• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh kapasitas olah, ketersediaan bahan - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh kapasitas olah, ketersediaan bahan - Repository UMA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

Dampak Kapasitas Pengolahan, Ketersediaan Bahan Baku dan Pencapaian Hasil Terhadap Biaya Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit PT Torgamba. Tanaman kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Botanical Garden) berjumlah 4 buah, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya berasal dari Hortus Botanicus. Amsterdam (Belanda). Saat ini perkembangan budidaya kelapa sawit semakin meningkat dengan luas lahan pada tahun 2017 seluas 11,5 juta hektar dan produksi minyak sawit (CPO) mencapai ± 30 juta ton pada tahun 2018.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan kapasitas pengolahan, ketersediaan bahan baku dan rendemen minyak dan inti sawit terhadap kinerja pabrik kelapa sawit khususnya pada biaya pengolahan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. . Berdasarkan hasil penelitian diketahui kapasitas pengolahan (X1) bernilai negatif tetapi tidak signifikan, hal ini sesuai dengan hipotesis, ketersediaan bahan baku (X2) bernilai negatif tetapi tidak signifikan dan pencapaian rendemen (X3) bernilai negatif tetapi tidak signifikan. negatif namun tidak signifikan, yaitu menurut hipotesis dan kapasitas pengolahan, ketersediaan bahan baku dan prestasi panen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga pokok pengolahan. Berdasarkan hal tersebut, manajemen hendaknya meningkatkan perhatian terhadap kapasitas pengolahan, ketersediaan bahan baku dan pencapaian hasil guna menekan harga biaya seminimal mungkin.

Peneliti puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kapasitas Pengolahan, Ketersediaan Bahan Baku dan Imbalan Terhadap Biaya Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PT Torgamba”. Judul : Pengaruh Kapasitas Pengolahan, Ketersediaan Bahan Baku dan Return Terhadap Biaya Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Di Pabrik Kelapa Sawit PT Torgamba.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

KATA PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Pemerintah Belanda pertama kali memperkenalkan kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1848, diawali dengan 4 bibit kelapa sawit, dua diantaranya dibawa dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus di Amsterdam (Belanda) kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor. . Taman (Kebun Raya). ) Bogor (Rhephi, 2007). Pada tahun 1919, Indonesia mengekspor 576 ton minyak sawit, dan pada tahun 1923, 850 ton minyak inti sawit. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga mampu menyalip dominasi ekspor negara-negara Afrika saat itu.

Lahan perkebunan mengalami pengurangan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi kelapa sawit menurun. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan tersebut (karena alasan politik dan keamanan). Perubahan manajemen perkebunan serta kondisi sosial-politik dan keamanan yang kurang baik di dalam negeri menyebabkan produksi minyak sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar di dunia digantikan oleh Malaysia.

3 perkebunan yaitu kawasan hutan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit dari kawasan Cikampak hingga Tanjung Medan Riau dan diberi nama kelompok Torgamba yang terdiri dari beberapa kebun termasuk kebun Torgamba. Untuk mengolah hasil perkebunan Torgamba, dibangunlah pabrik kelapa sawit (PKS Torgamba) pada tahun 1982 dan selesai pembangunannya pada tahun 1983 yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 28 Juli 1983.

Perumusan Masalah

Keempat PKS Torgamba tersebut hanya mampu mengolah bahan baku TBS dengan rata-rata kapasitas pengolahan sebesar 35,65 ton TBS/jam atau sekitar 28,69% dibawah RKAP tahun 2017. Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan penelitian guna meningkatkan kapasitas pengolahan PKS. Torgamba dapat ditingkatkan. Untuk mengetahui pengaruh kapasitas pengolahan terhadap kinerja pabrik kelapa sawit khususnya biaya pengolahan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan bahan baku terhadap harga pokok pengolahan sehingga dapat memberikan nilai tambah. Untuk menganalisis pengaruh Pencapaian Hasil CPO & Inti Sawit berdasarkan kualitas TBS terhadap biaya pengolahan komoditas.

Manfaat Penelitian

Kerangka Teori dan Konsep 1. Kapasitas Olah

  • Persediaan Bahan Baku 1. Pengertian Persediaan
  • Rendemen Kelapa Sawit
  • Harga Pokok Produksi
  • Proses Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit

Bahan baku merupakan faktor penting yang menentukan tingkat harga dasar dan kelancaran proses produksi usaha. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan pengubahan bahan mentah menjadi produk akhir, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pabrik. 22 Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah seluruh biaya yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan pengubahan bahan menjadi produk jadi, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pabrik.

Biaya yang tidak berkaitan dengan unit yang termasuk dalam penentuan biaya produksi adalah biaya non produksi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan biaya produksi yang masih tertunda pada tanggal neraca. Untuk tujuan ini, manajemen harus mencatat biaya produksi untuk setiap periode. Biaya produksi yang berkaitan dengan produk akhir yang belum terjual pada tanggal neraca disajikan di neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam penyelesaian.

Seluruh unsur biaya produksi diperhitungkan dalam menentukan biaya produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, harga pokok produksi menurut metode harga pokok terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut. Metode penetapan biaya variabel hanya mempertimbangkan biaya-biaya produksi yang mempunyai perilaku variabel, baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik.

Jadi, menurut pendekatan ini, harga pokok produksi terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut. Metode pengumpulan harga pokok adalah agar manajemen menentukan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Untuk memperoleh informasi biaya secara akurat dan menyeluruh, maka perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi secara akurat dan menyeluruh.

Penentuan metode ini dalam suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. Penentuan biaya produksi per unit dilakukan setelah pesanan selesai, dengan membagi total biaya produksi yang dikeluarkan untuk suatu pesanan tertentu dengan jumlah unit produk yang diproduksi pada pesanan yang bersangkutan. Sistem penetapan biaya produksi sebenarnya adalah suatu sistem untuk mengalokasikan biaya material, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ke produksi sebesar biaya aktual yang dinikmati oleh produk yang bersangkutan.

Sistem harga pokok produksi yang telah ditentukan membebankan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ke produksi berdasarkan harga pokok penjualan yang telah ditentukan. Namun dalam menghitung harga pokok produksi, biaya perkantoran, baik biaya tenaga kerja kantor maupun biaya overhead produksi kantor, tidak boleh dimasukkan dalam komponen biaya produksi.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran  II.4.  Hipotesis
Gambar 2. Kerangka Pemikiran II.4. Hipotesis

Waktu dan Lokasi Penelitian

Bentuk Penelitian

  • Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kegiatan pengolahan yang terjadi di Pabrik Kelapa Sawit Torgamba pada bulan Februari sampai dengan Maret 2018. Penelitian ini menggunakan sampel yang bersifat data sekunder yaitu data kinerja pencapaian kapasitas pengolahan minimal 30 sampel yang terjadi pada tahun 2018. bulan Februari dan Maret 2018. dibandingkan dengan data yang terjadi pada bulan Februari dan Maret 2017.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Uji normalitas ini dideteksi dengan melihat sebaran datanya, jika sebaran data (titik) berada disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2010). Ada atau tidaknya korelasi multikolinearitas pada model regresi dapat dideteksi dengan melihat nilai toleransi dan variance inflasi faktor (VIF).

Nilai toleransi mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan adalah nilai toleransi VIF dibawah 10 atau nilai VIF diatas 0,10 sehingga setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditoleransi (Ghozali, 2011). Autokorelasi pada banyak kasus ditemukan pada regresi yang datanya bersifat time series, atau berdasarkan periode periodik, misalnya bulanan, tahunan dan sebagainya (Santoso, 2010).

41 Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi terbukti dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Santoso, 2010). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan dari asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu variansi yang tidak sama dari residu observasi dalam model regresi. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, dimana dalam penelitian ini terdapat dua variabel UNIVERSITAS DI DAERAH MEDAN.

Uji statistik t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel terikat pada individu peserta ujian. Menurut Ghozali (2011), statistik uji F pada dasarnya menunjukkan apakah seluruh variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 44 Uji koefisien korelasi (R) dilakukan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Nilai korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1 dimana nilai R positif menunjukkan arah hubungan positif dan nilai R negatif menunjukkan arah hubungan negatif (Ghozali, 2011). Uji koefisien determinasi (adjusted R2) digunakan untuk mengukur kemampuan suatu model regresi dalam menjelaskan variabel dependen. Semakin kecil nilai adjust R2 maka semakin rendah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau sebaliknya (Ghozali, 2011).

Kapasitas pengolahan adalah pencapaian pengolahan minyak sawit selama 1 (satu) jam untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit dalam satuan TBS/jam. Biaya operasional/pengolahan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan kelapa sawit selama masa operasi (1 bulan) yang telah diproduksi dalam satuan rupiah (Rp).

RENCANA PENELITIAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan secara statistik dengan menggunakan program SPSS mengenai permasalahan dan pembahasan pengaruh kapasitas pengolahan, ketersediaan bahan baku dan kinerja hasil terhadap harga pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Torgamba pada Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara III (Persero) maka diperoleh kesimpulan yang dapat peneliti tarik adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan bahan baku (X2) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok pengolahan, sehingga ketersediaan bahan baku yang cukup untuk pengolahan berpengaruh terhadap penurunan harga pokok pengolahan. Kinerja hasil (X3) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok pengolahan, sehingga peningkatan kinerja hasil dengan meningkatkan kualitas panen bahan baku TBS berpengaruh terhadap penurunan harga pokok pengolahan.

Saran

Persyaratan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit, Konsultan Perkebunan Kelapa Sawit, investment sawit.blogspot.com/2013/03/pers yaratan-pembangunan-pks.html (Diakses Januari 2015). Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Bisnis dan Pemasaran, Edisi Revisi, Penerbit Swadaya, Jakarta. Dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PT.

Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penetapan Harga Biaya, Buku Pertama, Edisi Kedua, Dua Belas Cetakan, BPFE, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Kinerja PKS Torgamba Tahun 2015 - 2017
Gambar 2. Kerangka Pemikiran  II.4.  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian pengertian harga pokok produksi di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya bahan baku