Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi dan faktor kunci NaCl dan legin terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Pengaruh NaCl dan Legin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata. L) ".
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi lahan pasang surut di dekat pantai adalah pengaruh dominan garam NaCl (Farid, 2011). Salinitas NaCl yang tinggi dalam tanah dapat menyebabkan terbatasnya serapan air, keracunan ion dan/atau ketidakseimbangan ion (Jones, 2013).
Tujuan Penelitian
Pemberian legin pada tanaman legum dapat memperbanyak bintil akar sehingga nitrogen yang dihasilkan dari bintil akar melalui proses fiksasi nitrogen menjadi lebih tinggi (Suryantini dan Muchdar, 2016). Hasil fiksasi nitrogen dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan daun, batang, akar, bunga dan polong sehingga menghemat penggunaan urea pada tanaman polong-polongan.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman palawija yang tergolong kacang-kacangan, merupakan tanaman semusim setelah padi dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Seringnya hujan akan menyebabkan peningkatan kelembaban udara yang terlalu tinggi, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman Kacang Hijau. Dari kondisi yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang hijau baik tumbuh pada saat musim kemarau tiba.
Menurut Sunart (2013), tanaman kacang hijau tumbuh baik pada tanah yang tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Menurut Suhartina (2012), semua varietas kacang hijau yang sudah ada cocok ditanam di lahan sawah dan lahan kering. Jika gulma tumbuh berlebihan, maka tanaman kacang hijau tidak mendapat unsur hara yang cukup.
BAHAN DAN METODE
Tempat Dan Waktu
Bahan Dan Alat
Rancangan Percobaan
Faktor L adalah takaran Legin yang diberikan, terdiri dari: L0: Tanpa Legin yang diberikan pada kacang hijau L1: Legin 5 g/kg biji kacang hijau.
Pelaksanaan Penelitian
NaCl diberikan sebanyak satu kali yaitu 3 hari sebelum tanam, perlakuan dilakukan dengan cara menimbang garam halus dengan takaran 0,5 g (N1), 1 g (N2), 1,5 g (N3) dengan menggunakan timbangan analitik kemudian masing-masing perlakuan Garam ini dilarutkan dalam satu liter air dan disemprotkan ke seluruh petak penelitian sampai basah, diberikan perlakuan sebanyak satu kali dengan volume 3 liter per petak. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari setelah benih polong-polongan ditanam dan pengairan dihentikan pada saat tanaman polong-polongan berumur 59 hari. Penyiangan selanjutnya dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval penyiangan setiap 2 minggu sekali hingga tanaman mencapai umur panen.
Pemupukan susulan menggunakan NPK sebanyak 2 kali yaitu 10 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam dengan cara ditaburkan disekitar tanaman. Pengendalian hama dilakukan secara preventif yaitu dengan melakukan penyemprotan fungisida Dhitane-M45 WP untuk mencegah serangan jamur dengan dosis 2 g/l air pada umur 30 HST dengan interval penyemprotan 10 hari sebanyak 3 kali yaitu pada sore hari. umur 30, 40 dan 50 HST, hasil tanaman yang disemprot tidak terserang cendawan. Pemanenan dilakukan sebanyak 6 kali dengan ciri-ciri polong berubah warna dari hijau menjadi coklat hitam dan polong muda pecah.
Parameter Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan Relatif
Namun, belum diketahui seberapa banyak garam yang dapat ditoleransi tanaman kacang hijau. Diperlukan masukan tanah berupa N. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman polong-polongan adalah dengan menginokulasi tanaman polong-polongan dengan rhizobia. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, penulis menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh NaCl dan legin terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau” (Vigna radiata. L).
Berdasarkan taksonomi tumbuhan, tumbuhan kacang hijau diklasifikasikan dalam kingdom tumbuhan sebagai berikut: Divisi; Spermatophyta, ayat; Angiospermae, kelas; Magnoliopsida, Ordo; Fabales, Keluarga; Fabaceae, marga; Vigna, spesies; Vigna radiata. Kacang hijau mempunyai banyak manfaat karena mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia. Kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, kacang hijau dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan 50-200 mm/bulan.
Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun bertandan, muncul di dahan dan batang, serta dapat melakukan penyerbukan sendiri. Menurut hasil penelitian Sari (2019), pemberian legin dengan dosis 12 g/kg benih pada benih kacang hijau memberikan pengaruh nyata terhadap BAL, LPR, jumlah bintil akar efektif 28 hari, bobot bintil akar, umur saat panen, jumlah polong yang ditanam, berat 100 biji.
Laju Asimilasi Bersih
Laju pertumbuhan relatif terendah terjadi pada kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan dosis Legin 0 g/kg benih (N3L0) yaitu 0,121 g. Laju pertumbuhan relatif terendah terjadi pada kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan Legin dosis 0 g/kg benih (N3L0) yaitu 0,131 g. Laju pertumbuhan relatif terendah terjadi pada kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan Legin dosis 0 g/kg benih (N3L0) yaitu 0,122 g.
Kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan Legin dosis 0 g/kg benih (N3L0) mempunyai laju asimilasi bersih paling rendah yaitu 0,0029 mg/cm2/hari. Kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan Legin dosis 0 g/kg benih (N3L0) mempunyai laju asimilasi bersih paling rendah yaitu 0,0034 mg/cm2/hari. Kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan Legin dosis 0 g/kg benih (N3L0) mempunyai laju asimilasi bersih paling rendah yaitu 0,0037 mg/cm2/hari.
Jumlah Bintil Akar Efektif 28 Hari
Berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat bahwa interaksi antara pemberian NaCL dan Legin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah simpul akar efektif pada polong. Jumlah buku akar efektif terendah terdapat pada kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan dosis Legin 0 g/kg benih (N3L0). Peningkatan konsentrasi garam NaCl menyebabkan penurunan bintil akar dan menurunkan efektivitas bintil akar secara signifikan.
Berkurangnya jumlah bintil akar diduga disebabkan oleh berkurangnya koloni bakteri Rhizobium yang merupakan faktor pembatas utama pada tanah salin. Oleh karena itu, belum dapat ditentukan konsentrasi garam berapa yang dapat ditoleransi oleh kacang hijau untuk pembentukan tunas akar. Namun dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah NaCl menyebabkan jumlah bintil akar efektif berkurang.
Bobot Bintil Akar
Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian NaCL secara tunggal memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot bintil akar kacang hijau. Bobot umbi akar terberat diperoleh tanpa perlakuan NaCl (N0) 0 g/l air yaitu 0,81 g. Perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan (N1) 0,5 g/l air yaitu 0,70 g. menghasilkan pengurangan nodulasi dan mengurangi berat bintil akar secara signifikan.
Semakin tinggi konsentrasi larutan garam NaCl yang diberikan pada tanaman kacang hijau maka bobot umbi akar pada tanaman tersebut akan semakin rendah. Perlakuan massa umbi akar maksimal adalah pemberian Legin dengan dosis (L2) 10 g/kg benih yaitu 0,96 g berbeda nyata dengan perlakuan (L3) 15 g/kg benih. yaitu 0,69, perlakuan (L1) 5 g/kg benih sebesar 0,54 g, dan massa umbi akar terkecil dicapai pada perlakuan kontrol (L0) tanpa pemberian Legin yaitu 0,44 g. Semakin besar ukuran umbi akar, maka semakin besar pula bobot umbi akar.
Umur Berbunga
Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian NaCl tunggal memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu pembungaan. Lamanya waktu pembungaan pada perlakuan air (N3) NaCl 1,5 g/l disebabkan garam NaCl mempengaruhi masa generatif tanaman dengan cara menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau. Meskipun pembentukan tanaman berbunga dikendalikan oleh faktor genetik, namun faktor lingkungan seperti adanya cekaman garam NaCl juga mempengaruhi lamanya waktu pembungaan pada kacang hijau.Jika dilihat pada Lampiran 2, gambaran kacang hijau varietas Vima-1 tanaman mempunyai umur berbunga 50% yaitu 33 hari setelah tanam.
Perlakuan umur berbunga tercepat adalah pemberian Legin (L2) 10 g/kg benih masing-masing 32,43 hari, tidak berbeda nyata dengan pemberian Legin (L3) 15 g/kg benih berturut-turut 32,83 hari dan legin. perlakuan (L1) 5 g/kg benih 32,92 hari Umur berbunga terpanjang diperoleh pada perlakuan kontrol (L0) tanpa Legin yaitu 33,33 hari. Masa pembungaan lebih cepat jika diberi perlakuan benih Legin (L2) 10 g/kg karena dosis tersebut mampu memberikan keseimbangan unsur hara nitrogen pada tanaman. Karena legin dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi tanaman melalui fiksasi nitrogen oleh rhizobium, maka kemampuan bakteri rhizobium dalam mengikat nitrogen dipengaruhi oleh ukuran, bintil akar, dan jumlah bintil akar, semakin besar ruas akarnya atau semakin banyak akarnya. Nodus yang terbentuk maka semakin banyak nitrogen yang terfiksasi (Arimurti, 2011). Selain ketersediaan nitrogen yang difiksasi oleh rhizobia, terdapat faktor lain yang mempengaruhi umur berbunga tanaman polong-polongan, diduga dipengaruhi oleh faktor genetik, terlihat sudah berhasil mencapai umur berbunga. . sesuai deskripsi tanaman polong-polongan varietas Vima-1, dimana pada Lampiran 2 deskripsi tanaman polong-polongan Varietas Vima-1 mempunyai umur berbunga 50% yaitu 33 hari setelah tanam.
Umur Panen
Lamanya waktu panen pada saat menyiapkan air (N3) NaCl 1,5 g/l harusnya berkaitan erat dengan lamanya pembungaan, sehingga waktu panen juga akan lebih lama, hal ini akibat dari proses pemasakan polong pada tanaman yang bunga muncul lebih dulu. Umur panen yang diperoleh pada penelitian ini tampaknya sesuai dengan Lampiran 2 yang menjelaskan varietas tanaman legum Vima-1 mempunyai umur panen 60–70 hari setelah tanam. Hal ini sejalan dengan Jumin (2014) yang menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menjadi penyebab utama perbedaan umur panen.
Perlakuan yang paling cepat terhadap umur tanaman adalah pemberian Legin dosis (L2) 10 g/kg benih yaitu 59,42 hari, tidak berbeda nyata dengan pemberian Legin (L3) 15 g/kg benih, yaitu 59,83 hari atau Perlakuan Legin (L1) 5 g/kg benih 59,92 hari Masa pembungaan terlama dicapai pada perlakuan kontrol (L0) tanpa pemberian Legin yaitu 60,33 hari. Waktu panen yang lebih cepat bila diberi perlakuan dengan benih Legin (L2) 10 g/kg karena dosis tersebut dapat memberikan keseimbangan unsur hara. Hal ini sejalan dengan Jumin (2014) yang menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menjadi penyebab utama perbedaan umur panen.
Berat Biji Pertanaman
Berdasarkan data pada Tabel 8 terlihat bahwa interaksi antara pemberian NaCL dan legin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot benih kacang hijau yang ditanam. Berat benih tanam terkecil terdapat pada kombinasi perlakuan NaCl konsentrasi 1,5 g/l air dan dosis legin 0 g/kg benih (N3L0) yaitu 9,54 g. Pada praktek kombinasi (N0L2) dapat meningkatkan bobot biji kacang hijau, karena pada praktek ini inokulum legina dapat terjadi dengan baik perkembangan bakteri rhizobium menginfeksi tanaman inang dan membentuk bintil akar tanpa ada hambatan karena pengaruh garam, sehingga fiksasi nitrogen dapat berlangsung dengan baik, sehingga pertumbuhan tanaman juga baik.
Hasil penelitian Mayani dan Hapsaroh (2011) menunjukkan bahwa pemberian pakan Rhizobium pada tanaman kedelai meningkatkan bobot 100 benih dan bobot benih yang ditanam. Sedangkan pada perlakuan kombinasi N3L0 terjadi penurunan bobot bibit yang ditanam, karena pada perlakuan tersebut bakteri tidak dapat melakukannya. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pada Gambar 2 terdapat hubungan kuadrat antara konsentrasi NaCl dengan berat bibit tanaman. Persamaan regresi yang diperoleh adalah hubungan kuadrat antara konsentrasi NaCl dengan berat biji tanaman tidak nyata, karena (P = 0,14).
Berat 100 Biji
KESIMPULAN DAN SARAN
- Jadwal Kegiatan Penelitian
- Deskripsi Kacang Hijau Varietas Vima-1
- Layout Penelitian Dilapangan
- Tabel Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
- Dokumentasi Penelitian