• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2549-6182 (Online)

PENGARUH KOMPETENSI APARATUR, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP AKUNTABILITAS

PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN TAKALAR

Andi Riska Andreani Syafaruddin1, Hj. Jeni Kamase2, Mursalim3

1,2,3) Program Magister Akuntansi, Universitas Muslim Indonesia

1) [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the influence of apparatus competencies, internal control systems, and utilization of information technology on the accountability of village governments in managing village fund allocation. This study uses primary data obtained from the distribution of questionnaires. The respondents in this study were a number of staff and employees at the Office of Community Empowerment and Village Government Services of Takalar Regency, village officials (village head, secretary and treasurer) and several community leaders in Takalar District. The results of the study show that: (1) the competency of the apparatus has a negative and insignificant effect on the accountability of village governments in managing village fund allocation, (2) the internal control system has a positive and significant effect on the accountability of village governments in managing village fund allocation, and (3) the use of information technology has a positive and significant effect on the accountability of village governments in the management of village fund allocations.

Keywords: apparatus competency, internal control system, utilization of information technology, and accountability

History of article Received: 14-05-2019 Reviewed: 15-05-2019 Revised: 15-05-2019 Accepted: 16-05-2019 Published: 30-06-2019

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari beberapa pulau dan ribuan pedesaan. Bahkan, Indonesia yang memiliki wilayah cukup luas, dibangun dan bergantung dari wilayah pedesaan. Menurut sejarah desa merupakan awal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia, oleh karena itu desa menjadi peranan penting bagi pemerintah Indonesia dalam hal upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan pemerintah.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang resmi disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 menjelaskan bahwa desa ialah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setiap tahun pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terus berusaha mencanangkan berbagai program untuk membangkitkan dan mendorong kemampuan masyarakat pedesaan. Hal tersebut dilatarbelakangi fenomena yang terjadi yaitu dengan adanya dana untuk mendanai penyelenggaraan desa yang jumlahnya lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana-prasarana yang memadai harus diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Alokasi Dana Desa untuk menunjang segala sektor di masyarakat desa.

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa sebagai insentif yang dialokasikan dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Desa diberikan oleh pemerintah pusat dan daerah pada

(2)

Pemerintah Desa dalam upaya peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Besaran Alokasi Dana Desa masing- masing Kabupaten/Kota setiap tahun adalah 10% dari Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang dialokasikan dalam APBD Kabupaten/Kota dan penyalurannya melalui kas desa.

Pengalokasian setiap desa dan tata cara penggunaan Alokasi Dana Desa diatur melalui Peraturan Bupati/Walikota masing-masing Kabupaten/Kota yang ditetapkan setiap tahun.

Salah satu prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu akuntabilitas. Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan, pengendalian dan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Prinsip akuntabilitas harus bisa diterapkan oleh Pemerintah Desa dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan sehingga terwujud tata kelola pemerintahan desa yang baik/good village governance[1].

Pemanfaatan Alokasi Dana Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa tidak lepas dari masalah pengelolaan keuangan desa. Di lapangan masih ditemukan kelemahan dalam pengelolaannya, biasanya kelemahan tersebut berasal dari pengelolaannya yaitu aparatur Pemerintah Desa dan dari sistem yang digunakan dalam pengelolaan.

Variabel bebas dalam penelitian ini dianggap sangat menarik untuk dilakukan penelitian secara lebih mendalam, karena kompetensi dari aparatur penyelenggara pemerintahan desa yang mayoritas mempunyai tingkat pelatihan, pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang masih terbilang rendah, sudah diberi amanat dalam pengelolaan dana desa yang terbilang cukup fantastis.

Berikutnya adalah sistem pengendalian internal yang disebabkan adanya sistem pengendalian dapat mempengaruhi pengambilan keputusan internal Pemerintah Desa dan dapat berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi Pemerintah Desa tersebut.

Variabel bebas lainnya yaitu pemanfaatan

teknologi informasi juga berperan penting dalam hal kinerja pegawai dalam pengolahan data yang lebih cepat, efektif dan efiesien.

Berdasarkan latar belakang, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Takalar.”

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

a. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

b. Kegunaan Praktis

• Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan informasi, ide, gagasan serta referensi untuk penelitian selanjutnya terkait akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa.

• Bagi Pemerintah Kabupaten Takalar, dengan diketahuinya pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa, maka dapat memberikan informasi dan masukan mengenai meningkatkan akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

(3)

ISSN: 2549-6182 (Online) TINJAUAN LITERATUR

Teori Agency

Teori keagenan merupakan basis dari kerangka pikir akuntabilitas[2]. Akuntabilitas dapat dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi pertanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

Ketergantungan agency theory dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan pemerintah daerah dan Pemerintah Desa melalui Alokasi Dana Desa (ADD) dan juga hubungan antara masyarakat (principal) dengan Pemerintah Desa (agent). Pemerintah daerah melimpahkan wewenang kepada Pemerintah Desa dalam mengelola keuangan

daerahnya sendiri dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan tersebut dalam bentuk penyajian laporan keuangan.

Teori Stewardship

Pada masa perkembangan akuntansi, pendekatan stewardship telah dipakai sebagai suatu pendekatan untuk menentukan titik berat utama dari suatu laporan keuangan, yang didasarkan kepada suatu konsep bahwa manajemen pada suatu perusahaan dianggap bertanggungjawab kepada pemilik untuk mengamankan kekayaan yang telah dipercayakan kepadanya[3]. Pemilik bertindak sebagai principal dan manajemen sebagai steward.

Berdasarkan asumsi steward, maka dalam penyusunan Alokasi Dana Desa maupun dana desa, pihak aparat pemerintah berlaku sebagai eksekutif sepatutnya lebih mengutamakan tujuan organisasi dibandingkan dengan tujuan pribadi. Merupakan pihak eksekutif, maka aparat bertindak sesuai dengan keinginan principal yang mana keinginan tersebut dinyatakan sebagai harapan masyarakat. Jadi pihak aparat, terlebih utama harus mementingkan tujuan organisasi yaitu mensejahterahkan masyarakat dengan memenuhi harapan masyarakat kemudian barulah mereka akan memperoleh tujuan pribadi mereka dari hasil kinerja tersebut.

Kondisi demikian menggambarkan adanya

hubungan timbal-balik antara aparat dan masyarakat, atau pihak eksekutor dan pihak principal[4].

Kompetensi Aparatur

Kompetensi pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, keterampilan, kemampuan.

Kata dasarnya sendiri, yaitu kompeten, yang berarti: cakap, mampu, atau terampil. Pada konteks manajemen sumber daya manusia, istilah kompetensi mengacu kepada atribut/karakteristik seseorang yang membuatnya berhasil dalam pekerjaannya.

Aparatur dalam Pemerintah Desa adalah kepala desa yang dibantu perangkat desa, meliputi: sekertaris desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pelaksana kewilayahan atau kepala dusun sebagai unsur penyelenggaran Pemerintah Desa, serta pihak- pihak di luar pemerintahan desa seperti: tokoh desa, tokoh agama, kaum petani, pengusaha desa, serta perwakilan masyarakat lainnya.

Sistem Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal (SPI) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Adapun unsur-unsur sistem pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian internal.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Teknologi Informasi (TI) adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.

Teknologi informasi sangat membantu dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa, penggunaan teknologi informasi dalam mengelola data menjadi sebuah informasi akan mengurangi kemungkinan terjadinya

(4)

kesalahan dalam mengelola data, dikarenakan teknologi informasi, data yang diolah akan lebih terperinci dan tepat.

Pemerintah Desa

Pengertian Pemerintah Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 pada Pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa.

Pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yang meliputi:

sekretaris desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pelaksana teknis desa, pelaksaan kewilayahan/kepala dusun[5].

Akuntabilitas

Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.

Akuntabilitas merupakan kewajiban dari individu-individu penguasa yang dipercaya mengelola sumber-sumber daya publik untuk mempertanggungjawabkan berbagai hal menyangkut fiskal, manajerial dan program[6].

Alokasi Dana Desa

Pengertian Alokasi Dana Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 18 adalah salah satu bentuk transfer dana dari pemerintah yang telah ditetapkan sebesar 10% dari dana perimbangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh masing-masing Kabupaten/Kota. Terciptanya pemerataan pembangunan khususnya di pedesaan melalui dana APBN kabupaten, propinsi dan pemerintah pusat sebesar 10% akan tercapai tingkat kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat yang tinggal di pedesaan. Jadi, Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%.

Rumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Kompetensi aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Takalar.

H2 : Sistem pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Takalar.

H3 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Takalar.

Gambar 1. Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Akuntabilitas Pengelolaan

ADD (Y) Kompetensi

Aparatur (X1)

Sistem Pengendalian

Internal (X2)

Pemanfaatan Teknologi

Informasi (X3)

(5)

ISSN: 2549-6182 (Online) Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa staf/pegawai pada kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (PMD) Kabupaten Takalar, aparat desa (Kepala Desa, Sekretaris dan Bendahara) dan beberapa tokoh masyarakat Kabupaten Takalar, dimana Kabupaten Takalar terdiri dari: 9 Kecamatan dan 76 Desa.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan sampel yang dijadikan responden yaitu: 10 responden dari kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (PMD) Kabupaten Takalar, 60 aparat desa yang diambil dari 20 desa yang ada di Kabupaten Takalar, dan 40 tokoh masyarakat desa, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 110 responden.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, yang meliputi jenis purposive sampling. Dimana pengertian dari purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu[5].

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data primer. Kuesioner adalah daftar pertanyaan terstruktur yang diajukan pada responden.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode analisis kuantitatif, yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan dari rumus-rumus statistik yang dipilih, sehingga dapat diketahui pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Takalar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 17.0.

Kesahihan alat ukur penelitan ditentukan dengan menguji instrumen penelitian yang meliputi: uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya, sebelum dilakukan pengujian hipotesis (uji T dan uji F), terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Tujuannya adalah untuk menghasilkan parameter yang baik, sehingga hasil penelitian dapat diandalkan. Sedangkan, untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen (kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi) terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa) digunakan uji regresi berganda.

Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana:

Y : akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa;

X1 : kompetensi aparatur;

X2 : sistem pengendalian internal;

X3 : pemanfaatan teknologi informasi;

a : konstanta;

b1…b3 : koefisien regresi;

e : kesalahan acak (random error).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah hasil uji asumsi klasik dilakukan dan hasilnya secara keseluruhan menunjukkan model regresi memenuhi asumsi klasik, maka tahap berikut adalah melakukan evaluasi dan interpretasi model regresi berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, berikut disajikan tabel 1 yang merupakan hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil No Variabel

Independen

Koefisien Regresi

t-

hitung Sig. r- parsial 1. X1 -0,104 -1,164 0,247 -0,116 2. X2 0,259 3,737 0,000 0,350 3. X3 0,153 2,056 0,042 0,201

Konstanta = 3,085 R Square = 0,176 Multiple-R = 0,420 Sig. F = 0,000 Fhitung = 7,128 α = 0,05 Sumber: data primer diolah (2019).

(6)

Tabel 1 menunjukkan bahwa koefisien korelasi serempak (Multiple R) bertujuan untuk mengetahui derajat atau tingkat keeratan hubungan antara keseluruhan variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi serempak (Multiple R) dalam penelitian ini sebesar 0,420 (tabel 1) yang berarti bahwa hubungan korelasi antara variabel independen (kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi) terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa) adalah sedang.

Besarnya pengaruh variabel independen secara keseluruhan ditunjukkan oleh nilai Multiple R2 yaitu 0,176. Hal ini berarti bahwa ketiga variabel independen (kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi) mempunyai pengaruh sebesar 17,6% terhadap variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa) sedangkan sisanya sebesar 82,4%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pengaruh kompetensi aparatur terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel Kompetensi Aparatur (X1) diperoleh nilai thitung

sebesar -1,164 < ttabel sebesar 1,6602 artinya variabel kompetensi aparatur (X1) berpengaruh negatif terhadap variabel akuntabilitas (Y).

Apabila dilihat tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf kepercayaan 5% yaitu sebesar 0,247 > 0,05 artinya variabel kompetensi aparatur (X1) berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel kompetensi aparatur (X1) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y) sehingga hipotesis penelitian ditolak.

Dengan melihat hasil penelitian ini maka bisa dikatakan bahwa kompetensi aparatur menjadi suatu faktor yang penting, mengingat kompetensi merupakan faktor internal dan menjadi suatu yang penting.

Dimana berdasarkan penelitian kompetensi aparatur Pemerintah Desa tergolong masih sangat lemah ketika harus mengelola Alokasi Dana Desa yang terbilang cukup besar.

Pengaruh sistem pengendalian internal terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel sistem pengendalian internal (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 3,737 > ttabel sebesar 1,6602 artinya variabel sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh positif terhadap variabel akuntabilitas (Y). Apabila dilihat tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf kepercayaan 5% yaitu sebesar 0,000 < 0,05 artinya variabel sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y). Sehubungan dengan hal tersebut, maka hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y) sehingga hipotesis penelitian diterima.

Dengan melihat hasil penelitian ini, maka bisa dikatakan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh dalam terciptanya akuntabilitas pengelolaan keuangan yaitu dengan adanya kontrol dari pemerintah maka kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukan Pemerintah Desa akan terawasi serta dapat meminimalisir adanya tindak kecurangan dalam pengelolaan keuangannya[7]. Adanya sistem pengendalian internal dapat mempengaruhi pengambilan keputusan internal Pemerintah Desa dan keterkaitan pada akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa tersebut.

Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel tekanan waktu (X3) diperoleh nilai thitung

sebesar 2,056 > ttabel sebesar 1,6602 artinya variabel pemanfaatan teknologi informasi (X3) berpengaruh positif terhadap variabel akuntabilitas (Y). Apabila dilihat tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf kepercayaan 5% yaitu sebesar 0,042 < 0,05 artinya variabel pemanfaatan teknologi informasi (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y).

Sehubungan dengan hal tersebut maka hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel akuntabilitas (Y) sehingga hipotesis penelitian ditolak.

(7)

ISSN: 2549-6182 (Online) Dengan melihat hasil penelitian ini,

maka bisa dikatakan bahwa disamping dengan adanya perangkat komputer yang disediakan, tetapi masih ada faktor yang menjadi penyebab pemanfaatan teknologi informasi belum berjalan secara maksimal dan baik. Sebagian tempat responden belum terpasang jaringan komputer (internet) dengan kapasitas yang layak. Oleh sebab itu, perlu menyiapkan dan meningkatkan perangkat jaringan komputer (internet), sehingga lebih mudah untuk mendapatkan dan mencari berbagai macam informasi berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa, serta dapat diakses oleh masyarakat desa.

Pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa

Uji statistik F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan antara seluruh variabel independen (kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi) dengan variabel dependen (akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa) yang diteliti. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Analysis of Varians) atau F test diperoleh nilai Fhitung sebesar 7,128 > Ftabel sebesar 2,70 dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf kepercayaan 5% yaitu sebesar 0,000 <

0,05.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel X (kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Y (akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa). Semakin tinggi kompetensi aparatur, maka akan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa, dan semakin tinggi sistem pengendalian internal, maka semakin tinggi akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa. Begitu juga semakin tinggi pemanfaatan teknologi informasi, maka akan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah:

kompetensi aparatur (X1) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap akuntabilitas

pengelolaan Alokasi Dana Desa (Y). Sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (Y).

Pemanfaatan teknologi informasi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (Y).

Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar adalah memberikan pendidikan dan pelatihan secara periodik kepada aparat desa terkait dengan kompetensi aparatur desa. Mengingat para aparatur desa yang merupakan pengelola dana desa sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan yang belum memadai, sehingga sulit bagi aparatur desa untuk memahami serta menerapkan peraturan-peraturan tersebut dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa. Dalam hal pemanfaatan teknologi informasi masih belum semua terpasang jaringan komputer (internet) dengan kapasitas yang memadai.

Alangkah lebih baiknya bagi desa perlu adanya perangkat jaringan komputer (internet) sehingga lebih mudah untuk mendapatkan dan mencari berbagai macam informasi berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa, serta dapat juga diakses oleh masyarakat desa.

Adapun saran bagi penelitian selanjutnya adalah: diharapkan dapat menggunakan metode yang lain guna mendapatkan data yang lengkap, misalnya dengan melakukan metode wawancara secara langsung dengan responden, serta dapat menambahkan dan menggunakan variabel lainnya yang berkaitan dengan akuntabilitas Pemerintah Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Indrajaya, J.A. 2017. Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa Dan Implementasi Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terhadap Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Skripsi.

Lampung: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

[2] Aliana. 2017. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Dan Budaya Organisasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa Di Kabupaten Banggai Kepulauan. Tesis. Makassar: Jurusan

(8)

Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia.

[3] Santoso, E.B. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur). Tesis.

Bandar Lampung: Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

[4] Rafita. 2017. Implementasi Nilai

“Panrannuangku” Dalam Penyusunan Alokasi Dana Desa Ditinjau Dari Expectancy Theory.

Skripsi. Makassar: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin.

[5] Sujarweni, W.V. 2015. Akuntansi Desa, Panduan Tata Kelola Keuangan Desa.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

[6] LAN RI. 2001. AKIP dan Pengukuran Kinerja (Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III). Jakarta:

Lembaga Administrasi Negara.

[7] Wardana, I. 2016. Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Keuangan Desa. (Studi pada Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang).

Jurnal. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi.

Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

data maka analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis. kuantitatif dengan penggunaan rumus

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel terikat. Adapun metode statistik yang

maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Rumus yang digunakan adalah rumus t-test atau uji

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka dan kemudian

analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data. sampel

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu analisis yang tidak hanya didasarkan pada perhitungan statistika yang berbentuk angka, tetapi dengan yang

Pada umumnya teknik pengumpulan data sampel dilakukan secara random, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen metode penelitian kuantitatif, analisis data kuantitatif atau

Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka dan