• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hukum Perdata Barat terhadap Reformasi Hukum Perdata di Negara Berkembang

N/A
N/A
Yeni Anjeli

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Hukum Perdata Barat terhadap Reformasi Hukum Perdata di Negara Berkembang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : NIM : Kelas : E

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum

PENGARUH HUKUM PERDATA BARAT TERHADAP REFORMASI HUKUM PERDATA DI NEGARA BERKEMBANG

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan pencarian identitas hukum nasional yang semakin meningkat, negara-negara berkembang dihadapkan pada tantangan untuk mereformasi sistem hukum perdatanya. Reformasi sistem hukum perdata di negara berkembang tidak terlepas dari pengaruh yang kuat dari sistem hukum perdata Barat, yang telah diperkenalkan selama masa kolonisasi. Sistem hukum ini, yang diwakili terutama oleh Hukum Sipil (Civil Law) yang berasal dari Negara-Negara Eropa seperti Belanda, Prancis, dan Jerman, serta Hukum Umum (Common Law) dari Inggris, telah meninggalkan jejak yang mendalam pada arsitektur hukum di banyak negara pasca- kolonial. Hukum ini tidak hanya mencakup prinsip-prinsip dasar mengenai kontrak, hak milik, ketenagakerjaan, keluarga, dan kewarisan, tetapi juga sistematika dan filosofi legislatif yang melandasi hukum tersebut.

Hukum Perdata Barat, yang dikenal juga sebagai hukum sipil atau hukum perdata, di Indonesia secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yang aslinya adalah Wetboek van Burgerlijke Regtsvordering (BW) dari zaman kolonial Belanda. KUH Perdata ini terdiri dari banyak pasal yang mengatur aspek-aspek perdata mulai dari hukum orang, hukum benda, hukum perikatan, sampai dengan hukum bukti dan kadaluarsa. Sebagai contoh, pasal yang mengatur tentang warisannya dimulai dari Pasal 830 sampai dengan Pasal 1130 KUH Perdata. Adapun untuk hak-hak atas tanah dikenal di antaranya adalah hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal, dan hak gebruik, yang diatur mulai dari Pasal 620 KUH Perdata dan seterusnya.

Dalam rangka mengakomodasi kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi masyarakatnya, banyak negara berkembang berupaya untuk melakukan adaptasi atau modifikasi terhadap warisan hukum perdata Barat tersebut. Upaya-upaya ini seringkali bersinggungan dengan norma-norma dan nilai-nilai lokal, sehingga

(2)

menciptakan sistem hukum hibrida yang unik. Reformasi hukum perdata menjadi sangat penting, terutama dalam upaya mempromosikan keadilan, kesetaraan, dan pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangannya terletak pada bagaimana menerapkan reformasi tersebut tanpa mengesampingkan nilai-nilai lokal dan tradisi hukum yang telah terbentuk sejak lama dalam masyarakat.

Salah satu contoh konkret dari upaya reformasi hukum perdata di banyak negara berkembang dapat dilihat pada pengenalan dan implementasi Undang-Undang mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual, yang di banyak negara berkembang bertumpu pada kerangka hukum yang disarankan oleh organisasi internasional seperti Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dan sesuai dengan perjanjian internasional seperti Perjanjian TRIPS (Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights) yang dibuat dalam konteks Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Langkah ini menunjukkan usaha negara berkembang untuk menyesuaikan sistem hukum perdata mereka dengan tuntutan dan standar global, seraya tetap berusaha mengakomodasi kepentingan nasional dan lokal mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa proses reformasi hukum perdata tidak selalu berjalan mulus. Berbagai kendala, mulai dari perbedaan pendapat politik, resistensi dari masyarakat, hingga keterbatasan sumber daya, sering menjadi penghambat. Dalam konteks ini, menjajaki pengaruh hukum perdata Barat terhadap reformasi hukum perdata di negara berkembang tidak hanya memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana hukum beradaptasi dan berevolusi dalam menghadapi kebutuhan baru, tetapi juga memetakan jalur untuk penyesuaian yang lebih efisien dan efektif di masa depan.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk tidak hanya mengeksplorasi pengaruh-pengaruh tersebut tetapi juga memahami bagaimana negara-negara berkembang dapat memanfaatkan, memodifikasi, atau bahkan menolak unsur-unsur hukum perdata Barat dalam rangka merumuskan sistem hukum perdata yang sesuai dengan keunikan dan kebutuhan sosial ekonomi mereka.

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh hukum perdata Barat terhadap kerangka dasar hukum perdata di negara berkembang?

2. Apa saja tantangan utama yang dihadapi oleh negara berkembang dalam mengimplementasikan dan mengadaptasi hukum perdata Barat?

3. Bagaimana negara berkembang bisa memodifikasi prinsip-prinsip hukum perdata Barat untuk lebih sesuai dengan konteks sosial, ekonomi, dan budaya lokal mereka?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami sejauh mana hukum perdata Barat mempengaruhi sistem hukum perdata di negara berkembang.

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai tantangan yang muncul ketika negara berkembang mengadopsi hukum perdata Barat.

3. Untuk mengembangkan pendekatan yang dapat digunakan oleh negara berkembang dalam menyesuaikan hukum perdata Barat sesuai dengan kondisi sosial-budaya dan kebutuhan hukum setempat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Pengayaan Literatur: Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada korpus literatur mengenai hukum perdata internasional, khususnya terkait dengan interaksi antara hukum perdata Barat dan sistem hukum di negara berkembang. Ini akan membantu memperdalam pemahaman tentang dinamika globalisasi hukum dan adaptasi hukum.

b. Teori Adaptasi Hukum: Dapat mengembangkan atau memperluas teori-teori tentang adaptasi dan integrasi hukum, dengan menyoroti bagaimana konteks lokal mempengaruhi penerimaan dan modifikasi hukum asing.

c. Referensi untuk Penelitian Selanjutnya: Menyediakan landasan teoritis bagi penelitian selanjutnya dalam mengeksplorasi aspek khusus adaptasi hukum perdata di negara berkembang, seperti perbandingan antar negara atau studi kasus tertentu.

(4)

2. Manfaat Praktis

a. Rekomendasi Kebijakan: Hasil penelitian dapat menawarkan rekomendasi yang bermanfaat untuk pembuat kebijakan dan praktisi hukum dalam merancang kebijakan hukum perdata yang lebih cocok dan efektif di negara berkembang, mempertimbangkan keseimbangan antara pengaruh Barat dan nilai-nilai lokal

b. Peningkatan Implementasi Hukum: Dengan mengetahui tantangan dalam mengadaptasikan hukum perdata Barat, pemangku kepentingan dapat lebih efisien dalam mengatasi masalah implementasi hukum, mengurangi konflik hukum, dan meningkatkan akses keadilan bagi masyarakat.

c. Penguatan Kerangka Hukum: Memfasilitasi pengembangan kerangka hukum perdata yang lebih kuat dan fleksibel di negara berkembang yang tidak hanya mampu menangani isu-isu kontemporer tapi juga adaptif terhadap perubahan sosial dan ekonomi, melalui penjabaran prinsip-prinsip hukum perdata yang sesuai dengan kebutuhan spesifik masyarakat.

E. Landasan Teori / Landasan Hukum 1. Teori Hukum Perdata

Hukum perdata berfokus pada regulasi hubungan antara individu dan entitas non- pemerintah, termasuk hukum kontrak, properti, dan tort. Ini berasal dari prinsip- prinsip Romawi kuno dan telah berkembang menjadi dua sistem utama yaitu Hukum Sipil (berasal dari Code Napoléon Prancis) dan Hukum Umum (berakar pada tradisi peradilan Inggris).

2. Teori Hukum Komparatif

Membandingkan sistem hukum dalam berbagai negara menawarkan wawasan tentang bagaimana hukum dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang berbeda. Teori ini penting dalam mengkaji pengaruh hukum perdata Barat pada sistem hukum perdata di negara berkembang, memungkinkan pemahaman tentang proses adaptasi.

3. Teori Globalisasi Hukum

Teori ini membahas bagaimana hukum, terutama hukum dari negara-negara berpengaruh seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, menjadi global dan mempengaruhi sistem hukum di seluruh dunia. Ini termasuk persebaran

(5)

norma, standar, dan praktek hukum melalui mekanisme seperti perdagangan internasional dan kerja sama antar negara.

4. Teori Pluralisme Hukum

Pluralisme hukum mengeksplorasi kemunculan dan interaksi berbagai sistem hukum dalam satu konteks geografis atau sosial. Ini relevan dalam konteks negara berkembang, di mana hukum perdata Barat mungkin berdampingan atau bersaing dengan sistem hukum adat setempat atau agama.

Landasan Hukum

1. Pengadopsian Prinsip Kepemilikan dari Kode Sipil Napoleon

Negara-negara berkembang sering kali mengadopsi atau menyesuaikan prinsip- prinsip tentang kepemilikan properti yang berasal dari Kode Sipil Napoleon, yang berpengaruh besar terhadap hukum perdata di banyak negara. Pasal 544 dari Kode Sipil Prancis menyatakan, "Kepemilikan adalah hak untuk menikmati dan membuang- buang barang dengan cara yang paling mutlak, dengan syarat mereka tidak digunakan dengan cara yang dilarang oleh undang-undang atau peraturan." Prinsip ini telah menjadi dasar bagi banyak sistem hukum di negara berkembang dalam mendefinisikan dan melindungi hak milik.

2. Implementasi Aturan-aturan tentang Kontrak Berdasarkan Hukum Umum

Hukum kontrak dalam sistem hukum umum, terutama aturan yang berkaitan dengan pembentukan kontrak dan syarat-syaratnya, telah memiliki pengaruh signifikan terhadap legislatif di negara-negara berkembang sebagai dasar untuk transaksi komersial dan perdata. Pasal 2 dari Uniform Commercial Code (UCC) – AS, mengatur mengenai penjualan barang dan menjadi referensi bagi negara-negara berkembang dalam menyusun aturan terkait kontrak penjualan, mencakup aspek seperti kesepakatan, kinerja, dan syarat-syarat kontrak.

3. Adaptasi dari Prinsip-responsibilitas Tort Berdasarkan Hukum Perdata dan Hukum Umum

Baik dalam sistem hukum perdata (Civil Law) dan sistem hukum umum (Common Law), prinsip tentang tanggung jawab (tort) memiliki peran penting. Negara berkembang sering kali mengintegrasikan prinsip tanggung jawab ini ke dalam hukum nasionalnya untuk mengatasi kerusakan atau kerugian karena tindakan atau kelalaian.

Pasal 1240 (dahulu Pasal 1382) dari Kode Sipil Prancis, ini merupakan dasar utama pengaturan tanggung jawab sipil, menyebutkan tentang tanggung jawab atas tindakan

(6)

sendiri yang menyebabkan kerugian kepada orang lain. Prinsip ini telah diadopsi dalam berbagai bentuk di negara berkembang, membantu mereka dalam menyusun kerangka hukum untuk tanggung jawab atas tindakan berbahaya atau kelalaian.

Melalui landasan teori dan hukum ini, penelitian ini berusaha memahami dan mengeksplorasi secara mendalam pengaruh hukum perdata Barat terhadap sistem hukum di negara berkembang, mempertimbangkan dinamika global dan lokal yang terlibat.

F. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penerapan dan pengaruh hukum perdata Barat terhadap sistem hukum di negara-negara berkembang, khususnya dalam aspek kontrak dan tanggung jawab sipil. Penelitian difokuskan pada analisis perbandingan antara peraturan hukum di Indonesia dan model hukum Barat, serta evaluasi efektivitas penerapan tersebut dalam konteks lokal.

G. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif. Penelitian ini mengkaji regulasi dan perundang-undangan yang merupakan adaptasi dari hukum perdata Barat di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Studi ini juga melibatkan pengkajian tentang sejauh mana peraturan-peraturan tersebut telah efektif dalam praktik hukum lokal serta mengidentifikasi kebutuhan reformasi hukum untuk peningkatan penerapan dan keadilan.

H. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis komparatif. Pendekatan ini memungkinkan studi mengenai penerapan prinsip-prinsip hukum perdata Barat dalam kerangka legislatif negara berkembang dengan membandingkannya dengan negara asalnya. Pendekatan ini melibatkan pengkajian terhadap doktrin hukum, kepustakaan, dan kasus hukum terkait, guna mengidentifikasi dan membedah perbedaan serta kesamaan yang ada. Pendekatan tambahan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris, di mana penelitian ini juga melihat bagaimana hukum-hukum tersebut diterapkan dalam praktek dan penerimaannya di masyarakat.

I. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur (studi dokumen) yang ditunjang dengan pendekatan yuridis empiris. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis sumber-sumber sekunder seperti

(7)

buku, artikel jurnal, karya tulis ilmiah, serta legislation, perspektif, dan interpretasi dari hukum yang relevan. Metode ini berguna untuk mendapatkan pemahaman teoretis yang komprehensif.

J. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi komparatif yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana hukum perdata Barat mempengaruhi reformasi hukum perdata di negara- negara berkembang. Studi ini mengeksplorasi adaptasi dan integrasi hukum perdata Barat dalam sistem hukum di negara-negara tersebut, serta dampaknya terhadap pengembangan hukum nasional. Penelitian ini juga berusaha mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses harmonisasi hukum tersebut dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan tersebut.

K. Jenis Data

Untuk mendukung analisis dalam penelitian ini, data yang digunakan meliputi:

1. Bahan Hukum Primer: Dalam penelitian ini, bahan hukum primer meliputi undang- undang, peraturan, dan keputusan peradilan yang merupakan produk legislatif dan yudikatif di negara berkembang yang menunjukkan pengaruh hukum perdata Barat.

Contoh dari bahan hukum primer adalah KUH Perdata di Indonesia, yang banyak dipengaruhi oleh Burgerlijk Wetboek (BW) dari Belanda.

2. Bahan Hukum Sekunder: Bahan ini termasuk literatur akademik yang diskusikan tentang proses dan dampak adaptasi hukum perdata Barat dalam sistem hukum perdata di negara berkembang, seperti karya ilmiah, artikel dalam jurnal hukum, dan studi kasus terkait. Materi-materi ini mendukung pemahaman mendalam tentang konteks historis dan perkembangan hukum yang terjadi.

3. Bahan Hukum Tersier: Direktori, ensiklopedia, dan sumber referensi lainnya yang membantu dalam memahami konsep dan terminologi hukum yang digunakan dalam bahan hukum primer dan sekunder. Sumber-sumber ini berfungsi sebagai alat bantu dalam analisis untuk menyediakan klarifikasi dan definisi terhadap istilah-istilah hukum serta kontekstualisasinya dalam studi ini.

L. Metode Pengumpulan Data

Untuk pengambilan data dalam tulisan ini, digunakan pendekatan penelitian pustaka, dimana informasi dikumpulkan melalui studi literatur termasuk buku, koran, dan legislasi yang terkait dengan topik penelitian. Pendekatan ini melibatkan pemilihan sumber-sumber tertulis untuk menghimpun data yang relevan dengan studi yang dilakukan.

(8)

M. Teknik Analisis Data

Dalam aspek analisis data, teknik yang diadopsi adalah analisis deskriptif kualitatif. Teknik ini melibatkan interpretasi data dengan menggunakan narasi verbal untuk memberikan deskripsi, penjelasan, dan analisis tentang hasil penelitian. Tujuan dari pendekatan deskriptif kualitatif adalah untuk memahami dan mendokumentasikan berbagai aspek dari fenomena sosial yang diinvestigasi secara detail dan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Hutabalian, M. (2022). Tinjauan Hukum Perdata Terhadap Kebijakan Konsinyasi Berdasarkan Undang-Undang Ri Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Kewenangan Negara Terhadap Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh), 8(2), 548-558.

Pulungan, K. S. (2020). Studi Komparasi Konsep Perwalian Dalam Perspektif Hukum Perdata Barat Dan Hukum Perdata Islam. Hukumah: Jurnal Hukum Islam, 3(1), 44-64.

Krismiyarsi, S. H. (2016). REFORMASI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA YANG BERCIRIKHAS INDONESIA DI ERA GLOBALISASI. JURNAL ILMIAH HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT, 10(2).

Salim, H. S., & Sh, M. S. (2021). Pengantar Hukum perdata tertulis (BW). Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Hukum Eropa Continental dan Anglo Saxon (Struktur) Eropa Continental Anglo Saxon • Mengenal pembidangan hukum publik. (HTN dan HAN) dan private (Perdata, dagang, Acara Perdata)

Sistem hukum Common Law merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris dan kemudian berkembang di negara – negara jajahan Inggris dan / atau persemakmuran

Terkait dengan perjanjian ruilslag, pada hakikatnya pranata hukum ruilslag dilihat dari aspek hukum perdata merupakan hubungan hukum perdata biasa, yakni perjanjian

Perdata (seperti Hukum Perkawinan, HUkum Waris, Hukum Dagang) => sebagai akibat dari interaksi sosial masyarakat internasional yang melewati batas-batas teritorial negara

Inggris (1979), pengadilan HAM Eropa meringkas beberapa persyaratan yang baru saja disebutkan: “Hukum harus dapat diakses semua orang: warga negara harus dapat melihat bahwa

Maksudnya jika hukum pidana mengatur hubungan antara masyarakat dengan negara atau yang berkaitan dengan hukum publik, justru pengertian hukum perdata adalah sebaliknya

Secara longgar reformasi hukum yang dimaksudkan dalam pemetaan tersebut adalah kegiatan-kegiatan pembangunan hukum yang diprogramkan oleh institusi-institusi negara

Dalam sistem hukum Eropa Kontinental “hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah- kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu.”