Indonesian Accounting Research Journal Vol. 3, No. 2, February 2023, pp. 157 – 169
©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
Pengaruh Insentif Pajak dan Non Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar di BEI Dimasa COVID-19
The Effect of Tax and Non-Tax Incentives on Earnings Management in Various Industrial Sector Companies Listed on the IDX During the COVID-19 Period
Putri Hani Ashari
Program Studi D-4 Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung E-mail:
Arif Afriady
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung E-mail: [email protected]
Abstract: This study aims to examine the effect of tax incentives and non-tax incentives on earnings management in various industrial sector manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the pandemic of COVID- 19 in the period 1-4 of 2020. This type of research is quantitative research with secondary data in the form of financial statements. The sample in this study consisted of 14 companies selected based on sample criteria using purposive sampling method. The data analysis technique in this study used PLS-SEM with WarpPLS 7.0.. The results indicate that tax incentives and non-tax incentives have a significant simultaneous effect on earnings management. However, partially independent variables that show a significant positive effect on earnings management are tax planning, deferred tax expense and earnings pressure. While the variables that are proxied using deferred tax assets, earnings bath, and debt levels are proven to have no effect on earnings management.
Keywords: Tax Incentives, Non Tax Incentives, Tax Planning 1. Pendahuluan
Laporan keuangan bertujuan memberikan data atau informasi tentang kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan dan perubahan pada posisi perusahaan dalam hal keuangan kepada pengguna laporan tersebut. Menurut SCAF (1978) menjelaskan bahwa informasi atas profit yang dihasilkan perusahaan yang tertuang pada laporan keuangan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, memperkirakan laba dan menilai risiko dalam berinvestasi.
Setiap perusahaan mengharapkan laba yang besar dari hasil produksi atau jasa perusahaan, hanya saja pada tahun 2020 ini banyak hal yang mempengaruhi turunnya produksi bahkan laba yang diperoleh perusahaan menurun pada tahun 2020, hal ini terjadi karena pada tahun 2020 munculnya wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang terjadi sejak Maret tahun 2020.
Pandemi COVID-19 berdampak besar bagi kondisi Indoneisa, khususnya pada kesehatan dan perekonomian. Menurut Menteri Keuangan saat melaksanakan konferensi pers virtual menyebutkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 adalah negatif atau mengalami resesi bahkan di Indonesia diprediksikan semua sektor ekonomi mengalami kerugian dan penurunan.
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
Kementrian Keuangan memprediksikan PDB (Produk Domestik Bruto) akan mengalami penurunan sampai dengan 2,3% dan angka inflasi sampai 3,9%. Proyeksi PDB diperkirakan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 16.829,8 triliun. Akibat adanya wabah pandemi COVID-19, pemerintah menerapkan strategi agar masyarakat melakukan physical distancing, social distancing, dan ditetapkannya PSBB yang berdampak besar pada kegiatan ekonomi di beberapa daerah di Indonesia.
Upaya dari pemerintah untuk mencegah krisis keuangan dan perekonomian, pada permasalahan tersebut Kementrian Keuangan mengeluarkan peraturan yang dapat meringankan wajib pajak dengan memberikan insentif pajak dan relaksasi perpajakan untuk WP atau perusahaan yang terkena imbas dari wabah pandemi. Pemerintah memberikan insentif pajak selama masa pandemi COVID-19 berlangsung untuk wajib pajak yang terkenda dampak dan diatur dalam “Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 tentang insentif pajak untuk wajib pajak terdampak pandemi COVID-19”. Selain insentif pajak, pemerintah juga memberlakukan relaksasi perpajak dengan pengurangan tarif PPh Badan selama masa pandemi COVID-19. Perubahan tarif tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk memanfaatkan kondisi dengan melakukan manajemen laba agar pajak yang dibayarkan perusahaan adalah seminimal mungkin atau sekecil mungkin.
Insentif pajak dari pemerintah untuk wajib pajak atau perusahaan dapat memicu manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba dan cenderung akan membuat manajemen termotivasi untuk melakukan perencanaan pajak agar pajak yang dibayarkan kepada DJP relatif kecil dan perusahaan akan memberlakukan deffered tax assets dan deffered tax expense terkait dengan adanya perbedaan sementara pada pengakuan beban dan pendapatan yang bisa menjadi pengurang dan kerugian fiskal jika ditemukan bahwa total laba fiskal pada periode mendatang akan memenuhi kriteria untuk bisa dikompensasikan akibat dari perbedaan sementara dan rugi fiskal.
Insentif non pajak timbul dari internal perusahaan untuk menaikan daya produksi karyawan dan menjaga karyawan yang memiliki prestasi dan integritas agar tetap bertahan didalam perusahaan. Pada perusahaan yang mengalami penurunan laba cenderung akan melakukan manajemen laba dengan menggunakan earnings pressure, earnings bath, tingkat utang. Hal ini dilakukan dengan memindahkan laba yang diinginkan pada laporan keuangan di masa mendatang ke periode berjalan.
Manajemen laba adalah salah satu usaha manajer perusahaan dengan mengintervensi data yang tertuang pada laporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham yang membutuhkan informasi mengenai kondisi perusahaan. Earnings Management timbul dari sikap oportunitis manajer terhadap kebijakan pemerintah dan adanya pengurangan tarif pajak untuk menghemat pembayaran pajak perusahaan. Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk menguji keterkaitan manajemen laba dengan adanya insentif pajak yang diberikan pemerintah dan insentif non pajak yang timbul dari perusahaan itu sendiri. Penelitian (Hamijaya, 2015) membahas dan membuktikan bahwa pengurangan tarif PPh, deffered tax expense, earning pressure, earning bath, tingkat utang dan ukuran perusahaan terbukti mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.
Pada penelitian terdahulu menunjukan hasil inkonsistensi, membuat peneliti memutuskan untuk meneliti ulang terkait kebenaran hipotesis pengaruh insentif pajak dan insentif non pajak terhadap manajemen laba dengan subjek penelitian yaitu perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI pada triwulan 1-4 tahun 2020. Penunjukkan manufaktur perusahaan sektor aneka industri sebagai populasi dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan manufaktur termasuk sektor yang penting bagi perekonomian di Indonesia dan hasil pemetaan menunjukan 60% dari perusahaan manufaktur masuk kelompok suffer (berdampak berat) yang didalamnya termasuk sektor aneka industri dan 40%nya masuk kelompok moderat dan high demand (Endarwati, 2020).
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
2. Kajian Pustaka 2.1 Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam jurnal yang berjudul “Theory of ther firm : Managerial behavior, agency cost, and ownership structure” mengemukakan bahwa “teori agensi merupakan dasar yang menjelaskan hubungan keagenan atau kontraktual dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintahkan orang lain sebagai agen untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal yang memberikan otoritas atau wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal”.
Hubungan antara teori ini dengan variabel bebas dalam penelitian ini dimana variabelnya adalah insentif pajak. Berdasarkan teori agensi pada penelitia ini, prinsipal yang dimaksud adalah pemerintah dan yang bertindak sebagai agen adalah perusahaan. Prinsipal yang diperankan pemerintah memberikan intruksi kepada agen atau perusahaan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan membayar dan melapor pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Perusahaan yang memerankan agen dalam teori ini berupaya untuk melakukan kewajiban dengan membayar pajak serendah mungkin tanpa melanggar peraturan perpajakan untuk mengurangi beban yang dikeluarkan perusahaan. Usaha tersebut yang dilakukan perusahaan dengan cara manajemen laba agar bisa meminimalkan atau menghemat pajak yang dibayarkan secara legal untuk tujuan laporan keuangan menunjukan laba perusahaan yang stabil (Ayu, 2019).
2.2 Insentif Pajak
Insentif pajak diberikan kepada wajib pajak tertentu sebagai salah satu upaya pemerintah dengan memberikan falisitas perpajakan berupa pengurangan tarif pajak dengan tujuan agar menghemat pembayaran pajak(Ayu, 2019). Insentif pajak terdiri dari:
a. Tax Planning (Perencanaan Pajak)
Perencanaan pajak adalah tahapan awal pada manajemen perpajakan yang bertujuan untuk melakukan penghematan pajak agar perusahaan dapat membayar kewajiban perpajakan dengan efisien (Pohan, 2013). Perencanaan pajak (tax planning) adalah perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak bertentangan dengan aturan perpajakan dengan tujuan untuk menghemat pajak yang dilakukan dengan memanfaatkan celah pada aturan perpajakan, tidak untuk menyingkir dari pembayaran pajak. Selain untuk penghematan pajak, perusahaan melakukan perencanaan pajak untuk mendapatkan amnesti atau keringanan perpajakan atau kompensasi dan insentif pajak dari pemerintah secara legal tanpa melanggar peraturan perpajakan.
b. Beban Pajak Tangguhan (BPT)
BPT adalah biaya yang muncul akibat dari perbedaan sementara pada pengakuan yang dilakukan perusahaan. Perbedaan sementara merupakan hal yang timbul karena ketidaksamaan waktu pengakuan beban dan pengakuan pendapatan berdasarkan standar akuntansi dan fiskal.
Manajer bakal berupaya untuk menaikan margin komersial dari pada margin fiskal, hal itu disebabkan kebanyakan penanam modal lebih melihat laba menurut akuntansi untuk menilai kinerja perusahaan (Sumomba & Hutomo, 2014).
c. Aktiva Pajak Tangguhan
Menurut PSAK No. 46 “tentang akuntansi pajak penghasilan menyebutkan bahwa “aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) merupakan jumah pajak penghasilan yang terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang karena adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian”. Apabila laba fiskal lebih besar dari pada laba akuntansi, maka selisih tersebut diakui sebagai “Aset Pajak Tangguhan” yang akan dikalikan dengan tarif efektif PPh dan dikreditkan (dijadikan pengurang) ditahun fiskal berikutnya.
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
2.3 Insentif Non Pajak
Insentif non pajak adalah insentif yang dihasilkan oleh kegiatan yang tidak berhubungan secara fiskal, namun tetap memberikan manfaat pada kewajiban pembayaran pajak. Kegiatan insentif non pajak dilaksanakan agar dapat meningkatkan kapasitas perusahaan, menjaga nama baik perusahaan dan pemegang saham, menarik calon penanam modal baru, dan menghemat pajak yang dibayarkan (Ayu, 2019). Insentif non pajak diproksikan menggunakan:
1. Earnings Pressure
Perusahaan yang keuntungan atau labanya tidak memenuhi target akan melakukan penurunan laba untuk tujuan agar pembayaran kewajiban perpajakan dapat diminimalisir oleh earnings pressure, karena dapat menaikan laba komersial. Perusahaan dengan keadaan laba (profit firm), disaat labanya sudah sesuai dengan omzet atau malah melampaui omzet, maka kemrosotan laba tersebut bertujuan untuk pembayaran pajak yang dikurangkan oleh earning pressure dalam pelaksanaan income smoothing (Listya & Stefany, 2020).
2. Earnings Bath
Perusahaan yang memperoleh laba rendah (dibawah target) atau mengalami kerugian (loss firm) cenderung akan melakukan earning bath dan hal ini akan berguna karena dapat memperoleh kompensasi pajak. Menurut Yin (2004) dalam (Zahdjuki, Afrizal, & Puspa Arum, 2018) mengungkapkan bahwa perusahaan pada suatu periode memperoleh laba yang rendah bahkan sampai mengalami kerugian, akan membuat manajer cenderung bertindak dengan “big bath”
atau “taking a bath”. Teknik ini digunakan perusahaan melalui penghapusan sebagian aset yang dimiliki dan dibebankan pada estimasi beban dimasa yang akan datang, akibatnya dalam laporan keuangan pada periode mendatang laba yang dilaporkan akan meningkat. Perusahaan yang memperoleh laba rendah tidak akan berusaha meningkatkan jumlah akrualnya, akan tetapi manajer akan menurunkan jumlah akrualnya untuk memperoleh kompensasi diperiode mendatang, hal tersebut merupakan kegiatan earnings bath.
3. Tingkat Utang (Leverage)
Tingkat utang atau leverage merupakan ukuran seberapa banyak utang yang belum dibayar, sedangkan aliran utang merupakan ukuran perubahan tingkat utang dari waktu ke waktu. Dalam penurunan tarif pajak, tingkat utang berkaitan dengan keputusan manajer dalam melakukan manajemen laba (Subagyo & Oktavia, 2010). Menurut Slamet&Wijayanti (2012) perusahaan yang mempunyai tingkat utang yang tinggi akan berpeluang dalam pelaksanaan praktik manajemen laba dengan cara mengalihkan profit tahun mendatang pada profit periode saat ini untuk menaikan profit perusahaan dengan tujuan menaikan nilai perusahaan dimata penanam modal.
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba (earnings management) merupakan aktivitas manajer perusahan dengan menambah atau mengurangi laba perusahaan pada tahun berjalan yang dikelola dengan tidak menimbulkan penambahan atau pengurangan margin perusahaan secara berkepanjangan (Sulistyanto, 2008). Berdasarkan penelitian Ayu (2019) manajemen laba merupakan aktivitas manajemen untuk mempengaruhi stakeholder melalui informasi pada laporan keuangan perusahaan dengan merubah laba atau melakukan creative accounting dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan untuk mencapai tujuan perusahaan.
3. Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif, metode statistik deskriptif dan uji hipotesis pada variabel bebas yaitu insentif pajak dan insentif non pajak dengan masing-masing proksi terhadap variabel terikat yaitu manajemen laba dengan subjek perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI di masa COVID-19 dengan periode triwulan 1 – 4 pada tahun 2020
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
dengan menggunakan informasi laporan keuangan yang didapat dari situsnya yaitu www.idx.co.id.
Subjek pada penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur dengan sektor aneka industri yang sudah terdaftar di BEI pada tahun 2020. Populasi diketahui sebanyak 53 perusahaan, dan sampel yang diaplikasikan dari populasi harus bersifat representative. Sampel yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Beberapa syarat atau kriteria yang wajib dipenuhi dalam penentuan sampel diantaranya :
Tabel. 1 Kriteria Pengambilan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur pada sektor aneka industri yang sudah terdaftar di BEI pada tahun pengamatan triwulan 1-4 tahun 2020.
53 2 Perusahaan yang baru melakukan IPO pada pertengahan tahun
2020 (2)
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya pada
periode pengamatan triwulan 1-4 tahun 2020. (4)
4 Perusahaan yang tidak melakukan laporan keuangannya menggunakan mata uang rupiah selama periode triwulan 1-4 pada tahun 2020.
(14)
5 Perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria kelengkapan
informasi yang digunakan peneliti (8)
6 Perusahaan sektor aneka industri yang mengalami penurunan laba
dan kerugian (loss firm) pada saat masa COVID-19. 14
Jumlah Sampel 14
Sesuai dengan syarat yang ditetapkan dalam pemilihan sampel, maka diperoleh sebanyak 14 perusahaan pada triwulan 1 - 4, sehingga total sampel penelitian ini adalah sebanyak 56 (14x4) sampel. Berikut adalah daftar sampel perusahaan yang digunakan:
Tabel.2 Daftar Sampel Perusahaan Kode Instansi Daftar Sampel Perusahaan
ARKA Arkha Jayanti Persada AUTO Astra Otoparts BOLT Garuda Metalindo
GJTL Gajah Tunggal
IMAS Indomobil Sukses Internasional INDS Indospring
LPIN Multi Prima Sejahtera SMSM Selamat Sempurna
BELL Trisula Textile Industries POLU Golden Flower
RICY Ricky Putra Globalindo
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
ZONE Mega Perintis
BIMA Primarindo Asia Infrastructure KBLI KMI Wire & Cable
3.1 Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data dilakukan melalui Partial Least Square (PLS) sebagai metode untuk melakukan SEM (Struktural Equation Modelling) yang diolah menggunakan aplikasi WarpPLS 7.0. PLS dipakai ketika dasar teori perencanaan model kurang kuat dan parameter model penelitian belum memenuhi model pengukuran yang ideal (Putra, 2015). WarpPLS bisa digunakan dalam berbagai kondisi tanpa harus data tersebut terdistribusi normal, metode ini juga dipakai pada bentuk struktural yang berkarakter rekursif atau non rekursif pada variabel laten yang memiliki sifat formatif ataupun reflektif (Istiqomah & Pratiwi, 2018).
3.2 Evaluasi Model Pengukuran
Outer model atau model luar yang dapat memberikan hubungan pada seluruh variabel manifes atau indikator dengan variabel atau konstruk laten. Dalam PLS satu variabel manifes hanya bisa dihubungkan pada satu variabel laten. Satu blok terjadi karena seluruh manifes yang dihubungkan pada variabel laten..
a. Convergent Validity
Convergent validity yaitu guna menghitung validitas antara korelasi variabel laten dan reflektif indikatornya apakah valid atau tidak. Apabila nilai loading faktor atau outer loading yang dihasilkan oleh program PLS yang memiliki nilai >0,7 bisa disebut tinggi atau valid. Namun apabila penelitian masih pada tahap awal dan perlu dikembangkan maka nilai 0,5 sudah dianggap cukup, sehingga model penelitian dapat dikatakan valid jika outer loading memiliki nilai >0,5.
b. Discriminant Validity
Untuk mengukur discriminant validity pada model reflektif, indikator diuji melalui:
1) Cross Loading
Apabila indikator konstruk loading laten memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding konstruk lainnya,maka konstruk laten tersebut bisa memperkirakan parameter blok tersebut dengan lebih baik dibanding blok lainnya. Jika indikator pada setiap konstruk mempunyai nilai cross loading yang lebih tinggi dari konstruk lainnya maka konstruk tersebut bisa dikatakan valid dan memenuhi discriminant validity.
2) Average Variance Extracted (AVE)
Jika AVE pada setiap konstruk lebih tinggi dibanding korelasi antar konstruk dalam suatu model, hal ini bisa dikatakan bahwa model penelitian dikatakan memenuhi discriminant validity yang baik. Angka yang ditunjukan untuk model penelitian yang baik yaitu angka AVE paling minimal sebesar 0,5.
c. Composite Reability dan Cronbach Alpha
Composite Reability digunakan dengan cara melihatt view latent variable coefficients. Berdasarkan hasil pengolahan tersebut, penilaian dilakukan melalui dua komponen yaitu composite reability dan cronbach alpha. Syarat konstruk yang reabilitas harus mempunyai nilai yang lebih tinggi dari 0,70 sehingga bisa dikatakan variabel yang digunakan reliabel. Adapun pandangan lain menurut (Chin, 1998) mengungkapkan cronbach alpha pada PLS dapat disebut baik jika ≥ 0,5 dan disebut cukup jika ≥ 0,3. Jika dua kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dapat disebut konstruk tersebut reliabel dan mempunyai konsistensi pada model penelitian.
3.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi Inner Model dilakukan untuk menggambarkan dan memastikan kelayakan hubungan antara konstruk laten dengan konstruk laten lainnya. Pada uji evaluasi model struktural
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
terdiri dari model fit, path coefficient, dan R2. Untuk melihat apakah data yang digunakan memiliki kecocokan yaitu menggunakan pengujian model fit. Tingkat signifikansi data pada model fit diuji menggunakan 3 kriteria diantaranya adalah AVE (Avverage Path Coefficient), ARS (Average R-squared) dan AVIF (Average Varians Factor). Apabila nilai p-value pada APC dan ARS menunjukan lebih kecil dari 0,05, maka bisa dikatakan telah memenuhi signigikansi, sedangkan pada indikator AVIF yang merupakan kriteria uji multikolinearitas memiliki syarat nilai AVIF harus lebih kecil dari 5.
3.4 Uji Hipotesis
Pada penelitian ini diperlukan pengujian hipotesis guna menggambarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan path analysis (analisis jalur) berdasarkan model uji yang telah dibuat dan melalui pendekatan sebagai berikut:
1) R2 atau koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar kemampuan model regresi dapat menjelaskan variasi variabel terikat. Angka yang ditunjukan pada R2 berada diantara satu dan nol, hal tersebut dibutuhkan untuk menganalisis seberapa jauh kemampuan variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) yang ditunjukan dengan hasil berupa persentase. Jika analisis regresi dilakukan terhadap dua atau lebih variabel independen, maka untuk pengukurannya dilakukan menggunakan Adjusted R-Square (Ghozali,2013).
2) Uji statiktik T digunakan untuk melakukan pengujian variabel bebas secara parsial (masing- masing) terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95% berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan. Apabila nilai p-value lebih rendah dari 0,05 maka hipotesis diterima dan variabel bebas terbukti mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3) Uji Statistik F digunakan untuk menunjukan apakah keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam model penelitian mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali,2011). Tingkat kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% dengan ketentuan nilai F hitung harus lebih tinggi atau lebih besar dibanding F tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima maka bisa dikatakan semua variabel bebas mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Dengan melakukan analisis statistik deskriptif yang digambarkan melalui nilai manimun, nilai maksimum, nilai rata-rata, nilai tengah dan standar deviasi dari seluruh proksi yang digunakan pada penelitian ini ditunjukan pada tabel berikut sebagai bentuk distribusi dari semua variabel dalam peneltiian ini:
Tabel. 3 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Median Std. Deviation DA (Y) 56 -0,045042 0,018329 -0,001821 -0,001158 0,01143933 TRR (X1) 56 -4,950607 9,437077 1,781303 0,983972 2,475279 BPT (X2) 56 -0,005611 0,021071 0,001355 0,000243 0,00449249 APT (X3) 56 -2,000000 2,428429 0,079828 0,000000 0,53133418
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
EP (X4) 56 -0,331157 0,242331 0,010548 -0,002139 0,10665108
ROE (X5) 56 0 1 1 1 0,22720778
DER (X6) 56 0,059277 6,596219 1,600630 1,047950 1,64520653
Sumber : Data diolah peneliti, 2021
Keterangan : DA = Manajemen Laba, TRR = Perencanaan Pajak, BPT = Beban Pajak Tangguhan, APT = Aktiva Pajak Tangguhan, EP = Earnings Pressure, ROE = Earnings Bath, DER = Tingkat Utang.
4.2 Outer Model
Hasil evaluasi model pengukuran dalam penelitian ini yang diolah menggunakan program WarpPLS 7.0 dievaluasi menggunakan:
1) Convergent Validity
Convergent validity yaitu untuk mengukur validitas dari korelasi antara variabel laten dengan reflektif indikatornya apakah valid atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program WarpPLS 7.0 menunjukan bahwa proksi perencanaan pajak, beban pajak tangguhan, aktiva pajak tangguhan, earnings pressure, earnings bath, tingkat utang dan variabel manajemen laba memiliki faktor loading dengan nilai > 0,70 yaitu sebesar 1,000 dengan p-value <0,05 ini menunjukan kriteria pada uji convergent validity dalam uji outer model telah dipenuhi oleh seluruh variabel.
2) Discriminant Validity a. Cross Loading
Berdasarkan hasil pengolahan WarpPLS 7.0 menggambarkan bahwa seluruh variabel atau indikator (TRR, BPT, APT, EP, ROE, DER dan DA) yang ditunjukan dengan loading konstruk laten yang lebih tinggi sebesar (1,000) dibanding angka pada loading konstruk lainnya ini sebesar 0,000. Hal ini membuktikan bahwa konstruk laten lebih baik dibanding konstruk lainnya dan dapat dikatakan bahwa kriteria discriminant validity telah dipenuhi oleh semua variabel.
b. Average Variance Extracted (AVE)
Berdasarkan hasil pengolahan WarpPLS 7.0 menunjukan data untuk melihat konstruk TRR, BPT, APT, EP, ROE dan DER yang ditunjukan dengan angka sebesar 1,000 lebih tinggi dibanding nilai konstruk lainnya yang artinya bahwa semua konstruk telah memenuhi kriteria discriminant validity.
3) Composite Reability dan Cronbach Alpha
Berdasarkan hasil pengolahan WarpPLS 7.0 menunjukan composite reability dari masing masing konstruk pada keseluruhan konstruk menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,70 dengan nilai 1,000. Pada penelitian ini menunjukan nilai cronbach’s alpha pada keseluruhan konstruk lebih besar dari 0,70 dengan nilai 1,000, sehingga bisa disimpulkan kriteria composite reability dan cronbach’s alpha pada outer model telah dipenuhi oleh semua variabel.
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
4.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Gambar 1. Model Fit and Quality Indices
Berdasarkan hasil pengolahan WarpPLS 7.0 memperlihatkan bahwa APC sebesar 0,173 dan nilai p-value sebesar 0,043, dari hasil tersebut dapat dikatakan APC telah memenuhi kriteria karena memiliki nilai p-value lebih kecil dari 0,05 Nilai ARS sebesar 0,444 dan nilai p-value < 0,001, hasil tersebut dapat dikatakan ARS telah memenuhi kriteria karena memiliki nilai p-value dibawah 0,05.
Nilai AVIF sebesar 1,859 sudah memenuhi kriteia goodness of fit karena nilai AVIF lebih rendah dari angka 5. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa model penelitian telah memenuhi persyaratan pada evaluasi model struktural dan dapat diterima secara signifikan.
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Berikut ini merupakan hasil pengolahan WarpPLS yang dikembangkan berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan, sebagai berikut :
Gambar 2. Paradigma Penelitian Program WarpPLS 7.0
1) Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan analisi jalur dari pengolahan WarpPLS 7.0 dapat diartikan bahwa variabel insentif pajak yang diproksikan menggunakan perencanaan pajak dan diukur dengan TRR, proksi BPT dan APT serta dan variabel insentif non pajak yang diproksikan menggunakan EP, ROE dan DER sebagai variabel bebas (independen) mampu menjelaskan Manajemen Laba yang diproksikan mengunakan DA sebagai variabel terikat (dependen) pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI periode triwulan 1-4 tahun 2020 sebesar 44% dan sisanya sebesar 56%
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
dipengaruhi oleh variabel dan faktor lain.
2) Uji Statistik T
Tabel. 4 Path Coefficients and P-values Path Coefficients
TRR(X1) BPT(X2) APT(X3) EP(X4) ROE(X5) DER(X6)
DA (Y) 0,214 0,258 -0,078 0,428 0,046 0,015
P-values
TRR(X1) BPT(X2) APT(X3) EP(X4) ROE(X5) DER(X6) DA (Y) 0,045 0,019 0,267 <0,001 0,363 0,456 Effect Size for Path Coefficient
TRR(X1) BPT(X2) APT(X3) EP(X4) ROE(X5) DER(X6)
DA (Y) 0,105 0,080 0,008 0,265 0,006 0,008
Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan koefisien positif terhadap manajemen laba oleh variabel bebas insentif pajak yang diproksikan menggunakan perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan, serta variabel insentif non pajak yang diproksikan menggunakan earnings pressure dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Sedangkan pada variabel insentif pajak yang tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba adalah aktiva pajak tangguhan, dan pada variabel insentif non pajak yang tidak mempunyai pengaruh adalah earnings bath dan tingkat utang.
3) Uji Statistik F
Untuk mengetahui nilai F hitung digunakan formulasi rumus sebagai berikut:
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅2(𝑛 − 𝑘 − 1) (1 − 𝑅2)𝑘
R2: R-squared, k: total variabel independen, n: total sampel observasi Diketahui : R2 = 0,44, k = 6 variabel dan n = 56 sampel
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =0,44(56 − 6 − 1) (1 − 0,44)6 𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =0,44(49)
(0,56)6 = 21,56
3,36 = 6,42
Untuk mengetahui nilai F tabel dilihat dari tabel dengan formulasi rumus sebagai berikut:
𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑘; (𝑛 − 𝑘)
𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 6; (56 − 6) = 6;50
𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,29 (Berdasarkan Tabel F)
Berdasarkan perhitungan antara Ftabel dan Fhitung menunjukan bahwa Fhitung lebih besar dengan nilai 6,42 dibanding Ftabel dengan nilai 2,29 dan telah memenuhi kriteria uji hipotesis. Hal tersebut menggambarkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat manajemen laba oleh variabel bebas insentif
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
pajak dan insentif non pajak.
5. Kesimpulan 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh insentif pajak pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI dimasa COVID-19 pada periode triwulan 1 – 4 tahun 2020 yang diproksikan menggunakan perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan terbukti berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap manajemen laba, sedangkan insentif pajak yang diproksikan menggunakan aktiva tetap pajak tangguhan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan insentif pajak yang diberikan pemerintah dalam penanganan COVID-19 memberikan motivasi kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan pembayaran pajak yang lebih rendah, dan perlu pertimbangan yang matang dalam merekayasa aktiva pajak tangguhan karena dapat berdampak buruk pada pelaporan keuangan dimasa mendatang.
2. Pengaruh insentif non pajak pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI dimasa COVID-19 pada periode triwulan 1 – 4 tahun 2020 yang diproksikan menggunakan earnings pressure terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba secara parsial. Sedangkan hasil yang menunjukan tidak adanya pengaruh terhadap manajemen adalah earnings bath dan tingkat utang. Dari hal tersebut bisa diartikan bahwa insentif pajak sebagai kebijakan pemerintah memberikan motivasi kepada manajemen perusahaan untuk menurunkan laba sebagai respon dari penurunan tarif pajak PPh Badan melalui earnings pressure agar pajak yang dibayar menjadi lebih rendah dari laba komersial dan untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehinga dapat membuat manajemen termotivasi untuk melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba perusahaan baik secara komersial maupun fiskal. Sedangkan manajemen tidak termotivasi melakukan manajemen laba jika dipengaruhi oleh faktor earnings bath dan tingkat utang.
3. Dimasa COVID-19 dengan penggunaan periode triwulan 1-4 tahun 2020, hasil pengolahan WarpPLS 7.0 menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan terhadap manajemen laba oleh variabel insentif pajak dan insentif non pajak. Hal ini ditunjukan oleh keseluruhan variabel yang menjadi proksi pada penelitian ini yaitu perencanaan pajak, beban pajak tangguhan, aktiva pajak tangguhan, earnings pressure, earnings bath dan tingkat utang berpengaruh signifikan secara secara simultan terhadap manajemen laba.
5.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran dari keterbatasan penelitian, diantaranya:
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan menggunakan subjek yang lebih luas seperti pada perusahaan manufaktur secara keseluruhan atau pada bidang usaha lainnya.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan periode tahunan dalam penggunaan data sekunder yang akan diolah agar memudahkan peneliti dalam membuat tabulasi data dan untuk menghindari terjadinya double counting serta bisa dilakukan selain pada masa Pandemi COVID- 19.
3. Penelitian selanjutnya lebih baik menggunakan data sekunder dengan periode peneltian yang lebih panjang untuk mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangkan panjang.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas teori untuk dasar dalam pengambilan dan menginterprestasikan hasil pengolahan data.
References
Ayu, B. D. (2019). Pengaruh Insentif Pajak Dan Insentif Non Pajak Terhadap Manajemen Laba.
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
(Master's thesis Universitas Islam Indonesia).
Endarwati, O. (2020, April 28). Ekonomi Bisnis Sindonews.com. Retrieved from Sindonews.com:
https://ekbis.sindonews.com/read/9631/34/terdampak-covid-19-industri-manufaktur- diperkirakan-tumbuh-25-1588032277?showpage=all
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update Regresi.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamijaya, M. (2015). Pengaruh Insentif Pajak Dan Insentif Non Pajak Terhadap Manajemen Laba Saat Terjadi Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Badan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Bisnis,14(27), 1-28.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2018). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 46 : Akuntansi Pajak Penghasilan.
Istiqomah, D. F., & Pratiwi, A. I. (2018). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Kecenderungan Perusahaan Keluarga Melakukan Manajemen Laba Menggunakan Metode WarpPLS.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal Of Financial Economic 3 , 305-360.
Listya, S., & Stefany, R. (2020). Pengaruh Insentif Pajak, Financial Distress, Earning Pressure Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Litbang Sukowati , 4(1), 65-74.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019. (n.d.).
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1. (2020). Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis,. Jakarta: Cetakan Pertama Gramedia.
Putra, A. S. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Probabilitas Perusahaan.
Jurnal Nominal , Volume IV No.2.
Slamet, A., & Wijayanti, P. (2012). Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan, Insentif Pajak dan Non-Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Indonesia, 1(1), 115-130.
Subagyo, & Oktavia. (2010). Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto .
Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.
Sumomba, C. R., & Hutomo, Y. S. (2014). Pengaruh Baban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba.
The Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1. (1978). Accounting Standards Board (FSAB).
Undang – Undang Republik Indonesisa Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. (n.d.).
Zahdjuki, J., Afrizal, H., & Puspa Arum, E. D. (2018). Pengaruh Tax Planning, Earning Bath, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earnings Management Pada 500 Perusahaan Terbesar Dunia Berdasarkan Indeks Fortune Global. Jurnal Akuntansi dan
Putri Hani Ashari, Arif Afriady
Keuangan Unja, Vol 3(5), 16-26.