• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS

PARAWISATA DAN PEMUDA OLAHRAGA KABUPATEN MOROWALI UTARA

1Maslin Hingkua, 2Nurdam Buhaerah, 3Nurfaidah Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen STIE YPUP Makassar

1maslinhingkua6@gmail.com, 2nurdambuhaerag@gmail.com, 3nurfaidahypup@gmail.com ABSTRACK

The purpose of this study was to analyze and determine the effect of leadership style on work effectiveness at the North Morowali District Youth and Sports Tourism Office, the influence of internal communication on the work effectiveness of employees at the North Morowali District Youth and Sports Tourism Office and the simultaneous influence of leadership style and internal communication. on the effectiveness of the work of employees at the Department of Youth and Sports Tourism in North Morowali Regency. This study uses a quantitative descriptive approach using a population of 44 people with sampling using a saturated sampling method that makes members of the population as members of the sample. The analytical method used is multiple linear regression method with hypothesis testing with the F test, t test and determinant test. The results showed that (1) leadership style has a positive and significant effect on the work effectiveness of employees at the Department of Youth and Sports Tourism in North Morowali Regency, (2) Internal communication has a positive and significant effect on the work effectiveness of employees at the Department of Youth and Sports Tourism in Morowali Regency. North. (3) Simultaneously the leadership style and internal communication have a positive and significant effect on the work effectiveness of employees at the Youth and Sports Office of North Morowali Regency.

Keywords: leadership style, internal communication, work effectiveness PENDAHULUAN

Dalam mencapai tujuan organisasi banyak faktor yang mempenga-ruhinya diantaranya kualitas sumber daya manusia atau karyawan, metode kerja, lingkungan kerja dan fasilitas-fasilitas yang menunjang tercapainya tujuan. Efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan tang- gungjawab akan sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan organisasi.

Untuk mewujudkan efektivitas kerja yang positif bukan merupakan usaha yang mudah, karena dipengaruhi beberapa faktor diantaranya lingkungan kerja, tata ruang kantor, suasana kerja, gaya kepemimpinan dan komunikasi baik intern maupun ekstern dan lain sebagainya. Salah satu kekuatan efektivitas dalam

pengelolaan organisasi yang berperan bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan.

Kepemimpinan yang mampu memprakarsai pemikiran baru dalam proses interaksi dilingkungan kerja dengan melakukan tujuan, prosedur, input, proses dan output sesuai dengan tuntunan perkembangan. Dalam suatu organisasi atau instansi, kepemimpinan berkaitan dengan pengarahan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaa dan ini menjadi bagian penting dalam memahami perilaku kerja.

Beberapa hasil penelitian telah memperlihatkan bahwa tidak ada satu cara terbaik untuk memimpin bawahan kecuali tergantung pada pemimpinnya, bawahan

(2)

dan situasi yang ada. Pemimpin yang baik mendapatkan hasil pekerjaan lebih banyak dari bawahannya. Untuk dapat mengarahkan dan mengatur bawahan dengan baik diperlukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi organisasi atau institusi, dengan pendekatan tersebut maka seorang pemimpin dapat menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi akan menjadikan pegawai lebih semangat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dan mempunyai harapan terpenuhinya kebutuhan.

Selain faktor gaya kepemimpinan, faktor komunikasi dalam sebuah organisasi berperan dan sangat berkaitan antara pemimpin dan bawahan. Seorang pemimpin dalam instansi dalam melaksanakan perannya sebagai atasan, maka komunikasi dapat menjadi jembatan untuk dapat mengarahkan bawahan untuk bekerja dengan efektif. Seorang manajer dikatakan berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan. Oleh karena itu, komunikasi yang baik berperan penting dalam organisasi, tanpa komunikasi yang baik maka kemungkinan tidak akan tercipta suasana kerja yang kondusif.

Komunikasi yang kurang baik diantara atasan dan bawahan akan berdampak pada lingkungan kerja kerja terganggu dan itu dapat membuat pegawai merasa tidak nyaman dan tidak termotivasi dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik dan hal ini akan berpengaruh terhadap menurunnya kinerja invidu setiap pegawai di instansi tersebut.

Besarnya pengaruh komunikasi terhadap pencapaian kerja instansi sangat berkaitan dengan fungsi dari sebuah komunikasi yaitu meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik- konflik pribadi, mengurangi

ketidakpastian sesuatu serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi yang baik dan kepercayaan dari seorang pemimpin kepada bawahan dalam memberikan arahan, bimbingan dan bantuan akan berdampak pada pemahaman akan kekompakan dan memudahkan bawahan untuk dapat menjalankann tugas dan tanggungjawab dengan baik.

Selain itu, komunikasi dalam organisasi yang kurang baik akan berdampak negatif pada penyampaian pesan dan juga akan mempengaruhi arus informasi yang ingin disampaikan.

Hal tersebut seiring dengan batasan komunikasi yang merupakan suatu proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku, sedangkan komunikasi intern adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan, maupun bawahan dengan bawahan.

Komunikasi intern akan lebih efektif, jika berbagai faktor yang mendukung keberhasilan dapat digunakan secara bersama-sama. Faktor-faktor tersebut diantaranya: berusaha memperoleh umpan balik, menggunakan bahasa yang benar dengan diikuti gerakan badan untuk memperjelas isi pesan, dan bila perlu dilakukan pengulangan dalam hal penyampaian, menempatkan diri baik sebagai penyampai maupun penerima.

Dengan adanya komunikasi intern pada sebuah instansi, maka koordinasi dan kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan bisa berjalan dengan baik. Dengan komunikasi yang baik, maka berdampak pada hilangnya keragu-raguan dan kesalahpahaman bawahan sehingga informasi dan petunjuk yang mereka peroleh jelas dan akhirnya mem-pengaruhi efektivitas kerja mereka.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, pemimpin yang dapat menjalankan tugas dengan baik dalam mengarahkan bawahannya tergantung dari gaya kepemimpinannya dan hal tersebut juga

didukung oleh kemampuan

mengimplementasikan komunikasi internal yang baik. Faktor gaya kepemimpinan dan komunikasi internal menjadi topik yang menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut judul penelitian adalah Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Dinas Parawisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai Pada Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara ?

2. Apakah komunikasi internal berpengaruh signifikan terhadap efekvitas kerja pegawai Pada Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara ?

3. Apakah gaya kepemimpinan dan komunikasi internal secara bersama- sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pegawai Pada Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara?.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai Pada Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara

2. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah komunikasi internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai Pada Kantor Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara

3. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah gaya kepemimpinan dan komunikasi internal secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai Pada Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara.

TINJAUAN LITERATUR A. Konsep Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu

untuk mencapai tujuan

(www.salamadian.com, 2020).

Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

Jadi dasarnya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai aturan bekerja.

Selain kepemimpinan dari seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan, hal penting lainnya adalah motivasi yang menjadi pendorong atau yang menggerakan pegawai, supaya dapat bekerja sama secara produktif dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Organisasi bukan saja mengharapkan pegawai mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.

Kemampuan dan kecakapan pegawai tidak berarti bagi perusahaan jika mereka tidak bekerja dengan baik. Kecanggihan peralatan yang didukung pegawai yang terampil dan berkualitas memberi manfaat yang besar bagi organisasi sesuai tuntutan perkembangan keadaan.

Kepemimpinan seorang pemimpin dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah pegawai. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dari kedua hal

(4)

tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di yang berada pada diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya. Situasi atau kondisi kerja dari pegawai dalam menjalanan tugas-tugas yang dibebankan kepada setiap pegawai sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya, terutama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan pada mereka akan terpengaruh oleh kondisi dalam tempat mereka melakukan pekerjaan itu.

Menurut Rivai dan Mulyadi dalam (Salutondok & Soegoto, 2015) menyatakan kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitasaktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.

Selain itu menurut Stogdill dalam (Salutondok & Soegoto, 2015) menyatakan bahwa ada banyak definisi kepemimpinan yang berbeda, hampir sebanyak jumlah orang mencoba untuk mendefinisikan itu. Bass dalam (Salutondok & Soegoto, 2015) menyatakan sejumlah definisi melihat kepemimpinan sebagai focus proses kelompok.

Berdasarkan perspektif ini, pemimpin ada di pusat perubahan dan aktivitas kelompok. Dengan demikian kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

2. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan menurut Hamdani Nawawi yang dikutip dalam (www.salamadian.com, 2020) dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan yang Efektif” menjelaskan berbagai macam fungsi kepemimpinan sebagai berikut.

a. Fungsi Instruktif

Fungsi instruktif adalah fungsi ini menempatkan pemimpin sebagai pengambil keputusan dan pemberi tugas terhadap para bawahannya dan para bawahan bertugas untuk menjalankan segala instruksi yang diperintahkan oleh para pemimpin.

b. Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif berbeda dengan fungsi instruktif. Fungsi konsultatif sifatnya dua arah yaitu bawahan dapat berkonsultasi pada pemimpin untuk mencari jalan terbaik dalam mencapai tujuan bersama sehingga pemimpin diharapkan cukup bijak dan punya pengetahuan terkait hal yang sedang dikerjakan supaya bisa mengarahkan bawahannya dengan baik.

c. Fungsi Partisipasi

Fungsi partisipasi adalah pemimpin mampu mengaktifkan partisipasi para pesertanya sehingga mereka juga turut berpartisipasi dan berinisiatif dalam suatu proyek, dalam hal ini para bawahan tidak hanya sekadar menjalankan perintah saja.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi delegasi adalah seorang pemimpin mampu untuk mendelegasikan suatu wewenang kepada orang lain yang memang sesuai dengan tugas tersebut.

Bukan hanya mampu memerintah, ia juga harus mampu untuk mengetahui tugas- tugas yang cocok didelegasikan kepada bawahannya.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian adalah pemimpin mampu untuk mengendalikan segala aktivitas bawahannya agar efektif bertugas untuk mencapai tujuan dan tidak keluar jalur dan dalam menjalankan fungsi ini, dibutuhkan pemimpin yang tegas dan juga

(5)

pemimpin yang teliti dalam mengamati bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara, pola dan kemampuan tertaentu yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam bersikap, berkomunikasi dan berinteraksi untuk mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan agar bisa melakukan suatu pekerjaan sehingga mencapai suatu tujuan.

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu pemimpin dengan pemimpin yang lainnya, dan bukan suatu keharusan bahwa suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih buruk disbanding gaya kepemimpinan lainnya.

Gaya kepemimpinan menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung mengenai keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya.

Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin saat mencoba untuk mempengaruhi kinerja bawahannya.

Berikut beberapa pengertian gaya kepemimpinan menurut para ahli dari beberapa sumber buku yang dikutip dari internet dalam (www.salamadian.com, 2020) sebagai berikut:

a. Menurut Kartono (2008), gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan keperibadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Supardo (2006), gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan proses kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan cara yang lebih masuk akal.

c. Rivai (2014), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula

dikatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

d. Hasibuan (2013), gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengarui bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi,

e. Menurut Thoha (2010), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan.

Mengingat jenis-jenis kepemimpinan ada banyak, ini berpengaruh pula kepada gaya kepemimpinan dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi.

Beberapa gaya kepemimpinan dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokratis merupakan pemimpin yang dominan dalam berbagai tindakan dan juga keputusan yang diambil.

Kekuasaan dari seorang pemimpin sangat mutlak dan hampir tidak ada celah untuk para bawahan memberikan masukan. Gaya kepemimpinan biasa hadir dalam organisasi militer di mana kekuasaan pemimpin amat mutlak serta adanya pemisahan tegas antara atasan dan juga bawahan.

b. Kepemimpinan Birokrasi

Kepemimpinan ini biasanya didapati pada kantor pemerintahan atau perusahaan besar yang sudah memiliki budaya kuat dan mengakar sejak lama. Gaya kepemimpinan birokrasi mengatur berbagai macam hal secara sistematis. Ada aturan-aturan yang sudah ditetapkan untuk urusan-urusan tertentu, sehingga dalam konteks ini bawahan tidak punya ruang untuk mendobrak dan harus mengikuti regulasi yang ada.

c. Kepemimpinan Partisipatif

(6)

Pada kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan yang satu ini memberikan ruang bagi bawahan untuk berpartisipasi lebih dalam pembuatan sebuah keputusan. Pendapat bawahan akan didengarkan tentu jika ada pertimbangan yang baru bila sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hubungan yang terjalin antara atasan dan juga bawahan sangat bersahabat serta hangat dan tidak ada suasan otoriter. Gaya kepemimpinan yang satu ini sangat cocok diterapkan diperusahaan-perusahaan rintisan atau organisasi nirlaba.

d. Kepemimpinan Delegatif

Pada gaya kepemimpinan delegatif, para bawahan diberikan kebebasan oleh para pemimpin, oleh karena itu, bawahan punya ruang untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keyakinan mereka dan mampu mengambil keputusan sendiri.

Namun, kepemimpinan delegatif ini hanya bisa diterapkan apabila para bawahan sudah cukup matang dalam mengambil keputusan, karena jika tidak, para bawahan akan mengambil keputusan yang salah.

Kepemimpinan adalah sebuah seni yang bisa dilatih dan apabila Anda mau mempelajarinya, dari waktu ke waktu Anda akan mampu menguasainya dengan baik.

B.Konsep Komunikasi Internal 1. Pengertian Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikutip pada komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan berita antra dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, selain itu komunikasi diartikan sebagai hubungan atau kontak (KBBI, 2019). Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran, gagasan, informasi, atau perasaan dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi merupakan proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan atau berusaha mengadakan persamaan dengan orang lain.

Komunikasi dapat berlangsung jika ada

komponen atau unsur yaitu : sumber (komunikator), pesan dan sasaran (komunikan). Kata komunikasi merupakan unsur serapan dari bahasa Inggris (Communication) yang secara etimologi berasal dari kata latin commnunicatio (communis) yang berarti sama makna.

Dengan demikia saat terjadi komunikasi seharusnya terjadi kesamaan makna tentang apa yang sedang dibicarakan (KanalPengetahuan, 2019).

2. Jenis-Jenis Komunikasi

Komunikasi memerlukan media sebagai penyampaian pesan, gagasan, pikiran agar dapat dimengerti apa yang telah disampaikan komunikator sehingga memperoleh respon, tanggapan, maupun reaksi komunikan, Perkembangan media komunikasi saat ini sudah sangat banyak mulai dari yang sederhana sampai yang paling mutakhir, namun ada beberapa penggolongan jenis komunikasi yaitu:

a. Komunikasi lisan dan tertulis

Dasar penggolongan komunikasi kedalam lisan dan tertulis adalah dari jenis pesan yang akan disampaikan. Bentuk ini banyak dilakukan karena dapat menimbulkan keakraban diantara keduanya. Dalam menentukan bentuk komunikasi apakah lisan atau tertulis kiranya perlu memperhatikan beberapa faktor misalnya waktu, biaya, ketrampilan berkomunikasi dan sebagainya.

Penggunaan jenis komunikasi ini sangat penting dan luas, terbukti banyak diselenggarakan pelatihan ketrampilan berbicara, komunikasi antar pribadi dan sebagainya.

b. Komunikasi verbal dan non verbal Informasi tentang perasaan seseorang dapat dikemukakan secara lisan melalui apa yang diucapkan dan bagaimana cara atau sikap mengatakannya.

Artinya dari suatu kata dapat diperjelas melalui nada suaranya, keras tidaknya suara yang diucapkan. Jadi perasaan seseorang dapat dinyatakan melalui isyarat non verbal misalnya dengan wajah, posisi duduk, gerakan badan dan sebagainya.

(7)

c. Komunikasi ke bawah, ke atas dan ke samping

Penggolongan komunikasi dalam jenis ini didasarkan pada aliran atau jalan informasi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi atau suatu kantor. Dalam suatu kantor adanya atasan, bawahan dan teman sebaya atau teman yang mempunyai kedudukan yang sederajat.

Pengertian komunikasi kebawah yaitu komunikasi yang dilaksanakan oleh para atasan kepada bawahannya dalam suatu kantor. Komunikasi ini berfungsi sebagai penggerak, pengarahan, perintah, dan umumnya menggunakan sarana memo, telpon, intercom atau alat lainnya.

Untuk mengadakan komunikasi keatas biasanya bawahan melakukan usulan, laporan, pendapat atau pun memberikan penjelasan tentang pelaksanaan pekerjaan.

Pengertian komunikasi keatas dalam suatu kantor biasanya kurang berfungsi, atau kurang seimbang bila dibandingkan dengan informasi kebawah.

Saluran yang sering digunakan pada kantor-kantor adalah pertemuan tatap muka atau pun percakapan informal.

Sedangkan pengertian komunikasi ke samping akan terjadi dengan sendirinya bagi anggota yang bekerjasama dalam suatu team, atau pada orang-orang yang mempunyai kedudukan yang sama atau seimbang. Menurut penelitian yang membahas ilmu komunikasi diterangkan bahwa hubungan ke samping adalah suatu hubungan yang sangat kritis untuk masa sekarang dan komunikasi ke samping dapat dilakukan dengan tatap muka, telpon, maupun memo.

d. Komunikasi formasl dan informal Komunikasi formal adalah komunikasi yang berjalan sesuai dengan hierarki kewenangan organisasi, sehingga saluran komunikasi itu telah ditetapkan oleh organisasi, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang berjalan secara bebas antar pegawai tanpa memandang jabatan atau pangkat, sehingga kadang-kadang melahirkan pimpinan informal.

e. Komunikasi satu arah dan dua arah Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang menitik beratkan pada penyampaian pesan, tanpa mengharapkan umpan balik dan hal ini biasa dilakukan di kantor-kantor dalam bentuk instruksi dan perintah. Komunikasi satu arah ini dapat berlangsung secara cepat dan murah tetapi tidak memuaskan karena penerima pesan tidak mempunyai kesempatan untuk mempertanyakan informasi yang diterima sehingga kurang memuaskan. Contoh konkritnya antara lain adalah terjadi pada iklan, dimana pemasang iklan menyampaikan informasi tentang sesuatu barang misalnya, tanpa perlu memperoleh balikan.

Komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang memeberikan kesempatan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan. Proses komunikasi jenis ini cukup memberi kepuasan kepada komunikan tetapi biasanya cukup lambat dan kurang efisien.

3. Pengertian Komunikasi Internal Komunikasi internal secara sederhana adalah komunikasi terjadi dan dilakukan oleh pihak internak atau anggota dalam organisasi baik yang dilakukan secara formal maupun non formal.

Komunikasi internal dalam suatu organisasi memang sedikit berbeda dengan komunikasi sehari-hari yang kita lakukan, dimana lebih banyak aspek komunikasi formal dan tertulis yang diterapkan.

Misalnya saja pemberitahuan melalui email, memo dari atasan, surat pemberitahuan, peraturan yang dibuat oleh perusahaan, bulletin rutin organisasi, atau papan pengumuman. Meskipun begitu bukan berarti tidak ada bentuk komunikasi secara lisan dan non formal yang terjadi dalam organisasi.

Komunikasi internal sangat berperan penting dalam proses penyebaran informasi dalam organisasi, dimana informasi merupakan aspek krusial yang harus ada dalam organisasi. Dengan adanya penyampaian dan penerimaan

(8)

informasi yang baik melalui komunikasi internal, para anggota organisasi dapat menyamakan pandangan serta visi misi untuk kelangsungan organisasi dan tujuan bersama.

Komunikasi internal yang terjalin dengan baik juga dapat membantu memupuk dan mempererat hubungan yang terjalin antara pihak eksternal organisasi, dimana hal ini tentunya dapat memperkokoh kekuatan organisasi itu sendiri. Komunikasi internal bahkan disebut oleh para ahli, salah satunya oleh Van Riel dan Fombrun, sebagai kunci untuk membangun identitas organisasi yang kuat sehingga memberikan sense of belonging (rasa memiliki) pada setiap pihak internal yang ada di dalamnya.

Komunikasi internal dapat berperan penting dalam penyelesaian konflik yang tentunya tak dapat terhindari dalam organisasi, dimana komunikasi internal yang baik akan lebih cepat dalam memahami kesalahpahaman dan meluruskan duduk permasalahan. Dengan adanya pengelolaan komunikasi internal yang baik akan membantu tiap pihak internal di organisasi dalam menjalankan tugas dan peranan mereka masing-masing, serta menciptakan suasana yang kondusif dan saling menghormati satu sama lain.

4. Jenis Komunikasi Internal

Komunikasi internal memiliki dua jenis, yaitu: komunikasi personal dan komunikasi kelompok dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Komunikasi Personal

Komunikasi ini terjadi dalam level personal dan terdiri dari dua orang dalam organisasi yang melakukan proses komunikasi baik tatap muka maupun melalui media. Proses komunikasi tatap muka mengharuskan dua orang tersebut bertemu langsung dan berkomunikasi tanpa ada perantara, sedangkan komunikasi melalui media biasanya menggunakan alat komunikasi seperti telepon, email, memo, surat, dan lain sebagainya.

b. Komunikasi Kelompok

Komunikasi internal dalam organisasi yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Biasanya dalam organisasi kita lebih mengenal dengan bagian atau divisi, dimana masing-masing divisi ini tentu perlu melakukan komunikasi dengan divisi lain saat menjalankan tugasnya.

Komunikasi kelompok lebih sering menggunakan proses yang tatap muka langsung, karena akan lebih mudah untuk melakukan kontak secara berhadapan dibanding melalui media yang mungkin memunculkan kesalahpahaman.

C.Konsep Efektivitas Kerja 1.Pengertian Efektivitas Kerja

Pengertian evektivitas kerja adalah suatu ukuran dan kemampuan dalam melaksanakan fungsi, program atau misi dari suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah ditetapkan.

Efektivitas pekerjaan merupakan hubungan antara outpur dengan tujuan, semakin besar konstribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Selain itu, efektivitas kerja merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tepat didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan.

Pelaksanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang direncanakan menunjukkan efektivitas program tersebut dapat terlaksana dengan baik dan sebalinya ketidaksesuaian pelaksanaan program dengan tujuan yang ditetapkan memperlihatkan program yang dilaksanakan belum efektif.

Efektivitas kerja menunjukkan taraf tercapainya hasil. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output. Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila organisasi

(9)

tersebut selalu berusaha agar karyawan yang terlibat di dalamnya dapat mencapai efektivitas kerja yang penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Berikut definisi dan pengertian efektivitas kerja dari beberapa sumber buku dalam (Riadi M. , 2020) sebagai berikut:

1. Menurut Kurniawan (2005), efektivitas kerja adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

2. Menurut Mahmudi (2005), efektivitas kerja adalah hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Sedangkan

3. Menurut Rizky (2011), efektivitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.

4. Menurut Robbins (2003), efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih atau melakukan sesuatu yang paling sesuai atau tepat dan mampu memberikan manfaat secara langsung.

2.Indikator dan Kreteria Efektivitas Kerja

Menurut Kurniawan (2005) dalam (Riadi M. , 2020) dalam , indikator efektivitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini ditujukan supaya karyawan atau pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai target dan sasaran yang terarah sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, merupakan penentuan cara, jalan atau upaya yang harus dilakukan dalam mencapai semua tujuan yang sudah ditetapkan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan

organisasi. Seperti penentuan wawasan waktu, dampak dan pemusatan upaya.

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan yang sudah dirumuskan tersebut harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang, diperlukan untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh organisasi untuk mengembangkan program atau kegiatan dimasa yang akan datang.

e. Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tetap sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman untuk bertindak dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana, sarana dan prasarana dibutuhkan untuk menunjang proses dalam pelaksanaan suatu program agar berjalan dengan efektif.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, apabila suatu program tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak dapat mencapai tujuannya.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian, pengawasan ini diperlukan untuk mengatur dan mencegah kemungkinan- kemungkinan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Menurut Martini dan Lubis (1987) dalam (Riadi M. , 2020), kreteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Sumber (resource approach), yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(10)

a. Pendekatan Proses (process approach), adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

b. Pendekatan Sasaran (goals approach), dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

3.Aspek-Aspek Efektivitas Kerja

Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Menurut Saleh (2010) dalam (Riadi M. , 2020), aspek- aspek atau dimensi efektivitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Keterlibatan (involvement)

Keterlibatan adalah suatu perlakuan yang membuat staf merasa diikutsertakan dalam kegiatan organisasi sehingga membuat staf bertanggung jawab tentang tindakan yang dilakukannya. Keterlibatan (involvement) adalah kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.

Keterlibatan tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan. Keterlibatan terdiri dari tiga indikator yaitu pemberdayaan (empowerment), kerja tim (team orientation) dan kemampuan berkembang (capability development).

b. Konsistensi (consistency)

Konsistensi (consistency) merupakan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan nilai- nilai inti organisasi. Konsistensi menekankan pada sistem keyakinan- keyakinan, nilai-nilai, dan simbol-simbol yang dimengerti dan dianut bersama oleh para anggota organisasi serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.

Adanya konsistensi dalam suatu organisasi ditandai oleh staf merasa terikat; ada nilai- nilai kunci; kejelasan tentang tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Konsistensi di dalam organisasi merupakan dimensi yang menjaga kekuatan dan stabilitas di dalam organisasi. konsistensi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu nilai inti (core value), kesepakatan (agreement), koordinasi dan integrasi (coordination and integration).

c. Adaptasi (adaptability)

Adaptasi merupakan kemampuan organisasi untuk menerjemahkan pengaruh lingkungan terhadap organisasi dan adaptasi juga merupakan kemampuan organisasi dalam merespon perubahan- perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.Kemampuan adaptasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu perubahan (creating change), berfokus pada pasien (customer focus) dan keadaan organisasi (organizational learning).

d. Misi (mission)

Misi merupakan dimensi budaya yang menunjukkan tujuan inti organisasi yang menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi. Organisasi yang kurang dalam menerapkan misi akan mengakibatkan staf tidak mengerti hasil yang akan dicapai dan tujuan jangka panjang yang ditetapkan menjadi tidak jelas. kemampuan adaptasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu strategi yang terarah dan tetap (strategic direction and intent), tujuan dan objektivitas (goals and objectif).

Berdasarkan tinjauan pustaka serta kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa hipotesis penelitian, yaitu :

1.Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai pada Dinas Parawisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara.

2.Komunikasi internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja

(11)

pegawai pada Dinas Parawisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara.

3.Gaya kepemimpian dan komunikasi internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai pada Dinas Parawisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara.

Gambar 1 Model Penelitian

Sumber : Maslin Hingkua 2020 METODE PENELITIAN

Pada penlitian ini, pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian menggunakan pendekatan deduktif dan induktif yaitu pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan dari para ahli, maupun pemahaman peneliti yang didasarkan pada

pengalaman kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan berserta pemecahaannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penilaian dalam bentuk dukungan emperis di lapangan.

Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang lebih banyak menggunakan logika hipotesis verifikasi yang dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis kemudian melakukan pengujian di lapangan dan kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data emperis. Riset kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyu-sunan teori disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipo-tesis secara emperis (Tanzeh, 2009).

Lokasi penelitian dilaksanakan pegawai Pada Kantor Dinas Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Morowali Utara penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober 2020 sampai

dengan Desember 2020.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2013). Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang waktu yang kita tentukan (Syafi’i 2005)..

Selanjutnya populasi menurut Joko Subagyo adalah objek penelitian sebagai sasaran unutk mendapatkan dan mengumpulkan.

Subjek yang diharapkan dapat memberikann informasi atau keterangan yang berkaitan dengan obyek penelitian adalah sekumpulan individu atau pegawai Dinas Parawisata, Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara. Jumlah

populasi sebanyak 48 orang yang terdiri dari Laki-Laki sebanyak 9 orang, dan Perempuan sebanyak 31 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan sampel jenuh atau menggunakan seluruh populasi yaitu seluruh jumlah pegawai pada kantor Dinas Parawisata, Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara yang berjumlah 48 orang..

Pengambilan sample ini berdasarkan sampel jenuh yang dimana semua populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2017).

Data adalah unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan program tertentu. Pengumpulan data adalah prosedur yang sitermatik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data

(12)

penelitian, penulis menggunakan metode- metode antara lain sebagai berikut:

a. Metode Observasi (pengamatan)

Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian khususnya pegawai pada kantor Dinas Parawisata, Pemuda Olah Raga Kabupaten Morowali Utara.

c.Metode Angket (Kuisioner)

Metode angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti dan untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian), terutama pada penelitian survey. Dalam penelitian survey penulis membuat pertanyaan- pertanyaan tertulis kemudian dijawab oleh responden/sampling dan dalam bentuk angket yang digunakan adalah tertutup, yaitu angket yang soal-soalnya meng- gunakan teknik pilihan ganda atau sudah pilihan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawahan yang dikehendaki.

Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data, instrument yang telah disusun ini diuji cobakan terlebih dahulu, dengan tujuan mengetahui valid dan reliable instrument tersebut berdasarkan data emperis. Proses kalibrasi instrument dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba untuk menentukan validitas butir dan reabilitas instrument. Uji coba instrument ini diberikan pada res-ponden yang tidak termasuk dalam sampel penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Analisis Deskriktif Variabel 1.Profil Responden

Tabel Profil

Sumber:data primer 2020

Profil responden berdasarkan jenis kelamin dari data N yang telah diolah dapat dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki dengan frekuensi 41 orang dengan persent 93,2% dan responden dengan jenis kelamin perempuan dengan frekuensi 3 orang dengan persentase 6,8%. Dari keterengan tersebut responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan jumlah responden yang menjawab pertanyaan sebanyak 44 orang atau 100%.

2.Jawaban Responden

Tabel Jawaban Responden Variabel Gaya Kepemimpinan

Sumber:data primer 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa butir pernyataan dari angket gaya kepemimpinan terdiri dari 6 item (butir) pernyataan dengan skor mean yang tertinggi berada pada item (butir) pertanyaan K1 yaitu 4,95 dan item pertanyaan dengan mean yang terendah berada pada item K2 yaitu 4,4. Selain itu dapat diterangkan pula bahwa median dari setiap item pernyataan yang paling tertinggi berada pada butir K1 yaitu 4,9 dan median yang paling rendah berada pada butir pernyataan K2 yaitu 4,5. Jumlah masing-masing skor dari setiap item yang paling tertinggi pada butir pernyataan K2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-Laki 41 93,2 93,2 93,2

Perempuan 3 6,8 6,8 100,0

Total 44 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Valid

K1 K2 K3 K4 K5 K6 Gaya

kepemimpinan

Valid 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0

4,9545 4,4318 4,6818 4,7045 4,4773 4,7273 27,9773

4,9545a 4,5526a 4,6977a 4,7674a 4,6000a 4,7442a 28,6364a

5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 30,00

218,00 195,00 206,00 207,00 197,00 208,00 1231,00

Sum N Mean Median Mode

(13)

yaitu 218 dan yang terendah berdasa pada butit pernyataan K3 yaitu 195. Selain itu dapat pula dijelaskan bahwa rata-rata mean untuk keseluruhan butir pernyataan dari variabel gaya kepemimpinan dengan skor 4,66 dan masuk pada kategori sangat tinggi.

Tabel Jawaban Respoden Komunikasi Internal

Sumber:data primer 2020

Dari jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 44 secara keseluruhan kembali dan telah diisi oleh responden atau 100%

kuisioner telah diisi dengan lengkap oleh responden. Dari tabel di atas dapat diterangkan bahwa mean dengan skor tertinggi pada butir pernyataan L2 dengan skor mean 4,7 dan skor mean yang terendah pada pernyataan L10 dengan skor 3,1. Secara keseluruan ke 10 item butir pernyataan kuisioner diperoleh skor mean rata-rata 4.34 dengan kategori tinggi.

Selanjutnya dapat pula diterangkan bahwa median tertinggi berada pada butir L2 dengan median skor 4,75 dan median yang terendah berada pada butir pertanyaak L10 dengan skor 3,23. Jumlah (sum) yang tertinggi berada butir pertanyaan L2 dengan jumlah 209 dan yang terendah pada butir pernyataan L10 dengan jumlah 139. Secara keseluruhan butir pertanyaan yang berjumlah 10 item memperoleh skor rata-rata mean variabel komunikasi internal dengan dalah 4,34. Skor tersebut berada pada kategori yang tinggi.

Tabel Jawaban responden Variabel Efektivitas Kerja

Sumber :data primer 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 44 kuisioner yang disebar ke responden dan kembali sebanyak 44 kuisioner dan dari 8 item pernyataan variabel efektivitas kerja dijawab semuanya dan tidak data yang keluar (missing). Dari tanggapan responden tersebut diperoleh hasil bahwa mean dengan nilai tertinggi berada pada pada pernyataan E2 dam E8 dengan skor 4,7045 sedangkan mean dengan nilai terendah berada butir pernyataan E3 dengan skor 3,75. Berdasarkan tabel diatas pula dapat diterangkan bahwa butir pernyataan dengan median tertinggi berada pada butir pernyataan E2 dengan skor 4,72. Secara keseluruhan butir pernyataan diperoleh jumlah skor efektivitas kerja sebesar 1.592 dengan mean rata-rata 4,52 dan dari skor sebesar 4,52 masuk dalam kategori sangat tinggi.

L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 Komunukasi

internal

Valid 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4,7273 4,7500 4,7500 4,3182 4,5682 4,7045 4,7273 4,0227 3,6818 3,1591 43,4091 4,7442a 4,7674a 4,7674a 4,4211a 4,6098a 4,7209a 4,7273a 4,2857a 4,0690a 3,2353a 43,0000a 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 50,00 208,00 209,00 209,00 190,00 201,00 207,00 208,00 177,00 162,00 139,00 1910,00 Median

Mode Sum N

Mean

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 Efektivitas

kerja

Valid 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4,6364 4,7045 3,7500 4,5000 4,5227 4,7273 4,6364 4,7045 36,1818 4,6512a 4,7209a 3,9200a 4,5610a 4,5349a 4,7442a 4,6512a 4,7045a 37,2000a

5,00 5,00 4,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 40,00

204,00 207,00 165,00 198,00 199,00 208,00 204,00 207,00 1592,00 N

Mean Median Mode Sum

(14)

B.Uji Prasyarat Analis 1.Uji Validitas

Tabel Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan

Sumber:data primer 2020

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua item pada butir pernyataan variabel gaya kepemimpinan berada di atas > r kritis 0,30 dan dapat pula dilihat bahwa semua item dengan sig (2 tailed) > 0,05. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua item butir pernyataan variabel gaya kepemimpinan dinyatakan valid.

Tabel Variabel Komunikasi Internal

Sumber:data primer 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah item kuisioner komunikasi internal yang terdiri dari 10 item menerangkan bahwa skor yang diperoleh masing-masing item di atas r kritis 0,3 dan Sig (2 tailed) < 0,05.

Berdasarkan skor yang dihasilkan masing- masing item maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan kuisioner variabel komunikasi internal semuanya dinyatakan valid.

K1 K2 K3 K4 K5 K6 Gaya

kepemimpinan

Pearson Correlation 1 ,109 ,290 ,222 ,120 ,321* ,406**

Sig. (2-tailed) ,481 ,056 ,148 ,437 ,033 ,006

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,109 1 ,362* ,023 -,063 ,170 ,523**

Sig. (2-tailed) ,481 ,016 ,881 ,685 ,271 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,290 ,362* 1 ,439** ,189 ,645** ,782**

Sig. (2-tailed) ,056 ,016 ,003 ,220 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,222 ,023 ,439** 1 ,046 ,296 ,548**

Sig. (2-tailed) ,148 ,881 ,003 ,769 ,051 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,120 -,063 ,189 ,046 1 ,358* ,534**

Sig. (2-tailed) ,437 ,685 ,220 ,769 ,017 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation

,321* ,170 ,645** ,296 ,358* 1 ,726**

Sig. (2-tailed) ,033 ,271 ,000 ,051 ,017 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation

,406** ,523** ,782** ,548** ,534** ,726** 1

Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44

K5

K6

X1

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

K1

K2

K3

K4

(15)

Tabel Efektivitas Kerja

Sumber:data primer 2020

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 8 item atau butir pernyataan skor nilai yang diperoleh di atas r kritis >

0,3 dan Sig (2 tailed) <0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa semua instrumen atau data kuisioner variabel efektivitas kerja dinyatakan valid.

2.Uji Reabilitas

Sumber :data primer 2020

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 24 item atau butir pernyataan semua berada pada posisis alpha cronbachs>0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item (butir) pernyataan adalah valid dan dengan validnya data tersebut, maka dapat dilanjutkan ke dalam proses analisis regresi linier berganda.

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 Efektivitas

kerja Pearson Correlation 1 ,795** ,263 ,500** ,665** ,493** ,754** ,594** ,764**

Sig. (2-tailed) ,000 ,085 ,001 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,795** 1 ,186 ,490** ,565** ,590** ,710** ,708** ,743**

Sig. (2-tailed) ,000 ,226 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,263 ,186 1 ,558** ,536** ,240 ,375* ,249 ,668**

Sig. (2-tailed) ,085 ,226 ,000 ,000 ,117 ,012 ,103 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,500** ,490** ,558** 1 ,697** ,400** ,438** ,541** ,777**

Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,000 ,000 ,007 ,003 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,665** ,565** ,536** ,697** 1 ,701** ,745** ,623** ,885**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,493** ,590** ,240 ,400** ,701** 1 ,755** ,752** ,731**

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,117 ,007 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,754** ,710** ,375* ,438** ,745** ,755** 1 ,783** ,845**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,012 ,003 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,594** ,708** ,249 ,541** ,623** ,752** ,783** 1 ,780**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,103 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Pearson Correlation ,764** ,743** ,668** ,777** ,885** ,731** ,845** ,780** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Y

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

E3

E4

E5

E6

E7

E8

Correlations

E1

E2

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Cronbach' s Alpha if

Item Deleted

K1 102,6136 78,475 ,289 ,861

K2 103,1364 78,027 ,052 ,870

K3 102,8864 73,731 ,629 ,853

K4 102,8636 75,097 ,330 ,859

K5 103,0909 75,294 ,233 ,863

K6 102,8409 74,649 ,545 ,855

L1 102,8409 74,044 ,617 ,853

L2 102,8182 74,013 ,637 ,853

L3 102,8182 74,245 ,608 ,853

L4 103,2500 71,866 ,501 ,854

L5 103,0000 73,349 ,547 ,853

L6 102,8636 74,679 ,529 ,855

L7 102,8409 74,788 ,591 ,854

L8 103,5455 69,882 ,408 ,860

L9 103,8864 70,568 ,297 ,869

L10 104,4091 69,829 ,312 ,870

E1 102,9318 74,112 ,568 ,854

E2 102,8636 74,446 ,557 ,854

E3 103,8182 69,036 ,476 ,856

E4 103,0682 72,158 ,586 ,852

E5 103,0455 72,742 ,700 ,850

E6 102,8409 73,904 ,634 ,853

E7 102,9318 72,251 ,781 ,849

E8 102,8636 73,888 ,693 ,852

Item-Total Statistics

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini berfokus untuk melihat efisiensi kinerja mesin ripple mill pada perusahaan PT X Jambi menggunakan analisa dengan metode overall