• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

N/A
N/A
Choirul Arif

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI "

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

2024

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PROPOSAL SKRIPSI

IKA DWI JAKSANA 820010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

(2)

2024

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

KELAS XI SMK NEGERI 4 BONE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Muhammadiyah Bone

IKA DWI JAKSANA 820010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (Ttw) Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMK Negeri 4 Bone

Nama : Ika Dwi Jaksana

Nim 820010

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Telah disetujui dan dinyatakan layak untuk diseminarkan dan diujikan pada agenda Seminar Proposal.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Haeril, SE., M.Si. Muhammad Yany, SE.,M.Si.

NIDN. 0920058002 NIDN. 0914017702

Mengetahui;

Dekan Fakultas Keguruan Ketua Program Studi

Study dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Ekonomi

Dr. Hj. A. Tenri Sua, S.Pd., M.Pd. Hamka, SE., M.Si.

NIDN. 0922067201 NIDN. 0915087403

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 3

1.3 Tujuan penelitian 3

1.4 Manfaat penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Landasan teori 5

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning 5 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning 5 2. Ciri-ciri Pembelajaran Cooperative Learning 6 3. Tipe-tipe Model Cooperative Learning 7 B. Model Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) 10

1. Pengertian Pembelajaran TTW 10

2. Manfaat Pembelajaran TTW 13

3. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran TTW 13

4. Langkah-langkah Pembelajaran TTW 15

C. Mata Pelajaran Ekonomi 17

1. Pengertian Ilmu Ekonomi 17

2. Karakteristik Pembelajaran Ekonomi 20

D. Pemahaman Siswa 21

1. Arti Pemahaman 21

2. Prinsip-Prinsip Untuk Meningkatkan Pemahaman 24

2.2 Kerangka pikir 26

(5)

iv Universitas Muhammadiyah Bone

2.3 Hipotesis penelitian 27

BAB III. METODE PENELITIAN 29

3.1 Jenis dan desain penelitian 29

3.2 Lokasi dan waktu penelitian 30

3.3 Populasi dan sampel 31

3.4 Definisi operasional variabel 32

3.5 Variabel penelitian 33

3.6 Instrumen penelitian 34

3.7 Teknik pengumpulan data 35

3.8 Teknik analisis data 36

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1 Desain Penelitian 30 3.2 Populasi Penelitian 31 3.3 Sampel Penelitian 32 3.4 Kriteria Hasil Pemahaman 38

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

2.1 Skema Kerangka Pikir

Halaman 27

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan sebagai tenaga kependidikan yang bertugas untuk melaksanakan proses pembelajaran menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar dan pengembangan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mulai diterapkan di Indonesia, sebagai pengembang kurikulum yang telah ada sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, kurikulum 2013 mengarahkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Siswa sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasiliator. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Sudent Centered Learning) akan meningkatkan kualitas dan keaktifan siswa, guru memberi dorongan kepada siswa untuk dapat bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.

Guru sebagai tenaga pendidik diharuskan merancang proses pembelajaran dimana siswa dapat memiliki tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan siswa berperan aktif dalam pembelajaran mampu berinteraksi dengan siswa lain, maupun guru. Salah satu penentu keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kesiapan guru dalam proses pembelajaran. Mengimplementasikan kurikulum 2013 berdasarkan rancangan yang telah disusun, dibutuhkan beberapa

(9)

kesiapan guru, terutama kesiapan guru dalam pelaksanaan. Sebaik apapun desain dan rancangan kurikulum yang dibuat, tetapi keberhasilan sangat bergantung pada kesiapan guru. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum.

Namun kenyataannya masih ada guru yang mengalami masalah dalam implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran, misalnya guru kesulitan dalam menyiapkan atau menentukan metode pembelajaran yang sesuai, pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 masih kurang, pemaduan antar muatan pembelajaran dalam pembelajaran tematik masih dirasa sulit bagi sebagian guru, dan penguasaan teknologi informasi. Selain kesiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013, keaktifan siswa juga diperlukan dalam menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan aktivitas pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.

Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran disebabkan guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Penerapan model pembelajaran secara konvensional menyebabkan siswa menjadi pasih dalam pembelajaran, siswa jarang bertanya, siswa cenderung belajar dengan cara menghafal, siswa hanya mendengankan penjelasan guru karena dalam menyampaikan pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, dan siswa belajar secara individual. Sehingga kondisi yang tercipta dalam proses pembelajaran membuat siswa mudah bosan dan tidak efektif.

Salah satu metode pembelajaran yang tepat dan efektif untuk diterapakan yaitu metode . Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan model pembelajaran lain. Ciri

(10)

itu terletak pada sistem pembelajaran secara berkelompok, sehingga siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pemahaman di atas, penulis menyadari bahwa peningkatan Pemahaman yang dimiliki siswa di sekolah tersebut sangat kurang, terbukti pada saat observasi masi banyak siswa mengalami penurunan hasil belajar. Penulis mengharapkan dengan metode pembelajaran pemodelan ini dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman belajar disekolah. Oleh karena itu, penulis mengambil judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMK Negeri 4 Bone”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan dalam penelitian ini adalah apakah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write berpengaruh Terhadap Pemahaman siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMK Negeri 4 Bone?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talk Write terhadap pemahaman siswa Pada mata pelajaran ekonomi SMKN 4 Bone

1.4 Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk meningkatkan Pemahaman pelajaran serta dapat dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan bagi peneliti berikutnya.

(11)

B. Manfaat Aflikatif 1. Bagi siswa

a) Membantu meningkatkan pemahaman dan memperjelas materi pembelajaran

b) Meningkatkan hasil belajar siswa sehingga lebih giat belajar karena ketertarikan yang diperoleh saat belajar menggunakan Model cooperative terkhususnya Tipe talk write

2. Bagi pengajar

Sebagai metode mengajar yang efektif sehingga dapat diterapkan saat mengajar.

3. Bagi sekolah

Memudahkan siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa yang berdampak pada meningkatnya kualitas sekolah.

C. Manfaat Metodologis

Menjadikan sebagai pengalaman dan dapat menambah wawasan dalam memilih suatu penelitian.

(12)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan wujud nyata praktik pedagogis yang diyakini dapat meningkatkan proses pembelajaran, gaya berpikir tingkat tinggi, perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswi yang memiliki latar belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang berbeda- beda. Tom V.

Savage mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.8

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan model pembelajaran lain. Ciri itu terletak pada sistem pembelajaran secara berkelompok, sehingga siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Anita Lie menyebutkan cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang

(13)

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atausuatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapaitujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.”

2. Ciri-ciri Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperative Learning mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah.

c. Apabila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu siswa belajar dalam kelompok, kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur yang bersifat heterogen dan dapat merangsang siswa lebih termotivasi

(14)

dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3 . Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Model cooperative learning memiliki banyak tipe pembelajaran, yang masing-masing tipe memiliki ciri khas dalam penerapannya.

Menurut Irudan Arihi cooperative learning memiliki beberapa tipe sebagai berikut:

a) Student Teams Achivement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

b) Numbered Head Together (NHT)

Numbered head together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menekankan pada struktur- struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola- pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik.

c) Think Pair Share (TPS)

Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

d) Tim Ahli (Jigsaw)

(15)

Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang terdiri dari tim-tim heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa, materi pelajaran yang diberikan pada siswa dalam bentuk teks setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain.

e) Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Teams games tournament merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda- beda.

f) Mind Mapping

Mind mapping atau peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari suatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya.

g) Example Non Example

Example non example adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menggunakan gambar sebagai media alat peraga untuk mempermudah guru dalam menjelaskan materi. Melalui model pembelajaran example non example siswa diharapkan dapat mengerti materi pelajaran dengan menganalisis contoh-contoh gambar yang ditampilkan oleh guru.

Hasil dari analisisa tersebut dapat diuraikan di depan kelas.

(16)

h) Think Talk Write

Merupakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) di mana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan berpikir, berbicara/berdiskusi, bertukar pendapat, serta menulis hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai

i) Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang paling kompleks dan paling sulit untukditerapkan. Guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yangdipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.

Berdasarkan uraian tentang tipe-tipe model cooperative learning di atas, maka peneliti menetapkan tipe yang akan diterapkan dalam pembelajaran, yaitu model Cooperative Learning tipe Think Talk Write, karena model Cooperative Learning tipe Think Talk Write dilaksanakan melalui kegiatan berpikir, berbicara/berdiskusi, bertukar pendapat, serta menulis hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Sehingga dalam penggunaan Cooperative Learning tipe Think Talk Write dapat mengatasi rendahnya Pemahaman belajar Ekonomi di SMKN 4 BONE.

(17)

B. Model Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) 1. Pengertian Pembelajaran Think Talk Write

Strategi pembelajaran dengan proses komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu membaca dan menulis dengan baik, belajar dengan oranglain, menggunakan media, menerima informasi dan menyajikan informasi. Strategi yang memuat hal-hal di atas, salah satunya adalah strategi TTW. Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.

Think Talk Write merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikirannya.Sedangkan Huda menyatakan bahwa TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu.

Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan.

Strategi TTW membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Dalam membuat atau menulis catatan peserta didik membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri.

Dengan dimulai dari keterlibatan Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.

(18)

peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, diakhiri dengan mempresentasikan hasilnya dan bersama guru menarik sebuah kesimpulan maka akan tercipta suasana belajar yang hidup dan menyenangkan.

Model pembelajaran ini dimulai dengan berfikir melalaui bahan bacaan (menyimak,mengkritisi dan alternative solusi), hasil bacaanya dikomunikasikan dengan presentase, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah informasi, kelompok (membaca, mencatat dan menandai), presntasi, diskusi dan melaporkan.

Aktivitas berfikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah- langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Selanjutnya fase

write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan

(19)

juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Tahap terakhir dari strategi TTW adalah presentasi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Presentasi ini disampaikan oleh salah seorang perwakilan kelompok yang dilakukan di depan kelas, setelah sebelumnya siswa yang bersangkutan menuliskan.

Berdasar pada definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa strategi TTW merupakan strategi pembelajaran yang terdiri dari tiga tahapan pokok, yaitu (1) tahap berpikir (think) yang diawali dari proses membaca suatu materi pelajaran; (2) tahap berbicara (talk) yang merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa; dan (3) tahap menulis (write) yaitu fase menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja siswa.

2. Manfaat Pembelajaran Think Talk Write

Manfaat menggunakan strategi pembelajaran dalam proses mengajarsalah satunya adalah mengajak siswa untuk berperan aktif dalampembelajaran.

Menurut Hamdayana ada beberapa manfaat yang diperoleh dari strategi TTWyaitu:

a. Model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya

(20)

dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

b. Model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya kebentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.

Berpijak pada pendapat yang dikemukakan oleh Hamdayama, peneliti menyimpulkan bahwa strategi TTW bermanfaat untuk melatih kemampuan berkomunikasi, kemampuan menulis, kemampuan untuk bersosialisasi melalui sikap saling membantu dan bertukar pikiran, serta kemampuan mengkonstruksi pemahamannya sendiri terhadap materi yang dipelajari.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Think Talk Write

Menurut Hamdayama kelebihan dan kekurangan strategi ini adalah:

a. Kelebihan Pembelajaran TTW

1) Mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual.

2) Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

3) Dengan memberikan soal open ended, dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

4) Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

(21)

5) Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

b. Kelemahan Pembelajaran Think Talk Write

1) Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh siswa yang mampu.

2) Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi TTW tidak mengalami kesulitan.

Berangkat dari pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan dalam strategi TTW terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan strategi TTW terletak pada kemampuan strategi ini dalam mengasah keterampilan visual dan komunikasi dalam membangun pemahaman materi ajar, serta membangun keterampilan siswa dalam berinteraksi.

Sedangkan kekurangan strategi TTW terletak pada dominasi siswa yang mampu dalam pembelajaran dan kesiapan guru dalam menggunakan strategi tersebut.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Think Talk Write

Dalam pengaplikasiannya, strategi TTW memiliki tiga alur utamasesuai dengan namanya, yakni think (berpikir), talk (berbicara), dan write (menulis). Menurut Hamdayama langkah- langkah strategipembelajaran TTW adalah sebagai berikut:

a. Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.

b. Siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat

(22)

catatan kecil secara individu tentang apa yang siswa ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika siswa membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada siswa.

Setelah itu siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat membedakan atau menyatukan ide- ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasanya sendiri.

c. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (3-5 siswa).

d. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini siswa menggunakan bahasa dan kata-kata siswa sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.

e. Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu, siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.

f. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

g. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih beberapa atau satu orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta

(23)

memberikan tanggapan.

Sejalan dengan tiga alur utama penerapan strategi TTW, Huda mengemukakan tahap-tahap pembelajaran strategi think talk write sebagai berikut:

a. Tahap 1: Think

Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang terhubung dengan permasalahan sehari- hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tantang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri.

b. Tahap 2: Talk

Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide- ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat dari dialog-dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain.

c. Tahap 3: Write

Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan kegiatan pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh Berlandaskan

(24)

pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan strategi ini adalah menurut pendapat Hamdayama yang diawali dengan guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan.

Selanjutnya siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu, pada tahap ini terjadi proses berpikir (think). Kemudian guru membagi kelompok kecil secara heterogen, lalu siswa berdiskusi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan yang telah dibuat, pada tahap ini terjadi proses berbicara (talk). Setiap kelompok menuliskan (write) hasil diskusi lalu perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi tersebut, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapannya.

C. Mata Pelajaran Ekonomi 1. Pengertian Ilmu Ekonomi

Menurut Sigit Winarno, dan Sujana Ismaya (2007:177), dalam kamus besar Ekonomi, economics diartikan sebagai ilmu ekonomi merupakan yang mempelajari asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, seperti keuangan, perindustrian, dan perdagangan; ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Dasim Budimansyah (2003:1) “Ilmu ekonomi merupakan ilmu atau seni tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan

(25)

distribusi”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka mata pelajaran ekonomi dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang mempelajari usaha manusia memenuhi kebutuhan. Mata pelajaran Ekonomi juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Ekowati (2008) Adapun karakteristik mata pelajaran ekonomi adalah sebagai berikut:

a lmu ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata.

Kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan yang jumlahnya terbatas

b Ilmu ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta secara rasional. Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi secara sistematis, maka disusunlah konsep dan teori ekonomi menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain mempunyai persyaratan sistematis, ilmu ekonomi juga memenuhi persyaratan keilmuan yang lain yaitu obyektif dan mempunyai tujuan yang jelas.

c Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah cocok digunakan dalam analisis ekonomi sebab obyek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi. Permasalahan dasar tersebut yaitu barang apa yang harus diproduksi, bagaimana cara memproduksi dan untuk siapa barang diproduksi. Ketiga permasalahan dasar tersebut pada intinya berangkat dari adanya kelangkaan sumber- sumber ekonomi.

(26)

d Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik. Untuk mencapai kemakmuran manusia mempunyai banyak pilihan kegiatan.

Namun, dari sekian banyak pilihan kegiatan tersebut dapat dianalisis secara ekonomi sehingga dapat ditentukan alternatif pilihan mana yang paling optimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ilmu ekonomi dapat digunakan untuk menentukan alternatif pilihan kegiatan ekonomi yang terbaik.

e Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia. Apabila sumber ekonomi keberadaannya melimpah (tidak langka), maka ilmu ekonomi tidak diperlukan lagi bagi kehidupan manusia.adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Definisi hasil belajar lainnya bisa juga diartikan sebagai suatu yang dicapai atau yang diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang dimana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan. Pada diri individu penggunaan penilaiaan terhadap sikap, pengetahuan, kecakapan dasar dan perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

2. Karakteristik Pembelajaran Ekonomi

Karakteristik pembelajaran ekonomi dapat dikatakan sebagai ciri- ciri pembelajaran ekonomi. Karakteristik pembelajaran ekonomi tidak terlepas dengan langkah-langkah pembelajaran ekonomi. Adapun langkah-langkah pembelajaran Ekonomi menurut Dasim Budimansyah (2003: 25-43) sebagai berikut:

(27)

a. Mengidentifikasi masalah ekonomi b. Memilih masalah untuk kajian kelas

c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji Keterangan :

a. Mengidentifikasi masalah ekonomi

Mengidentifikasi masalah ekonomi artinya, melalui pembelajaran ekonomi para siswa harus dibina agar memiliki kecakapan untuk memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungannya.

b. Memilih masalah untuk kajian kelas

Memilih masalah untuk kajian kelas artinya, dalam hal ini guru memberi arahan agar masalah tidak keluar dari kajian materi pelajaran dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang baik tentang masalah mana yang sebaiknya dipilih untuk bahan kajian di kelas c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji

Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji artinya, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Sumber informasi misalnya, kantor penerbit surat kabar, kantor pemerintah daerah, kepolisian dan lingkungan sekitar. Sumber informasi dapat disesuaikan dengan masalah yang akan dikaji.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti menyimpulkan karakteristik pembelajaran ekonomi, yang diambil berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan. Karakteristik pembelajaran ekonomi antara lain:

a. Menggunakan peta konsep untuk mempermudah pengelompokan sub- sub materi

b. Sistem pencatatan materi yang bersifat perbedaan, dilakukan dengan

(28)

menggunakan tabel, untuk memperjelas perbedaan sub- sub materi.

Contoh: tabel perbedaan kegiatan produksi yang dilakukan oleh rumah tangga konsomsi (RTK) dan rumah tangga produksi (RTP), pada materi pelaku ekonomi.

c. Pembelajaran ekonomi membutuhkan ingatan untuk mempermudah pemahaman materi.

d. Pembelajaran ekonomi menggunakan hitungan dengan beberapa pendekatan, dan menggunakan grafik ataupun diagram untuk menggambarkan tingkatan suatu kejadian atau peristiwa ekonomi.

D. Pemahaman Siswa 1. Arti Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham, menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti faham, mengerti, maklum, mengetahui, aliran ajaran. Sedangkan pemahaman mempunyai arti proses, perbuatan, cara memahami/ memahamkan. Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan ,mengatur, mengiterpretasikan menjelaskan, mendemonstrasian, membericontoh, memperkirakan, menentukan,dan mengambil keputusan

(29)

Didalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan kemampuan yang dicapai dari sekedar pengetahuan. Definisi pemahaman menurut Anas Sudjono adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu yang dapat melihatnya dari berbagai segi.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Menurut Saifuddin Azwar, seseorang dikatakan faham berarti dia sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, meramalkan dan membedakan.Dari berbagai pendapat diatas, indikator pemahaman pada dasarnya sama , yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, member contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung arti yang lebih luas dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap arti dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.

Menurut Djaali (2014), Pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa

(30)

sendiri.

Menurut Kunandar(2013), Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan demikian, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai aspek. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan atau ingatan.

Kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. Dan pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu :

a Tingkat Redah : Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan Bahasa Indonesia

b Tingkat Menengah : Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa.

c Tingkat Tinggi : Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu atau masalahnya.

Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagian item

(31)

pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif.

2. Prinsip – prinsip untuk meningkatkan pemahaman

Empat prinsip untuk meningkatkan pemahaman konsep (Syayidah, 2010):

a Perhatian: menarik dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, menggunakan media yang relevan, tidak monoton dan tegang serta melibatkan seluruh siswa dalam bertanya jawab.

b Relevansi: mengemukakan relevansi pelajaran dengan kebutuhan dan manfaat setelah mengikuti pelajaran dalam hal ini kita menjelaskan terlebih dahulu tujuan intruksional

c Percaya diri: menumbuhkan dan menguatkan rasa percaya diri pada siswa, hal ini dapat disiasati dengan menyampaikan pelajaran secara runtut dari yang mudah ke sukar. Tumbuh kembangkan kepercayaan siswa dengan pujian atas keberhasilannya.

d Kepuasan: memberi kepercayaan kepada siswa yang telah menguasai keterampilan tertentu untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil dan gunakan pujian secara verbal dan umpan balik atas prestasinya tersebut.

Jadi dari pengertian tentang peningkatan pemahaman siswa diatas dapat disimpulkan bahwa suatu usaha atau cara siswa agar dapat mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu menerapkan

(32)

kedalam konsep-konsep lain dalam standarisasi master learning. Disini ada pengertian tentang Master Learning yang diantaranya: Master Learning yaitu penguasaan secara keseluruhan bahan yang dipelajari (yang diberikan guru) untuk siswa, ini yang sering disebut dengan “Belajar Tuntas”.

(33)

2.2 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Sugiyono kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang lebih diidentifikasikan sebagai masalah penting

Seperti yang telah diungkapkan dalam kajian pustaka, peneliti mempunyai keyakinan bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat.

Sebab model Cooperative Learning tipe Think Talk Write merupakan model pembelajaran yang mampu melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi, menulis, bersosialisasi, dan bertukar pikiran serta kemampuan mengkonstruksi pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Model Cooperative Learning tipe Think Talk Write merupakan model pembelajaran yang memiliki tiga alur kemajuan yang dimulai dari keterlibatan siswa berpikir setelah proses membaca, kemudian berbicara dan membagi ide dengan temannya dalam diskusi, lalu menuangkan hasil diskusi melalui tulisan.

Strategi ini akan diaplikasikan dengan lembar kerja siswa sebagai media untuk mengkonstruksi pemahaman materi ajar.

Berdasarkan pokok pemikiran di atas, memungkinkan model Cooperative Learning tipe Think Talk Write berpengaruh terhadap hasilbelajar siswa terutama pada ranah kognitif. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir sebagai berikut:

.

(34)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut ” Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (Ttw) Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe think talk write terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Ha : Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe think talk write terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Pemahaman Siswa

Pengaruh

Mata Pembelajaran Ekonomi

Metode Pemodelan Cooperative Learning Tipe Think Talk Write

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian A. Jenis Penelitian

Suatu penelitian dilakukan untuk mendapatkan data demi tujuan yang ingin dicapai oleh seorang penulis ataupun peneliti. Data dapat diperoleh melalui suatu cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2020:16) penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Eksperimen adalah suatu langkah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui dampak treatment terhadap outcome, pada subjek penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preeksperimental yang didasarkan atas pertimbangan agar dalam pelaksanaan penelitian ini pembelajaran berlangsung secara tatap muka dan siswa tidak merasa dieksperimenkan, sehingga dengan situasi demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat valid penelitian. Sebelum diberi perlakuan, kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan pretest, kemudian

(36)

diberi perlakuan (treatment) dengan menggunakan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan setelah itu diberi posttest.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian Experiment yang digunakan yaitu One-Group Pretest Posttest Design. One-Group Pretest Posttest Design ini adalah desain yang belum merupakan ekperimen sungguh- sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependent.

Rancangan One-Group Pretest Posstest Designini terdiri atas 1 kelompok yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes sebanyak dua kali yaitu, sebelum diberi perlakuan yang disebut Pretest dan sesudah diberi perlakuan disebut Posttest.

Desain tersebut dapat dijelaskan pada tabel 3. 1 sebagai berikut:

Pretest Traetment Posttest

O1 X O2

Tabel 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

O1 : Tes Awal (Pretest) X : Treatment (Perlakuan) O2 : Tes Akhir (Posttest)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bone , Kelurahan Corawalie, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

(37)

dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI . B. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakasanakan di SMA Negeri 4 Bone pada tanggal 25 juni 2024 sampai dengan 3 agustus 2024.

3.3 Populasi dan Sampel A. Populasi

Menurut Sugiyono ( 2018:35 ) populasi adalah wilayah generalisasi (suatu kelompok) yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan kerakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kelas XI Semua Jurusan SMK Negeri 4 Bone, untuk dijadikan sebagai populasi, dan untuk lebih jelasnya perhatikan tabel populasi di bawah ini.

3.2 Tabel Populasi Penelitian

Sumber : SMK Negeri 4 Bone B. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:36) sampel adalah bagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari

No. Jurusan Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-

Laki Perempuan

1. AK XI 2 5 7

2. OTKP XI 5 12 17

3. TKJ XI 14 4 18

4. TBSM XI 28 - 28

5. ATPH XI 5 6 11

6. TPL XI 20 - 20

Jumlah 74 27 101

(38)

populasi tersebut harus betul-betul representatif atau mewakili populasi yang diteliti.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling yang dilakukan dengan mengambil secara acak dari populasi.

Pengambilan secara acak (random) dilakukan karena dianggap Enam kelas XI homogen. Atas dasar keterangan kepala sekolah SMK Negeri 4 Bone yang mengemukakan bahwa pembagian kelas XI tidak didasarkan pada tingkat kepintaran siswa sehingga kemampuan siswa setiap kelas dianggap merata atau dengan kata lain tidak terdapat kelas unggulan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

Sumber : SMK Negeri 4 Bone 3.4 Defenisi Oprasional Variabel

Oprasional variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Defenisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Definisi operasional sendiri dapat ditentukan suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Hal ini juga dapat menjadi panduan bagi peneliti

No Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Siswa OTKP Laki-laki Perempuan

1. XI 5 12 17

(39)

untuk menentukan suatu variabel tersebut dengan cara merumuskan kata-kata yang bersifat operasional. Variabel yang dimaksud yaitu variabel (X) metode pemodelan sedangkan varibel (Y) hasil belajar. Metode pemodelan adalah merupakan bagian dari strategi-strategi pembelajaran yang ada pada model pembelajaran berbasis PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Sedangkan hasil belajar sebagai suatu yang dicapai atau yang diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang dimana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, nilai dari orang, dan kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Didalam penelitian ini terdapat 2 variabel, adapun variabel yang dimaksud sebagai berikut :

A. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel besar, keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa (Y).

B. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel diukur, dimanipulasi, dan dipilih

(40)

oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi atau variabel yang apabila dalam suatu waktu berada bersama dengan variabel lain, maka diduga akan dapat berubah dalam keragamannya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode pemodelan (X).

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah lembar observasi, lembar tes, dan dokumentasi. Observasi yang dimaksud oleh penulis adalah sejumlah daftar cheek list yang akan disesuaikan dengan kondisi obkjektif lokasi penelitian. Tes tertulis berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan oleh guru yang telah ditentukan oleh penulis sebelumnya.

A. Lembar Tes

Tes diartikan sebagai sederetan pertanyaan atau latihan alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

B. Kuesioner

Kuesioner (angket) merupakan instrumen pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pernyataan tertulis untuk mendapatkan informasi yang dimiliki responden mencakup pendapat atau opini, fakta atau sikap jawaban pernyataan dalam instrumen.

(41)

Metode kuesioner (angket) berupa pernyataan digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh metode pemodelan. Skala yang digunakan yaitu skala likert dengan jumlah item 20 pertanyaan (terlampir). Siswa mengisi angket pertanyaan dalam bentuk checklist dengan memberikan tanda (). Sesuai kondisi yang dialaminya sesuai pernyataan. Pedoman penskoran untuk setiap cerita adalah sangat setuju (SS), setuju (S), cukup setuju (CS), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan penskoran 5,4,3,2,1.

C. Dokumentasi

Merupakan alat bantu yang dgunakan peneliti untuk mengumpulkan data- data yang berkaitan dengan variabel.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian memerlukan teknik atau metode tertentu agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

A. Observasi

Metode observasi merupakan kegiatan pengamatan keobjek penelitian untuk melihat kegiatan yang dilakukan. Metode penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada saat guru membagi beberapa kelompok kecil dan memberikan judul materi dan membatasi waktu masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama teman-temannya. Setelah selesai mencari hasil permasalahan masing- masing kelompok bergantian memaparkan hasil diskusi dengan teman kelompoknya, kelompok lain berhak memberi pertanyaan atau

(42)

masukan ketika hasil pemaparannya berbeda dengan pendapat kelompok lain.

Kemudian peneliti mengamati siswa yang mampu berani mengeluarkan pendapatnya sendiri.

B. Tes

Dalam tes ini, jenis tes yang diberikan berupa tes awal dan tes akhir. Tes awal (Pretest) merupakan tes yang diberikan sebelum mendapatkan perlakuan sedangkan tes akhir (Posttest) merupakan tes yang diberikan setelah mendapatkan perlakuan. Peneliti menggunakan instrumen tes atau soal- soal tes berupa pilihan ganda 20 nomor dengan pertanyaan yang sama dan dibuat berdasarkan indikator pembelajaran, yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Dengan proses pelaksanaan tes ini menggunakan lembaran kertas berisikan pertanyaan. Pertanyaan ini dikerjakan dengan cara memilih opsen pilihan ganda dan waktu yang telah ditentukan oleh guru pengajar.

C. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dari tempat penelitian, dimana peneliti mengambil gambar guru dan siswa pada saat proses pembelajran berlangsung dalam kelas, serta data yang relevan dengan penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari sekolah yang berupa denah sekolah, sarana dan prasarana serta data tentang guru dan siswa.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data, agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah yang bertujuan untuk

(43)

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan penerapannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengelolaan data atau analisis data dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistik. Analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

A. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Vivi Selvia, 2020:44 mengatakan suatu metode tentang bagaimana cara untuk mengumpulkan angka-angka dalam bentuk catatan untuk selanjutnya bagaimana cara menyajikan angka tersebut dalam bentuk grafik untuk dianalisis dan ditafsirkan dengan mengambil kesimpulan.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil Pemahaman siswa setelah belajar dan telah menyelesaikan tes, analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk mendeksrifsikan nilai hasil Pemahaman siswa dalam aspek kognitifnya. Untuk keperluan tersebut digunakan:

1. Tabel distribusi frekuensi kategori hasil Pemahaman pada kelas eksperimen.

2. Presentase (%) nilai rata-rata 𝑓

P = X 100%

𝑁

Keterangan:

P = Angka presentase

F = Frekuensi yang dicari presentasenya N= Jumlah siswa

(44)

Tabel 3.4 Kriteria Nilai Hasil Pemahaman

Interval Nilai Kriteria

90-100 Sangat Tinggi

78-89 Tinggi

55-74 Sedang

40-54 Rendah

0-39 Sangat Rendah

Sumber : Sudjana (2018:27) B. Analisis Statistik Infrensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Namun sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut akan dijelaskan secara lengkap mengenai uji analisis tersebut:

1. Uji Normalitas

Menurut (Sani & Masyhuri, 2018: 256). Uji normalitas adalah pengujian dalam model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak normal.Uji normalitas tersebut dilakukan dengan hipotesis, sebagai berikut:

H1: Populasi berdistribusi normal H0: Populasi tidak berdistribusi normal

(45)

Kriteria pengujian apabila nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan dari 5% atau 0,05 (Pvalue > 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan varians yang dilakukan untuk mengetahui data yang diteliti berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Kriteria homogenitas varians yaitu apabila harga sig> 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa instrumen variabel bersifat homogen. (Kasmadi &

Sunariah, 2018: 119). Uji homogenitas tersebut dilakukan dengan hipotesis, sebagai berikut:

H1: Populasi varians homogen H0: Populasi varians tidak homogen

Kriteria pengujian apabila nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan dari 5% atau 0,005 (Pvalue> 0,005) maka H1 diterima dan H0 ditolak.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Parsial (Uji t). Menurut Sugiyono (2018; 223) Uji t merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari kedua variabel yang diteliti menggunakan rumus sebagai berikut:

(46)

Dimana : Ŷ : Pemahaman .

X : model Cooperativ learnig tipe TTW α : Nilai konstanta.

B : Koefisien arah regresi.

Langkah-langkah pengujian kebenaran hipotesis, yaitu: menentukan dan menguji hipotesis, menentukan thitung dan ttabel, adapun kriteria penguji H1 diterima apabila thitung > ttabel atau H0 diterima apabila thitung < ttabel, dan membandingkan thitung dengan ttabel, serta menarik kesimpulan.

Ŷ = α + Bx

(47)

Universitas Muhammadiyah Bone | 41 DAFTAR PUSTAKA

Ari Sumirat Lusia. “Efektifitas Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk- Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Volume 1, Nomor 2, Artikel 3 (2014) Arif wicaksono Winahyu. “Model berpikir induktif:analisis proses Kognitif dalam

model berpikir induktif”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikanto Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Bahri Djamarah Syaiful. 2008. Pisikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Emzie. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan kuantitatif. Rajawali Pres. Jakarta.

Hasbullah. 2013. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.

Huda Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Hamdayana Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.

Ghalia Indonesia. Bogor.

Irawan. Soehartono. 2004. Metode Penelitian Sosial. Remaja Rosdakarya Offset.

Bandung.

Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Karwono dan Heni Mularsih. 2012. Belajar dan pembelajaran. Rajawali Pers.

Jakarta.

Majid Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakrya. Bandung Martono Nanang. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers. Jakarta.

Narbuko Cholid. 2001. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Pidarta Made. 2007. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

(48)

Universitas Muhammadiyah Bone |42 Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Rajagrafindo Persada. Jakarta Shoimin Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum

2013. Ruzz Media. Yogyakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Solihatin Entin dan Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta

Sudjana. 2001. Metode Statistika. Tarsito. Bandung

Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rodaskarya.Bandung.

Sudjana Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru.

Bandung.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Dasar Teori dan Praktek.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Aksara.

Yogyakarta. Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi.

Insan Madani. Yogyakarta

Susanto Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Kencana. Jakarta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka.

Sidoharjo.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Wijaya Kusuma Jaka. “Pengaruh pembelajaran think talk write (ttw) terhadap hasil belajar mahasiswa stie bina bangsa pada mata kuliah matematika ekonomi”. Jurnal matematika, Volume III Nomor 2 (September 2016).

(49)

Wijayanti Dian. “Pengembangan media lembar kerja siswa (lks) berbasis hierarki konsep untuk pembelajaran Kimia kelas x pokok bahasan pereaksi pembatas”. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Volume 4,Nomor 2 (Tahun 2015).

Coleman Michael. 2020.Pemodelan Teaching Strategy Examples for English Lnguage Learners. Retrieved January 17, 2022 from https://www.teachhub.com/teaching-strategies/2020/08/pemodelan- teaching-strategy-examples-for-english-

languagelearners/#:~:text=Pemodelan%20is%20a%20teaching%20st rategy,an%20excellent%20class%20management%20technique.

Kasmidi & Sunariah. 2018. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.

Sukabumi:

Purwanto. 2019. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suprijono. 2018. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM Edisi Revisi.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sudjana. 2019. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Slameto. 2018. Belajar dan Faktor- faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2018.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2020. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sany & Masyhuri M. 2018. Metodologi Riset Manajemen Sumber Daya Manusia.

Malang: UIN Press.

Umu Syaidah, 2018. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Di SMA Negeri Rambipuji. Jurnal Pendidikan ekonomi. 12. 2. 186.

Vivi Silvia, 2020. Statistika Deskriptif. Penerbit Andi.

Yani. 2018. Hambatan- Hambatan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Membuat Pola Dengan Teknik Kontruksi di SMK Negeri 1 IV Angkek Kab. Agam.

Skripsi. Padang: FT UNP.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Desain Penelitian  Keterangan :
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
Tabel 3.4 Kriteria Nilai Hasil Pemahaman

Referensi

Dokumen terkait

judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SOAL CERITA MELALUI MODEL THINK. TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS V SD NEGERI 02

Skripsi ini berjudul: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Sekolah

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada materi bangun

Think Talk Write (TTW) sama efektifnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa karena pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar murid dalam menyimpulkan isi berita

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi

Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Sesudah Menggunakan Teknik Think Talk Write TTW Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Painan Langkah-langkah awal yang dilakukan untuk

Researchers use one solution that is expected to improve Indonesian language learning outcomes, namely learning to write poetry through the TTW Think Talk Write model for fifth grade