• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh lingkungan, perilaku, dan pengetahuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh lingkungan, perilaku, dan pengetahuan"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sedangkan pada tahun 2004, dilaporkan 2.598 kasus DBD (termasuk data Sulawesi Barat) dengan 19 kematian (CFR=0.7%). Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor tuan rumah, lingkungan dan virus itu sendiri. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) patut diwaspadai, terutama pada musim hujan dengan intensitas tinggi.

Rumusan masalah

Kecamatan rawan penyebaran DBD antara lain Desa Sudiang Raya, Daya, Tamalanrea Jaya, Tamalanrea Indah, Parangloe, Tamalanrea, Mariso, Lette, Barombong, Pattingaloang Baru dan Pattingaloang. Identifikasi daerah sebaran DBD terbanyak terdapat di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Wajo, Ujungpandang, Mamajang, Panakkukang, Ujung Tanah, Makassar, Mariso dan Tamalate. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Kejadian Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Makassar lebih tepatnya Kecamatan Mamajang Kota Makassar.

Tujuan penelitian

Manfaat penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Demam Berdarah Dengue

  • Defenisi
  • Etiologi
  • Epidemologi
  • Patogenesis
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Penatalaksanaan

Penelitian ini juga mencari hubungan antara SPAL (air limbah) dengan kejadian DBD. Dalam penelitiannya Sumekar menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keberadaan jentik (p=0,35), hal ini mendukung penelitian tersebut, dimana secara tidak langsung dapat kita nyatakan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian DBD. Dalam penelitian ini mereka juga mencari hubungan antara SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) di dalam rumah dengan kejadian DBD.

Gambar : hipotesis secondary heterologous infection
Gambar : hipotesis secondary heterologous infection

Faktor Mempengaruhi Tingkat Kejadian DBD

  • Vektor
  • Proses Penularan
  • Tinjauan Umum tentang Lingkungan dan Perilaku 30

KERANGKA KONSEP

  • Dasar pemikiran variable yang diteliti
  • Kerangka konsep
  • Variabel Penelitian
  • Defenisi operasional
  • Hipotesis

Dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,4-5,8 yang berarti wadah bekas tidak menjadi faktor risiko penyakit DBD. Penelitian ini juga mencari hubungan antara SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) di luar rumah dengan kejadian DBD. Dalam penelitiannya mencari hubungan antara SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) dalam rumah dengan kejadian DBD.

Gambar 3.1 kerangka konseptual variable yang diteliti  3.3. Variabel  Penelitian
Gambar 3.1 kerangka konseptual variable yang diteliti 3.3. Variabel Penelitian

METODE PENELITIAN

Desain penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan data primer berupa kuesioner. Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross-sectional, yaitu penelitian yang pengukuran variabel-variabel yang dipengaruhi dan dipengaruhi dilakukan pada titik dan waktu yang sama. Penelitian observasional analitik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peranan faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Mamajang Kota Makassar.

Tempat dan waktu penelitian

Selain itu diperoleh p-value sebesar 0,018 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Selain itu, nilai Prevalence Odds Ratio ditetapkan sebesar 0,8 dengan interval kepercayaan 95% sebesar 0,1-4,0 artinya tong sampah bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD. Dengan interval kepercayaan 95% nilainya 0,2-3,0 artinya penggunaan abate bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD.

Selain itu, diperoleh Prevalence Odds Ratio sebesar 0,2 dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,04-2,0 yang berarti embun tidak menjadi faktor risiko penyakit DBD. Selain itu diperoleh p-value sebesar 0,007 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Prevalence Odds Ratio sebesar 0,8 dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,1-4,0 yang berarti sampah bukan merupakan faktor risiko terjadinya DBD.

Polupasi dan sampel penelitian

Kriteria seleksi

Jenis dan Instrumen Penelitian

Managemen data

Analisis data

Etika penelitian

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi karaktersitik subjek

Analisis Univariat

Distribusi responden berdasarkan pengetahuannya tentang DBD. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik tentang DBD yaitu sebanyak 64 subjek (67,4%). Berikut tabel sebaran pengetahuan responden tentang DBD (tabel 5.3). Sebaran responden berdasarkan perilaku demam berdarah dengue meliputi kegiatan 3M, penggunaan abate, dan kebiasaan. Untuk kegiatan 3M sebagian besar subjek melakukan 3M sebanyak 59 subjek (62,1%). Saat menggunakan abates, sebagian besar subjek tidak menggunakan abates yaitu sebanyak 66 subjek (69,5%).

Dan untuk kategori kebiasaan pengobatan diperoleh 74 subjek (77,9%) sudah terbiasa menggunakan obat nyamuk bakar.

Tabel 5.2 Distribusi riwayat kejadian DBD dalam keluarga
Tabel 5.2 Distribusi riwayat kejadian DBD dalam keluarga

Analisis Bivariat

PEMBAHASAN

Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan

Selain itu, diperoleh Prevalence Odds Ratio sebesar 0,2 dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,05-0,7 yang berarti pengetahuan bukan merupakan faktor risiko DBD. Menurut Roger dalam Djamaludin Ancok (1985), pengetahuan tentang suatu objek tertentu sangat penting untuk perubahan perilaku yang merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Selanjutnya dikatakan seseorang akan memutuskan untuk menerima atau menolak perilaku baru atau ide baru tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti, (2005) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan keberadaan jentik Aedes dengan hasil uji kuadrat menunjukkan p = 0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto (2005), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan kegiatan PSN DBD dengan p = 0,000 dan OR : 3,97, namun penelitian ini juga menemukan bahwa pengetahuan responden tidak berhubungan dengan keberadaan jentik (p = 0,62). Sumekar (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keberadaan jentik (p=0,35) sehingga hal ini mendukung penelitian ini dimana secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kurangnya pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kejadian jentik. DBD.

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Fathi dkk (2005). Fathi menemukan bahwa pengetahuan responden tidak berpengaruh terhadap peristiwa.

Hubungan Antara Variabel Lingkungan dengan

Yudhastuti juga menemukan adanya korelasi antara jumlah wadah yang menjadi tempat perkembangbiakan dengan keberadaan jentik Aedes (p. Semakin banyak wadah maka semakin besar potensi tempat perkembangbiakannya. Selanjutnya diperoleh Prevalence Odds Ratio sebesar 0,4 dengan nilai 95 % nilai interval kepercayaan sebesar 0,1-1,5 yang berarti SPAL di rumah bukan merupakan faktor risiko penyakit DBD, selain itu diketahui nilai Prevalence Odds Ratio sebesar 0,5 dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,1-2,0 yang artinya SPAL berada di luar rumah, bukan merupakan faktor risiko terjadinya DBD.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang mempunyai tempat sampah sebanyak 72 orang tidak menderita BDB. Keadaan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyasa et.al (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan tong sampah di sekitar rumah responden dengan keberadaan vektor DBD. Sedangkan keberadaan sampah dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tidak ada hubungannya, karena penelitian ini dilakukan pada musim kemarau (kemarau), sehingga tidak ada penampungan air hujan. dalam limbah padat yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembang biak. 24.

Penelitian terkait tempat sampah juga pernah dilakukan oleh Farid Setyo Nugroho bahwa berdasarkan hasil analisis Fisher’s Exact dengan program SPSS 16 didapatkan nilai p = 0,504 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara sampah dengan sampah. . keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009. Keberadaan sampah di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali yang cukup banyak dan bervariasi memang menjadi tempat yang cukup beresiko bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan terdapat sampah pada 39 (57%) responden dan 40 orang menemukan keberadaan jentik Aedes aegypti pada dua kaleng bekas responden dan 29 (43%) responden tidak menemukan keberadaan jentik Aedes aegypti. limbah padat sehingga keberadaan jentik Aedes aegypti juga tidak ditemukan. .

Namun hasil analisis statistik menunjukkan bahwa keberadaan jentik Aedes aegypti pada sampah tidak menunjukkan hubungan yang nyata.

Hubungan Antara Variabel Perilaku dengan

Kajian Al-Quran

Islam Mengajarkan Kebersihan

Secara singkat, kebersihan dapat diartikan sebagai keadaan tidak adanya noda dan kotoran, baik terlihat oleh mata maupun tidak. Oleh karena itu, dalam Islam, menjaga kebersihan harus mencakup dua aspek, yaitu kebersihan jasmani dan kebersihan rohani. Persoalan kebersihan berkaitan dengan agama, persoalan terpenting dalam kehidupan seorang muslim.

Ajaran Islam banyak berbicara tentang kebersihan dan kesucian, misalnya wudhu, mandi, tayammum dan cara menghilangkan hadast dan najis. Berdasarkan bukti di atas, jelas bahwa persoalan kebersihan mendapat tempat yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, wajar jika orang yang selalu bersih dan suci, baik lahir maupun batin, sangat dicintai Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222). Kemudian perhatikan dua hadis pemimpin kita, pemimpin umat, Nabi yang paling mulia, Rasul yang paling agung. Islam itu bersih, maka jagalah kebersihan kamu, yang masuk syurga hanyalah orang yang bersih.” (HR. Baihaqi).

Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi orang yang beriman mengabaikan kebersihan dan kesucian.

Peranan Kebersihan Bagi Kehidupan Pribadi

Tempat tinggal merupakan suatu tempat dimana kita tinggal dan berkumpul bersama ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan dan lain-lain. Lokasi rumah, kamar mandi harus selalu dibersihkan agar serangga pembawa penyakit seperti lalat dan nyamuk tidak bersarang di tempat tersebut. Selain mencegah penyakit, kebersihan lingkungan tempat tinggal akan membuat penghuninya merasa nyaman, tenang dan damai.

Tempat ibadah seperti masjid dan musala merupakan tempat beribadah kepada Allah SWT dan kegiatan kebajikan lainnya. Jika tempat ibadah tidak bersih maka ibadah akan terganggu dan masyarakat enggan datang ke tempat tersebut. Jadi, meskipun masjid sudah memiliki petugas kebersihan, sebaiknya kita tidak memberikan tanggung jawab kepada mereka untuk menjaga kebersihan masjid.

Lokasi tersebut bukan milik pribadi, misalnya terminal, pasar, stasiun, halte, tempat rekreasi, dan lain-lain. Apabila tugas tersebut dapat kita laksanakan dengan baik, berarti kita telah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain (manusia). Dan Allah SWT pasti akan memberikan pahala (pahala) yang setimpal bagi kita yang telah berbuat baik.

Namun kenyataannya, kita masih menemukan tempat-tempat kotor, bahkan sangat kotor dimana-mana.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini ditemukan beberapa pengaruh faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian DBD di Kecamatan Mamajang Kota Makassar, sehingga diperlukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya wabah DBD. Observasi lingkungan dan perilaku rumah tangga dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur mengenai riwayat kejadian DBD di rumah tangga, pengetahuan tentang DBD, kegiatan 3M, penggunaan abate, kebiasaan menggunakan obat nyamuk, pelaksanaan fogging/penyemprotan dan keberadaan air bersih. wadah, wadah bekas dan melakukan pengamatan langsung terhadap saluran pembuangan dan tempat sampah. Selain itu ditemukan nilai rasio prevalensi sebesar 0,4 dengan nilai Confidence Interval 95% sebesar 1,2-1,5 yang berarti variabel wadah tidak menjadi faktor risiko DBD.

Selain itu ditemukan nilai rasio prevalensi sebesar 0,2 dengan nilai Confidence Interval 95% sebesar 0,1-1,0 yang berarti variabel aktivitas 3M bukan merupakan faktor risiko DBD. Selanjutnya ditemukan rasio prevalensi bahaya sebesar 1,5 dengan nilai interval kepercayaan 95% sebesar 0,3-7,4 yang berarti obat nyamuk bakar bukan merupakan faktor risiko DBD. Pada kelompok responden yang tidak pandai menggunakan obat nyamuk bakar, 26,3% mempunyai anggota keluarga yang menderita DBD dan 73,7%.

Pada kelompok responden yang menggunakan obat nyamuk dengan benar, fenomenanya sedikit berbeda yaitu 35,0% mempunyai kasus DBD dan 65,0% tidak mempunyai kejadian DBD di keluarganya.

Gambar

Table 1 : Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus  Tabel 2 : Distribusi Karakteristik Responden
Gambar 1 : Hipotesis secondary heterologous infection   Gambar 2 : Manifestasi Infeksi Virus Dengue
Gambar : hipotesis secondary heterologous infection
Gambar ..Manifestasi infeksi virus dengue
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanya Jawab 2 x 50’ Mendiskusikan Pendidikan Anti Korupsi Mahasiswa dapat menganalisis Pendidikan Anti Korupsi Tugas/ 5% 11 Analisis Wawasan Nusantara sebagai Geo Politik