• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai Biopestisida Ulat Grayak Spodoptera Frugiperda J.E.S

N/A
N/A
Sayyidus Dzaki Abrori

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai Biopestisida Ulat Grayak Spodoptera Frugiperda J.E.S"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

frugiperda J.E.S

Mikael Sitohang H1031191063

Usulan Penelitian

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2022

(2)

Terhadap Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

Nama : Mikael Sitohang

NIM : H1031191063

Progarm Studi : KIMIA

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

H. Afghani Jayuska, S.Si., M.Si Ir. Kukuh Hernowo, M.Phil. Ph.D

NIP. 197107072000121001 NIP. 196804181993031002

Mengetahui, Ketua Jurusan Kimia

Dr. Andi Hairil Alimuddin, M.Si NIP. 197109202000031002

ii

(3)

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

1. Latar Belakang...1

2. Rumusan Masalah...2

3. Tujuan Penelitian...2

4. Manfaat Penelitian...3

5. Tinjauan Pustaka...3

5.1 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)...3

5.2 Minyak Atsiri...4

5.3 Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS)...6

5.4 Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S...7

5.5 Biopestisida...9

6. Metodologi...10

6.1 Waktu dan Tempat...10

6.2 Alat dan Bahan...10

6.3 Prosedur Kerja...10

7. Rencana Penelitian...14

8. Daftar Pustaka...14

iii

(4)

Gambar 5. 3 Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Destilation)...5

Gambar 5. 4 Penyulingan Uap...6

Gambar 5. 5 Kromatogram Minyak Atsiri Daun Cengkeh...7

Gambar 5. 6 Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.Smith...7

Gambar 5. 7 Siklus Hidup Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S...8

iv

(5)

1. Latar Belakang

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan pertanian dan peningkatan perekonomian Indonesia. Jagung merupakan salah satu serealia (biji-bijian) yang strategis di mana mempunyai nilai ekonomis serta peluang yang dapat dikembangkan karena sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (Nelly., 2022; Silap and Caroulus., 2022). Pembudidayaan jagung memiliki kendala yang menyebabkan rendahnya hasil produksi jagung antara lain adalah serangan hama. Hama merupakan serangga yang merusak tanaman dan merugikan petani dari segi ekonomi yang dapat menurunkan hasil panen. Salah satu hama yang menyerang tanaman jagung adalah serangga ulat grayak (Cahyono, et al., 2017).

Ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S merupakan hama invasif yang menyerang tanaman jagung (Zea mays) pada saat fase pertumbuhan tanaman jagung dari umur muda (vegetatif) hingga fase pembungaan (generatif). Tanaman jagung yang diserang oleh ulat grayak terdapat pada pucuk tanaman, daun yang terbuka hingga pada tongkol jagung (Pebrianti dan Hamdan, 2021). Ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S merusak tanaman dengan cara mengerek daun di mana larva instar 1 memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan epidermis, larva instar 2 dan 3 memakan daun pada bagian tepi dan dalam daun, dan larva instar akhir menyebabkan kerusakan pada bagian tulang daun dan batang tanaman. Kepadatan populasi ulat grayak adalah 0,2 hingga 0,8 larva per tanaman dan dapat mengurangi hasil hingga 5 sampai 20% (Nonci, et al., 2019).

Kerusakan yang diakibatan oleh ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S sangat besar dan dapat menurunkan hasil produksi sehingga petani menggunakan pestisida sebagai penanggulangannya. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan dalam membunuh dan mengendalikan hama. Pestisida digolongkan berdasarkan fungsi mekanisme biologisnya atau metode aplikasinya. Penggunaan pestisida dapat memberikan hasil yang baik tetapi penggunaan pestisida yang berlebihan memberikan dampak negatif (Arif., 2015).

(6)

Pengendalian hama tamanan pada saat ini lebih diarahkan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan pengendalian dengan mengutamakan pemanfaatan agen pengendalian nabati atau biopestisida sebagai komponen utama karena pemanfaatannya dalam pengelolaan hama dapat memberikan hasil yang optimal dan relatif aman bagi makhluk hidup dan lingkungan. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan bahan pestisida alami adalah daun cengkeh.

Daun cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung senyawa aktif eugenol sehingga dapat memberikan toksisitas kontak yang dapat digunakan sebagai insektisida yang kuat dengan efek anti serangga lainnya seperti antifeedant (Fateha, et al., 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Astri, (2022) menjelaskan bahwa ekstrak daun cengkeh menyebabkan mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura) dengan kematian sebesar 87% pada konsentrasi 40%. Penelitian yang dilakukan oleh Astuthi et al. (2012), juga menjelaskan bahwa minyak cengkeh dapat menyebabkan kematian terhadap ulat bulu dengan konsentrasi 10%, 5%, 2%, 1% adalah 100%, 82%, 78%, dan 68% berturut-turut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) dalam menekan perkembangan populasi ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana efektivitas minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap aktivitas insektisida dan antifeedant pada ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S?

2. Pada konsentrasi berapa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) dapat berpengaruh terhadap aktivitas insektisida dan antifeedant pada ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

(7)

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui efektivitas minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap aktivitas insektisida dan antifeedant pada ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S.

2. Mengetahui pada konsentrasi berapa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) dapat berpengaruh terhadap aktivitas insektisida dan antifeedant pada ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terkait pengendalian hama ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S menggunakan minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) dan menambah informasi sebagai sumber acuan penelitian selanjutnya.

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan salah satu rempah-rempah yang telah digunakan sebagai pengawet makanan dan pengobatan yang termasuk ke dalam famili Myrtaceae (Jannah, et al., 2020). Tanaman cengkeh memiliki kandungan senyawa fenolik seperti eugenol, eugenol asetat dan asam galat yang memiliki potensi yang sangat besar untuk farmasi, kosmetik, makanan dan aplikasi pertanian (Cortés-Rojas, et al., 2014). Klasifikasi tanaman cengkeh menurut Suparman et al (2020) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales Juss. Ex Bercht. & J.Presl Famili : Myrtaceae Juss

Genus : Syzygium Gaertn

Spesies : Syzygium aromaticum (L.)

(8)

Gambar 5. 1 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum) (Danthu, et al., 2014)

Cengkeh memiliki bau yang khas yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat pada bunga (10-20%), tangkai (5-10%), dan daun (1-4%) (Cortés-Rojas, et al., 2014). Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) berwarna kekuningan dengan aroma khas minyak daun cengkeh. Minyak daun cengkeh cepat menguap pada suhu kamar dengan berat jenis 1,057 g/mL (Rukmawati, et al., 2021). Minyak atsiri daun cengkeh memiliki 23 komponen dengan komponen utama yaitu eugenol (76,8%), β-caryophyllene (17.4%), α-humulene (2.1%), dan eugenyl acetate (1.2%) (Jirovetz, et al., 2006).

5.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri (essential oil/volatile oil) merupakan campuran senyawa yang memiliki bentuk cair atau padatan yang memiliki komposisi dan titik didih yang beragam. Minyak atsiri biasanya diperoleh dari bagaian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun bunga dengan cara penyulingan dengan uap.

Minyak atsiri juga dapat diperoleh dengan cara lain seperti esktraksi dengan pelarut organik, dipres atau dikempa dan secara enzimatik (Sastrohamidjojo, 2014).

Minyak atsiri dapat diisolasi secara umum yaitu uap menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah menguap. Penyulingan atau hidrodestilasi pada industri minyak atsiri dibedakan menjadi tiga tipe. Pada dasarnya ketiga tipe penyulingan tersebut memiliki kesamaan yaitu suatu penyulingan yang memiliki sistem dua-fasa (Sastrohamidjojo, 2014).

(9)

1. Penyulingan Air.

Penyulingan dengan cara ini adalah bahan yang akan disuling berhubungan langsung dteengan air yang mendidih. Bahan yang disuling biasanya akan mengambang/mengapung pada permukaan air atau terendam seluruhnya yang bergantung pada kuantitas bahan (Dika, 2020).

Gambar 5. 2 Penyulingan Air (Water Distilation) 2. Penyulingan Uap dan Air.

Penyulingan uap dan air pada bahan yang digunakan akan ditempatkan pada suatu tempat yang pada bagian bawah dan tengah berlobang yang ditopang pada atas dasar alat penyulingan. Luapan air yang mendidih dan uap panas akan mengenai bahan pada penyulingan uap dan air (Dika, 2020).

Gambar 5. 3 Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Destilation) 3. Penyulingan Uap

Penyulingan uap memiliki kesamaan pada alat penyuling sebelumnnya hanya saja tidak ada air pada bagian bawah alat. Penggunaan uap pada

(10)

penyulingan ini harus memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer.

Gambar 5. 4 Penyulingan Uap (Machado, et al., 2022) 5.3 Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS)

Metode Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan teknik pemisahan kromatografi gas-cair dengan deteksi spektrometri yang dilakukan dengan metode kromatografi gas (GC) sedangkan spektrometri massa (MS) untuk mengindentifikasi zat-zat dalam sampel uji (Candraningrat, et al., 2021; Purwaningsih, et al., 2021). Kromatografi gas biasa digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan berbagai campuran dan analisis. Spektra kromatografi gas akan menghasilkan puncak (peak) jika sampel mengandung banyak senyawa. Spektrometri massa merupakan spektrum massa yang dapat diperoleh dengan mengubah senyawa yang terkandung menjadi ion-ion berdasarkan perbandingan massa terhadap muatannya. Analisis dengan GC-MS dilakukan dengan membaca spektra yang dihasilkan pada kedua metode (Wahyudiono, et al., 2018).

Penelitian Wijaya et al (2015) memberikan gambaran berupa kromatogram dan spektrum massa dari minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum).

Hasil analisis GC-MS minyak atsiri daun cengkeh terdapat 5 peak dengan kelimpahan ≥1% dengan 2 peak yang menunjukkan keberadaan eugenol. Eugenol berada pada waktu retensi (tR) 15,01 sebesar 78,15% dan pada waktu retensi (tR) 15,05 sebesar 8,38% yang menjadikan sebagai komponen terbesar di dalam minyak atsiri daun cengkeh sebesar 86,53% dan (trans)-β-karyofilen sebesar 7,77%.

(11)

Gambar 5. 5 Kromatogram Minyak Atsiri Daun Cengkeh 5.4 Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

Klasifikasi hama Spodoptera frugiperda J.E.S menurut Nelly (2022) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera frugiperda

Gambar 5. 6 Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.Smith (Russianzi, et al., 2021).

(12)

Ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S atau dengan nama lain Fall Army Worm (FAM) merupakan hama yang menyerang tanaman jagung yang berasal dari Amerika Serikat bagian Selatan hingga Argentina Utara dan sudah menyebar di berbagai negara. Ulat grayak merupakan hama invasif yang menyerang tanaman jagung dengan memakan bagian daun dan menggerek pangkal batang tanaman jagung. Larva ulat grayak menyerang tanaman pada fase pertumbuhan awal (Nelly, 2022). Adapun siklus hidup ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S adalah sebagai berikut:

Gambar 5. 7 Siklus Hidup Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S (Naharki, et al., 2020)

a. Telur

Telur ulat grayak biasanya diletakkan secara berkelompok berbentuk bulat berwarna putih dengan pola garis-garis halus pada permukaannya dan berubah warna menjadi abu-abu hingga kehitaman pada saat akan menetas. Tahap telur dapat terjadi selama dua atau sampai tiga hari. Telur akan menetas antara pukul 10.00 malam sampai pukul 12.00 siang hari. Pada setiap kelompok telur berkisar 19-457 butir dengan rata-rata 128,8 butir yang tersusun dalam beberapa lapis telur dalam satu kelompok (Azwana, 2021; Russianzi, et al., 2021).

b. Larva

Larva Spodoptera frugiperda J.E.S memiliki 6 instar. Pada setiap pergantian instar ditandai dengan adanya perubahan warna dan bentuk tubuh.

Instar 1 memiliki panjang ± 0,82 mm dengan warna yang transparan. Larva instar

(13)

2 memiliki warna yang mulai menghijau dengan panjang ± 6,384 mm. Larva instar 3 sampai instar 5 memiliki sifat pemakan yang aktif yang menyebabkan banyak kerusakan pada tanaman. Larva instar 6 memiliki warna yang lebih gelap, tidak aktif makan dan mengecil menjadi prapupa (Russianzi, et al., 2021).

c. Pupa

Pupa Spodoptera frugiperda J.E.S berwarna kuning kehijauan dan masih lunak pada bagian abdomen. Pupa berubah warna seiring perkembangannya menjadi coklat gelap dan akan mengeras kulitnya. Jenis kelamin pada pupa Spodoptera frugiperda J.E.S dapat dilihat dari bentuk alat kelamin genital dan anal slot di mana pada jarak genital dengan anal slot betina lebih jauh dari pada jantan (Hutagalung, et al., 2021).

d. Imago

Imago Spodoptera frugiperda J.E.S memiliki warna yang berbeda antara jantan dan betina. Imago jantan memiliki warna sayap yang lebih terang dengan pola daripada betina yang lebih kusam dan tidak terlihat adanya pola. Imago Spodoptera frugiperda J.E.S aktif pada sore hingga dini hari. Imago jantan memiliki masa hidup selama 9-12 hari dan imago betina dengan masa hidup selama 7-9 hari. Imago jantan memiliki ukuran lebar sayap 3,25 cm dan imago betina dengan lebar 3.20 cm (Deole and Nandita, 2018; Sharanabasappa, et al., 2018).

5.5 Biopestisida

Biopestisida terdiri dari tiga suka kata yaitu bio, pest, dan sida. Bio yang berarti hidup, pest yang berarti hama atau organisme penggangu berupa penyakit, dan sida yang berarti pembunuh. Biopestisida merupakan bahan yang berasal dari hayati berupa tanaman, hewan, mikroba atau protozoa yang dapat membunuh hama atau penyakit pada berbagai aspek. Biopestisida juga dapat diistilahkan sebagai pestisida biorasinoal yang artinya tidak dapat mengakibatkan kematian total dari populasi hama atau serangga yang ada dan organisme yang bukan target perlakuan (Suwahyono, 2010).

Jenis biopestisida yang dapat mengatasi sumber gangguan adalah bioinsektisida, biofungisida, dan bioherbisida. Bioinsektisida merupakan

(14)

organisme hidup (bakteri, virus, jamur, tanaman, dan hewan) yang dapat mengendalikan serangga hama. Biofungisida merupakan jenis organisme hidup yang digunakan sebagai pengendalian jamur yang berperan sebagai penyebab penyakiy pada suatu tanaman. Bioherbisida ditunjukkan pada pengendalian gulma atau tanaman penggangu (Suwahyono, 2010).

6. Metodologi

6.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan selama ± 4 bulan. Isolasi minyak atsiri daun cengkeh dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pemeliharaan ulat grayak dan pengujian bioaktivitasnya dilakukan di Laboratorium Pestisida, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura. Analisis senyawa dengan menggunakan instrument Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

6.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah alat GC-MS, alumunium foil, batang pengaduk, gunting, kapas, kuas halus, kurungan (40 cm x 40 cm), neraca analitik, penggaris, pinset, seperangkat alat gelas, seperangkat alat destilasi, dan tisu.

Bahan yang digunakan ialah akuades, daun cengkeh, daun jali-jali, natrium sulfat anhidrat (Na2SO4.2H2O), madu 100%, Tween 80, dan hama uji ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S yang didapatkan dari Kabupaten Bengkayang.

6.3 Prosedur Kerja

6.3.1 Pemeliharaan Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

Pemeliharaan diawali dengan mengumpulkan larva ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S dari lahan tanaman jagung didaerah Kabupaten Bengkayang. Ulat grayak yang diambil dari berbagai stadium larva dan dimasukkan kedalam cup plastik sebagai wadah pemeliharaan. Larva diberikan makan daun jali-jali hingga berubah menjadi pupa. Pupa yang terbentuk akan dimasukkan kedalam kurungan hingga menjadi imago. Imago diberi pakan

(15)

dengan menggunakan serapan madu 10% pada kapas dikondisikan menggantung didalam kurungan. Daun jali-jali diletakkan dalam kurungan sebagai tempat peletakan terur. Telur dikumpulkan dan dipelihara dalam wadah plastik (10 cm x 20 cm x 10 cm). Larva kemudian dipelihara dalam wadah plastik dengan diberi pakan daun jali-jali hinga instar tiga sebagai bahan uji.

6.6.2 Preparasi Sampel

Daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang digunakan diambil dari Pulau Kabung, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Daun cengkeh yang digunakan adalah daun yang telah gugur. Daun cengkeh yang telah didapat kemudian dikeringanginkan selama 48 jam pada suhu ruang. Daun cengkeh kering didapatkan sebanyak 9 kg.

6.6.3 Isolasi Minyak Atsiri

Daun cengkeh (Syzygium aromaticum) sebanyak 2 kg dimasukkan kedalam ketel sampel dan air dimasukkan kedalam ketel air dan dilakukan penyulingan selama 3 jam dihitung dari tetesan pertama. Minyak atsiri yang diperoleh kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Minyak atsiri yang diperoleh kemudian ditambahkan dengan natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) anhidrat sehingga diperoleh minyak atsiri daun cengkeh murni. Rendemen minyak atsiri dihitung dengan menggunakan rumus:

% Rendemen = massa minyak yang diperoleh

massa sampel awal x100 % (1) 6.6.4 Analisis Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS)

Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang telah didapat dianalisis dengan menggunakan GC-MS untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung didalam minyak atsiri tersebut.

6.6.5 Mortalitas

a. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan rentang konsentrasi insektisida nabati yang diharapkan mematikan serangga uji dengan kisaran lebih besar dari 0% tetapi kurang dari 100% (0% < mortalitas < 100%). Uji

(16)

pendahuluan dilakukan dengan 4 taraf konsentrasi yaitu 3%, 2%, 1% dan 0,5%.

Minyak atsiri daun cengkeh dilarutkan dengan menggunakan akuades dan Tween 80 sesuai dengan konsentrasi yang digunakan. Daun jali-jali yang telah disiapkan kemudian dipotong dan dicelupkan ke dalam larutan minyak atsiri daun cengkeh pada masing-masing konsentrasi secara merata, setelah itu dikeringanginkan dan diletakkan pada cawan petri. Larva ulat grayak instar III sebanyak 10 larva ditempatkan pada setiap cawan petri yang dialasi dengan tisu pada masing-masing konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh. Daun kontrol dicelupkan pada campuran akuades dan Tween 80. Kematian larva dicatat selama 2 hari dengan interval selama 24 jam. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Mortalitas dihitung dengan menggunakan rumus abbott. Jumlah larva yang mati dianalisis dengan analisis probit menggunakan program SPSS.

b. Uji Lanjutan

Uji lanjutan dilakukan dengan 5 taraf konsentrasi dan kontrol berdasarkan hasil uji pendahuluan. Minyak atsiri daun cengkeh dilarutkan dengan menggunakan akuades dan Tween 80. Daun jali-jali yang telah disiapkan kemudian dipotong dan dicelupkan ke dalam larutan minyak atsiri daun cengkeh pada masing-masing konsentrasi secara merata, setelah itu dikeringanginkan dan diletakkan pada cawan petri. Larva ulat grayak instar III sebanyak 10 larva ditempatkan pada setiap cawan petri yang dialasi dengan tisu pada masing-masing konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh. Daun kontrol dicelupkan pada campuran akuades dan Tween 80. Kematian larva dicatat selama 2 hari dengan interval selama 24 jam. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Jumlah larva yang mati dianalisis dengan analisis probit menggunakan program SPSS. Kematian ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S diamati dan dihitung menggunakan rumus Abbott (Abbott, 1925 dalam Joeniarti, et al., 2020):

M = X

Y X100 % (2)

Keterangan:

M = Persentasi kematian (%);

X = Jumlah ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S yang mati;

(17)

Y = Jumlah total ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

6.6.6 Uji Antifeedant a. Metode Pilihan

Konsentrasi dari minyak atsiri daun cengkeh yang diuji dalam percobaan ini sesuai dengan LC25, LC50, LC75 pada uji mortalitas. Daun jali-jali dipotong dengan ukuran 3 cm x 3 cm dengan dua daun perlakuan dan dua daun kontrol yang diletakkan secara berselang-seling pada cawan petri yang telah dilapisi dengan tisu. Larva ulat grayak instar III diletakkan ke dalam setiap cawan petri dan dibiarkan makan selama 24 jam yang sebelumnnya dipuasakan selama 2 jam.

Total 15 larva (5 larva per cawan) yang digunakan setiap perlakuan. Berat kering sisa dari daun perlakuan dan kontrol yang diberikan pada larva ditimbang dan dicatat. Data pada metode pilihan dianalisis dengan analisis probit menggunakan program SPSS.

b. Metode Tanpa Pilihan

Daun jali-jali dipotong dengan ukuran 3 cm x 3 cm dengan dua daun perlakuan dan dua daun kontrol ditempatkan pada cawan petri yang berbeda.

Larva ulat grayak instar III diletakkan ke dalam setiap cawan petri dan dibiarkan makan selama 24 jam yang sebelumnnya telah dipuasakan selama 2 jam. Total 30 larva (5 larva per cawan) yang digunakan setiap perlakuan. Berat kering sisa dari daun perlakuan dan kontrol yang diberikan pada larva ditimbang dan dicatat. Data pada metode tanpa pilihan dianalisis dengan analisis probit menggunakan program SPSS. Persentasi aktivitas antifeedant (AA) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Syahputra, et al., 2019):

1. Metode Pilihan

AA (%) =

[

(CTC )

]

X100 % (3)

2. Metode Tanpa Pilihan

AA (%) =

[

1−CT

]

X 100% (4)

(18)

Keterangan:

T = Rata-rata berat kering dari pakan daun perlakuan C = Rata-rata berat kering dari pakan daun kontrol

7. Rencana Penelitian N

O Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1. Pemeliharaan Ulat Grayak Spodoptera frugiperda J.E.S

2. Preparasi Sampel dan Isolasi Minyak Atsiri

3. Analisis Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS) 4.

Uji Mortalitas

a. Uji Pendahuluan b. Uji Lanjutan 5.

Uji Antifeedant

a. Metode Pilihan b. Metode Tanpa Pilihan 6. Penulisan Skripsi

7. Seminar Hasil dan Sidang Skripsi 8. Publikasi

8. Daftar Pustaka

Arif, A., 2015, Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan, Jurnal Farmasi¸3(4): 134-143.

Abbott, W.S., 1925, A method for computing the effectiveness of an insecticide, Journal of Economic Entomology, 18(2): 265-267.

Astuthi, M.M.M.; Ketut, S.; I Wayan, S.; Gusti, N.A.; Susanta, W. dan I Putu, S., 2012, Efikasi Minyak Atsiri Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry) Pala (Myristica fragrans Houtt), dan Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis Dari Famili

(19)

Lymantriidae, Jurnal of Agricultural Science and Biotechnology, 1(1): 12- 23.

Azwana, A., 2021, Preferensi Spodoptera Frugiperda JE Smith pada Berbagai Tanaman, Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5(2):

112-121.

Bentivenha, J.P.F.; Juliana, G.R.; Marcelo, F.L.; Paula, M.; Holly, J.R.P. and Celso, O., 2018, Baseline Susceptibility of Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) to SfMNPV and Evaluation of Cross-Resistance to Major Insecticides and Bt Proteins, Journal of Economic Entomology, 112(1): 91-98.

Cahyono, D.B.; Hasna, A. dan Tolangara, A.R., 2017, Hama pada Cabai Merah, TECHNO: Jurnal Penelitian, 6(2): 15-21.

Candraningrat, I.D.A.A.D.; Santika, A.A.G.J.; Dharmayanti, I.A.M.S. dan Prayascita, P.W., 2021, Review Kemampuan Metode Gc-Ms Dalam Identifikasi Flunitrazepam Terkait Dengan Aspek Forensik Dan Klinik, Jurnal Kimia, 15(1): 12-19.

Cortés-Rojas, D.F.; Claudia, R.F.D.S. and Wanderley, P.O., 2014, Clove (Syzygium aromaticum): a precious spice, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 4(2): 90-96.

Deole, S. and Nandita, P., 2018, First report of fall army worm, Spodoptera frugiperda (J.E.Smith), their nature of damage and biology on maize crop at Raipur, Chhattisgarh, Journal of Entomology and Zoology Studies, 6(6):

219-221.

Dika, D.R., 2020, Perancangan Alat Penyulingan Minyak Nilam Kondensor dan Separator, Jurnal Teknik Mesin, 9(1): 15-23.

Fateha, R.N.; Maria, G.; Muhammad, N.I.; Eny, W.P. and Irianti, K., 2021, Larvacidal and Antifeedant Activities of Clove Leaf Oil Againts Spodoptera litura (F.) on Soybean, Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 21(1): 20-25.

(20)

Hutagalung, R.P.S.; Suzanna, F.S. dan Marheni., 2021, Biologi Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J.E.Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium, Jurnal Pertanian Tropik, 8(1): 1-10.

Jannah, M.; Junaedi, M. dan Mursalim., 2020, Karateristik Fisik Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum), Jurnal AgriTechno, 13(1): 34-41.

Jirovetz, L.; Gerhard, B.; Ivanka, S.; Albena, S.; Albert, K. and Erich, S., 2006, Chemical Composition and Antioxidant Properties of Clove Leaf Essential Oil, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 54(17): 6303-6307.

Joeniarti, E.; Masfufatun.; Noer, K.I. and Noerhartati., 2020, Effects of Curcumin on Stability and Efficacy of Neem Leaves Extract as Botanical Insecticides, AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 42(2): 331-340.

Machado, C.A.; Fabricia, O.O.; Matheus, A.d.A.; Katharine, V.S.H.; Herman, L.

and Bruna, A.S.M., 2022, Steam Distillation for Essential Oil Extraction:

An Evaluation of Technological Advances Based on an Analysis of Patent Documents, Sustainability, 14(12): 1-15.

Mazed, Md.K.; Md Mamunur, R.; Effat, A.; Md Shamim, H. and Md Ruhul, A., 2022, Field efficacy of selected insecticides and botanicals against fall armyworm in maize, Journal of Entomology and Zoology Studies, 10(6):

33-38.

Mbatu, R.S.T.; I Putu.B.K.; I Gede, Y.S. dan Wiwik, S.R., 2018, Aktivitas Minyak Atsiri Daun Cengkeh Sebagai Antijamur Terhadap Candida albicans, Jurnal Media Sains, 2(1): 61-65.

Naharki, K.; Sabina, R. and Niruta, S., 2020, A Review On Invasion and Management of Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) in Nepal, Reviesw in Food And Agriculture (RFNA), 1(1): 6-11.

Nelly, N., 2022, Hama Utama Pada Tanaman Jagung dan Eksplorasi Teknik Pengendalian, Nas Media Pustaka, Makassar.

Nonci, N.; Septian, H.K.; Hishar, M.; Amran, M.; Muhammad, A. dan Muhammad, Q., 2019, Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J.E.Smith) Hama Baru Pada Tanaman Jagung di Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

(21)

Nurhadianty, V.; Chandrawati, C.; Wa, O.C.N.; Luthfi, K.D.; Gamayazid, A. dan Angga, R.P., 2017, Peningkatan Yeild Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan Fermentasi Selulotik Menggunakan Trichoderma harzianum, Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan, 1(1):

36-41.

Pebrianti, H.D. dan Hamdan, M.S., 2021, Serangan Ulat Grayak Jagung Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 6(1): 31-35.

Purwaningsih, Y.; Mighfar, S. dan Ungsari, R.E.P., 2021, Etil Sinamat: Sintesis dan Aktivitasnya Sebagai Agen Tabir Surya, Gracias Logis Kreatif, Ponorogo.

Rao, N.S., 2018, Testing of novel insecticides for their efficacy against lesser grain borer, Rhyzopertha dominica (F.) on jute surface, Journal of Entomology and Zoology Studies, 6(1): 1672-1674.

Rukmawati.; Daud, K.W. and Irwan, S., 2021, Application of Clove Leaf Oil (Syzygium aromaticum) on Preservation of Milkfish (Chanos chanos), Jurnal Akademika Kimia, 10(4): 218-223.

Russianzi, W.; Ruly, A. and Hermanu, T., 2021, Biostatistics of fall armyworm Spodoptera frugiperda in maize plants in Bogor, West Java, Indonesia, BIODIVERSITAS, 22(6): 3463-3469.

SAS Institute., 2008, Introduction to statistical modeling with SAS/STAT software (Book Excerpt). SAS/ STAT 9.3 User’s Guide, SAS Institute Inc, Cary, NC.

Sastrohamidjojo, H., 2014, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Silap, B. and Caroulus, S.R., 2020, Pest Armyworms (Spodoptera frugiperda) On Corn Plants (Zea mays L.), Jurnal Agroekoteknologi Terapan, 1(2): 18-20.

Suparman.; Nurhasanah.; Bahtiar. dan Sri, D.A.S., 2020, Studi Literasi Taksonomi dan Penelusuran Spesimen Lektotipe Cengkih (Syzygium

(22)

aromaticum (L.) Merr. & Perry), TECHNO: JURNAL PENELITIAN, 9(1):

363-371.

Suwahyono, U., 2010, Biopestisida: Cara Membuat dan Petunjuk Penggunaan, Penebar Swadaya, Depok.

Syahputra, E.; Kukuh, H. and Riko., 2019, Effect of Castanopsis megacarpa Extract on Mortality, Longevity Development and Feeding of Crocidolomia pavonana Larvae, AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 41(3): 537-543.

Wahyudiono, J.; Ryandi, A.; Sam, P. dan Akhmad, K.G., 2018, Karakteristik Minyak Bumi di Blok Bula dan Blok Oseil, Pulau Seram, Maluku, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 19(4): 233-241.

Gambar

Gambar 5. 1 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)  (Danthu, et al., 2014)
Gambar 5. 3 Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Destilation) 3. Penyulingan Uap
Gambar 5. 2 Penyulingan Air (Water Distilation) 2. Penyulingan Uap dan Air.
Gambar 5. 4 Penyulingan Uap (Machado, et al., 2022) 5.3 Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui apakah minyak atsiri tanaman cengkeh ( Syzygium aromaticum ) dapat diformulasikan ke dalam sediaan obat kumur ( mouthwash ) dengan perbedaan variasi konsentrasi

Untuk mengetahui apakah minyak atsiri buah zaitun (Olea europaea L.) atau minyak atsiri cengkeh (Syzygium aromaticum L.)yang memiliki pengaruh lebih besar dalam

Minyak atsiri kuncup bunga cengkeh dengan kandungan senyawa aktif eugenol terbukti memiliki efek afrodisiak (peningkatan libido) pada tikus jantan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC 50

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi insektisida minyak atsiri daun cengkeh terhadap kematian nyamuk Aedes aegypti, dan untuk mengetahui

insektisida hayati, yaitu ekstrak daun cengkeh, ekstrak biji mimba dan ekstrak bunga krisan terhadap daya bunuh ulat Ulat grayak (Spodoptera litura) pada tanaman kedelai..

Dari hasil uji organoleptis, minyak atsiri daun cengkeh yang dihasilkan dari proses gabungan delignifikasi dan fermentasi memiliki warna yang sedikit lebih kuning jika

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga