Muhamad, Mustari. 2014. Respec.
Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.