• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepala Sekolah Budaya Sekolah, dan Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Mediasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepala Sekolah Budaya Sekolah, dan Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Mediasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Management Studies and Entrepreneurship Journal

Vol 5(2) 2024 : 3163-3180

Copyright © 2024 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license, http://journal.yrpipku.com/index.php/msej

The Effect Of Transformational Leadership, School Culture Principal, And Teacher Personality Competence On The Character Of Sint Carolus Kupang High School Students With Learning Motivation As A Mediating Variable

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepala Sekolah Budaya Sekolah, Dan Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang Dengan Motivasi Belajar Sebagai Variabel Mediasi

Helena Da Conceicao Ximenes1*, Ruminah2, Alfons Bunga Naen3, Kletus Erom4, Henny A. Manafe5

Universitas Katolik Widya Mandira Kupang1,2,3,4,5

[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5

*Corresponding Author ABSTRACT

This research aims to analyze the influence of transformational leadership, school culture, and teacher personality competence on the character of students with learning motivation as a mediating variable.

The study utilizes primary data obtained from respondents through questionnaires. The research population comprises all teachers at SMAK Sint Carolus Kupang, with a sample of 72 individuals, representing the entire population. Data analysis in this study is conducted using Partial Least Square (PLS) with the application of SmartPLS 3.0. The results of hypothesis testing indicate that the transformational leadership of the school principal significantly influences the character of students, with a coefficient value of 0.570 (p < 0.05). However, school culture does not significantly affect the character of students (coefficient = -0.149, p > 0.05). Furthermore, teacher personality competence also does not have a significant impact on the character of students (coefficient = 0.023, p > 0.05). Testing on the learning motivation of students shows that transformational leadership does not significantly influence learning motivation (coefficient = -0.084, p > 0.05). However, school culture (coefficient = 0.570, p < 0.05) and teacher personality competence (coefficient = 0.664, p < 0.05) significantly affect the learning motivation of students. Moreover, students' learning motivation significantly influences their character (coefficient = 0.405, p < 0.05). Therefore, students' learning motivation is considered an essential factor in shaping the character of students at SMAK Sint Carolus Kupang. In the context of path analysis, hypotheses involving the path of influence of transformational leadership of the school principal or school culture through students' learning motivation on their character are not proven to be significant (p > 0.05). However, hypotheses involving the path of influence of teacher personality competence through students' learning motivation on their character are proven to be significant (p < 0.05).

Keywords: Transformational leadership, school culture, teacher personality competence, student character, and learning motivation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya sekolah dan kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik dengan motivasi belajar sebagai variabel mediasi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMAK Sint Carolus Kupang. Sampel penelitian sebanyak 73 orang yang merupakan seluruh anggota populasi. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan penggunaan aplikasi SmartPLS 3.0. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap karakter peserta didik dengan nilai koefisien sebesar 0,570 (p < 0,05). Namun, budaya sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap karakter peserta didik (koefisien = -0,149, p > 0,05). Selanjutnya, kompetensi kepribadian guru juga tidak berpengaruh signifikan terhadap karakter peserta didik (koefisien

= 0,023, p > 0,05). Pengujian terhadap motivasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kepemimpinan

(2)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3164

transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar (koefisien = -0,084, p > 0,05).

Namun, budaya sekolah (koefisien = 0,570, p < 0,05) dan kompetensi kepribadian guru (koefisien = 0,664, p < 0,05) berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik. Selanjutnya, motivasi belajar peserta didik berpengaruh signifikan terhadap karakter peserta didik (koefisien = 0,405, p < 0,05). Oleh karena itu, motivasi belajar peserta didik dianggap sebagai faktor yang penting dalam membentuk karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Dalam konteks pengujian melalui jalur (path analysis), hipotesis yang melibatkan jalur pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah atau budaya sekolah melalui motivasi belajar peserta didik terhadap karakter peserta didik tidak terbukti signifikan (p

> 0,05). Namun, hipotesis yang melibatkan jalur pengaruh kompetensi kepribadian guru melalui motivasi belajar peserta didik terhadap karakter peserta didik terbukti signifikan (p < 0,05).

Kata kunci: Kepemimpinan transformasional, budaya sekolah kompetensi kepribadian guru, karakter peserta didik dan motivasi belajar.

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Upaya tersebut memberikan indikasi bahwa pendidikan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 mengemukakan bahwa pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk membentuk manusia yang utuh dan berkualitas, yaitu manusia yang selain cakap juga mempunyai karakter yang baik.

Upaya pembentukan karakter yang baik sangat penting bagi setiap peserta didik karena peserta didik adalah generasi muda penerus dan pembentuk masa depan bangsa. Merekalah yang akan mengambil alih kepemimpinan, mengelola pemerintahan, membangun ekonomi, dan menghadapi berbagai tantangan bangsa di masa depan. Kepemilikan karakter yang baik akan membantu generasi muda mengambil keputusan yang tepat, bertindak secara jujur, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam membangun Negara. Kepemilikan karakter yang baik juga memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan sosial, membekali kemampuannya dalam membangun hubungan yang sehat dengan sesama, dan meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan psikologis.

Mengingat pentingnya pembentukan karakter peserta didik di sekolah maka Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Oleh karena itu, Suyanto & Hisyam (2000: 2) menegaskan bahwa pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang menjadikan sekolah sebagai agen untuk membangun karakter peserta didik melalui pembelajaran dan pemodelan. Pada tahun 2017 pemerintah meluncurkan suatu gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla. Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menjadi kekuatan hukum bagi penyelenggaraan pendidikan karakter pada setiap jenjang dan jenis pendidikan formal di Indonesia. Gerakan pendidikan karakter tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Tahun 2020-2024. Adapun Visi Kemendikbud 2020-2024 adalah bahwa “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung Visi dan Misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari keenam dimensi, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bergotong-Royong, Berkebinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Kreatif.

(3)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3165

Keenam dimensi ini merupakan suatu kesatuan utuh, tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna. Sekalipun pemerintah, melalui lembaga pendidikan telah berupaya menggerakkan pendidikan karakter namun realita menunjukkan bahwa masih cukup banyak generasi muda Indonesia pada umumnya dan khususnya peserta didik di sekolah berperilaku yang mengindikasikan lemahnya karakter. Data Komisi Perlindungan (KPAI) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2018, siswa usia 13-15 tahun pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebaya, 75% siswa pernah melakukan kekerasan di sekolah, dan 50% siswa pernah mengalami perundungan (bullying) di sekolah (Chairunnisa, 2018). Mutu pendidikan di Kota Kupang berada di urutan ke-18 dari 22 kabupaten lain dalam Provinsi NTT. Kasus yang sering terjadi yaitu siswa sering membolos dengan pergi ke toilet dan tidak kembali sampai mata pelajaran selesai (Pena, 2018).

Kondisi di atas membuat peningkatan mutu sekolah sebagai lembaga merupakan hal yang menjadi fokus utama di Kota Kupang saat ini. Fokus utama yang dilakukan antara lain peningkatan karakter peserta didik, kompetensi kepribadian guru, motiavsi belajar, kurikulum, maupun metode pembelajaran agar proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif.

Kesejahteraan sekolah (school well-being) merupakan pendekatan sosiologis untuk mengevaluasi kualitas sekolah guna menunjang keberhasilan sekolah menjadi lingkungan positif yang bermanfaat bagi perkembangan fisik, kognitif, sosial, karakter dan emosi siswa (Setyawan

& Dewi, 2015).

Terkait dengan pentingnya karakter peserta didik, SMAK Sint Carolus, informasi yang penulis peroleh dalam rangka mengumpulkan data awal melalui wawancara dengan kepala sekolah, guru Bimbingan Konseling (BK), guru kesiswaan dan melalui observasi di sekolah bahwa ada beberapa peserta didik melakukan perbuatan sering terlambat datang sekolah, membuli kawan, mengucapkan kata-kata tidak sopan, berpakaian tidak sesuai aturan, pergaulan tidak sehat, sering tidur di kelas, merokok, membolos. Peserta didik juga sering menunjukkan perilaku di luar rumah yang mengindikasikan lemahnya karakter, seperti: malas belajar, nongkrong di pinggir jalan, begadang sampai larut malam. Karakter peserta didik yang seperti ini diduga disebabkan oleh kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang kurang tegas, adanya budaya sekolah yang belum membudayakan, kompetensi kepribadian guru dan motivasi belajar siswa yang masih rendah. Oleh sebab itu pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu siswa dalam perkembangan etika, tanggungjawab melalui model dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal, (santika 2020:10).

Hal yang dibentuk dalam pendidikan karakter berfokus pada pembentukan kebiasaan dan kepribadian bagi lingkungan sosial. Kebiasaan yang dibangun sejak dini adalah upaya dalam memaksimalkan pelaksanaan pendidikan karakter, melalui sinergitas seluruh komponen sekolah dalam membentuk karakter peserta didik melalui penanaman nilai-nilai kebaikan yang dibiasakan. (Mustoip 2018:56). Generasi penerus bangsa yang berkarakter lahir dari lingkungan yang baik. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam membangun pendidikan karakter, (Munawaroh 2019:143).

Pendidikan karakter di Indonesia sudah ditanamkan mulai dari Sekolah Dasar mengenai rasa religius, nasionalis. Ada sembilan pilar karakter dasar dalam pendidikan karakter di Indonesia: 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggungjawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4), hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli dan kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi, cinta damai, dan persatuan (Wiyani, 2012:48). Dalam melaksanakan pendidikan karakter diperlukan pendidik yang cakap, untuk mewujudkan pendidikan karakter. Seorang guru harus memiliki karakter dan kepribadian yang kuat, yang seharusnya guru memiliki kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional (Suprayitno, Wahyudi: 2020) Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional Indonesia sebagai acuan dalam menata unsur-unsur kehidupan

(4)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3166

serta bernegara, sehingga segala bentuk peraturan di Indonesia harus berdasarkan Pancasila (Nurhikmah & Nugrahaningtyas, 2021:59).

Selain itu salah satu faktor yang menentukan keberhasilan karakter peserta didik di sekolah adalah kepemimpinan transformasional Kepemimpinan transformasional melibatkan kemampuan kepala sekolah dalam menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan para guru dan peserta didik menuju pencapaian tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan konsep dasar tentang kepemimpinan transformasional tersebut maka dapat diasumsikan bahwa kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional dapat memiliki dampak signifikan pada pengembangan karakter peserta didik. Adapun dasar rasionalitasnya adalah sebagai berikut.

Pertama, kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional dicirikan oleh kemampuannya merumuskan visi yang kuat dan inspiratif untuk sekolah. Visi yang jelas dan bermakna dapat menginspirasi peserta didik untuk mengadopsi nilai-nilai yang positif dan mengembangkan karakter yang baik. Peserta didik merasa terhubung dengan tujuan dan nilai- nilai sekolah yang diusun oleh kepala sekolah. Kedua, melalui pemodelan dan komunikasi yang konsisten dalam kepemimpinan transformasional, kepala sekolah dapat membantu memperkuat nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan keadilan.

Peserta didik dapat melihat dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut secara konkret di lingkungan sekolah. Ketiga, kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat menciptakan iklim sekolah yang positif, inklusif, dan mendukung. Lingkungan sekolah yang aman, hangat, dan penuh perhatian dapat membantu peserta didik merasa dihargai dan terlibat aktif dalam proses belajar.

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap karakter peserta didik adalah budaya sekolah. Budaya sekolah mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan harapan yang diterima dan dipraktikkan dalam lingkungan sekolah. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, kerjasama, dan keadilan yang ditekankan dalam budaya sekolah dapat membentuk karakter peserta didik. Melalui pengamatan, pemodelan, dan penguatan yang konsisten, peserta didik akan cenderung menginternalisasi dan menunjukkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai budaya sekolah. Budaya sekolah yang kuat dapat membantu peserta didik merasa diterima, aman, dan dihargai, yang kemudian memungkinkannya menunjukkan karakter yang baik dalam interaksi sehari-hari. Budaya sekolah yang kuat dan terdefinisi dengan jelas dapat membentuk identitas sekolah yang kuat yang kemudian mempengaruhi cara peserta didik mengidentifikasi diri sebagai bagian dari komunitas sekolah, mengadopsi, dan menunjukkan karakter yang sejalan dengan identitas sekolah.

Selain kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya sekolah. Guru juga mempunyai peran sentral dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah. Peran sentral tersebut terjadi dan terlukis dalam interaksi guru dengan siswa yang berlangsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru memiliki peran yang sangat penting dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Peran guru sangat penting di sekolah tak tergantikan oleh siapapun atau apapun. Agar guru mampu memerankan dirinya sebagai pendidik maka secara kepribadian guru harus kompeten, atau dengan kata lain guru harus memiliki kompetensi kepribadian. Guru yang kompeten dalam kepribadiannya akan mampu memperlakukan setiap peserta didik secara terhormat dan manusiawi, mampu menjadikan dirinya sebagai suri teladan dalam bertutur kata, dalam disiplin, dan dalam bertingkah laku.

Motivasi belajar juga berpengaruh terhadap karakter peserta didik di sekolah. Peserta didik yang mempunyai motivasi belajar yang kuat akan ditandai oleh adanya ketekunan dan rasa tanggung jawab, ketertarikan dan rasa ingin tahu, kemandirian dan inisiatif, ketahanan dan keberanian menghadapi tantangan, serta keinginan bekerjasama dan berkolaborasi. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung menunjukkan sifat disiplin, tekun, dan

(5)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3167

mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengejar keberhasilan akademik. Motivasi belajar yang kuat seringkali muncul dari ketertarikan dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi pelajaran. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung aktif mencari pengetahuan baru, mengajukan pertanyaan, dan eksploratif dalam belajar.

Sikap ini dapat membantu mereka mengembangkan karakteristik seperti kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan berpikir kritis. Motivasi belajar yang tinggi akan dapat mendorong peserta didik untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang termotivasi secara intrinsik cenderung lebih mandiri dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Sikap kemandirian ini dapat berdampak positif pada pengembangan karakter seperti inisiatif, kemandirian, dan tanggung jawab diri. Hakikat motivasi belajar merupakan dorongan pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkahlaku, internal dan eksternal DR. Hamzah B. Uno, M.Pd (1996:26-27).

2. Tinjauan Pustaka

Variabel dalam penelitian ini merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan dengan cara berikut ini.

1) Kepemimpinan transformasional memiliki peran yang krusial dalam manajemen pendidikan.

Gaya kepemimpinan ini lebih dari sekadar memastikan operasional sekolah berjalan lancar;

itu juga berfokus pada mengubah budaya sekolah, meningkatkan kinerja, dan memotivasi para anggota sekolah untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Melalui gaya kepemimpinan transformasional, kepala sekolah dapat menciptakan perubahan positif dalam budaya dan kinerja sekolah. Ini melibatkan pembinaan individu, mendorong kreativitas, dan memberdayakan anggota sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Dengan demikian, kepemimpinan transformasional memainkan peran penting dalam manajemen pendidikan yang berorientasi pada pembaharuan dan peningkatan berkelanjutan.

2) Budaya sekolah merujuk pada nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, dan praktik-praktik yang membentuk lingkungan sosial di dalam sekolah. Kedudukan budaya sekolah sangat penting dalam manajemen pendidikan, karena dapat mempengaruhi berbagai aspek, termasuk kinerja siswa, kepuasan staf, dan pencapaian tujuan pendidikan. Kedudukan budaya sekolah dalam manajemen pendidikan menunjukkan betapa pentingnya aspek budaya dalam membentuk identitas dan kualitas sekolah. Pemahaman dan pengelolaan budaya sekolah dengan bijaksana dapat memperkuat fondasi manajemen pendidikan dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

3) Kepribadian guru memiliki kedudukan yang sangat penting dalam konteks manajemen pendidikan. Kompetensi kepribadian guru bukan hanya berpengaruh pada hubungan interpersonal di dalam kelas, tetapi juga pada kualitas pengajaran, pembelajaran, dan suasana sekolah secara keseluruhan. Kompetensi kepribadian guru memiliki dampak besar pada efektivitas pengajaran, manajemen kelas, dan kualitas hubungan dengan semua pemangku kepentingan dalam konteks pendidikan. Guru yang dapat menggabungkan keahlian akademis dengan kepribadian yang mendukung dapat memberikan pengaruh positif yang kuat pada pengalaman belajar siswa dan iklim sekolah secara keseluruhan.

4) Motivasi belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dalam manajemen pendidikan. Ini memainkan peran kunci dalam memengaruhi tingkat partisipasi, pencapaian akademis, dan pengembangan pribadi siswa. Manajemen pendidikan yang efektif harus memperhitungkan dan mendukung motivasi belajar siswa. Ini mencakup perencanaan pembelajaran yang menarik, memotivasi guru dan staf, serta menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan pribadi dan akademis siswa.

(6)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3168

5) Karakter peserta didik memiliki kedudukan yang sangat penting dalam manajemen pendidikan. Pembentukan karakter berperan dalam membentuk pribadi, moral, dan etika siswa, serta dapat berdampak positif pada kualitas pendidikan dan suasana sekolah.

Pembentukan karakter peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong perkembangan karakter positif, manajemen pendidikan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan holistik peserta didik.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif untuk dikaji secara kuantitatif. Metode penelitian ini disebut juga sebagai penelitian deskriptif asosiatif, yaitu penelitian untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengukur koefisien signifikansi dengan statistik. Data yang telah diperoleh dideskripsikan, di uji secara statistik untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Musfiqon, 2012: 63). Dalam konteks penelitian ini, pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur sejauh mana variabel-variabel bebas yang diteliti berpengaruh terhadap Karakter Profil Pelajar Pancasila pada peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang, sebagai variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan data inferensial.

4. Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Kepemimpinan transformasional yang direfleksikan oleh 4 indikator adalah 85,48% dan berkategori ‘sangat baik’. Tanggapan responden atas budaya sekolah adalah 85,206% dan berkategori ‘sangat baik’. Kompetensi kepribadian guru adalah 85,206% dan berkategori ‘sangat baik’. Tanggapan responden terendah terdapat pada indikator mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dengan skor 86,33 % dan masih berkategori ‘sangat baik’. Skor rata-rata indikator pada variabel motivasi belajar siswa adalah 88,115% dan berkategori ‘sangat baik’. Tanggapan responden atas karakter peserta didik adalah 89,09 % dan berkategori ‘sangat baik’.

Analisis statistik deskriptif pada 5 variabel penelitian, yaitu Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kompetensi Kepribadian Guru, Motivasi Belajar Peserta Didik, dan Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang seluruh hasilnya berada pada kategori ‘Sangat Baik’. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis deskriptif ke-1 yang berbunyi “Gambaran Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya sekolah, Kompetensi Kepribadian Guru, Motivasi Belajar Peserta Didik, dan Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang “Baik” ditolak.

Hasil Analisis Statistik Inferensial

Data lapangan dari kelima variabel dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Partial Least Square (PLS-SEM). Analisis dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap analisis dalam rangka melakukan evaluasi outer model dan inner model.

Analisis Outer Model

Evaluasi outer model bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara variabel dengan indikatornya. Ada tiga kriteria untuk menilai outer, yaitu: 1) Convergent Validity; 2) Discriminant Validity; dan 3) Composite Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)

Covergen Validity

(7)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3169

Validitas konvergen bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara indikator dengan variabel laten-nya. Validitas konvergen dari model pengukuran dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan korelasi antar skor item atau component score dengan skor variabel laten atau construct score. Convergent validity dari model pengukuran dengan indikator reflektif dapat dilihat pada loading factor untuk setiap indikator konstruk, yang korelasi antara skor indikator dengan skor konstruknya dianggap valid jika memiliki nilai korelasi (loading factor) di atas 0,70. Penelitian yang bersifat exploratory nilai loading factor atau korelasi antara 0,6 - 0,7 dapat diterima (Hair dkk: 1978) dan digunakan dalam penelitian ini. Outer Model terdapat pada Gambar 4.1.

Gambar 1. Uji Model Bagian Luar (Outer Model)

Hasil pengolahan data untuk menilai outer loadings (measurement model) pada gambar 1 terdapat 1 indikator dari variabel kompetensi kepribadian guru yang mempunyai nilai outer loading kurang dari 0,6, yaitu indikator dengan simbol X3.4. Karena itu indikator tersebut harus dikeluarkan dari model dan kemudian dilakukan reconvergent validity, atau uji outer model kedua. Adapun hasil uji ulang dimaksud dapat disimak pada Gambar berikut ini.

Gambar 2. Analisis ReConvergen Validity (Outer Model Tahap 2)

Berdasarkan hasil re-convergent validity yang nampak pada Gamber 2 menunjukkan bahwa seluruh nilai outer loading yang pada hasil penilian sebelumnya menunjukkan koefisen lebih kecil dari 0,6 maka setelah dilakukan ReConvergen Validity seluruh koefisiennya

(8)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3170

menunjukkan lebih besar dari 0,6. Secara lengkap hasil outer loadings output (measurement model) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Evaluasi Outer Loadings (Measurement Model)

Discriminant Validity

Tabel 2. Discriminant Vaidity Hasil Analisis Evaluasi Cross Loading

Berdasarkan sajian data pada Tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing indikator pada variabel penelitian memiliki nilai cross loading terbesar pada variabel yang dibentuknya dibandingkan dengan nilai cross loading pada variabel lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat dinyatakan bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini telah memiliki discriminant validity yang baik dalam menyusun variabelnya masing-masing.

(9)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3171

Avarange Variance Extracted, Composite Reliability, dan Cronbach Alpha

Tabel 3. Nilai Avarange Variance Extracted (AVE), composite reliability, dan Cronbach Alpha.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai AVE dari tiap variabel lebih besar dari 0,5.

Nilai Composite Reliability untuk semua konstruk lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh tiap variabel lebih besar dari 0,7. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti tidak memiliki permasalahan, memiliki reliabilitas yang baik sehingga layak digunakan dalam penelitian.

Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Setelah melakukan evaluasi measurement outer model selanjutnya dilakukan pengujian inner model dengan melihat nilai R-Squares pada variabel endogen (terikat). Perubahan nilai R- Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen apakah mempunyai pengaruh yang sebenarnya (substantive) (Ghonzali, 2015: 78).

R-Squares

Table 4. Niai R-Squares

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa R-Squares variabel karakter peserta didik adalah 0,531. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kompetensi Kepribadian Guru, dan Motivasi Belajar Peserta Didik terhadap variabel Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang sebesar 53,1% dan sisanya sebesar 46,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil pengujian Inner Model yang meliputi r- square, koefiisen parameter dan t-statistik. Untuk melihat apakah suatu hipotesis itu dapat diterima atau ditolak diantaranya dengan melihat nilai signifikan antar konstrak, t-statistik, dan p-values. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari hasil bootsrapping. Rules of thumb yang digunakan dengan tingkat signifikan p-value < 0,05. Pengujian data penelitian ini dilakukan dengan bantuan sofwere Smart PLS 3.0. Hasil uji pengaruh langsung masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 5.

(10)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3172

Tabel 5. Uji Hipotesis Pengaruh Langsung

Hasil pengujian hipoteses dengan bootsrapping menggunakan perangkat lunak Smart PLS 3.0 dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Pengujian Hipotesis ke-2: Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-2 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,570 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05 . Hal ini berarti bahwa Kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap karakter peserta didik SMA Sint Carolus Kupang. Dengan demikian hipotesis ke-2 diterima.

b. Pengujian hipotesis ke-3: Budaya Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Hasil uji hipoteses ke-3 Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Karakter Peserta Disik SMAK Sint Carolus menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,149 dengan tingkat signifikan 0,185 > 0.05.

Hal ini berarti bahwa Budaya Sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Dengan demikian hipotesis ke-3 ditolak.

c. Pengujian hipotesis ke-4: Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-4 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,023 dengan tingkat signifikansi 0.891 > 0,05. Hal ini berarti bahwa Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh tidak signifikan terhadap karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Dengan demikian hipotesis ke-4 ditolak.

d. Pengujian hipotesis ke-5: Kepemimpinan Transformasional berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-5 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,084 dengan tingkat signifikan 0.318 > 0.05. Hal ini berarti bahwa Kepemimpinan Transformasional berpengaruh tidak signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik.

Dengan demikian hipotesis ke-5 ditolak.

(11)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3173

e. Pengujian hipoteses ke-6: Budaya Sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-6 Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,570 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini berarti Budaya Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik SMAK Sint Carolus Penfui. Dengan demikian hipotesis ke-6 diterima.

f. Pengujian hipotesis ke-7: Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-7 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,664 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini berarti Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik SMAK Sint Carolus Penfui. Dengan demikian hipotesis ke-6 diterima.

g. Pengujian hipotesis ke-8: Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-8 Pengaruh Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,405 dengan tingkat signifikansi 0.016 < 0.05. Hal ini berarti bahwa Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Penfui. Dengan demikian hipotesis ke-7 diterima.

Pengujian Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung

Tabel 6. Hasil Analisis Pengaruh Tidak Langsung

a. Pengujian Hipotesis ke-9: Motivasi Belajar memediasi pengaruh Kepemimpinan Transformsional secara signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang Hasil uji hipoteses ke-9 Peran mediasi Motivasi belajar pada Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,034 dengan tingkat signifikansi 0.346 > 0.05. Hal ini berarti bahwa Kepemimpinan Transformasional melalui Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh tidak signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Dengan demikian hipotesis ke-8 ditolak.

b. Pengujian Hipotesis ke-10: Motivasi Belajar memediasi Pengaruh Budaya Sekolah sekolah secara signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-10: Peran Motivasi Belajar memediasi Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,121 dengan tingkat signifikansi 0.039 < 0.05. Hal ini berarti Budaya Sekolah melalui Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMA Sint Carolus. Dengan demikian hipotesis ke-9 diterima.

(12)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3174

c. Pengujian Hipotesis ke-11: Motivasi Belajar memediasi Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru secara signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang

Hasil uji hipoteses ke-10: Peran Motivasi Belajar memdiasi Kompetensi Kepribadian terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,269 dengan tingkat signifikansi 0.017 < 0.05. Hal ini berarti bahwa Kompetensi Kepribadian Guru melalui Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Dengan demikian hipotesis ke-10 diterima.

5. Penutup kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa gambaran Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kompetensi Kepribadian Guru, Motivasi Belajar Peserta Didik, dan Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang ‘Sangat Baik’.

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan transformasional memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Budaya Sekolah berpengaruh tidak signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, budaya sekolah di SMAK Sint Carolus Kupang tidak memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh tidak signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, biarpun semakin baik kompetensi kepribadian guru tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh tidak signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, semakin baik kepepemimpinan transformasional tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Budaya Sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, semakin baik budaya sekolah maka akan semakin baik motivasi belajar Peserta Didik Sint Carolus Kupang.

Kompetensi Kepribadian Guru berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, semakin baik kompetensi kepribadian guru maka semakin baik karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang. Motivasi Belajar Peserta Didik berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Artinya, semakin tinggi motivasi belajar peserta didik maka semakin tinggi Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Kepemimpinan Transformasional berpengaruh tidak signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang melalui Motivasi Belajar Peserta Didik. Artinya, motivasi belajar peserta didik tidak mampu berperan sebagai mediator pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Budaya Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang melalui Motivasi Belajar Peserta Didik. Artinya, motivasi belajar peserta didik mampu berperan sebagai mediator pengaruh budaya sekolah terhadap karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang. Kompetensi Kepribadian Guru pengaruh signifikan terhadap Karakter Peserta Didik SMAK Sint Carolus Kupang melalui Motivasi Belajar Peserta Didik. Artinya, motivasi belajar peserta didik mampu berperan sebagai mediator pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap karakter peserta didik SMAK Sint Carolus Kupang.

Penulis menyarankan bagi peneliti yang akan datang agar dilakukan penelitian yang serupa untuk mendalami dan menggali faktor-faktor tambahan yang dapat memengaruhi karakter peserta didik.

(13)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3175 Daftar Pustaka

Abdullah, B. (2019). Pendidikan Karakter Di Madrasah Aliyah Negeri (Man) 2 Banjarmasin.Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.

Abin.1992. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya

Agustin, I. T., & Nafiah, N. (2019). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di SD Negeri Margorejo VI/524 Surabaya. Education and Human Development Journal, 4(2), 21-31.

Ahmad. (2004). Psikologo Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta

Anggraini.(2017). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SD N Kotagede 3 Yogyakarta Tahun Ajaran2016/2017

Ansar.(2020). Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Kelas X jurusan MIPA SMA Negeri 2 Soppeng.Jurnal Bilogi dan Pendidikan Biologi Vo. 1 No.

Diterbitkan oleh CV Pustaka Setia Jl. BKR (Lingkar Selatan) No. 162-164.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika Aditama.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika Aditama Bolthouse, E.Jade. Efforts of Culture Creation in the K-8 School Setting; Northen Michigan University. Diakses tanggal 10 oktober 2016

Arisman, A., Getteng, A. R., & Nuryamin, N. (2018). Pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap motivasi belajar peserta didik MTsN 2 Bone Kabupaten Bone. Jurnal Diskursus Islam, 6(3), 418-443.

Arisman, A., Getteng, A. R., & Nuryamin, N. (2018). Pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap motivasi belajar peserta didik MTsN 2 Bone Anderson, M. (2017).

Transformational leadership in education: A review of existing literature. International Social Science Review, 93(1), 1-13.

Arnd-Caddigan, M. (2015). Sherry Turkle: Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other: Basic Books, New York, 2011, 348 pp, ISBN 978- 0465031467 (pbk).

Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.

Astuti.(2015). Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten.Jurnal Studi Pendidikan Vol. 4 No. 1.

Bandura, A., & Walters, R. H. (1977). Social learning theory (Vol. 1). Prentice Hall: Englewood cliffs.

Bass, Bernard M and Riggio E. Ronald. 2006. Transformational Leadership. Mahwah, New Jersey;

Lawrence Erlbaum Carpenter.

Bass, Bernard M and Riggio E. Ronald. 2006. Transformational Leadership. Mahwah, New Jersey;

Lawrence Erlbaum Carpenter.

Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior. Child development, 887-907.

Bina Aksara:Jakarta.Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif

Bolthouse, E.Jade. Efforts of Culture Creation in the K-8 School Setting; Northen Michigan University. Diakses tanggal 10 oktober 2016

Bush, Tony, dan Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.

Jogjakarta: IRCiSOD

Bush, Tony, dan Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.

Jogjakarta: IRCiSOD

Candra, C., & Sakban, A. (2017). Analisis Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMAN 1 Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 2(2), 53-60.

(14)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3176

Daniel, 2015. School Culture and Leadership of Professional Learning Communities.

International Journal of Educational Management, Vol. 29 Iss 5 pp. 682694.

Daniel, 2015. School Culture and Leadership of Professional Learning Communities.

International Journal of Educational Management, Vol. 29 Iss 5 pp. 682694.

Danielson, C. (2007). Enhancing professional practice: A framework for teaching.

Danim, S. & Suparno. 2009. Manajemen dan kepemimpinan transformational kekepala sekolahan: visi dan strategi sukses era teknologi, situasi krisis, dan internationalisasi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Danim, S. & Suparno. 2009. Manajemen dan kepemimpinan transformational kekepala sekolahan: visi dan strategi sukses era teknologi, situasi krisis, dan internationalisasi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Darojah, N. R., & Hadijah, H. S. (2016). Analisis pengaruh kompetensi kepribadian guru dengan motivasi belajar sebagai variabel intervening terhadap prestasi belajar siswa kelas x administrasi perkantoran. Jurnal pendidikan manajemen perkantoran, 1(1), 109.

Daryanto & Suryatri, D. (2013). Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Gava Media.

Daryanto, & Darmiatun, S. (2013). Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakaarta: Gava Media.

Daryanto.(2015). Pengelolaan Budaya Dan Iklim Sekolah. Gava Media: Yogjakarta.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2008). Self-determination theory: A macrotheory of human motivation, development, and health. Canadian psychology/Psychologie canadienne, 49(3), 182.

Del, Terence, E, & Petersen, K. (1999). Shapping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku I Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku I Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK & SLB. Jakarta:

BP. Cipta Karya.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK & SLB. Jakarta:

BP. Cipta Karya.

Dewantara, K. (1977). Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur

Dewey, J., & Boydston, J. A. (1988). The Later Works of John Dewey, 1925-1953: 1938-1939, Experience and Education, Freedom and Culture, Theory of Valuation, and Essays. SIU Press.

Djamarah, Syaiful, Bahri. (2016). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit: perseverance and passion for long-term goals. Journal of personality and social psychology, 92(6), 1087.

Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random house.

Elfindri, dkk.(2011). Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media.

Fahri, F., & Lubis, M. J. (2022). Gaya Kepemimpinan Demokratis Guru pada Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Basicedu, 6(3), 3364-3372.

Faizatud, D. (2014). Upaya Guru Dalam Menanamkan Mendidikan Karakter Pada Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Jember Tahun Pelajaran 2013/2014.

Farwitawati, R., Fithrie, S., & Masirun, M. (2022). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Daya Saing, 8(3), 332-339.

Fauzuddin. 2011. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Studi Multi.

Fitriyah, C. (2011). Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pengintegrasian Mata Pelajaran di Sekolah Dasar, Seminar Nasional Pendidikan, (Surabaya: Unesa Unive Fauzuddin. 2011.

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Studi Multi Kasus Pada Dua SMA Negeri dan Satu MA Negeri berpretasi di kota Banda Aceh. Disertasi: UM. rsity Press, 2011, h.19.

(15)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3177

Fullan, M. (2007). Leading in a culture of change. John Wiley & Sons.

Guri.(2019). Pengaruh Kompotensi Kepribadian Dan Sosial Guru Pai Terhadap Peningkatan Karakter Religius Siswa SDN 96 Bengkulu Selatan.

Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hasanah.(2013). Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY.

HASIBUAN, M. G. (2019). PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KARAKTER RELIGIUS DI SMK NEGERI SE-KOTA PEKANBARU (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Hendrawati, Anik dan Latip Prasojo Diat. 2015 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Guru, dan Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar.

Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan. Vol. 3, No 2, pp. 141-157.

Herayati, H. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Karakter Di SDIT Islamicity Tangerang. Perspektif: Jurnal Ekonomi dan Manajemen Akademi Bina Sarana Informatika, 18(2), 218-224.

Huda, M. (2017). Kompetensi kepribadian guru dan motivasi belajar siswa. Jurnal penelitian, 11(2), 237-266.

Ibrahim, A. M., Nurpratiwiningsih, L., & Sunarsih, D. (2020). Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar dan Karakter Tanggung Jawab Siswa dalam Muatan PKN. Jurnal Riset Pendidikan Dasar (JRPD), 1(1), 47-55.

INDAH UTAMI, I. N. D. A. H. (2021). PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALOPO (Doctoral dissertation, Institut agama islam Negeri (IAIN Palopo)).

Indah, R, & Muchtaro.(2017). Kompetensi Kepribadian Guru Ppkn Melalui Keteladanan Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Disiplin Siswa (Studi Di Smp Negeri 1 Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

Islamy, Irfan, 2009.Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara akarta: PT Bumi AksaraKoran Kompas, 3/3/2011halaman 12.Kunandar. 2007.

Istiqomah, I., Dewi, S. E. K., & Kholidin, N. (2022). Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar. FingeR: Journal of Elementary School, 1(1), 11-19.

Jakarta:Rineka Cipta

Jones, J., M. Jenkin, & S. Lord. 2006. Developing Ef fective Teacher Performance. London: Paul Chapman Publishing.

Juniarti, E., Ahyani, N., & Ardiansyah, A. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Guru terhadap Kinerja Guru. Journal of Education Research, 1(3), 193-199.

Kagan, J. (2018). Galen's prophecy: Temperament in human nature. Routledge.

Kasus Pada Dua SMA Negeri dan Satu MA Negeri berpretasi di kota Banda Aceh. Disertasi: U AsCD Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara.M.

Kusnandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lareau, A. (2018). Unequal childhoods: Class, race, and family life. In Inequality in the 21st Century (pp. 444-451). Routledge.

Latif, A., & Mahmudah, R. (2023). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Sosiologi Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik Madrasah Aliyah Swasta Di Kecamatan Sakra Timur.

Journal Governance and Politics (JGP), 3(1), 157-166.

LATIF, V. A. (2017). PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 9 KOTA GORONTALO. Skripsi, 1(911413124).

Lipham, M. James dan James Hoeh. 1974. The Principalship: Foundations and Functions. New York: Harper & Row Publishers.

(16)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3178

Lukas, Earl Stephen dan Jerry Wayne Valentine. 2002. Transfor mational Leadership: Principals, Leadership Teams, and School Culture. New Orleans. Diakses 10 Oktober 2016.

Manurung, D. (2018). Pengaruh Budaya Sekolah dan Lingkungan Sekolah terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018”. Skripsi: Universitas Lampung.

Marzano, R. J. (2003). What works in schools: Translating research into action. ASCD.

Marzano, R. J., & Toth, M. D. (2013). Teacher evaluation that makes a difference: A new model for teacher growth and student achievement. ASCD.

Maslow, A., & Lewis, K. J. (1987). Maslow's hierarchy of needs. Salenger Incorporated, 14(17), 987-990.

Mintu, A. T. (2004). Geert Hofstede CULTURES AND ORGANIZATIONS–SOFTWARE OF THE MIND.

Crossroads, 23(2), 500-500.

Moh, Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moh, Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mugiantarsih, L. (2021, September). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Proses Pembelajaran Daring Pada Karakter Disiplin Siswa Sekolah Dasar. In Prosiding Seminar Nasional Manajemen Pendidikan (Vol. 2, No. 1, pp. 1428-1437).

Muhammad, A. (2009). Transforming school culture: How to overcome staff division. Solution Tree Press.

Mulyasa. 2011. Menjadi Gur u Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2011. Menjadi Gur u Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.2011. Menjadi GurunProfesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangk an Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nababan, A. (2020). Hubungan Keterampilan Mengajar Dan Kompetensi Kepribadian Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Sma Negeri 2 Siborong-Borong. JURNAL PIONIR, 6(1).

New Jersey. Prentice Hall, Inc.Indeks (versi Bahasa Indonesia)Rusyan, A. T.

1990. Profesionalisme Tenaga Kependidikan Bandung: Yayasan KaryaSarjana Mandiri.

Ngang, Tang Keow. 2011. The Ef fect of Transformational Leadership on School Culture in Male Primary Schools Maldives; Procedia-Social and Behavioral Sciences.

Ngang, Tang Keow. 2011. The Ef fect of Transformational Leadership on School Culture in Male Primary Schools Maldives; Procedia-Social and Behavioral Sciences.

Nuraeni, I., & Labudasari, E. (2021). Pengaruh budaya sekolah terhadap karakter religius siswa di sd it noor hidayah. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 5(1), 119-131.

Nurdin, Ade Ruslan. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Budaya Organisasi Terhadap Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan Perilaku dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora ISSN 2301-5004.

Nurdin, Ade Ruslan. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Budaya Organisasi Terhadap Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan Perilaku dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora ISSN 2301-5004.

Nurjan, Syarifan. (2016). Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade Group.

Peterson, K.D. 1999. Time Use Flows from School Culture: River of Values and Traditions can Nurture or Poison Staff Development Hours (Versi Electronic). Journal of Staff Development. Vol. 20.

Peterson, K.D. 2002. Reculturing School. Journal of Staf f Development, Summer 2002. Vol. 23, No. 3.

Peterson, K.D. 2002. Reculturing School. Journal of Staf f Development, Summer 2002. Vol. 23, No. 3.

(17)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3179

Prayudha.(2012). Implementasi Pendidikan Berkarakter di Pondok Pesantren Mahasiswa Jagad Alimussirry Kelurahan Wonokromo Surabaya.

Ramlah.2020. Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Barru. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2 No. 1

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Riani, A.L. 2011. Budaya Organisasi Yogyakarta: Graha Ilmu.Robbins, P. S. 2008. Organizational Behaviour (10 thedition)

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education Inc.

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education Inc.

Roqib, M. (2020).Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan. Editor: Abdul Wachid B.S. Cetakan Pertama, Januari 2020. Imogiri: Penerbit CV. Cinta Buku Griya Abimana.

Rowold, J. (2005). Multifactor leadership questionnaire. Psychometric properties of the German translation by Jens Rowold. Redwood City: Mind Garden.

Ryan, K, & Bohlin, K. (1999).Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

Safaria, T.2004. Kepemimpinan Yogyakarta: Graha Ilmu.

Safitri, E., Setiawati, Y. H., & Suryana, A. (2021). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Akhlak Siswa di SMK Cendekian Muslim Nanggung-Bogor.

Sardiman, A.M. (2014). Interraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. (2018). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Sari, A. P. (2021). Konsep Diri Dalam Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Sekolah. Jurnal Ilmiah Psyche, 15(01), 01-20.

Sekaran, U. (2010). Research Methods For Business, Fifth Edition. John Wiley and Sons Ltd.

Sekaran, U. (2011). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis II (edisi 4). Jakarta: Salemba Empat.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah Bandung: Pustaka Setia.

Sofyan.(2018). Implementasi Pendidikan Karakter.Diterbitkan oleh CV. Jakad Publishing Surabaya 2018.

Sudjana, Nana. 1998. Cara Belajar Siswa Objektif

Sudrajat, Ajat. 2011. Membangun Budaya Sekolah Berbasi Karakter Terpuji. http://staf f.uny.ac.id/sites/default/files/M e m b a n g u n / K u l t u r / 2 0 S e k o l a h /20Berbasis/20Karakter.pdf. Diakses tanggal 13 Oktober 2016.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sukardi, H.M, (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Sumarni,Siti.2010.http://rivafauziah.wordpres.com/2005/06/26/membangunkultur-sekolah/

Diakses tanggal 25 September 2016.

Suralaga, F. (2021). Psikologi pendidikan implikasi dalam pembelajaran. Depok: Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya. Persada Press

(18)

Ximenes dkk, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 3163-3180

3180

Taufik, A.T. (2011). Mengembangkan Karakter suksses anak di era cyber. Terbit: Ar-Ruzz Media/2011. Available online.

Thoyyibah, D., Attalina, S. N. C., & Widiyono, A. (2022). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Kelas IV SDN 01 Bugel Kedung Jepara Di Era New Normal. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(3), 516-522.

Transformasi Manageria: Journal of Islamic Education Management, 1(1), 30-53.

Umniah, H. F. (2018). Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Ma’arif 1 Punggur Tahun Pelajaran 2018/2019 (Doctoral dissertation, IAIN Metro).

Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya J akarta: Pt RajaGrafindo Persada.

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfa Beta.

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfa Beta.

Whitaker, T. (2020). What great teachers do differently: Nineteen things that matter most. CRC Press.

Wuradji. 2009. The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta:

Gama Media.

Wuradji. 2009. The Educational Leadership (Kepemimpinan Transformasional). Yogyakarta:

Gama Media.

Yamin, M. 2007. Profesionalisasi guru dan implementasi KTSP. Jakarta: Gaung

Yamin, M. 2007. Profesionalisasi guru dan implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi alih bahasa oleh Budi Supriyanto.Jakarta: PT Indeks.

Zamroni. (2010). Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan dan Pembelajaran, Yogyakarta: PHK-I UNY.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang penulis ajukan adalah ada hubungan positif antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik guru. Populasi dalam penelitian ini

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara.. Program

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam mendorong kinerja guru. Penulisan makalah ini didasarkan pada

Analisis ini digunakan untuk menguji besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan kinerja komite sekolah baik secara parsial maupun

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya.. Kepemimpinan transformasional merupakan proses pimpinan

Penelitian ini menemukan bahwa (1) kompetensi emosional mempunya efek langsung terhadap praktik kepemimpinan transformasional kepala SMK, (2) praktik kepemimpinan

Berdasarkan kegiatan kepala sekolah dengan menerapkan metode kepemimpinan transformasional, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mampu mewujudkan

Prediksi tingkat pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kompetensi profesional guru menggunakan analisis regresi dengan persamaan ̂ yang