• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEPEKAAN SOSIAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEPEKAAN SOSIAL SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEPEKAAN SOSIAL SISWA

THE EFFECT OF GROUP GUIDANCE SERVICES OF STUDENTS SOCIAL SENSITIVITY

Oleh:

Wulan Mahardika SMPN 16 Kendari

Email: wulanmahardika96@gmail.com

Kata Kunci:

Kepekaan Sosial;

Bimbingan Kelompok

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa SMA Negeri 2 Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan desain One Group Pre-test and Post-test. Subjek penelitian ini berjumlah 8 siswa.

Data dikumpulkan dengan menggunakan angket kepekaan sosial. Hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa kepekaan sosial siswa sebelum diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok berada pada kategori rendah 59,38%. Sedangkan setelah diberi perlakuan mengalami peningkatan 76,51%. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepekaan sosial siswa meningkat menjadi 17,13%. Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikasi α = 0,05 dan diperoleh P-value = 0,012. Oleh karena itu P-value <

α (0,012 < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga layanan bimbingan kelompok berpengaruh terhadap kepekaan sosial siswa SMP Negeri 2 Kendari.

Keywords:

Social Sensitivity;

Group Guidance

ABSTRACT

The purpose of the research was to find out the effect of group guidance service on the students social sensitivity of the Public Senior High School (SMA) 2 Kendari. This was pre experimental research with One Pre-Test and Post-test design. The subjects of the research were 8 students. The results of percentage descriptive analyses show that before students have been treated with group guidance, the students social sensitivity are in low category. It is score is 59.38%. However, after the students have been treated with group guidance service, the students social sensitivity are improving into 76.51%.

The students social sensitivity improvements are 17.13%. Based on the result of statistic inferential analyses using Wilcoxon Signed Rank Test, it was found that it’s significant was a = 0,05 with its Pvalue = 0.012. In other words, the Pvalue ˂ a (0.012 ˂ 0.05). The test result indicates that Ho is rejected. The find can therefore be concluded that group guidance service have effect on the students social sensitivity of the Public Senior High School (SMA) 2 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis yaitu makanan, minuman, dan lainnya. Akan tetapi apabila ia sudah mulai bergaul dengan kawan-kawan sebayanya ia pun tidak lagi hanya menerima kontak sosial itu, tetapi ia juga dapat memberikan kontak sosial. Ia mulai mengerti bahwa dalam kelompok permainannya terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial yang seharusnya dipatuhi dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut secara lancar dengan membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang sesuai dengan interaksi kelompok dengan menyadari bahwa ia memunyai peranan dalam kelompok dengan menyesuaikan dirinya di dalam kelompoknya dan pembentukan norma-norma baru, belajar membelakangkan keinginan-keinginan individual demi kebutuhan kelompoknya yang berdasarkan hubungan timbal-balik dengan anggota lainnya.

Pada dasarnya, pribadi manusia tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis atau rohani walaupun secara biologis-fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetative. Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia memiliki kebutuhan sosial yaitu dengan berinteraksi dengan orang lain, senang berkerja sama dan saling menolong dengan sesama anggota masyarakat lainnya dan mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Era globalisasi merupakan zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia dan keberadaannya tidak dapat dihindari oleh masyarakat. Adanya globalisasi berdampak pada perubahan nilai-nilai agama, norma, budaya, sosial dan etika, seperti timbulnya akulturasi di tengah masyarakat yang mengalami globalisasi, rasa kekeluargaan dan tolong menolong akan semakin berkurang karena masing-masing orang semakin mementingkan diri sendiri.

Salah satu dampak dari era globalisasi kemajuan teknologi di berbagai bidang seperti komunikasi, produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk dari luar akan membawa nilai-nilai tertentu yang secara langsung atau tidak akan bersinggungan dengan nilai-nilai norma yang sudah ada. Budaya individualisme merupakan salah satu sikap seseorang yang mementingkan hak pribadinya tanpa memerhatikan orang lain dan keiginan seseorang hidup tanpa adanya sosialisasi dengan orang lain. Individualisme itu sendiri merupakan bentuk keegoisan seseorang dalam melakukan segala hal dengan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidakpekaan terhadap lingkungan sosialnya. Dampak bagi individu menampakkan sikap materialisme, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan norma-norma yang tertanam sejak dulu dengan demikian orang-orang lebih permitif hal-hal yang melanggar norma.

Melemahnya kepekaaan sosial di masyarakat misalnya ketika seseorang berada di dalam bus di mana ada seorang lanjut usia atau wanita hamil berdiri berdesakan dengan penumpang yang lainnya, sementara penumpang yang masih usia muda dengan enaknya duduk tanpa peduli terhadap orang tua dan wanita hamil tersebut, orang tua atau lansia yang sedang kesulitan di pinggir jalan hanya sedikit dari masyarakat yang langsung memberikan pertolongan, dan yang lain hanya melihat saja tanpa adanya rasa empati dan peduli dalam diri mereka. Fenomena-fenomena ini yang mengisyaratkan melemahnya kepekaan sosial individu yang ada dalam masyarakat.

Kenyataan siswa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan selalu berperilaku baik, tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan sekolah ataupun aturan masyarakat, memahami keadaan temannya yang sedang kesulitan, selalu bersikap sopan pada yang lebih tua, serta berperilaku empati dan peka terhadap orang-orang disekitarnya. Sapriya (2009: 177) menjelaskan kepekaan berasal dari kata peka yang berarti mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan, apabila dikaitkan dengan kondisi sosial (kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi kepekaan sosial (social sensitivity). Kepekaan sosial adalah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah sosial. Memiliki kepekaan sosial yang rendah pada diri siswa diharapkan menjadi bagian perhatian setiap individu sehingga perlu ditingkatkan sejak di bangku pendidikan.

Berdasarkan wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 2 Kendari diketahui bahwa

(3)

terlihat dari masih ada siswa yang tidak peka terhadap segala kejadian yang terjadi, tidak membantu teman yang sedang kesulitan seperti teman yang sedang sakit atau tidak membantu teman yang kekurangan biaya (berasal dari keluarga yang kurang mampu), menertawai teman yang jatuh, dan berperilaku tidak sopan di lingkungan sekolah, sehingga kepekaan terhadap norma-norma atau aturan yang berlaku telah memudar. Contohnya menertawai teman yang terjatuh, ketika berinteraksi kepada teman atau dengan guru di sekolah, kurang tanggapan sikapnya bagaimana harus bertindak pergaulan.

Adanya sentuhan atau sesuatu yang menggugah kepekaan sosial mereka agar lebih sensitive terhadap kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan bereaksi secara tepat terhadap objek dan situasi tertentu yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa saat ini mengalami kemunduran akan nilai moral dan norma-norma sosial yang ada, sehingga menunjukkan indikasi rendahnya kepekaan sosial dan kepeduliannya terhadap orang lain dan lingkungannya. Siswa nampak mementingkan diri sendiri dan keberhasilannya tanpa banyak memertimbangkan keadaan orang lain di sekitarnya. Dalam upaya untuk meningkatkan kepekaan sosial siswa SMA Negeri 2 Kendari peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok. Smith dan Mc Daniel (dalam Prayitno dan Amti, 1999: 94) mengartikan bahwa bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada kelompok guna membantu mereka memeroleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana, dan interprestasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Layanan bimbingan kelompok siswa dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan dan ide-ide dan diharapkan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada siswa mengenai pentingnya meningkatkan kepekaan sosial dalam diri. Hal ini diperkuat dengan pendapat Prayitno (2004: 178) bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah: 1) mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, 2) mampu berbicara di depan orang banyak, 3) mampu mengendalikan diri dan emosi, 4) belajar menghargai pendapat orang lain, 5) bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya, 6) membahas masalah atau topik- topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama dalam meningkatkan kepekaan sosial.

Aspek yang perlu ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok siswa diharapkan dapat meningkatkan kepekaan sosial dengan memahami keadaan orang lain, kesadaran diri, memiliki rasa kepedulian atau empati terhadap orang lain di lingkungan sekolah maupun masyarakat melalui dinamika kelompok itu sendiri. Dengan pemberian layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat meningkatkan kepekaan sosial siswa SMA Negeri 2 Kendari. Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kepekaan sosial siswa SMA Negeri 2 Kendari.

Kepekaan sosial

Tondok (2012: 6) menyatakan bahwa kepekaan sosial (social sensitivity) secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Terdapat beragam kepekaan sosial di antaranya adalah berbagi dengan orang lain, bersedia membantu orang yang membutuhkan, berani meminta maaf apabila melakukan kesalahan, dan menghargai orang lain yang memiliki kondisi yang berbeda.

Sapriya (2009: 177) menyatakan kepekaan berasal dari kata peka (sensitivity) yang berarti mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan.

Kepekaan sosial (social sensitivity) adalah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah- masalah sosial. Memiliki kepekaan sosial yang rendah pada diri siswa diharapkan menjadi bagian perhatian setiap individu sehingga perlu ditingkatkan sejak di bangku pendidikan. Mangunsuwito (2011: 367) menyatakan bahwa kepekaan berasal dari kata peka yang memiliki arti sensitif.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peka adalah mudah merasa, mudah bergerak, dan tidak lalai, berhubungan dengan masyarakat, berhubungan dengan umum, suka menolong dan menggambarkan orang banyak.

(4)

Macam-macam kepekaan sosial

Elfindri, dkk (2012: 95-96) mengemukakan macam-macam kepekaan sosial di antaranya yaitu: 1) empati, adalah identifikasi diri pada keadaan orang lain, atau pengalaman tidak langsung, dan 2) kepedulian sosial, sebagai suatu keadaan di mana seseorang mudah merasakan perubahan terhadap hal-hal kecil yang terjadi di sekelilingnya. Sedangkan Wahyudin (2013: 106) mengemukakan macam- macam kepekaan sosial di antaranya yaitu:

1. Tolong menolong, merupakan kewajiban bagi setiap manusia, dengan tolong-menolong akan dapat membantu orang lain dan jika individu perlu bantuan tentunya orangpun akan menolongnya.

2. Kerja sama, interaksi sosial antar individu atau kelompok yang secara bersama-sama mewujudkan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Kesadaran diri, adalah kesadaran bahwa seseorang itu ada sebagai makhluk individu, tanpa kesadaran diri, diri akan menerima dan memercayai pemikiran yang ada tanpa menanyakan siapakah diri itu sendiri.

4. Menghargai orang lain, Karakter seseorang yang suka menghargai orang lain terbangun dari sifatnya yang mau memikirkan kepentingan orang lain, memiliki rasa pengakuan atas karya, ide, serta kontribusi orang lain.

Faktor-faktor yang memengaruhi kepekaan sosial

Sarwono dan Meinarno (2009: 99) mengemukakan beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kepekaan sosial, di antaranya bystander, atribusi, model, anomie, sifat dan suasana hati (mood).

Layanan bimbingan kelompok

Gibson dan Mitchell (2011: 275) mengemukakan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan seseorang dalam suasana kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok yang terencana atau terganisir dengan tujuan agar seseorang dapat memahami dirinya, mecegah masalah, mampu memperbaiki diri, dan menjalani perkembangan secara optimal. Sedangkan menurut Juntika (2005: 17) bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa).

Tujuan bimbingan kelompok

Prayitno (2004: 2) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok terdiri dari dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:

1. Tujuan umum, kegiatan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khusunya kemampuan komunikasi perserta layanan, dalam kaitan ini sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan tidak memiilki rasa sosialisasi terhadap orang lain di sekitarnya.

2. Tujuan khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan actual (hangat) dan menjadi perhatian peserta layanan.

Tahap-tahap bimbingan kelompok

Nurihsan (2005: 18) berpendapat bahwa tahap pelaksanaan bimbingan kelompok sebagai berikut : 1. Pembentukan, temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan: (1)

menungkapkan pengertian dan tujuan kelompok, (2) menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok (3) saling memerkenalkan dan menungkapkan diri (4) teknik khusus (5) permainan penghangatan/pengakraban.

2. Peralihan, (1) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, (2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (3) membahas suasana yang terjadi, (4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, (5) kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan

(5)

masalah atau topik yang dikemukakan pimpinan kelompok, (3) anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas, (4) kegiatan selingan.

4. Evaluasi kegiatan, penilian kegiatan layanan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilian yang sebenarnya.

5. Analisis tindak lanjut, hasil penelitian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut kemajuan peserta didik dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan pada bulan November 2018 – Maret 2019. Perlakuan (treatment) dalam penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan. Lamanya suatu pertemuan 2 x 45 menit. Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Dengan menggunakan desain one group pre-test and post-test design merupakan desain yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan (Latipun, 2015: 81).

Penelitian ini mengambil subyek sebanyak 8 orang siswa yang ditentukan dengan menggunakan angket. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan hasil pre-test kepekaan sosial dengan skor terendah sebanyak 6 orang dan yang skor tinggi 2 orang terdapat pertimbangan dalam memilih subjek sebagai berikut :

1. Bersedia dalam mengikuti kegiatan layanan 2. Mendapat persetujuan dari guru BK dan wali kelas 3. Mampu bekerjasama dalam kelompok

4. Tidak mengikuti layanan yang sama pada kegiatan lain.

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket yang disusun bersadarkan indikator kepekaan sosial. Angket yang akan digunakan terlebih dahulu diuji coba, untuk memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ilmiah yaitu validitas dan realibilitas. Dalam rangka mencari item-item yang memenuhi syarat validitas, maka uji validitas dan reliabilitas pada instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 16,0. Adapun kriteria yang digunakan untuk uji validitas adalah apabila nilai rxy > rtabel

dengan taraf signifikan sebesar 0, 05% maka instrument dikatakan valid. Sedangkan pada Uji reliabilitas ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila nilai rhitung > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel.

Teknik analisis persentase dimaksudkan untuk mengetahui status variabel, yaitu mendeskripsikan gambaran kontrol diri sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika non parametik yaitu dengan uji wilcoxon signed rank untuk melihat ada tidaknya perbedaan gain score antara pre- test dan post-test pada kelompok eksperimen. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok dalam meingkatkan kepekaan sosial pada saat sebelum diberikan treatment (pre-test), dan sesudah diberikan treatment (post-test).

(6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis deskriptif persentase skor pre-test

Gambaran kepekaan sosial siswa sebelum diberikan perlakuan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1 Skor Pre-test Siswa

No Nama Skor % Kriteria Pre-test

1 FI 140 54,69% Rendah

2 INJ 132 51,56% Rendah

3 AF 174 67,97% Tinggi

4 MI 159 58,59% Rendah

5 FF 125 48,83% Rendah

6 AO 122 47,66% Rendah

7 MM 143 55,86% Reandah

8 MD 230 89,84% Sangat Tinggi Rata-rata 1216 59,38% Rendah

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa kepekaan sosial siswa sebelum diberikan perlakuan (pre-test) termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase kontrol diri siswa mencapai 59 ,38% dari 8 orang subjek penelitian. Gambaran kepekaan sosial siswa setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dapat diketahui berdasarkan hasil analisis kepekaan sosial siswa, sebagaimana yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 2 Skor Post-test Siswa

No Nama Skor % Kriteria Pre-test 1 FI 209 81,64% Sangat Tinggi

2 INJ 190 74,22% Tinggi

3 AF 215 83,98% Sangat Tinggi

4 MI 169 66,02% Tinggi

5 FF 172 67,19% Tinggi

6 AO 180 70,31% Tinggi

7 MM 189 73,83% Tinggi

8 MD 243 94,94% Sangat Tinggi Rata-rata 1216 76,51% Tinggi

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa kepekaan sosial siswa setelah diberikan perlakuan (post-test) mengalami perubahan dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase yang diperoleh yakni sekitar 76,51% dari 8 orang subjek penelitian.

(7)

Gambaran kepekaan sosial siswa sebelum dan sesudah treatment

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diperoleh gambaran kepekaan sosial siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Adapun hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Perbandingan Skor Pre-test – Post-test Siswa

No Nama % Kategori

Peningkatan Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test

1 FI 54,69% 81,64% Rendah Tinggi 26,95%

2 INJ 51,56% 74,22% Rendah Tinggi 22,66%

3 AF 67,97% 83,98% Tinggi Sangat Tinggi 16,01%

4 MI 58,59% 66,02% Rendah Tinggi 7,43%

5 FF 48,83% 67,19% Rendah Tinggi 18,36%

6 AP 47,66% 70,31% Rendah Tinggi 22,65%

7 MM 55,86% 73,83% Rendah Tinggi 17,97%

8 MD 89,84% 94,92% Sangat Tinggi Sangat Tinggi 5,08%

Rata-rata 53,38% 76,51% Rendah Tinggi 17,13%

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan (pre-test) tingkat kepekaan sosial siswa masuk dalam kategori rendah dengan persentase rata-rata mencapai 59,38% sedangkan setelah diberikan perlakuan (post-test) tingkat kepekaan sosial siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase rata-rata sebesar 76,51%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepekaan sosial siswa mengalami peningkatan 17,13% setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok.

Analisis data untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap kepekaan sosial siswa dilakukan analisis statistik dengan uji wilcoxon. Hasil perhitungan uji wilcoxon dengan menggunakan SPSS 16. Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakkan uji wilcoxon pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,012. Pvalue < α (0,012 <

0,05) dengan demikian Ha diterima. Hal ini berarti layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa.

Pembahasan

Layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa, sebagaimana hasil analisis data bahwa kepekaan sosial siswa mengalami peningkatan 17,13%. Hasil analisis menunjukkan bahwa, sebelum diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok, rata-rata kepekaan sosial siswa adalah 59,38% dan masuk dalam kategori rendah. Setelah diberikan perlakuan/treatment berupa layanan bimbingan kelompok kepekaan sosial siswa meningkat menjadi 76,51% dan masuk dalam kategori tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mengadakan proses layanan bimbingan kelompok tersebut maka dinyatakan bahwa proses treatment (perlakuan) dapat meningkatkan kepekaan sosial pada siswa dengan hasil analisis uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,012 artinya Ha diterima. Hal ini menjadikan kepekaan sosial dapat di tingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2013) dengan judul pengembangan model layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan sikap prososial.

Menunjukkan peningkatan setelah diberikan perlakuan 17,06 , (P > 0,05) ini berarti menunjukkan ada pengaruh signifikan layanan bimbingan kelompok terhadap prososial. Sapriya (2009: 177) menjelaskan kepekaan berasal dari kata peka (sensitivity) yang berarti mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial (kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi kepekaan sosial (social sensitivity), ialah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah sosial.

Dalam upaya meningkatan kepekaan sosial siswa, layanan bimbingan dan konseling yang diasumsikan dapat membantu siswa. Rasimin & Hamdi (2013: 309) mengatakan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok.

(8)

Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Informasi tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain, dengan adanya bimbingan kelompok mampu mengajarkan kepada siswa untuk berani menyatakan perasaan-perasaan mereka secara jujur dan berperilaku sesuai dengan keinginan mereka secara mandiri.

Layanan bimbingan kelompok yang diberikan kepada siswa sebanyak tujuh kali pertemuan dengan durasi waktu 2 x 45 menit dengan dua kali pertemuan dalam seminggu. Ada 3 (tiga) indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur peningkatan kepekaan sosial siswa yaitu 1). pengambilan keputusan (perspective taking), 2). fantasi, 3). perhatian empatik (emphatic concern). Dengan layanan bimbingan kelompok para anggota kelompok dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang lain. Tohirin (2015: 165) mengatakan bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya meningkatkan kepekaan sosial peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni peningkatan kepekaan sosial siswa.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, diperoleh rata-rata kepekaan sosial siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 59,38% atau kategori rendah. Setelah diberikan perlakuan berupa pemberian layanan bimbingan kelompok terjadi peningkatan 76,51% atau berada pada kategori tinggi.

Sehingga dari rata-rata kepekaan sosial siswa menunjukkan adanya meningkatan sebesar 17,13%.

Hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan diperoleh Pvalue = 0,012. Oleh karena Pvalue < α (0,012 < 0,05). Dengan demikian layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1) bagi guru BK untuk mengadakan bimbingan kelompok secara rutin agar siswa mendapatkan arahan dan bimbingan secara lebih dari guru bimbingan dan konseling, terus meningkatkan kreativitas dalam pembuatan program layanan bimbingan dan konseling agar siswa lebih tertarik dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling, dan 2) bagi subjek penelitian untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sebaik mungkin. Selain itu, siswa hendaknya lebih memerhatikan saat guru bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan kelompok kepada siswa karena hal-hal yang disampaikan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan siswa.

Daftar Pustaka

Davis, M. H. (2003). Measuring Individu Differrences in Empaty : Evidence for a Multidimentional Approach. Journal of personality and social psychology, 144(1), 133-126.

Elfindri, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kerangka Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik dan Profesional. Jakarta: Baduose Media Jakarta.

Gibson. R. L., dan Mitchell, M. H. (2011) Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Latipun. (2015). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Nurihsan, A. J. (2005). Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

(9)

Rasimin dan Hamdi, M. (2018). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Sari. (2013). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Sikap Prososial. SMP Negeri 22 Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Jurnal 2.

Supriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Rosda.

Sarwono & meinarno (2009). Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Tohirin. (2015). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Press.

Tondok, S. M. (2012). Melatih Kepekaan SoIal Anak. Surabaya: Harian Surabaya Post.

Wahyudin. (2013). Kementrian Agama Republik Indonesia. Surabaya: Halim.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah keterampilan sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Juwana dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok..

Maka penulis melakukan penelitian tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial siswa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : pemberian layanan informasi bidang bimbingan sosial memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan perkembangan

Penelitian mengenai pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan outbond terhadap rasa percaya diri siswa dalam kehidupannya sehari-hari terutama di

Dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru kelas mengenai materi layanan bimbingan pribadi sosial secara umum diharapkan bimbingan untuk siswa terisolir dapat

Maka penulis melakukan penelitian tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial siswa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Untuk minat belajar siswa sendiri setelah melakukan layanan bimbingan kelompok minat belajar siswa kelas VII D MTs Negeri 7 Indramayu bisa dikatakan cukup baik,

Perumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah 1) Bagaimana tingkat resiliensi siswa kelas X SMK Penerbangan Semarang sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik home