• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA

THE EFFECT OF GROUP GUIDANCE SERVICES ON STUDENT LEARNING CONCENTRATION

Oleh:

Ikran1), Alber Tigor Arifyanto2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: iqram.noer96@gmail.com Kata Kunci:

Bimbingan Kelompok, Konsentrasi Belajar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap konsentrasi belajar siswa di SMP Negeri 10 Kendari. Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pre Test and Post-test. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 8 orang siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok memiliki konsentrasi belajar rendah dengan perolehan rata-rata 57,12%. Sedangkan setelah diberikan perlakuan konsentrasi belajar meningkat sebanyak 13,26%

dengan perolehan skor rata-rata 70,38%. Berdasarkan hasil analisis inferensial menggunakan Wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh = 0,011. < α (0,011< 0,05) dengan demikian ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa di SMP Negeri 10 Kendari.

Keywords:

Group Guidance, Learning

Concentration

ABSTRACT

The purpose of this study isto determine the effect of group guidance services on student learning concentration in SMP Negeri 10 Kendari. This type of the research is a Pre Experiment using the One Group Pre Test and Post-test design. The subjects in this study were 8 students who were selected using purposive sampling technique.The results showed that the concentration of student learning before being given treatment in the form of group guidance services had a low learning concentration with an average acquisition of 57.12%. Whereas after being given treatment the concentration of learning increased by 13.26% with the acquisition of an average score of 70.38%.

Based on the results of inferential analysis using the Wilcoxon signed rank at a significant level α = 0.05 obtained = 0.011. <α (0.011 <0.05) is thus rejected. Then it coukd be concluded that the group guidance service affects the concentration of student learning in SMP Negeri 10 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Pembelajaran mengharuskan siswa untuk mengembangkan kreativitas berfikir dan meningkatkan pengetahuan sebagai upaya penguasaan materi pembelajaran. Tuntutan dan banyaknya aktivitas belajar siswa di sekolah, sedangkan kemampuan yang dimiliki siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda, yang kerap kali membuat siswa mengalami konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi yang dialami siswa dapat berpengaruh pada fisik dan aspek psikologisnya yang akan mengakibatkan terganggunya proses belajar. Konsentrasi belajar yang tidak dapat dikelola secara baik dapat menyebabkan terganggunya proses dalam belajar.

Proses belajar pada siswa di sekolah berbeda-beda, tidak semua siswa di sekolah memiliki konsentrasi dengan baik. Ada pula siswa yang kurang fokus dalam berkonsentrasi pada saat proses belajar mengajar. Siswa yang mengalami konsentrasi dengan baik pada saat mengikuti pelajaran berlangsung memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, siswa akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disajikan, dan menambah motivasi bagi siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam belajar. Namun sebaliknya, siswa yang kurang dalam berkonsentrasi selama proses belajar di kelas dapat disebabkan oleh lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran, perasaan gelisah atau tertekan, suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan, kesehatan jasmani, tidak sarapan pagi, bersifat pasif dalam belajar, dan tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik

Konsentrasi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna pemusatan perhatian atau pikiran pada seatu hal. Konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan dan menjaga pikiran terhadap suatu hal. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilakukan secara sadar dan tidak ada paksaan. Ketika seseorang berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya menjadi objek yang menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan sesorang dapat menyerap dan memahami informasi yang didapat.

Puspitawati (Astuti, 2014 : 103) berpendapat bahwa konsentrasi belajar merupakan kemampuan seseorang untuk bisa memfokuskan perhatian dalam waktu tertentu. Konsentrasi yang dimaksud adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Hal ini menyebabkan konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Senada dengan pengertian di atas, Sunawan (Tedja, 2017 : 4) mengemukakan bahwa masalah konsentrasi pada saat belajar banyak dialami oleh para pelajar terutama di dalam mempelajari mata pelajaran yang memunyai tingkat kesulitan cukup tinggi, misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti, atau mata pelajaran yang termasuk kelompok ilmu sosial. Konsentrasi belajar semakin bertambah berat jika seorang pelajar terpaksa mempelajari pelajaran yang tidak disukainya atau pelajaran tersebut diajarkan oleh pengajar yang juga tidak disukainya.

Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik akan mudah dan cepat menguasai materi yang diajarkan, menambah semangat atau motivasi, fokus pada bidang pelajaran, tidak memaksakan diri, makan makanan yang cukup, munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri siswa dan utamakan pelajaran yang disukai. Namun sebaliknya, siswa yang kurang konsentrasi selama proses belajar di kelas dapat disebabkan oleh lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran, perasaan gelisah atau tertekan, suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan, kondisi kesehatan jasmani, tidak sarapan pagi, bersifat pasif dalam belajar dan tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik. Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan adanya kemampuan siswa yang kurang dalam berkonsentrasi. Karena tidak adanya konsentrasi ini membuat siswa sulit menguasai apa yang dibaca atau dipelajarinya, akibatnya siswa mudah bosan, putus asa, dan enggan untuk belajar lagi. Oleh karena itu guru sebaiknya mengetahui pasti apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi konsentrasi belajar siswa.

Dampak negatif lainnya dari konsentrasi belajar siswa yang rendah adalah individu tersebut membuang waktu, membuang biaya, membuang tenaga, belajar kurang optimal, tidak peduli terhadap situasi kelas dan tidak memerhatikan tugas yang diberikan. Individu dengan konsentrasi yang rendah akan mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Agar dapat berkonsentrasi dengan baik, maka perlu diusahakan beberapa hal misalnya, pelajar hendaknya berminat atau punya motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya

(3)

kebosanan, menjaga kesehatan dan memerhatikan kelelahan, menyelesaikan soal/masalah-masalah yang mengganggu, gunakan waktu singkat namun sering, fokuskan bidang belajar, dan bertekad untuk mencapai tujuan/hasil terbaik setiap kali belajar.

Winkel (Abidin dan Budiyono, 2010: 69) menyatakan bahwa kelebihan layanan bimbingan kelompok bila dibandingkan layanan bimbingan yang bersifat individual adalah: (a) memberikan kesempatan kepada klien untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan langsung mendapatkan latihan untuk beraksi dalam kelompok, (b) membelajarkan diri bersedia menerima pendapat teman lainnya, (c) menunjang perkembangan intelektual dan sosial individu, sambil berupaya memanusiakan suasana kehidupan di masyarakat, (d) membangun sikap dan prilaku individu secara lebih efektif, dan (e) membantu individu melaksanakan tugas perkembangannya (perkembangan individual, sosial, dan kesadaran dirinya).

Berdasarkan hasil melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (BK) di SMP Negeri 10 Kendari terdapat siswa di kelas VIII yang memiliki masalah dengan kesulitan belajar di sekolah khususnya kesulitan dalam konsentrasi belajar. Data yang diperoleh dari guru BK dan diperkuat dengan adanya hasil analisis terhadap Daftar Cek Masalah (DCM) menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki konsentrasi belajar rendah. Hasil analisis DCM tersebut menunjukkan terdapat 8 siswa yang mengalami konsentrasi rendah dalam proses belajar. Siswa yang tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar berarti tidak dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinnya (Winkel dan Hastuti dalam Tedja, 2017: 326).

Terdapat faktor yang dapat memengaruhi peningkatan konsentrasi belajar, yaitu (1) faktor internal berupa keadaan jasmani dan rohani. Keadaan jasmani meliputi kondisi badan yang sehat atau bebas dari penyakit serius, siswa cukup tidur dan bristrirahat, dan seluruh panca inderanya berfungsi dengan baik sedangkan keadaan rohani seperti taat beribadah, tidak emosional, memiliki rasa percaya diri yang cukup dan tidak mudah putus asa. (2) faktor eksternal berupa, lingkungan yang cukup sehingga tidak menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata, serta tersediannya fasilitas yang cukup menunjang kegiatan belajar seperti ruangan yang bersih, kursi, meja, dan peralatan untuk keperluan sekolah, (Hakim dalam Setiani, 2014:41).

Upaya penanganan masalah konsentrasi belajar dapat dilakukan dengan memberikan layanan yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa, salah satunya yaitu layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok memberikan pemahaman tentang pengembangan dan sikap belajar, dan menerapkan suasana belajar yang lebih menghibur. Sebab dengan layanan bimbingan kelompok, masalah konsentrasi belajar tersebut dapat teratasi. Sehingga bimbingan kelompok adalah salah satu layanan yang diperkirakan tepat untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa selama berlangsungnya kegiatan layanan bimbingan kelompok sehingga setiap individu diminta untuk aktif, mengutarakan ide, gagasan dan pendapat. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa di SMP Negeri 10 Kendari melalui layanan bimbingan kelompok.

Konsentrasi belajar

Dimyati dan Mudjiono (Setiani, 2018: 38) berpendapat bahwa konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Jika seorang siswa sering tidak dapat berkonsentrasi di dalam belajar, sangat mungkin ia tidak dapat merasakan nikmat dari proses belajar yang dilakukannya.

Puspitawati (Astuti, 2014: 103) berpendapat bahwa konsentrasi belajar merupakan kemampuan seseorang untuk bisa memfokuskan perhatian dalam waktu tertentu. Konsentrasi yang dimaksud adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Hal ini menyebabkan konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Jamaris (2015: 33) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan perhatian dalam belajar. Perhatian merupakan persyaratan dalam masa melakukan tugas-tugas belajar. Oleh sebab itu, salah satu tugas yang perlu dituntaskan anak dalam masa perkembangannya adalah kemampuan dalam menentukan pilihan

(4)

terhadap apa yang perlu diperhatikannya. Kesulitan dalam memusatkan perhatian menghambat proses belajar selanjutnya.

Ciri-ciri konsetrasi belajar

Singgih (Alim, 2009: 60-61) berpendapat bahwa anak yang mengalami konsentrasi belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1 Gangguan perhatian, anak tidak mampu memusatkan perhatiannya kepada satu hal atau obyek tertentu untuk waktu jangka yang cukup lama.

2 Diskribilitas, anak memunyai kecendurangan untuk memerhatikan rangsangan yang kurang menonjol, yang dapat berupa diskribilitas (penglihatan) audiotoris (pendengaran) dan internal.

3 Hiperaktivitas, yaitu aktivitas motorik yang tinggi dengan ciri-ciri aktivitas selalu berganti, tidak memunyai tujuan tertentu, ritmis dan bermanfaat.

4 Implusif, cenderung bertindak tanpa mempertimbangkan akibat tindakannya itu.

5 Kurang ulet, yaitu sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjaannya jarang pernah selesai dan juga akan mudah lelah sehingga bila berfikir lama akan mudah menguap, menggeliat.

Engkoswara (Paraswati, 2016: 9-10) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah sebagai berikut:

1 Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditandai dengan:

a. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.

b. Komprehensif dalam penafsiran informasi.

c. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.

d. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

2 Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditandai:

a. Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu.

b. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksikan bahan yang diajarkan.

c. Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang

Aspek-aspek konsentrasi belajar

Nugroho (Paraswati, 2016 : 9) mengungkapkan aspek-aspek konsentrasi belajar sebagai berikut:

1 Pemusatan pikiran yaitu suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, kenyamanan, perhatian, seseorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

2 Motivasi yaitu keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

3 Rasa kuatir yaitu perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.

Faktor yang memengaruhi konsentrasi belajar

Hakim (Setyani, 2018: 76-77) berpendapat bahwa faktor konsentrasi belajar terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:

1 Faktor internal, yaitu merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentukan seseorang dapat melakukan konsentrasi atau tidak. Secara garis besar faktor ini terdiri dari faktor jasmaniah dan rohaniah.

a. Faktor Jasmaniah

Faktor ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh, seperti kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit serius, kondisi badan di atas normal atau fit, cukup tidur dan istirahat, cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi, seluruh panca

(5)

indera berfungsi dengan baik, tidak mengalami gangguan fungsi otak karena penyakit tertentu, seperti kejang, ayan, dan hiperaktif, tidak mengalami gangguan saraf, tidak dihinggapi nyeri karena penyakit tertentu, detak jantung normal, dan irama napas berjalan dengan baik.

b. Faktor Rohaniah

Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani seseorang setidaknya memenuhi hal-hal berikut ini: kondisi hidup sehari-hari cukup tenang; memiliki sifat baik, terutama sabar dan konsisten; taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri; tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat; tidak emosional;

tidak sedang dihinggapi stres berat; memiliki rasa percaya diri yang cukup; tidak mudah putus asa; memiliki kemauan keras dan tidak mudah padam; serta bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan gelisah. Selain itu, seseorang pada umur 12-20 tahun diharapkan tidak mengalami kekecauan identitas.

2 Faktor Eksternal, adalah segala hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di sekitar lingkungan. Hal-hal tersebut juga menjadi pendukung terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu lingkungan, udara, penerangan, orang orang sekitar lingkungan, suhu, dan fasilitas. Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan. Sebagai contoh, suara bising dari pekerja bangunan, suara mesin kendaraan bermotor, suara keramaian orang banyak, suara pesawat radio, dan televisi yang terlalu keras. Selain itu udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari polusi dan bau-bauan yang mengganggu rasa nyaman.Sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran binatang, bau sampah, bau WC, atau keringat.

Indikator konsentrasi belajar

Konsentrasi sebagai pekerjaan batiniah bukan berarti tidak dapat dilihat. Hal ini dapat diamati melalui berbagai tindakan rekayasa di kelas seperti perhatian siswa, antusias siswa, memiliki ide dalam belajar dan kemampuan menjawab pertanyaan. Indikator konsentrasi belajar menurut Slameto (Setyani, 2018: 76), indikator konsentrasi belajar yang digunakan berjumlah lima indikator yaitu:

1 Adanya penerimaan atau perhatian pada materi pelajaran.

2 Dapat merespon dan memahami materi yang diajarkan.

3 Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.

4 Mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh.

5 Mampu mengemukakan ide/pendapat.

Bimbingan kelompok

Abidin dan Budiyono (2010: 62-63) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah individu secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber terutama dari konselor. Hal ini berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari sebagai individu itu sendiri, pelajar, anggota keluarga dan anggota masyarakat serta untuk dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Tohirin (2007: 170) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan bagi masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.

Tujuan layanan bimbingan kelompok

Tohirin (2007: 172) Tujuan umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa), secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,

(6)

pikiran presepsi wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Kendari yang beralamat di Jl. Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana, Kambu, Kec. Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di mana perlakuan (treatment) dalam penelitian ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan dua kali dalam seminggu, lamanya tiap pertemuan 2 x 45 menit.

Jenis dan desain penelitian ini adalah pra eksperimen. Dengan menggunakan one- group pre- test and post-test design yakni desain eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek. Perbedaan kedua hasil tersebut, dianggap sebagai efek perlakuan (Latipun, 2015: 81). Sasaran penelitian ini terkait dengan permasalahan konsentrasi belajar siswa yang rendah dan tindakan yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut adalah dengan pemberian layanan bimbingan kelompok pada 8 orang subjek dengan menggabungkan 5 orang siswa memiliki konsentrasi belajar rendah dan 3 orang siswa yang memiliki konsentrasi belajar tinggi. Adapun karateristik subjek penelitian adalah:

1 Subjek penelitian ditentukan berdasarkan hasil pre-test atau skoring

2 Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 10 Kendari yang memeroleh skor tertinggi pada angket konsentrasi belajar rendah

3 Mendapat peresetujuan untuk menjadi subjek penelitian dari guru BK dan wali kelas 4 Siswa bersedia menjadi bagian dari kelompok untuk menjadi subjek penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data adalah :

1 Wawancara. Pedoman wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intrumen yang dibuat peneliti untuk mengarahkan wawancara agar tidak melebar kepada hal-hal yang tidak berhubungan dengan rancangan penelitian.

2 Daftar cek masalah (DCM). DCM digunakan untuk mengindentifikasi masalah-masalah siswa yang didapatkan dari butir-butir pernyataan yang berkaitan dengan konsentrasi belajar siswa yang diangkat dalam sebuah penelitian

3 Angket. Angket merupakan sebuah pernyataan- perrnyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Angket disusun berdasarkan indikator dari ciri-ciri kemandirian belajar. Angket yang akan digunakan terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ilmiah yaitu validitas dan reliabilitas.

Teknik analisis persentase dimaksudkan untuk mengetahui status variabel, yaitu mendeskripsikan gambaran konsentrasi belajar rendah sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan : i = Interval

= Skor jawaban tertinggi = Skor jawaban terendah k = Klasifikasi jawaban

(7)

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria penilainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Interval Dan Kriteria Penilaian Interval Skor Interval Persentase Kategori

57 – 99 25% - 43,42% Sangat Rendah 100 – 142 43,85% - 62,28% Rendah 143 – 185 62,71% - 81,14% Tinggi 186 – 229 81,57% - 100% Sangat Tinggi

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika non parametik yaitu dengan uji wilcoxon signed rank untuk melihat ada tidaknya perbedaan gain score antara pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor etika pergaulan siswa pada saat sebelum diberikan treatment (pre-test), dan sesudah diberikan treatment (post-test). Uji jenjang bertanda wilcoxon signed rank dapat didasarkan pada sampel kecil ( n ≤ 25) dengan taraf signifikan 0.05 (Sugiyono, 2016: 212).

Guna mempermudah perhitungan uji hipotesis, maka digunakan bantuan program komputer Statistical Packages For Sosial Science (SPSS) versi 16.0.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Gambaran konsentrasi belajar siswa Kelas VIII. 1 SMP Negeri 10 Kendari sebelum diberi perlakuan (pre-test) dapat diketahui berdasarkan hasil pengisian angket konsentrasi belajar yang diberikan pada 8 orang siswa dengan rincian 5 orang siswa yang berkonsentrasi rendah dan 3 orang siswa yang berkonsentrasi tinggi yang dipilih untuk mengikuti layanan bimbingan kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Skor Pre Test

No Nama Skor % Kriteria

1 MT 124 54,38% Rendah

2 AZ 150 65,78% Tinggi

3 LZC 143 62,71% Tinggi

4 NRB 132 57,89% Rendah

5 AMP 145 63,59% Tinggi

6 GIS 122 53,50% Rendah

7 AR 133 58,33% Rendah

8 IR 93 40,78% Sangat Rendah Rata-rata 130 57,12% Rendah

Berdasarkan tabel 2 kriteria skor siswa kelas VIII.1 yang memiliki konsentrasi belajar berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata siswa mencapai 57,12% dari 8 orang subjek penelitian. Selanjutnya, gambaran konsentrasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dapat diketahui berdasarkan hasil analisis angket konsentrasi belajar siswa, sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini:

(8)

Tabel 3 Skor Post-test

No Nama Skor % Kriteria

1 MT 154 67,54 Tinggi

2 AZ 166 72,80 Tinggi

3 LZC 165 72,36 Tinggi

4 NRB 154 67,54 Tinggi

5 AMP 175 76,75 Tinggi

6 GIS 157 68,85 Tinggi

7 AR 163 71,49 Tinggi

8 IR 150 65,78 Tinggi

Rata-rata 160,5 70,38 Tinggi

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui lima orang siswa yang berkonsentrasi rendah mengalami perubahan dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata persentase yang diperoleh yakni 70,38 % dari 8 orang subjek penelitian.

Gambaran konsentrasi belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diperoleh gambaran konsentrasi belajar belajar siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 10 Kendari sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Adapun hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4

Perbandingan Skor Pre Test dan Post-test

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan (pre-test) tingkat konsentrasi belajar siswa yang bermasalah masuk dalam kategori rendah dengan persentase rata-rata mencapai 57,12 %. Sedangkan setelah diberikan perlakuan (post-test) tingkat konsentrasi belajar siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase rata-tata sebesar 70,38 %.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar yang menjadi subjek penelitian di kelas VIII.1 setelah diberikan perlakuan mengalami penurunan sebesar 13,26 % pada siswa yang konsentrasi belajar rendah. Analisis data untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap konsentrasi belajar siswa SMP Negeri 10 Kendari dengan uji Wilcoxon signed rank. Hasil perhitungan uji wilcoxon signed rank dengan menggunakan SPSS 16.0.

No Nama % Kategori

Peningkatan Pre-Test Post- Test Pre-Test Post-test

1. MT 54,38% 67,54% Rendah Tinggi 13,16%

2. AZ 65,78% 72,80% Tinggi Sangat Tinggi 7,02%

3. LZC 62,71% 72,36% Tinggi Tinggi 9,65%

4. NRB 57,89% 67,54% Rendah Sangat Tinggi 9,65%

5. AMP 63,59% 76,75% Tinggi Sangat Tinggi 13,16%

6. GIS 53,50% 68,85% Rendah Sangat Tinggi 15,35%

7. AR 58,33% 71,49% Rendah Tinggi 13,16%

8. IR 40,78% 65,78% Sangat Rendah Tinggi 25%

Rata-Rata 57,12% 70,38% Rendah Tinggi 13,26%

(9)

Test Statistics(b) VAR00002 -

VAR00001 Z

Asymp. Sig.

(2-tailed)

-2,536(a)

,011 a Based on negative ranks.

b Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh 0,011. ˂ α (0,011 < 0,05) dengan demikian ditolak. Hal ini berarti layanan layanan bimbingan kelompok terhadap konsentrasi belajar siswa.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa SMP Negeri 10 Kendari. Berdasarkan hasil analisis data dengan jumlah subjek sebanyak 8 siswa, dapat diketahui konsentrasi belajar siswa sebelum diberi pelakuan (pre test) berupa layanan bimbingan kelompok berada pada kategori rendah yaitu sebesar 57,12%

sehingga konsentrasi belajar siswa perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa maka peneliti memberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian ini memperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiani, Ninik, dan Kurniawan (2014) dengan judul Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok siswa kelas VI SD Negeri Karangcegak, menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi belajar setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok yang semula 47,43% menjadi 69,94% atau sudah masuk pada persentase baik.

Layanan bimbingan kelompok adalah salah satu metode yang dapat digunakan terhadap konsentrasi belajar siswa yang dalam prosesnya memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencegah timbulnya suatu masalah yang dapat menjadi penghambat perkembangan individu, dan berfungsi untuk mengembangkan potensi potensi individu serta berguna membantu individu dalam pengambilan keputusan. Sejalan yang dikemukakan Tohirin (2007: 170) bahwa layanan bimbingan kelompok adalah upaya pemberian bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah individu atau siswa yang menjadi peserta layanan.

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terhadap konsentrasi belajar siswa dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan durasi waktu 2 x 45 menit dan tiap pertemuan membahas satu topik materi berdasarkan indikator konsentrasi belajar yang dikemukakan oleh Slameto (Setyani, 2018: 76), indikator konsentrasi belajar yang digunakan berjumlah lima indikator yaitu: 1) adanya penerimaan atau perhatian pada materi pelajaran, 2) dapat merespon dan memahami materi yang diajarkan, 3) mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, 4) mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh, dan 5) mampu mengemukakan ide atau pendapat. Kelima indikator tersebut menjadi topik materi dalam layanan bimbingan kelompok

Setelah diberi perlakuan (treatment) layanan bimbingan kelompok siswa selanjutnya mengisi angket skala (post-test) yang diberikan oleh peneliti. Tujuan pemberian post-test adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap konsentrasi belajar siswa berdasarkan hasil pergukuran skala setelah diberi layanan bimbingan kelompok (post-test), konsetrasi belajar berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 70,38%. Berdasarkan hasil analisis data skor post-test dan skor pre-test, maka dapat diketahui adanya peningkatan konsentrasi belajar siswa sebesar 13,26%. Hal ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa di SMP Negeri 10 Kendari.

(10)

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap konsetrasi belajar siswa. Salah satu yang menjadi penentu keberhasilan yaitu adanya antusias siswa dalam mengikuti layanan dan komitmen dari setiap anggota kelompok untuk mengubah konsentrasi dan menerapkan apa yang telah diperoleh dalam bimbingan kelompok dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku tanpa disadari secara langsung oleh beberapa siswa. Siswa yang awalnya pasif dalam kegiatan layanan secara bertahap menjadi aktif, dimulai dari diam, siswa mulai menjawab walaupun terbata-bata, dan siswa mulai terlihat antusias dalam mengikuti layanan seperti siswa sudah mulai berani memberikan komentar dan saran terhadap apa yang sedang dibahas. Pada awal pertemuan, walaupun siswa belum sepenuhnya memahami mengenai konsetrasi belajar namun setelah pemberian penguatan dan materi secara bertahap pada tiap-tiap pertemuan siswa sudah mulai memahami akan pentingnya konsentrasi didalam proses belajar yang harus dimiliki setiap siswa dan untuk mencapai tujuan belajar siswa dituntut aktif sebagai individu mandiri yang mampu menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dialaminya tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, gambaran skor konsentrasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok termaksud dalam kategori rendah yaitu 57,12%, sedangkan setelah diberi layanan bimbingan kelompok skor hasil post-test konsentrasi belajar siswa meningkat menjadi 70,38%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kemandirian belajar siswa meningkat sebesar 13,26 % selain itu hasil analisis inferensial dengan menggunakan uji wicolxon signed rank dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan diperoleh Pvalue = 0,011. Oleh karena itu Pvalue α ( 0,011 < 0,05) maka Ha diterima dan Ho

ditolak, sehingga layanan bimbingan kelompok berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa.

Saran

1 Bagi sekolah

Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok di ruangan kelas. Sehingga menganggu siswa yang lain yang bukan dari subjek penelitian karena harus meninggalkan ruang kelas. Hal tersebut disebabkan karena ruang guru BK yang relatif sempit dan kurang kondusif sebagai sarana dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Sekolah semestinya memerhatikan kondisi ruang BK agar bisa lebih memadai sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan efektif.

2 Bagi guru BK

Berdasarkan wawancara dengan guru BK jika dalam mengentaskan permasalahan siswa guru BK hanya memberikan sanksi berupa teguran maupun punishment kepada siswa. Dalam hal ini guru BK diharapkan dapat menggunakan layanan bimbingan dan kelompok yang lebih bervariasi dalam membantu siswa menyelesaikan permasalahannya khususnya permasalahan konsentrasi belajar siswa, Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dapat digunakan adalah layanan bimbingan kelompok.

3 Bagi siswa

Siswa perlu mengaplikasikan apa yang telah diperoleh dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok agar konsentrasi belajarnya lebih maksimal dan siswa diharapkan dapat mengembangkan pemahamannya mengenai fungsi dari bimbingan dan konseling dan dapat memanfaatkan BK dalam membantu mereka menangani setiap permasalahannya yang dimilikinya.

4 Bagi peneliti serlanjutnya

Penelitian ini dilaksanakan hanya sebatas untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dapat berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa. Dalam pemberian layanan bimbingan kelompok hanya diberikan dalam kurun waktu yang singkat, oleh karena itu diperlukan

(11)

rancangan tindakan yang tepat dan efektif agar dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa tanpa ada aspek yang terlewatkan.

Daftar Pustaka

Abidin, Zaenal & Alief Budiyono. (2010). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:

Grafindo Litera Media.

Alim, Abdul. (2009). Mengatasi Sulit Konsentrasi Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. V, No.1.

Anderson, Roy. (2008). Langkah Pertama Membuat Siswa Berkonsentrasi. Jakarta: PT Indeks.

Astuti, Dina, Dkk. (2018). Pengaruh Konsentrasi Belajar Dan Kemandirian Belajar Terhadap Hail Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Balikpapan Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 1. No.1.

Jamarais, Martini. (2015). Kesulitan Belajar : Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor : Ghalia Indonesia.

Latipun. (2015). Psikologi Ekpsrimen. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Paraswati, Yeni. (2016). Hubungan Antara Bimbingan Belajar Dengan Konseling Belajarsiswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kasihan Tahun 2015/2016. Jurnal Bimbingan Belajar, Konsentrasi Belajar.

Prayitno & Erman Amti. (2015). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Setaini, Amelia Cahya, dkk. (2014). Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok. Indonesian Journal Of Guidance And Counseling: Theory And Application. Vol.3.

No.1.

Setyani, Mutia Rahma & Ismah. (2018). Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Matmatika. Vol.1.

Tedja, Rizki Fauzi. (2017). Efektivitas Teknik Bimbingan Literasi Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa. Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling Dan Psikotrapi Islam. Vol.5 No.3.

Tohirin. (2007). Bimbingan Dan Konseling Di sekolah Dan Madrasah. Jakrta: PT Raja Grafindo Persada.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan bimbingan kelompok dilaksanakan secara berkelompok yang artinya pada waktu dan tempat yang sama diberikan layanan bimbingan kepada sejumlah orang (siswa) dengan topik

Pertemuan keempat ini, pemimpin kelompok mengangkat topik mengenai memimpin diri dengan hati. Pertemuan kali ini, dilaksanakan di ruang belajar anggota kelompok karena cuaca

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang

Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorangan maka bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu

Berdasarkan hasil pertemuan pertama dan kedua kegiatan layanan bimbingan kelompok yang diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan bimbingan

Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan bentuk bimbingan kelompok sebanyak 6 kali pertemuan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan self efficacy karir

Keunggulan lain dari layanan bimbingan kelompok adalah membahas sebuah topik yang bersifat umum, kekinian, dan menjadi perhatian bagi para anggota kelompok (Tohirin,

Jurnal Inovasi BK,Volume 1, Nomor 2 Desember 2019 Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Noor Ifansyah 75 MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA DENGAN BIMBINGAN KLASIKAL METODE