• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh independensi, skeptisme profesional, dan fee audit

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh independensi, skeptisme profesional, dan fee audit"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDEPENDENSI, SKEPTISME PROFESIONAL, DAN FEE AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada KAP di Kota Malang) Gilbert Daniel Sihombing

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya gilbertsihombing18@gmail.com

Dosen Pembimbing:

Dr. Drs. Bambang Hariadi , M.Ec., Ak.

ABSTRACT

Audits are servicesprovided by public accountants and are commonly known as assurance services.Auditing services are analytical processes different from accounting.

Audit quality is determined based on the aspects of independence, professional skepticism, and audit fees. The aims of this study are to examine and explain the effects of independence, professional skepticism, and audit fees on the quality of resulting audits. The population in this study is composed of auditors who work at Public Accountant Offices in Malang. The type of data in this study is primary data obtained by distributing questionnaires,with a total sample of 80 respondents. This study used multiple linear regression analysis. Before analysis was performed, tests of validity, reliability, multicollinearity, heteroscedasticity, and normality were conducted. The research variables consist of independence, professional skepticism, and audit fees as the independent variables, and audit quality as the dependent variable. The conclusion from the results of this study is that independence, professional skepticism, and audit fees affect audit quality.

Keywords: independence, professional skepticism, audit fees, audit quality ABSTRAK

Audit merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang biasa dikenal dengan jasa asurans (assurance services). Jasa pengauditan (auditing) merupakan proses yang bersifat analitis, berbeda dengan akuntansi (accounting). Dalam penentuan kualitas audit didasarkan dari aspek Independensi, Skeptisme Profesional, dan Fee Audit. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menjelaskan pengaruh independensi, skeptisme profesional, dan fee audit terhadap kualitas audit yang dihasilkan.Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota Malang. Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner. Dengan total sampel sebanyak 80 responden. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum dianalisis dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas.Variabel penelitian ini terdiri dari independensi, skeptisisme professional, dan fee audit sebagai variabel independen, dan kualitas audit sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini menyimpulkan Independensi, Skeptisisme profesional, dan Fee Audit berpengaruh terhadap Kualitas audit.

Kata Kunci: independensi, skeptisme profesional, fee audit, kualitas audit

(2)

I. PENDAHULUAN

Laporan keuangan memiliki peran yang sangat vital bagi para pengambil keputusan. Akan tetapi laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan terkadang banyak pihak pengguna yang masih belum percaya terkait hasil laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Maka dari sini profesi sebagai auditor sangat penting dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.

Pengertian audit laporan keuangan adalah proses akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi keuangan guna menentukan dan melaporkan pada tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan (Arens, Elder dan Beasley, 2012:4). Berkualitas atau tidaknya suatu laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik terpenting yang harus ada di dalam laporan keuangan tersebut yaitu harus relevan dan dapat diandalkan.

Akan tetapi dua karakteristik ini susah diukur, sehingga dibutuhkan jasa ketiga yaitu auditor.

Auditor independen harus menjamin bahwa kualitas audit yang dihasilkannya harus berkualitas

supaya menghasilkan laporan auditan yang berkualitas pula. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Kualitas audit menurut De Angelo (1981) dalam Singgih & Bawono (2010) adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Deis and Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi yang dimiliki auditor. Unsur-unsur kualitas laporan audit yaitu tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas dan ringkas (BPK- RI,2007).

Guna menunjang profesionalisme auditor dalam melaksanakan tugasnya mengaudit laporan keuangan harus berpedoman pada standar audit Sari (2011) yaitu standar umum, standar pekerjaan

lapangan dan standar

pelaporan.Selain harus berpedoman

(3)

pada standar audit, seorang auditor harus independen terhadap fakta yang sudah ada. Independensi menurut Muyadi (2002: 26-27) diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain juga.

Independensi juga bisa diartikan sebagai kejujuran pada diri auditor yang siap meerima risiko apapun yang akan diterimanya pada saat opini auditor terhadap hasil laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu independensi adalah adalah suatu sikap yang harus berpihak bukannya netral. Dimaksud dengan berpihak disini adalah berpihak kepada hal-hal yang benar. Tapi terkadang persepsi setiap orang terhadap hal yang benar berbeda-beda, maka dari sini hal yang benar menurut auditor harus dibuktikan. Independensi juga merupakan keberpihakan audit terhadap kebenaran berdasarkan fakta. Yang dimaksud dengan kebenaran berdasarkan fakta adalah kebenaran yang disertai dengan bukti-bukti audit dan auditor bersedia bertanggung jawab akan kebenaran tersebut.

Skeptisisme profesional diartikan sebagai sikap yang tidak mudah percaya akan bukti audit yang disajikan manajemen, sikap yang selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti audit secara kritis (Sugiarmini & Datrini, 2017).

Berdasarkan standar umum dalam peraturan revisi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) 2016 menyebutkan bahwa Pemeriksa harus menggunakan skeptisme profesional dalam menilai risiko terjadinya kecurangan yang secara signifikanuntuk menentukan faktor- faktor atau risiko-risiko yang secara signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan auditor apabila terjadi kecurangan yang terjadi. Maka dari itu seorang auditor harus memiliki sikap skeptisme profesional yaitu tidak menerima penjelasan klien sampai menemukan bukti yang kuat untuk mempertanggungjawabkan opininya. Jika auditor tetap menjaga profesionalisme nya maka kesalahan- kesalahan yang terjadi akan dapat diminimalisir.

Setelah tadi faktor dalam diri auditor, ada salah satu faktor dari luar diri auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit suatu

(4)

perusahaan yaitu fee audit. Ketepatan informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan perusahaan tergantung pada kualitas auditor (Kurniasih, 2014). Dalam hal tersebut bisa kita asumsikan bahwa semakin tinggi kualitas auditor tersebut maka semakin tinggi pula fee audit yang dikeluarkan oleh perusahaan atau yang diterima oleh auditor. Karena auditor yang berkualitas bisa untuk lebih menjaga privasi suatu perusahaan yang diauditnya. Sehingga calon investor akan mendapatkan estimasi yang lebih tepat tentang aliran kas masa depan dari perusahaan karena pilihan pemilik atas auditor yang dapat memberikan informasi tersebut (Kurniasih, 2014).

Fee audit menurut Mulyadi (2009:63) merupakan fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit. Dalam penelitiannya Hoitash et al dalam Hartadi (2012) menemukan bukti bahwa pada saat auditor bernegosiasi dengan manajemen mengenai besaran tarif fee yang harus dibayarkan oleh pihak manajemen perusahaan, maka kemungkinan besar terjadi konsesi resiprokal yang

akan mereduksi kualitas laporan audit. Konsesi resiprokal yang dimaksud adalah timbal balik antar kedua belah pihak.

Di Indonesia sendiri, (Krisnawan,2018) menyebutkan bahwa panduan terkait penetapan imbalan jasa atau fee audit ditetapkan dalam Surat Keputusan Ketua Umum IAPI No. KEP, 024/IAPI/VII/2008. Disitu disebutkan bahwa penentuan dalam imbalan jasa tersebut melihat ada 3 tahap yaitu, perencanaan audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan audit. Dalam PP No.2 Tahun 2016 ditetapkan tentang Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan yang berisi Metode Penentuan Keseluruhan Imbalan Jasa.

Penelitian ini mencoba menguji pada perspektif auditor yang berada di Kota Malang dengan menggunakan data primer melalui kuesioner yang menjadi acuan utama untuk mendapatkan hasil tersebut.

Penelitian diharapkan berguna terutama KAP di Kota Malang dengan menguji Independensi Auditor, Skeptisme Profesional, dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit,

(5)

sehingga dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas hasil audit yang baik.

II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Audit

Menurut Tuanakotta (2011:52), audit merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang biasa dikenal dengan jasa asurans (assurance services). Jasa pengauditan (auditing) merupakan proses yang bersifat analitis, berbeda dengan akuntansi (accounting).

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan pihak independen yang menyediakan jasa akuntan publik

bagi perusahaan yang

membutuhkannya.

2.2 Auditor

Auditor merupakan seseorang atau pihak independen yang melakukan proses audit. Dalam melakukan proses audit, auditor berupaya untuk memperoleh asurans yang memadai bahwa laporan keuangan yang sedang diaudit bebas dari salah saji yang bersifat material, baik karena kekeliruan (error) atau karena manipulasi (fraud) oleh pihak auditee (Tuanakotta, 2015:6). Salah saji yang bersifat material dapat

menyebabkan seorang auditor menghadapi berbagai risiko yang berujung pada gagal audit.

2.3 Teori Agensi

Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yaitu prinsipal dan agen.

Jensn dan Meckling (1976:308) menggambarkan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang melibatkan oarng lain (agen) untuk memberikan suatu jasa kemudian

menyampaikan wewenang

pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal disini diartikan sebagai pihak yang memiliki saham sedangkan agen tersebut diartikan sebagai pihak yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk mengelola aset suatu perusahaan. Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal.

Pada kenyataannya pihak prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen terhadap perusahaannya, sedangkan pihak agen lebih mempunyai informasi tentang kineja

(6)

perusahaan, lingkungan perusahaan, Maka dari ini, terjadi ketidaksamaan informasi yang didapat oleh pihak prinsipal dan pihak agen. Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer menggunakan posisinya didalam perushaan untuk mengelola laba yang dihasilkan.

Maka dari sinilah dibutuhkan auditor eksternal. Karena auditor eksternal dianggap dapat menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen dalam mengelola suatu perusahaaan. Fungsi auditor disini adalah untuk

mengesahkan laporan

pertanggungjawaban pihak agen terhadap pihak prinsipal dengan memberikan penilaian secara independen dan profesional atas kehandalan dan kewajaran pada laporan keuangan. Oleh karena itu kualitas audit mempengaruhi auditor eksternal dalam menjalankan tugasnya sebagai pihak yang menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen.

Dalam teori agensi menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk

mendeteksi kesalahan yang ada dalam laporan keuangan perusahaan.

2.4 Independensi Auditor

Independensi Auditor adalah sikap tidak memihak kepada kepentingan siapapun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan Dimana auditor mempunyai kewajiban untuk bersikap jujur dan adil bukan hanya kepada pihak manajemen saja, tetapi kepada pemakai laporan keuangan yang akan datang seperti, kreditor, pemilik, maupun investor (Kasidi, 2007).

Menurut Lawrence B.

Sawyer (2006:25),“independensi adalah kebebasan dari kewajiban atau hubungan dengan subjek yang diaudit/pegawainya.” Selain ikut mengambl bagian dalam melakukan penelaahan penilaian silang, auditor tidak mengalami konflik kepentingan. Tidak dikendalikan oleh perusahaan yangmengontrol aktivitas audit internal atau tidak ada pengaruh yang ditimbulkan dari hubungan di masa kini atau masa lalu.

(7)

2.5 Skeptisme Profesional

Skeptisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham yang memandang sesuatu yang tidak pasti (ragu-ragu, curiga). Jadi secara umum skeptisme adalah ketidapercayaan atau keraguan kepada seseorang yang belum tentu kebenarannya.

Sedangkan profesional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi yang membutuhkan keahlian khusus dalam menjalankan tugasnya. Kata profesional dalam skeptisme profesional tersebut, dapat disimpulkan bahwa skeptisme profesional auditor adalah sikap auditor yang selalu meragukan dan mempertanyakan segala sesuatu, dan menilai secara kritis bukti audit serta mengambil keputusan audit berlandaskan keahlian auditing yang dimiliknya. Skeptisme bukan berarti tidak percaya, tapi mencari pembuktian sebelum dapat mempercayai suatu pernyataan (center for audit quality, 2010). Dan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) skeptisme profesional itu adalah sikap yang

selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi bukti audit secara kritis.

2.6 Fee Audit

Fee audit menurut Mulyadi (2009:63) merupakan fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit. Seorang auditor bekerja untuk menambaha imbalan atau upah yaitu berupa fee audit. Menurut De Angelo (1981) dan Dye (1991), pengertian fee audit adalah “pendapatan (fee) yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti ukuran perusahaan klien (client size), kompleksitas audit yang dihadapi auditor (audit complexity), risiko audit yang dihadapi auditor (audit risk), dan reputasi kantor akuntan publik yang melakukan jasa audit (The Big 4 Auditors).

Menurut Sankaraguruswamy dan Whisenant (2003), fee audit adalah “pendapatan (fee) yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit, seperti keuangan klien (financial of client), ukuran perusahaan klien (client size), ukuran auditor atau KAP (The Big 4

(8)

Auditors), keahlian yang dimiliki auditor mengenai industri (industry expertise), efisiensi teknologi yang dimiliki auditor (technological efficiency of auditors)”.

Lowballing cost

berkaitandengan feeauditdikarenakan besarnya suatu fe yang diterima auditor pada awal penugasan audit dapat diketahui apakah terjadi lowballing cost atau tidak. Menurut DeAngelo (1981), pengertian dari lowballing cost adalah “penetapan fee yang lebih rendah (discount) dari penetapan fee yang seharusnya diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kliennya dengan tujuan memperoleh klien yang lebih banyak dan lebih cepat”.

Lowballing cost pasti terjadi pada saat biaya transaksi, yaitu pada saat perusahaan membiayai penugasan pertama kali auditor ( auditor start-up costs ) dan juga biaya pada pergantian auditor dari auditor sebelumnya ( client switching costs ).

2.7 Kualitas Audit

DeAngelo (1981) dalam Mgbame et al (2012) menjelaskan kualitas audit sebagai probabilitas auditor dapat menemukan serta

melaporkan kesalahan yang terdapat dalam laporan keuangan.

Menemukan dan melaporkan kesalahan bergantung dari keahlian auditor dalam memanfaatkan teknologi klien dan lama hubungan audit yang terjalin antara auditor dengan klien.

Maka dari itu laporan audit yang berkualitas bisa digunakan karena lebih dipercaya oleh pemakainya, misalnya investor.

2.8 Pengembangan Hipotesis 2.8.1 Pengaruh Independensi

Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan Adams (1994), dalam teori agensi pihak prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen terhadap perusahaannya, sedangkan pihak agen lebih mempunyai informasi tentang kineja perusahaan, lingkungan perusahaan, Maka dari ini, terjadi ketidaksamaan informasi yang didapat oleh pihak prinsipal dan pihak agen. Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer menggunakan posisinya didalam perushaan untuk mengelola laba yang dihasilkan. Oleh karena itu dibutuhkannya seorang auditor untuk

(9)

mengatasi masalah tersebut. Dalam melakukan audit, auditor harus memiliki sikap independensi untuk menghasilkan laporan keuangan yang di audit. Karena pentingnya independensi auditor dalam menghasilkan laporan audit, maka auditor harus mempertahankan sikap independensi untuk menjaga kualitas audit yang ia hasilkan

H1 : Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit

2.8.2 PengaruhSkeptisme Terhadap Kualitas Audit

Dalam teori agensi seorang auditor harus memahami masalah yang diciptakan oleh pihak prinsipal dan agen. Auditor sebagai pihak ketiga diharuskan untuk menghasilkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk prinsipal.

Dalam menghasilkan laporan keuangan yang diaudit berkualitas tinggi, seorang auditor dituntut memiliki skeptisme profesional.

Skeptisme bukanlah hal yang buruk karena auditor dituntut untuk selalu curiga terhadap apapun yang dihasilkan proses operasional suatu

perusahaan agar menciptakan hasil audit yang berkualitas.

H2 : Skeptisme profesional berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.8.3 Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Audit.

Dalam teori agensi dalam hubungan prinsipal dan agen akan kemungkinan terjadi agency cost.

Agency cost adalah risiko yang akan terjadi ketika prinsipal membayar agen untuk menjalankan tugas padahal kepentingan agen tidak selaras dengan kepentingan prinsipal.

Maka dari sini dibutuhkannya seorang auditor sebagai pihak ketiga.

Sebelum pihak prinsipal menggunakan jasa seorang auditor untuk mengaudit, prinsipal harus mengerti risiko apa yang akan dihadapi dan kompleksitas jasa yang harus dikerjakan agar bisa memberikan fee audit yang sesuai.

Fee audit berarti jerih payah yang dilakukan oleh auditor untuk memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, bisa berupa uang tunai atau bisa menambahkan selain uang tunai.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

(10)

Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Malang dan sudah terdaftar dalam ijin praktik membuka KAP.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengertian dari data primer adalah data yang langsung diambil dari hasil jawaban kuesioner dari auditor atau responden yang akan dikirim langsung ke KAP yang berada di Malang.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Margono (2004) populasi adalah seluruh data yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Sampel adalah yang bisa mewakilin dari populasi yang ada, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP di Kota Malang yang terdaftar pada IAPI 2018.

Jumlah populasiauditor di KAP Kota Malang ini tidak diketahui karena waktu penelitian yang diambil ketika para auditor melakukan tanggung jawabnya sebagai auditor.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling

konvenien (convenience sampling) yang merupakan metode penarikan sampel dengan mendapatkan unit atau orang yang paling mudah diakses atau sebagai kumpulan informasi dari anggota populasi yang mudah diperoleh dan mampu menyediakan informasi tersebut.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 auditor yang bekerja pada KAP diKota Malang. 80 auditor tersebut di dapat dari jumlah target responden tiap KAP yaitu 5-10 responden dari 11 KAP yang akan peneliti sebarkan kuesionernya.

Sampelyang tidak diketahui dari jumlah populasi ditentukan dengan berpedoman padapernyataan Roscoe (1975) dalam Sekaran dan Bougie (2013;269).

3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah menggunakan kuesioner yang akan diisi atau dijawab oleh auditor atau responden. Metode ini juga dilakukan secara terstruktur, dimana sejumlah petanyaan yang akan diajukan dan ditanggapi oleh responde sesuai dengan kondisi yang ada pada diri responden bersangkutan dan akan disertai

(11)

dengan surat permohonan kepada pimpinan KAP. Pengukuran variabel-variabel menggunakan pertanyaan yang tetutup dan menggunakan skala Likert. Diana skala Likert tersebut perhitungannya dari 1 s/d 5, dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

3.6 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah metode asumsi klasik Uji hipotesis dilakukan dengan beberapa tahap yaitu uji regresi berganda, uji T dan koefisien determinasi (R2).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas

Tabel 4.1 Uji Validitas Variabel

Item r

Hitung Sig. r

Tabel Keterangan X1.1 0.570 0.000 0.244 Valid X1.2 0.491 0.000 0.244 Valid X1.3 0.535 0.000 0.244 Valid X1.4 0.550 0.000 0.244 Valid X1.5 0.634 0.000 0.244 Valid X1.6 0.605 0.000 0.244 Valid X1.7 0.575 0.000 0.244 Valid X1.8 0.676 0.000 0.244 Valid X1.9 0.493 0.000 0.244 Valid X1.10 0.401 0.001 0.244 Valid X2.1 0.842 0.000 0.244 Valid X2.2 0.860 0.000 0.244 Valid X2.3 0.746 0.000 0.244 Valid X2.4 0.826 0.000 0.244 Valid X2.5 0.813 0.000 0.244 Valid X2.6 0.864 0.000 0.244 Valid X3.1 0.895 0.000 0.244 Valid X3.2 0.862 0.000 0.244 Valid X3.3 0.856 0.000 0.244 Valid X3.4 0.698 0.000 0.244 Valid Y1 0.781 0.000 0.244 Valid Y2 0.805 0.000 0.244 Valid Y3 0.756 0.000 0.244 Valid Y4 0.844 0.000 0.244 Valid Y5 0.751 0.000 0.244 Valid Y6 0.693 0.000 0.244 Valid

Y7 0.769 0.000 0.244 Valid Y8 0.808 0.000 0.244 Valid Y9 0.525 0.000 0.244 Valid Y10 0.803 0.000 0.244 Valid Y11 0.753 0.000 0.244 Valid Y12 0.859 0.000 0.244 Valid

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. r item pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap item variabel adalah valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

4.2 Uji Reliabilitas Tabel 4.2 Uji Reliabilitas

N o.

Variab el

Koefisien Reliabilitas

Keterang an

1 X1 0.735 Reliabel

2 X2 0.905 Reliabel

3 X3 0.842 Reliabel

5 Y 0.927 Reliabel

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel

4.3 Uji Normalitas Tabel 4.3 Uji Normalitas

(12)

Dari hasil perhitungan didapat nilai sig.sebesar 0.755 (dapat dilihat pada Tabel 4.9) atau lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

4.4 Uji Multikolinieritas Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas Varaibel

Bebas

Collinearity Statistics Tolerance VIF

X1 0.535 1.870

X2 0.603 1.659

X3 0.678 1.475

Berdasarkan Tabel 4.4, berikut hasil pengujian dari masing- masing variabel bebas:

Tolerance untuk

Independensi adalah 0,535 Tolerance untuk Skeptisme Profesionaladalah 0,603 Tolerance untuk Fee Audit adalah 0,678

Pada hasil pengujian didapat bahwa keseluruhan nilai tolerance > 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.

Uji multikolinearitas dapat pula

dilakukan dengan cara

membandingkan nilai VIF (Variance Inflation Faktor) dengan angka 10.

Jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Berikut hasil pengujian masing-masing variabel bebas :

VIF untuk Independensi adalah 1,870

VIF untuk Skeptisme Profesional adalah 1,659 VIF untuk Fee Audit adalah 1,475

Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian uji asumsi tidak adanya multikolinearitas dapat terpenuhi.

4.5 Uji Heterokedastisitas Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas

Dengan melihat Tabel 4.5, berikut hasil uji heterokedastisitas untuk masing-masing variabel :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

65 .0000000 3.13907128 .083 .083 -.055 .673 .755 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

Coefficientsa

4.298 2.720 1.580 .119

.047 .087 .093 .535 .595

-.061 .099 -.100 -.614 .542

-.135 .168 -.123 -.802 .426

(Constant) X1 X2 X3 Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: AbsRes a.

(13)

Nilai Sig. untuk adalah 0,595 Nilai Sig.untuk Profesional adalah Nilai Sig.untuk adalah 0,426

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa nilai

variabel adalah > α (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terd

heterokedastisitas.

Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

Wonderful Indonesia Indonesia's Enchantment is Indonesia's tourism promise to the world. The word "Wonderful" or

"Enchantment" contains the promise that Indonesia is rich in amazement, from all aspects of man and nature, and promises a pleasant new experience.

4.6 Uji Hipotesis

untuk Independensi

untuk Skeptisme adalah 0,542 untuk Fee Audit

Dari hasil pengujian tersebut ai sig. seluruh variabel adalah > α (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala

Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka at dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

Wonderful Indonesia or Indonesia's Enchantment is Indonesia's tourism promise to the world. The word "Wonderful" or

"Enchantment" contains the promise that Indonesia is rich in amazement, from all aspects of man and nature, and promises a pleasant new

Tabel 4.6 Uji Hipotesis

Adapun persamaan regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel 4.18 adalah sebagai berikut :

Y = 8,743+ 0,346 X 0,972 X3

Berdasarkan model regresi yang terbentuk, hasil pengujian terhadap hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1)H1 = Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terha kualitas audit, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki auditor, kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Independensi sebagai suatu sikap dimana auditor tidak memihak harus selalu dapat

dipertahankan. Sikap

ketidakberpihakan yang ditunjukkan auditor ketika melaksanakan

Tabel 4.6 Uji Hipotesis

Adapun persamaan regresi didapatkan berdasarkan Tabel adalah sebagai berikut :

X1 + 0,510 X2

Berdasarkan model regresi yang terbentuk, hasil pengujian terhadap hipotesis dapat dijelaskan sebagai

pendensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki auditor, ualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Independensi sebagai suatu sikap dimana auditor tidak memihak harus selalu dapat

dipertahankan. Sikap

ketidakberpihakan yang ditunjukkan auditor ketika melaksanakan

(14)

tugasnya mencerminkan auditor jujur dan bebas dari pengaruh apapun, sehingga laporan auditannya dapat dipercaya.

(2) H2 = Skeptisme (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Audit (Y)

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa skeptisme profesional berpengaruh signifikan terhadap sikap kualitas audit. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran

profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk

melaksanakan skeptisme

profesionalisme. Auditor yang tidak mudah percaya akan bukti-bukti yang ditemukan dan menggunakan profesionalisme sebagai dasar dalam melakukan audit akan menghasilkan kualitas audit yang baik.

(3)H3 = Fee Audit (X3) berpengaruh terhadap Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, maka dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi fee audit yang diterima auditor, kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Dan fee audit yang diterima oleh auditor setelah melaksanakan jasa auditnya. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan

Ketua Umum IAPI,

KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee yakni kebutuhan klien, tingkat keahlian, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat diketahui :

1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap Kualitas Audit dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Kualitas Audit.

Sehingga dapat disimpulkan

(15)

bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel Kualitas Audit dapat diterima.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (Independensi (X1), Skeptisme Profesional (X2), Fee Audit (X3)) terhadap Kualitas Audit dilakukan dengan pengujian t-test. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa terdapat tiga variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit yaitu Independensi (X1), Skeptisme Profesional (X2), Fee Audit (X3).

3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel

Fee Audit mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel Fee Audit mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya maka variabel Fee Audit mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Kualitas Audit.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan.

Beberapa keterbatasan dalam penlitian ini adalah:

1. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui kuesioner yang ditinggal di KAP sesuai waktu yang telah di sepakati sehingga data yang diperoleh berdasarkan persepsi responden saja, hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mengawasi kebenaran dari jawaban atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

(16)

2. Dikarenakan waktu penelitian ini dilakukan bersamaan dengan para auditor melakukan tanggung jawabnya sebagai auditor atau peak season mengakibatkan jumlah populasi nya tidak diketahui.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih memilih waktu penelitian yang tepat agar mendapatkan hasil yang lebih tepat.

3. Penelitian ini menggunakan pertanyaan yang sudah diuji sebelumnya, tidak menggunakan pilot test.

5.3 Saran

Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat diketahui :

1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap Kualitas Audit dilakukan dengan pengujian F-

test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Kualitas Audit.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel Kualitas Audit dapat diterima.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (Independensi (X1), Skeptisme Profesional (X2), Fee Audit (X3)) terhadap Kualitas Audit dilakukan dengan pengujian t-test. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa terdapat tiga variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit yaitu Independensi (X1), Skeptisme Profesional (X2), Fee Audit (X3).

3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel Fee Audit mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel Fee Audit mempunyai pengaruh yang

(17)

paling kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya maka variabel Fee Audit mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Kualitas Audit.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, & Pertiwi. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit.

Jurnal Ekonomi.

Alifzuda, B. M. (2016). Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

Andreani, H. (2014). Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang) Hal 1-35

Anugerah, & Akbar. (2014).

Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan

Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit.

Jurnal Akuntansi, 139-148.

Arens, Alvin A., Randal J.Elder., Mark S. Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. (Edisi Ke 12 Jilid 1).

Jakarta : Erlangga.

Arfan Ikhsan Lubis, 2011, Akuntansi Keperilakuan Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Arsika, N. P. (2013). Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit.

Ayu, R. K. (2016). Pengaruh Etika Profesi, Fee, Independensi, Motivasi dan Pengalaman Audit Terhadap Kualitas Audit.

Bambang, H. (2012). Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 84-103.

DeAngelo, L.1981. “Auditor size and auditor quality”. Journal of

(18)

Accounting and Economics 1 (December): 183-199.

Dwi, R. J. (2013). Pengaruh

Kompetensi dan

Independensi Terhadap Kualitas Audit.

Halim, & Wulandari. (2016).

Pengaruh Skeptisme Profesional, Pengalaman Audit, Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Pada KAP Kota Malang. Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi .

Hanum, H. T. (2016). Pengaruh Skeptisme Profesional,

Independensi dan

Kompetensi Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.

Haura, F. (2016). Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan.

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia).

2011. Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP). Jakarta: Salemba Empat.

IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia). 2016. Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

Kartika, P. F. (n.d.). Pengaruh Fee Audit dan Pengalaman Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit.

Lego, W. (2007). Pengaruh Independensi Auditor Eksternal dan Kualitas Audit Terhadap Hasil Negosiasi Antara Auditor Dengan Manajemen Klien Mengenai Permasalahan Laporan Keuangan.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta : Salemba Empat.

Nurmalita, S. N. (2011). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi, dan Etika Terhadap Kualitas Audit.

Pratistha, & Widhiyani. (2014).

Pengaruh Independensi Auditor dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit. E-Jurnal

(19)

Akuntansi Universitas Udayana, 419-428.

Rahmatika, A. (2014). Pengaruh Skeptisme Profesional, Kepatuhan Pada Kode Etik dan Independensi Terhadap Kualitas Audit.

Singgih, & Bawono. (2010).

Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due

Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit.

Sugiarmini, & Datrini. (2017).

Pengaruh Skeptisme Profesional, Independensi, Kompetensi, Etika, dan Role Stress Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Jurnal KRISNA:

Kumpulan Riset Akuntansi.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Syarhayuti. (2016). Pengaruh Moral Reasoning, Skeptisme Profesional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kualitas Audit Pemerintah Dengan

Pengalaman Kerja Auditor Sebagai Variabel Moderating.

Theodorus M. Tuanakotta, 2011, Berfikir Kritis Dalam Auditing, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Uma Sekaran. 2006. Research Method For Bussines Methodology, Penelitian Untuk Bisnis. (Buku 2 Edisi ke 4). Jakarta: Salemba Empat.

Uma Sekaran. 2006. Research Method For Bussines Metodologi, Penelitian Untuk Bisnis. (Buku 1 Edisi ke 4). Jakarta: Salemba Empat.

Wahyu, L. D. (2017). Pengaruh Fee Audit, Independensi, Kompetensi, Etika Auditor dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit.

Wahyuningtias. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Widyatama : tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, independensi, skeptisme profesional dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit pada kantor akuntan

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Time Budget Pressure, Fee Audit dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.. E-Proceeding of