• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

43 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP

PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

Ayunda Mayasari Dewi (10220138)

Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak

Perumusan Masalah dalam Penelitian ini adalah 1) Bagaimana tingkat resiliensi siswa kelas X SMK Penerbangan Semarang sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik home room program 2) Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik home room program dalam meningkatkan resiliensi siswa kelas X SMK Penerbangan Semarang 3) Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik home room program terhadap peningkatan resiliensi siswa kelas X SMK Penerbangan Semarang. Kemudian tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik home room program terhadap resiliensi siswa SMK Penerbangan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Suatu penelitian yang mencoba atau berusaha mengetahui / menghitung pengaruh satu variabel/faktor atau lebih pada suatu keadaan tertentu. Alat analisis yang di gunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif dan uji hipotesis, Dan peneliti mengambil 10 anggota kelompok tesebut untuk di teliti. peneliti menggunakan one group pretest-posttest. Hasil penelitian: Layanan bimbingan kelompok teknik home room program berpengaruh dalam meningkatkan resiliensi siswa SMK penerbangan, yang di tunjukan anak setelah menjawab soal post-tes lebih tinggi daripada menjawab soal pre-test. Dari hasil tersebut pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik home room program dibuktikan dari hasil angket resiliensi yang menunjukan adanya peningkatan hasil pretest ke posttest pada skor total resiliensi. Pada skor awal (pretest) 2 siswa masuk kategori kurang dan 8 siswa masuk kategori sedang, dengan rata-rata skornya adalah 102. Setelah pelaksanaan treatment (posttest) ada 5 siswa yang masuk kategori sedang dan 5 siswa masuk kategori tinggi, dengan rata-rata skornya 123,3. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik home room program berpengaruh terhadap peningkatan resiliensi siswa SMK Penerbangan Semarang.

Kata kunci : konseling kelompok, teknik homeroom program, Resiliensi. PENDAHULUAN

Sebagian anak dan remaja memiliki masa lalu yang kurang menguntungkan bagi perkembangan mereka. Bahkan setiap individu pernah mengalami berbagai peristiwa yang kurang menyenangkan tetapi tidak dapat dihindarkan. Setiap individu pernah mengalami kegagalan dan masa-masa yang penuh dengan kesulitan. Masa lalu memang tidak dapat diubah, tetapi pengaruh negatif masa lalu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Untuk tujuan tersebut resiliensi individu perlu dikembangkan (Suwarjo, 2008). Lebih lanjut Suwarjo menegaskan bahwa pengembangan resiliensi sangat bermanfaat sebagai bekal dalam menghadapi situasi-situasi sulit yang tidak dapat dihindarkan.

Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi tidak menyenangkan yang tidak dapat dihindari, dan memanfaatkan kondisi-kondisi tidak menyenangkan itu untuk memperkuat diri sehingga mampu menyesuaikan diri

(2)

44 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan. Paparan di atas menguatkan asumsi bahwa resiliensi merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang resiliensinya rendah sangat mungkin untuk tidak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan. Berdasarkan paparan di atas maka dibutuhkan langkah konkrit untuk membantu siswa meningkatkan resiliensinya. Program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan dengan berbagai jenis layanannya memiliki peran strategis dalam membantu meningkatkan resiliensi pada diri siswa. Layanan bimbingan dan konseling yang relevan dengan konsep resiliensi adalah layanan bimbingan kelompok teknik home room program.

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari pemimpin kelompok atau nara sumber tertentu dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu (pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial) yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Lebih lanjut lagi, kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan dan berbagai reaksi pun dapat merupakan peluang yang amat berharga bagi siswa. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kebermanfaatan bagi para anggotanya (Prayitno dan Erman Amti, 2004:302).

Secara lebih spesifik, dengan menggunakan teknik home room program akan tercipta suasana kekeluargaan yang dipimpin oleh guru bimbingan dan konseling. yang ditekankan dalam teknik ini adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti suasana rumah yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapat mengungkapkan masalah-masalah yang tidak dapat dibicarakan dalam kelas pada waktu jam pelajaran bidang studi (Tatiek Romlah, 2006). Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik home room program, seorang guru bimbingan dan konseling yang menjadi nara sumber melalui diskusi terfokus bisa memberikan pengetahuan kepada siswa yang menjadi anggota kelompok bahwa untuk mencapai sukses dalam kehidupan dibutuhkan pengembangan resiliensi secara optimal.

Secara umum layanan bimbingan kelompok pernah dilaksanakan di SMK Penerbangan Semarang. Akan tetapi layanan yang diberikan masih bersifat kasuistik, artinya layanan tersebut lebih diperuntuhkan bagi siswa yang bermasalah saja. Selain itu teknik yang digunakan terbatas pada diskusi kelompok saja. Menurut Tatiek Romlah (2006) setidaknya ada tujuh teknik yang bisa digunakan dalam layanan bimbingan kelompok, yakni: teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, teknik pemecahan masalah, permainan peran, permainan simulasi, karya wisata, dan home room program. Menurut koordinator guru bimbingan dan konseling di SMK Penenrbangan Semarang

(3)

45 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

teknik home room program belum pernah dilaksanakan di sekolah sehingga Pengaruhnya terhadap tingkat resiliensi siswa belum diketahui secara pasti.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan atau kapasistas seorang individu yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan, dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

Pengertian Konseling Kelompok

Upaya pemberian bantuan oleh nara sumber tertentu (diutamakan guru bimbingan dan konseling) kepada individu/siswa melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Pengertian Teknik Homeroom Program

Suatu kegiatan yang diadakan oleh pembimbing bersama-sama dengan siswa di sekolah yang situasinya dibuat seperti suasana di rumah, sehingga pembimbing dapat berperan sebagai ayah, ibu atau kakak dari siswa.

METODELOGI PENELITIAN

Jika memperhatikan judul dan tujuan penelitian, maka penelitian ini tergolong penelitian eksperimental. Dari tiga desain penelitian tersebut peneliti menggunakan one group pretest-posttest. Melalui desain ini penelitian dilakukan hanya pada satu kelompok dengan melakukan dua kali pengukuran yaitu O1 (pretest) untuk mengukur resiliensi siswa sebelum diberikan layanan bimbingan

kelompok teknik home room program. Pengukuran yang kedua O2 (posttest) dilakukan untuk

mengukur resiliensi siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok teknik home room program. Adanya perbedaan antara pretest dan posttest diasumsikan sebagai efek dari perlakuan yang diberikan.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian: SMK Penerbangan Semarang.

2. Waktu penelitian: Bulan April sampai Juni 2014 (± 3 bulan). Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:34). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:25) populasi

(4)

46 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, nilai atau peristiwa tertentu dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK Penerbangan Semarang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 114 siswa.

Sutrisno Hadi (2004:18) menyebutkan bahwa sebagian individu yang diselidiki itu disebut sebagai sampel. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:37) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang bisa diteliti. Dari dua pendapat tersebut dapat dikerucutkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dipilih untuk sumber data. Sampel dan teknik sampling

Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian ini treatment yang akan diberikan adalah layanan bimbingan kelompok teknik home room progran maka tidak semua sampel akan masuk sebagai anggota kelompok. Oleh karena itu peneliti akan mengambil 10 sampel untuk menjadi anggota kelompok. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik purposive random sampling dalam menentukan anggota kelompok.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel tersebut yaitu:

1) Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Layanan bimbingan kelompok teknik homeroom program.

2) Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Resiliensi siswa. Teknik Analisi Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor tertinggi dan terendah dari skala resiliensi. Skor maksimal : 4 x 35 = 140

Skor minimal : 1 x 35 = 35 b. Menentukan Rentang Nilai.

1/4 (skor maksimal – skor minimal) 1/4 (140 – 35) = 26,5

(5)

47 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Tabel 1. Kategori Tingkat Resiliensi Siswa Rentang Nilai Kategori

35 - 61,5 Rendah

> 61,5 – 98 Kurang

> 98 - 124,5 Sedang > 124,5 – 140 Tinggi

HASIL PENELITIAN

Tingkat Resiliensi Siswa sebelum Pemberian Treatment (Pretest)

Tingkat resiliensi siswa sebelum pelaksanaan treatment diperoleh dari angket resiliensi yang diberikan sebelum treatment dilaksanakan. Angket resiliensi pada tahap ini berfungsi untuk mengungkap data pra-treatment. Data ini kemudian akan menjadi dasar utama untuk melihat seberapa besar peningkatan resiliensi siswa antara sebelum dan sesudah diberi bimbingan kelompok teknik home room program. Berikut hasil dari pemberian angket pra- treatment

Tabel 2. Tingkat Resiliensi Siswa sebelum Pelaksanaan Treatment No. Nama Siswa Skor Pretest Kriteria

1 Liza Nur Fitri 100 Sedang

2 Andita Nur I. 112 Sedang

3 M. Exel 100 Sedang

4 Sari Wijayanti 102 Sedang

5 Peppy Surya A. 103 Sedang

6 Sahara Vera R. 109 Sedang

7 Satrio Pamungkas 89 Kurang

8 Jun Hattan P.P. 115 Sedang

9 Moh. Arifin 89 Kurang

10 Kirana Manik M. 101 Sedang

Rata-rata 102 Sedang

Tingkat Resiliensi Siswa setelah Pemberian Treatment (Posttest)

Untuk mengetahui tingkat resiliensi siswa setelah pemberian treatment, berikut akan disajikan data perolehan skornya.

(6)

48 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Tabel 3. Tingkat Resiliensi Siswa setelah Pemberian Treatment No. Nama Siswa Skor Pretest Kriteria

1 Liza Nur Fitri 127 Tinggi

2 Andita Nur I. 125 Tinggi

3 M. Exel 119 Sedang

4 Sari Wijayanti 123 Sedang

5 Peppy Surya A. 130 Tinggi

6 Sahara Vera R. 119 Sedang

7 Satrio Pamungkas 109 Sedang

8 Jun Hattan P.P. 131 Tinggi

9 Moh. Arifin 120 Sedang

10 Kirana Manik M. 130 Tinggi

Rata-rata 123,3 Sedang

Berdasarkan tabel di atas dan analisis proses pelaksanaan treatment membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik home room program secara efektif dapat meningkatkan resiliensi siswa di SMK Penerbangan Semarang. Indikasi keberhasilan proses pelaksanaan layanan dapat dilihat dari peran yang dilaksanakan oleh peneliti (pemberi layanan) dan siswa sebagai anggota kelompok pada setiap tahapan. Pada setiap tahapan tersebut peneliti dan siswa telah mengoptimalkan peranannya di dalam kegiatan kelompok.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat resiliensi siswa sebelum diberi layanan imbingan kelompok adalah: 2 siswa masuk kategori kurang dan 8 siswa masuk kategori sedang dengan skor rata-rata adalah 102 (masuk kategori sedang).

2. Tingkat resiliensi siswa setelah diberi layanan imbingan kelompok adalah: 5 siswa masuk kategori kurang dan 5 siswa masuk kategori sedang dengan skor rata-rata adalah 123,3 (masuk kategori sedang).

3. Ha diterima dan Ho ditolak karena terbukti adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan resiliensi siswa SMK Penerbangan.

(7)

49 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DAFTAR PUSTAKA

A.J. Nurihsan. 2005. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

A.Y. Soegeng. 2006. Dasar-dasar Penelitian (Bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan. Semarang: IKIP PGRI Press.

Bimo Walgito. 2010. Bimbingan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program Pendidikan Profesi Konselor Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP.

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Saifudin Azwar. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2005. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Reasearch. Yogyakarta: Andi Offset.

Suwarjo. 2008. Pengembangan Model Peer Counseling untuk Meningkatkan Resiliensi Anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). Makalah. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. [Diakses melalui http//:www.fipuny.ac.id pada November 2013].

Gambar

Tabel 2. Tingkat Resiliensi Siswa sebelum Pelaksanaan Treatment
Tabel 3. Tingkat Resiliensi Siswa setelah Pemberian Treatment  No.  Nama Siswa  Skor Pretest  Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara mendalam proses komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien dalam pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and

Kesimpulan pertama yaitu dalam penelitian ini terdapat empat wacana dominan tentang keperempuanan ( womanhood ) di masa Victoria antara lain perempuan sebagai istri yang tunduk

Di atas telah disebutkan perihal hubungan timbal balik antara kompetensi penerjemahan dan kualitas terjemahan. Jika kompetensi penerjemahan yang dimiliki seseorang

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah atribut pada ikan kakap merah ( Lutja nus a rgentima culatus ) telah memenuhi sifat ideal sesuai dengan

Moewardi Surakarta yang sebagian besar berpendidikan D3 belum mempunyai motivasi diri yang tinggi untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan apa

[r]

Following regional autonomy, the political tension between center and region as well as among regencies in Jambi province tends heater since a wide array of powers have

Tanpa adanya pemeliharaan maka umur pakai dari mesin-mesin tersebut tidak akan mencapai umur pemakaian semestinya atau bahkan terjadi kerusakan hanya pada beberapa kali