• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh jarak tingkatan berbeda terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh jarak tingkatan berbeda terhadap"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

Judul Skripsi : Pengaruh Jarak Perbedaan Tingkat Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Rakit Apung Berjenjang. Pengaruh jarak tingkat yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii menggunakan metode rakit apung bertingkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak level terbaik pada budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan berat benih awal 100 g menggunakan metode rakit apung bertingkat.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana dari Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Kelautan Raja Ali Haji. Bapak Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc selaku pembimbing I yang memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan disertasi ini. Ibu Dwi Septiani Putri S.Pi, M.Si, selaku Pembimbing II yang memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan disertasi ini.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan
  • Manfaat

Apakah jarak antar tingkat dengan metode rakit apung bertingkat berpengaruh terhadap pertumbuhan budidaya rumput laut K. alvarezii? Berapa jarak optimal antar tingkat pada budidaya rumput laut K. alvarezii dengan metode rakit apung bertingkat? Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi pengaruh jarak antar level yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut K.

Harapan dari penelitian ini dapat menjadi solusi bagi petani untuk mencari jarak optimal antar level dan penggunaan lahan yang digunakan dalam budidaya rumput laut K. alvarizii dengan metode rakit apung bertingkat.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Rumput Laut Hijau K. alvarezii
  • Klasifikasi Rumput Laut K. alvarezii
  • Metode Budidaya Rumput Laut
    • Metode Dasar
    • Metode Rakit Apung
    • Metode Longline
    • Metode Lepas Dasar
  • Pengaruh Jarak Tanam terhadap Laju Pertumbuhan
  • Parameter Kualitas Air

Faktor yang mempengaruhi kualitas rumput laut adalah adanya hama dan rumput laut yang dimuat akan langsung jatuh ke dasar lumpur sehingga kualitasnya menjadi kurang baik (Widiastuti, 2011). Cara berkebunnya adalah dengan mengikat bibit rumput laut pada batu karang atau tali sehingga menyerupai taman di dasar laut. Menurut caranya, 10 tali sepanjang 2,5 m diikatkan pada kedua sisi rakit yang panjangnya 2,5 m dengan jarak antar setiap tali 25 cm.

Bibit rumput laut akan diikatkan pada tali anak dengan menggunakan simpul hidup yang bertujuan untuk memudahkan dalam memantau dan mengevaluasi pertumbuhan rumput laut. Salah satu faktor yang sangat penting adalah jarak tanam yang tepat saat menanam rumput laut. Jarak tanam yang digunakan selain berpengaruh terhadap pergerakan air, juga menghindari penumpukan kotoran pada talus sehingga membantu ventilasi sehingga proses fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut dapat berlangsung dan menghindari fluktuasi salinitas dan suhu air yang besar.

Abdan et al., (2013) menambahkan bahwa persaingan antar thallus dalam hal permintaan sinar matahari, unsur hara dan ruang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan rumput laut. Kualitas air yang baik untuk budidaya rumput laut berdasarkan DNI dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter kualitas air untuk budidaya rumput laut. Parameter kualitas air berdasarkan SNI 7572.2 dan didukung oleh beberapa penelitian, sejalan dengan pendapat Wibowo dkk (2020) salinitas optimal untuk budidaya rumput laut adalah 30 – 33 ppt.

S Muslimin et al., (2018) berpendapat bahwa pertumbuhan rumput laut yang optimal adalah pada pH air laut yang normal yaitu pada kisaran 7,5 – 8,0.

Gambar 1. Rumput Laut K. alvarezii   (Sumber: S. Muslimin et al., 2018)
Gambar 1. Rumput Laut K. alvarezii (Sumber: S. Muslimin et al., 2018)

METODE PENELITIAN

  • Waktu dan Tempat
  • Alat dan Bahan
  • Rancangan Penelitian
  • Prosedur Penelitian
    • Persiapan Wadah Penelitian
    • Persiapan Bibit
    • Pemeliharaan
  • Parameter Penelitian
    • Pertumbuhan Mutlak
    • Laju Pertumbuhan Harian
    • Tingkat Kelangsungan Hidup
    • Kualitas Air
  • Analisis Data

Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Senada dengan Sulistidjo (2002) menyatakan bahwa kedalaman ideal untuk pertumbuhan rumput laut adalah 30-50 cm dari permukaan air. Hasil data berupa laju pertumbuhan spesifik dianalisis menggunakan analisis statistik varians (ANOVA) (Steel dan Torrie, 1993 dalam Wibowo et al., 2020).

Kapal penelitian ini dirancang dengan paralon berukuran 3 inchi, masing-masing potongan paralon dipotong berukuran 1cm, kemudian dibentuk persegi panjang dengan sambungan siku, setelah itu menjadi rakit apung, dipasang tali untuk mengangkat kapal persegi panjang tersebut dari tali kayu penghubung. Rumput laut seberat 100 g akan ditempatkan. Benih rumput laut sebanyak 16,2 kg yang diperoleh dari Pulau Jaga Kabupaten Karimun dibersihkan dan dipilih benih segar yang sesuai untuk penelitian dan benih ditimbang sebanyak 100 g/titik dengan jarak pengolahan masing-masing tingkat 25 cm, 30 cm. cm dan 35 cm. Pemeliharaan atau pengendalian rumput laut dilakukan setiap hari, meliputi pembersihan rumput laut dan peralatan lainnya serta pengendalian kualitas air dengan pengambilan sampel setiap 7 hari/minggu sekali dari M0 sampai dengan M6.

Data yang diperoleh selama periode penelitian kemudian diolah meliputi hasil laju pertumbuhan spesifik/harian dan data kualitas air yang meliputi salinitas, suhu, pH, DO. Pengukuran pertumbuhan absolut diperoleh dari awal dan akhir perlakuan A, B dan C selama periode penelitian 42 hari dengan menggunakan rumus. Tingkat pertumbuhan harian diperoleh dari data mingguan selama periode penelitian 42 hari, terhitung 6 minggu pengumpulan data hingga akhir penelitian.

Estimasi kelangsungan hidup diperoleh dengan menghitung rumput laut yang masih hidup pada awal penelitian (N0) dan rumput laut yang masih hidup pada akhir penelitian (Nt). Kualitas air yang diamati selama periode penelitian adalah salinitas, suhu, pH, DO yang diukur menggunakan multitester dan refraktometer setiap 7 hari selama 6 minggu.

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

  • Pertumbuhan Bobot Mutlak
  • Laju Pertumbuhan Harian
  • Tingkat Kelangsungan Hidup
  • Kualitas Air

Data yang dianalisis dengan uji ANOVA menunjukkan hasil perbandingan perlakuan B level 1 dan level 2 tidak berbeda nyata (p>0,05), terlihat dari gambar di atas dimana perbandingan antara level 1 (269,26 g) dan tingkat 2 (213,87 gram). Data yang dianalisis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa hasil perbandingan perlakuan C level 1 dan level 2 tidak berbeda nyata (p>0,05), terlihat dari gambar di atas dimana perbandingan antara level 1 (222,98 g) dan tingkat 2 (208,42 gram). Pertambahan bobot harian diperoleh dari bobot akhir rumput laut selama masa penelitian dikurangi bobot awal selama masa penelitian dan ditambah dengan bobot rumput laut mati, kemudian dibagi lama waktu pemeliharaan dikalikan 100%.

Hasil pertambahan bobot badan harian selama masa penelitian pada perlakuan rumput laut A, B dan C dapat dilihat pada Gambar 15 berikut. Tingkat pertumbuhan perlakuan A, jarak antar level 25 cm Rumput Laut (Catatan: (7,49 g) mean hasil level 1, (7,38 g) mean hasil level 2 dan nilai mean ± standar error). Data yang dianalisis dengan uji ANOVA menunjukkan hasil perbandingan perlakuan A level 1 dan level 2 berbeda nyata (p<0,05), seperti terlihat pada gambar di atas, dimana perbandingan antara level 1 (7,49). g) dan tingkat 2 (7,38 g).

Laju pertumbuhan perlakuan B, jarak level 30cm Rumput Laut (Catatan: (6,41 g) Rata-rata hasil level 1, (5,61 g) Rata-rata hasil level 2 dan nilai rata-rata ± standar error). Data yang dianalisis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa hasil perbandingan perlakuan level B level 1 dan level 2 tidak berbeda nyata (p>0,05), terlihat dari gambar di atas dimana perbandingan dilakukan antara level 1 (6,41 g) dan tingkat 2 (5,61 g). Data yang telah dianalisis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa hasil perbandingan perlakuan level C 1 dan level 2 tidak berbeda nyata (p>0,05), terlihat dari gambar di atas dimana perbandingan antara level 1 ( 5, 31 g) dan tingkat 2 (4,96 g).

Hasil survival rate rumput laut selama periode penelitian dengan perlakuan A, B dan C Level 1 dan Level 2 ditunjukkan pada Gambar 16 dan 17 berikut. Selama masa penelitian, parameter kualitas air telah sesuai dengan SNI standar nasional Indonesia untuk menjamin pemeliharaan rumput laut yang optimal.

Gambar 9. Pertumbuhan Bobot Mutlak Perlakua B jarak tingkatan 30cm  Rumput  Laut.  (Keterangan:  (269.26  g)  hasil  rata-rata  tingkatan  1,  (213.87  g)  hasil rata-rata tingkatan 2)
Gambar 9. Pertumbuhan Bobot Mutlak Perlakua B jarak tingkatan 30cm Rumput Laut. (Keterangan: (269.26 g) hasil rata-rata tingkatan 1, (213.87 g) hasil rata-rata tingkatan 2)

Pembahasan

  • Pertumbuhan Bobot Mutlak
  • Laju Pertumbuhan Harian
  • Tingkat Kelangsungan Hidup
  • Kualitas Air

Kualitas air merupakan parameter data yang diamati setiap 7 hari sekali selama periode penelitian 42 hari.Nilai data rata-rata disajikan dalam bentuk tabel 5 di bawah ini. Selama periode penelitian, parameter kualitas air telah sesuai dengan SNI standar nasional Indonesia sehingga pemeliharaan rumput laut dapat berjalan maksimal. 260,54) sedangkan perlakuan B dan C tidak berbeda nyata, walaupun nilai taraf 1 lebih tinggi dibandingkan taraf 2 namun hasil uji statistik tidak berbeda nyata. Metode penanaman rumput laut dengan menggunakan rakit apung menawarkan penyerapan sinar matahari yang lebih besar untuk melakukan proses fotosintesis dibandingkan metode lainnya.

Hal ini sependapat dengan (Wijayanto et al., 2011) yang mengatakan bahwa sistem metode rakit apung lebih efektif karena adanya pergerakan air dan intensitas sinar matahari yang membantu dalam pertumbuhan rumput laut. Melalui proses ini rumput laut juga menyerap CO2 dan H2O. sebagai molekul kompleks nutrisi dari lingkungannya Menurut (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996; Nio Song Ai, 2012), energi sinar matahari diserap oleh thallus kemudian diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada membran bagian dalam atau tilakoid. Sesuai dengan (Andrias, 1992; Asmi et al., 2014) bahwa rumput laut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang mempunyai akar, batang dan daun tidak jelas sehingga memerlukan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis. Menurut (Kushartono et al., 2009; Mukhlis et al., 2016) nitrogen merupakan unsur yang banyak dibutuhkan rumput laut, nitrogen merupakan penyuplai energi dalam proses fotosintesis.

Hal ini sejalan dengan (Nursyam, 2013), regenerasi sel pada setiap eksplan hingga membentuk thallus yang lengkap terjadi bila eksplan memiliki kandungan nutrisi yang cukup. Laju pertumbuhan harian terbaik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan A (25 cm) dimana stadium 1 (7,49 g) dan stadium 2 (7,38 g) dengan hasil perbandingan berbeda nyata dimana (p<0,05), sedangkan perlakuan B dan C tidak berbeda nyata. berbeda dimana (p>0,05), dan hasil tertinggi pada perlakuan A, B dan C level 2 dicapai oleh perlakuan A dengan nilai rata-rata (7,38g), menurut (Erpin et al., 2013). Tingkat kelangsungan hidup diperoleh dari hasil bobot akhir penelitian dikurangi bobot rumput laut yang mati selama masa perkembangbiakan 42 hari.

Beberapa faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, salinitas, pergerakan air, nutrisi dan faktor biologis seperti hewan laut. Perubahan salinitas dan suhu air yang drastis dapat menghambat penetrasi sinar matahari dan makanan serta mengundang kehadiran organisme lain yang berbahaya bagi tanaman. 2018) Harapan hidup rumput laut bergantung pada banyaknya penetrasi sinar matahari yang diterima rumput laut sehingga mempengaruhi thallus, dan kuat arus yang menyebabkan thallus putus.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan kandungan karaginan rumput laut (Eucheuma spinosum) dengan metode long line. Pengaruh umur panen dan berat benih terhadap pertumbuhan dan kandungan karaginan rumput laut Euceuma Spinosum dengan metode long line. Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii dibudidayakan menggunakan dua jenis tali dengan kondisi berbeda.

Pertumbuhan produksi dan kualitas rumput laut Kappaphycus Alvarezii (Doty) pada habitat budidaya yang berbeda. Pengaruh jarak tanam dan berat benih terhadap pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus avarezii) dengan metode vertikultur. Pengaruh jarak tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan metode off bottom dan floating raft.

Kajian Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Metode Penanaman Berbeda di Perairan Kalianda Lampung Selatan. Kajian Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottoni Dengan Cara Penanaman Berbeda Di Perairan Kalianda Lampung Selatan 86. Pengaruh Perbedaan Berat Awal Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Hati Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang Diserang Epifit di Rakit Jaring Apung.

Terakhir, parameter kelangsungan hidup rumput laut Kappaphycus alvarezii tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Gambar

Gambar 1. Rumput Laut K. alvarezii   (Sumber: S. Muslimin et al., 2018)
Gambar 2. Jenis Rumput Laut Hijau Kappaphycus alvarezii  (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)
Gambar 3. Metode Rakit Apung (Floating Raft Method)
Gambar 4. Metode Longline  (Sumber: Peatix, 2022)  2.3.4.  Metode Lepas Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Hasil analisis model persamaan struktural menunjukkan pengaruh hubungan yang positif antara media luar griya terhadap capaian keselamatan pengguna jalan. Hubungan