• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN

N/A
N/A
Hilmi Yatun Solehah

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK

USIA 5-6 TAHUN

Daris Siti Sekarmaji¹, Warananingtyas Palupi¹, Adriani Rahma P.¹

¹Program Studi PG-PAUD Universitas Sebelas Maret

Email: [email protected],[email protected],[email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quassi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok B Taman Kanak-kanak Al Islam 12 Grogol Sukoharjo yang terdiri dari 40 anak.

Sampel yang digunakan peneliti sejumlah 20 anak dengan teknik pengambilan sampel sampling sistematis. Validitas instrumen menggunakan validitas konstruk. Teknik pengumpulan data melalui tes untuk mengukur kemampuan berhitung anak. Uji normalitas dan homogenitas menggunakan shapiro wilks dan levene test for equality of variance. Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik parametrik setelah data dinyatakan normal dan homogen dengan taraf signifikansi > 0,05. Uji hipotesis menggunakan t-test dengan SPSS 15 for windows.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun, terlihat dari adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (𝝆 <

𝟎, 𝟎𝟓). Kedua, hasil kedua kelompok menunjukkan adanya peningkatan, rata-rata pretest kelompok eksperimen dari 22,85 meningkat menjadi 27,45 pada saat posttest, sedangkan nilai rata- rata kelompok kontrol dari 24,15 pada saat pretest menurun menjadi 23,35 pada saat posttest.

Kata Kunci: metode multisensori, kemampuan berhitung.

ABSTRACTThe purpose of this research is to know the influence of multisensory method against numeracy ability of children aged 5-6 years old.This research was a quantitative of quasi- experiment with design nonequivalent control group design.Population in this research was group B kindergarten of Al Islam 12 Grogol Sukoharjo which consist of 40 children. The sample used by researchers consist of 20 children with systematic sampling technique. Instrument validity used construct validity. Data collection techniques through tests to measure the ability of numeracy of children. Normality and homogeneity test used shapiro wilks and levene test for equality of variance. Data analysis in this study used parametric statistic after data stated normal and homogeneous with signicance level > 0,05. Test the hypotesis used t-test with SPSS 15 for windows.

The result findings show: first, there is an influence of multisensory method against numeracy ability of children aged 5-6 years old, it is proven by the significant different that is found experiment group (𝝆 < 𝟎, 𝟎𝟓).Second, The average pretest experimental group increased from 22,85 to 27,45 during the posttest, while the average value pretest of 24,15 in the control group to 23,35 at the posttest time.

Keywords: multisensory method, numeracy ability

(2)

PENDAHULUAN

Pembelajaran yang dilakukan di TK bertujuan untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki oleh anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimilikinya seperti aspek nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisikmotorik, sosialemosi, dan seni. Diharapkan anak mampu menguasai dengan baik beberapa kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai dengan aspek perkembangannya. Ditinjau dari aspek kognitif, salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan anak usia dini adalah pembelajaran matematika.

Passolunghi, et al., (2015) menjelaskan bahwa memiliki kemampuan matematika penting untuk keberhasilan di sekolah dan kehidupan sehari-hari. Foster, et al., (2015) juga menambahkan bahwa pembelajaran matematika di usia dini sangat penting untuk menempatkan anak-anak pada pendidikan yang positif.

Salah satu cabang dari matematika adalah berhitung.

Kemampuan pembelajaran berhitung bagi anak TK berbeda dengan pembelajaran matematika di tingkat selanjutnya, karena penanaman keterampilan dan pengembangan kemampuan berhitung perlu diciptakan dalam proses

pembelajaran. Pedoman

pembelajaran permainan berhitung di TK (Depdiknas, 2007) dijelaskan bahwa “Berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan

keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari- hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi perkembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.”

Berdasarkan observasi di TK Al Islam 12 proses pembelajaran dikelas masih menjadi permasalahan, khususnya dalam hal berhitung.

Fenomena yang ada di TK menunjukkan bahwa metode yang digunakan guru dalam mengajarkan berhitung kepada anak belum bervariasi dan masih menggunakan pembelajaran klasikal. Anak hanya

(3)

belajar di kelas, mendengarkan guru, melihat papan tulis atau media gambar, pemberian tugas berupa lembar kerja atau LKA, kemudian anak diminta menuliskan hasil hitungan di lembar kerja tersebut, sehingga anak cepat bosan, kurang tertarik dan kurang konsentrasi pada pembelajaran karena dalam prosesnya hanya dengan menghafal.

Ditemukan fakta berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas, masih ada anak yang belum memiliki kemampuan berhitung secara optimal. Terdapat beberapa anak yang belum menguasai atau mengurutkan angka sesuai dengan urutan yang benar dari 1 - 20, pemahaman mengenai besar- kecil, panjang-pendek, dan banyak sedikitnya benda, serta pemahaman mengenai berhitung dengan benda atau gambar. Realita masalah di atas menggambarkan bahwa belum optimalnya anak dalam kemampuan berhitung, hal ini disebabkan oleh faktor permasalahan baik dari guru, anak, maupun media sebagai pendukungnya.

Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun

Disebutkan pada standar perkembangan anak (Depdiknas, 2007) usia 5-6 tahun secara kognitif khususnya matematika sudah dapat melakukan banyak hal, diantaranya;

(1) menyebut dan membilang 1 s/d 20; (2) mengenal lambang bilangan;

(3) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan; (4) membuat urutan bilangan dengan benda-benda; (5) membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih sedikit dan lebih banyak; (6) menyebut hasil penambahan dan pengurangan dengan benda.

Tahapan anak usia 2-7 tahun (praoperasional) yang mengacu pada penelitian Piaget, maka berdasarkan (Depdiknas, 2007) tahapan bermain hitung di TK seyogyanya dilakukan melalui 3 tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika, diantaranya:

1. Penguasaan konsep

Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret, seperti pengenalan

(4)

warna, bentuk, dan menghitung bilangan.

2. Masa transisi

Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, benda konkret tersebut masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.

3. Lambang

Tahap ini anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagian jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.

Pada anak usia 5-6 tahun, kemampuan berhitung yang harus dimiliki anak adalah membilang atau menyebutkan urutan bilangan 1-20, mengurutkan benda berdasarkan panjang-pendek, banyak-sedikit, atau besar-kecil, serta menghitung dan menyebutkan hasil penambahan dengan benda.

Metode Multisensori

Tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan

metode pembelajaran yang optimal, maka untuk meningkatkan hasil belajar anak dalam pembelajaran matematika anak usia dini adalah dengan menggunakan metode multisensori. Shams dan Seitz (2008) menjelaskan bahwa pendidik dan dokter telah lama percaya bahwa pelatihan multisensori dapat meningkatkan pembelajaran.

Metode multisensori merupakan metode yang melibatkan dan mengaktifkan seluruh sensori yang ada yaitu penglihatan, pendengaran, indera peraba, dan gerakan-gerakan yang ada atau lebih dikenal dengan metode VAKT (visual, audio, kinestetik, dan tartil).

The Department for Education and Skills (DfES) (2004) mendefinisikan bahwa multisensori terdiri dari penggunaan penglihatan, pendengaran, dan kinestetik, yang terkadang digunakan pada waktu yang bersamaan.

Metode multisensori dalam praktiknya diterapkan dengan menggunakan alat bantu yang mewakili fungsi dari masing-masing alat indera yang ada. Lebih banyak indera yang dirangsang, maka akan

(5)

semakin banyak informasi yang didapat. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses pembelajaran. Gorjian (2012) menjelaskan bahwa pembelajaran akan lebih mudah ketika disajikan menggunakan semua rangsangan (mendengar, melihat, dan bergerak).

Seperti yang diungkapakan Edja (1995) semakin banyak benda yang dilihat, didengar, diraba, dimanipulasi, dirasa, dan dicium, maka akan semakin pesat berlangsungnya persepsi dan makin banyak tanggapan yang diperoleh maka makin berkembang pula aspek perkembangannya.

Metode multisensori adalah metode yang dapat digunakan untuk anak normal ataupun anak berkebutuhan khusus, terutama bagi anak dyslexia. Jamaris (2014) menjelaskan bahwa dyslexia merupakan ketidakmampuan dalam mengenal huruf dan mengucapkan bunyi huruf. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan dalam presepsi visual dan auditori, yang ditunjukan dalam membaca huruf atau kata

terbalik dan ketidakmampuan dalam mendengarkan ucapan huruf-huruf secara baik. Walaupun demikian, metode ini juga pernah ditiliti bagi anak normal, terutama bagi anak TK.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik mengkaji lebih dalam tentang pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan berhitung anak TK. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Multisensori terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun”.

METODE

Penelitian ini merupakan quasi experimental design menggunakan non equivalent control group design yang dilaksanakan selama 1 tahun 8 bulan, mulai bulan februari 2016 hingga bulan September 2017.

Sampel dalam penelitian ini adalah 20 anak sebagai kelompok eksperimen dan 20 anak sebagai kelompok kontrol, usia 5-6 tahun TK Al Islam 12 Gedangan Grogol Sukoharjo.

(6)

Validitas instrumen menggunakan validitas konstruk.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diadaptasi dari Permendiknas No.58 tahun 2009.

Validitas instrumen menggunakan validitas konstruk. Analisis data menggunakan t-test dengan SPSS for windows untuk mengetahui pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan anak usia 5-6 tahun.

Uji normalitas dan homogenitas menggunakan shapiro wilks dan levene test for equality of variance. Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik parametrik setelah data dinyatakan normal dan homogen dengan taraf signifikansi > 0,05. Uji hipotesis menggunakan t-test dengan SPSS 15 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

Kedua uji prasyarat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal

dan homogen, sehingga masuk dalam kategori statistik parametrik.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Shapiro Wilks, dengan dasar keputusan bahwa data yang normal akan menunjukkan 𝝆>0,05.

Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil mewakili populasi.

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis levene test for equality of variance, dengan dasar pengambilan keputusan bahwa data dinyatakan homogen jika 𝝆>0,05. Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitianini mempunyai varian yang sama.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut.

(7)

Tabel 1.Hasil uji independent sample t-test

N M 𝝆

Pretest Eksperimen Pretest Kontrol

20 20

22,85 24,15

0,521 0,522 Posttest

Eksperimen Posttest Kontrol

20 20

27,45 23,35

0,035 0,035

Berdasarkan tabel diatas, bahwa hasil sebelum perlakuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedan yang signifikan, sedangkan setelah adanya perlakuan hasil analisis menunjukkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.Kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan dengan soal lisan dan soal tertulis atau LKA mengalami kesulitan saat posttest, sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan nilai dari hasil posttest, karena penggunaan metode multisensori yang diberikan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diketahui bahwa rata-rata posttest kelompok eksperimen terbukti meningkat apabila dibandingkan dengan rata-

rata posttest kelompok kontrol.

Beberapa hal yang melandasi bahwa metode multisensori memiliki pengaruh dalam kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:

Keterlibatan indera yang dipakai memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berhitung anak, karena metode multisensori ini mampu mendorong semua anak untuk ikut dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Gorjian (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran akan lebih mudah ketika disajikan menggunakan semua rangsangan (mendngar, melihat, dan bergerak).

Penerapan metode

multisensori tidak jauh dari permainan dan pengalaman langsung yang di dapat oleh anak. Hal ini dapat mmberikan kemudahan bagi anak untuk memahami pembelajaran matematika terutama berhitung secara langsung. Minnetosa (2015) menerangkan bahwa pembelajaran taktil dilakukan dengan baik melalui rasa sentuhan, seprti menggunakan tangan dan jari-jari.

Pengajaran yang dilakukan oleh guru kepada anak dalam

(8)

penerapan metode ini, membantu anak dalam memahami dan mengingat informasi tentang angka dan tulisan. Meier (2002) menjelaskan bahwa belajar visual berarti belajar dengan mengamati dan menggambar.

Dampak dari metode multisensori yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, karena kemampuan berhitung merupakan salah satu pembelajaran matematika yang penting untuk diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan masalah sensori Prayitno dan Amti (2000) menyatakan bahwa:

“makin banyak indera anak yang terlibat dalam proses belajar maka makin mudah dan pahamlah anak dengan apa yang dipelajari”.

Dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak, peneliti memberikan perlakuan dengan menerapkan metode multisensori sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemberian kesempatan pada untuk mengeksplorasi kemampuan

berhitungnya melalui kegiatan yang telah dipilih.

Pertama, pembelajaran dengan menggunakan seluruh indera memiliki peranan penting dalam mencapai peningkatan kemampuan berhitung. Peningkatan kemampuan berhitung ini ditunjukkan dalam pemberian perlakuan kelompok eksperimen. Pertama, dibuktikan dengan kegiatan mengenal kartu angka 1-20 timbul sebagai media yang digunakan guru untuk menjelaskan bentuk dan ciri-ciri setiap angka. Perlakuan yang diberikan, guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dalam memahami, membaca, meraba, dan menulis setiap angka selama pembelajaran.

Sehingga anak akan belajar memahami angka dan lambang, urutan angka, dan perbandingan.

Pada kelompok kontrol, guru memberikan pembelajaran seperti biasanya, menggunakan LKA sebagai acuan pembelajaran sehari- hari.

Kedua, anak belajar mengenal pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan 1-10.

(9)

Perlakuan yang diberikan, guru menyiapkan kartu angka berisi jumlah benda dan bentuk simbol yang dipakai, seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), dan sama dengan (=). Guru mengajak anak untung belajar berhitung menggunakan jari, membaca simbol yang dipakai, dan penggunan tanya- jawab, sehingga dalam pembelajaran kemampuan, konsep yang dipelajari akan lebih bermakna.

SIMPULAN

Penelitian ini mengkaji tentang metode multisensori yang merupakan suatu metode yang melibatkan indera pada anak.

Didukung penggunaan berbagai media pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, menarik, dan menyenangkan. Berdasarkan penelitian setelah dilakukan analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan berhitung pada anak.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pretest 22,85 meningkat menjadi 27,45 setelah dilakukan

posttest. Penyampaiannya dari guru yang menarik ditambah dengan menggunakan media yang bervariasi dapat memberikan ketertarikan pada anak dalam pembelajaran.

Pengulangan komponen yang diterapkan dalam pelaksanaannya dapat memberikan rasa ingin tahu anak dan memancing daya ingat agar

lebih mudah memahami

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Department for Education and Skills (2004) A framework for understanding dyslexia, Diperoleh 20 Maret 2016, dari www.dfes.gov.uk/readwriteplu s/understandingdyslexia.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen.

Edja, R. (1995). Metode Multisensori

dan Efektivitas

Penggunaannya. Jakarta:

Rosydakarya.

Foster, M.E., Anthony, J.L., Clements, D.H., Sarama.,

&J.H. (2015). Processes in The Development of Mathematics in Kindergarten Children from Title 1 Schools. Journal of

Experimental Child

Psychology, 140, 56-73.

(10)

Gorjian, B., Alipour, M., &

Saffarian, R. (2012). The Effect of Multisensory Techniques on Reading Comprehension among Pre- Intermediate EFL Learners:

The Case of Gender. World Science Publisher, 1(2).

Jamaris, M. (2014). Kesulitan Belajar Prespektif, Asesmen, dan Penanggulangannya bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia.

Meier. (2002). Pendekatan Pembelajaran : SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Diperoleh 3 September 2016, dari http://www.eurekapendidikan.c om/2015/04/pendekatan- pembelajaran-savi- somatis.html

Minnetosa. (2015). Multisensory Activities to Teach Reading Skills. Diperoleh 3 September

2016, dari

https://mnliteracy.org/sites/defa ult/files/multisensory_techniqu es_to_teach_reading_skills.pdf Passolunghi, M.C, Lanfranchi, S.,

Altoe, G., Sollanzzo, N.

(2015). Early Numerical Abilities and Cognitive Skills in Kindergarten Children.

Journal of Experimental Child Psychology, 135, 25-42.

Prayitno & Amti, E. (2000). Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Shams, L. & Seitz, A.R. (2008).

Benefits of Multisensory Learning. Department of Psychology.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, hipotesis yang menyatakan “Diduga melalui metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak TK

Upaya Peningkatan Kemampuan kognitif Anak Melalui Metode permainan berhitung hasil kebun Pada Anak Usia Dini Di TK Bendungan II Kedawung Kecamatan Kedawung Kabupaten

Terdapat pengaruh yang sangat signifikan terhadap penggunaan media pohon hitung berbasis PAIKEM terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di TK EDUCATION 21 Kulim

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh media papan flanel angka terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak usia 5-6 tahun di TK Kemala

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berhitung anak usia dini pada anak usia 5-6 tahun yang ada di lembaga Bimbingan Belajar “Bu Lilik” Kecamatan Boyolangu

Bagi anak usia 5-6 tahun bermain sambil belajar berhitung tidak mudah, namun para orangtua dan guru hendaknya tetap berusaha memberikan yang terbaik

Kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun di TK Lancang Kuning Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi dilihat dari kemampuan anak dalam menyebut hasil

2018 | Seminar Nasional Pendidikan Dasar 570 IMPLEMENTASI METODE BERNYANYI ANGKA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI Rita Novita1, Fitriah Hayati2,