NOTA DINAS
Kepada Yth,
Ketua jurusan Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon di-
Cirebon Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari SULISTIAWATI, Nomor Induk Mahasiswa 2015. 3. 3. 1.
00205 berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDIT Al-Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon” bahwa skripsi tersebut sudah dapat disajikan kepada Ketua Jurusan Tarbiyah untuk dimunaqosahkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Menyetujui, Dosen Pembimbing I,
𝐃𝐫𝐬. 𝐀𝐠𝐮𝐬 𝐏𝐫𝐚𝐲𝐢𝐭𝐧𝐨, 𝐌. 𝐏𝐝 𝐍𝐈𝐃𝐍. 𝟐𝟏𝟎𝟏𝟎𝟖𝟕𝟎𝟎𝟏
Pembimbing II,
𝐒𝐡𝐮𝐥𝐤𝐡𝐚𝐡, 𝐌. 𝐏𝐝 𝐍𝐈𝐃𝐍. 𝟐𝟏𝟏𝟎𝟏𝟐𝟖𝟏𝟎𝟏
3
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon” oleh Sulistiawati, NIM.
2015.3.3.1.00205, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Jurusan Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal 19 Juni 2019.
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon, 19 Juni 2019 Sidang Munaqosah,
Ketua
Merangkap Anggota,
H. Oman Fathurohman, M. A NIDK. 8886160017
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Sulaiman, M. MPd NIDN. 2118096201
Penguji I,
H. Ahmad Munajim, M. M NIDN. 2117086801
Penguji II,
Drs. KH. Abdul Hayi Imam, M. Ag NIDN. 2115065801
4 ABSTRAK
SULISTIAWATI. NIM. 2015.3.3.1.00205 : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI SDIT AL-HIKMAH KECAMATAN HARJAMUKTI KOTA CIREBON.
Penelitian ini mengacu pada masalah pokok yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang mungkin disebabkan oleh model pembelajaran yang kurang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan seperti model pembelajaran yang masih monoton sehingga materi sulit untuk dipahami. Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, dalam materi keberagaman suku di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui seberapa baik penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together pada Mata Pelajaran IPS kelas IV SDIT AL-Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. 2) Untuk mengetahui seberapa baik hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV.3) Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SDIT AL-Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para siswa untuk saling berinteraksi serta berfikir bersama, setiap siswa dapat aktif dalam penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada kepala masing-masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk mengeksplor aktifitas siswa dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDIT AL-Hikmah yang berjumlah 285 siswa sedangkan sampel yang diambil adalah siswa kelas IV yang berjumlah 28 siswa diambil dengan teknik purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai variabel X dan Hasil Belajar siswa sebagai variabel Y.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh skor rata-rata penggunaan model pembelajaran Numberd Heads Together (NHT) adalah prosentase dari ke-13 indikator sebesar 87,94% termasuk kategori kriteria sangat baik. Sedangkan hasil belajar mata pelajaran IPS sebesar 0,571 berdasarkan tabel 3.7 termasuk kategori cukup kuat. Maka peningkatan satuan satuan mempengaruhi hasil belajar mata pelajaran IPS sebesar 0,744 penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS sebesar 10,1% dan sisanya sebesar 89,9%
dipengaruhi dari faktor lain diluar variabel yang digunakan.
Kata Kunci: Pengaruh Model pembelajaran Numbered Heads Together, Hasil Belajar
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Penyusunan skripsi tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak mulai perencanaan sampai penyusunan. Atas bimbingan, perhatian dan bantuannya dalam membuat skripsi ini penulis menyampaikan rasa hormatdan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H.A.Basuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa Cirebon.
2. Bapak Dr. H. Oman Fathurohman, MA, Rektor IAI Bunga Bangsa Cirebon yang memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di IAI Bunga Bangsa Cirebon.
3. Bapak Drs. Sulaiman, M.M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
4. Ibu Ratna Purwati,M.Pd, Ketua Prodi S1 jurusan PGMI di IAI Bunga Bangsa Cirebon.
5. Bapak Drs. Agus Prayitno, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran sehingga terwujudnya skripsi ini.
6. Ibu Shulkhah, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran sehingga tersusunnya skripsi ini.
6
7. Segenap keluarga yang selalu memberikan bantuan baik materil maupun spiritual demi terwujudnya skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Cirebon, 30 Juni 2019 Penulis
𝐒𝐔𝐋𝐈𝐒𝐓𝐈𝐀𝐖𝐀𝐓𝐈 𝐍𝐈𝐌. 𝟐𝟎𝟏𝟓 . 𝟑. 𝟑. 𝟏. 𝟎𝟎𝟐𝟎𝟓
7 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ...vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Deskripsi Teoretik ... 12
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 31
D. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Desain Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data... 42
E. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASA...64
A. Deskripsi Data ... 64
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 80
C. Pengujian Hipotesis ... 88
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90
E. Keterbatasan Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
8
A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN
9 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini seringkali kita temui terdapat berbagai macam cara untuk menyelenggarakan pendidikan. Baik pendidikan formal, non formal dan informal yang merupakan sarana menumbuh-kembangkan potensi-potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Selain itu seiring perkembangan zaman di dunia pendidikan maka pendidikan juga banyak mengalami perubahan yang signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik dari yang awam dan kaku menjadi modern, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah suatu amalan ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
َج َرَخ ْنَم ىِف
َط ب َل ا ْلِع ْل َو هَف ِم ِبَس ىِف
ِالل ِل ْي تَح
َي ى َع ِج ْر
)ى ذم رتلا ه ا و ر(
1
Artinya: Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) sehingga ia sampai pulang kembali. (H.R. Tirmidzi).
1 Ahmad abdul khozin, Hadits Tarbawi Perspektif Psikologi,(Cirebon: Lentera Pena Studio, 2014), h. 6.
10
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pada Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses, II poin C, dinyatakan tentang beberapa model pembelajaran alternatif yang dapat dikembangkan dan digunakan secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi di kelas serta untuk mendukung iklim belajar PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Iklim belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuh kembangkan secara optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik.2
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dalam melaksanakan proses pendidikan tersebut maka pendidikan terstruktur dalam tiap satuan pendidikan yaitu satuan pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.3
Kelemahan terbesar dari lembaga-lembaga pendidikan dan pembelajaran kita menurut Purwasasmita karena pendidikan itu tidak memiliki basis pengembangan
2 Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Jakarta : Rajawali Pers, 2015), h. 3.
3 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 41.
11
budaya yang jelas. Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomik untuk menghasilkan atau membudaya manusia pekerja (abdi dalem) yang sudah disetel menurut tata nilai ekonomi yang berlatar (kapitalistik), sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan kita menjadi manusia pencari kerja dan tak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkaian manfaat yang seharusnya menjadi hal yang paling esensial dalam pendidikan dan pembelajaran.
Mata Pelajaran disetiap jenjang pendidikan memiliki bobot masing-masing.
Khususnya mata pelajaran IPS di setiap persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan yaitu pendidikan sosial atau akrab disebut dengan IPS. Pendidikan sosial merupakan mata pelajaran yang di dalamnya termuat kompetensi-kompetensi sosial yang harus dimiliki siswa guna hidup dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Banks yang menyatakan bahwa IPS merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara dan bahkan dunia.
Selanjutnya, Buchari Alma juga mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya membahas manusia dalam lingkungan fisik, maupun dalam lingkungan alam sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti : geografi,
12
sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi.4 Pentingnya IPS dalam pendidikan dasar adalah sebagai landasan siswa untuk menghadapi kegiatan sosial yang ada di masyarakat seperti berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungannya dan membangun siswa menjadi warga negara yang baik serta memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Adanya model pembelajaran sangatlah membantu dalam penyampaian materi atau bahan ajar. Selain itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi dalam mata pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, banyak faktor yang harus diperhatikan mulai dari kesiapan belajar siswa dan lingkungan belajar selain itu gaya mengajar seorang guru pun mampu mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 28 Desember 2018 di SDIT AL- Hikmah Persis 187 pada Mata Pelajaran IPS semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 diperoleh data sebagai berikut ini:
4 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), h. 19.
13
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian di Semester Ganjil Kelas IV SDIT AL- Hikmah Persis 187 pada Pembelajaran IPS Tahun Ajaran 2017/2018
Kelas
Jumlah Siswa
KKM Nilai
Jumlah Ketuntasan
Presentase (%)
Ket
IV 28 75
>75 19 67,85% Tuntas
<75 9 32.15% Tidak Tuntas Sumber: Dokumentasi Wali Kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187
Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa hasil UAS siswa kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon masih tergolong cukup baik. Siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai >75 ada sebanyak 19 siswa dari 28 siswa atau sebanyak 44,73%. Sedangkan siswa dengan nilai <75 ada sebanyak 9 siswa dari 28 siswa atau sebanyak 55,23%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil Ulangan Harian siswa kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 cukup.
Pencapaian hasil belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu ketiga aspek di atas harus menjadi indikator hasil belajar. Menurut Sudjana, ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah Lingkungan sekolah yang berupa model pembelajaran dimana berdasarkan hasil observasi guru jarang menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa untuk saling berinteraksi.
14
Selanjutnya, hasil penelitian pendahuluan mengamati bahwa dalam proses pembelajaran guru kurang meperhatikan atau tidak mobile melainkan hanya berdiam di satu titik yaitu agar siswa terpusat. Hingga akhirnya siswa yang duduk dibangku paling belakang atau paling pojok menjadi tidak aktif mereka malah asik dengan kesibukannya sendiri. Selain itu, guru tidak mengulang kata-kata apa yang perlu diingat oleh siswa sehingga memunculkan kefokusan daya berfikir siswanya. Misalnya “sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau”.
Sehingga dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran masih terfokuskan kepada gurunya.
Oleh sebab itu, berdasarkan masalah di atas peneliti mencoba mencari model pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Dalam penerapan model NHT diharapkan dapat menambah semangat dan meningkatkan kerja sama untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu melihat karakteristik siswa kelas V SDIT AL- Hikmah yang masih senang bermain terbukti dari ketika KBM banyak siswa yang memilih bermain dengan temannya, maka model pembelajaran kooperatif tipe ini cocok untuk diterapkan karena siswa mampu bermain di dalam kelompok dengan temannya sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan berkompetensi dengan temannya.
Menurut Slavin adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4
15
sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.5 Menjadikan siswa-siswi terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah Numbered Heads Together.
Menurut kagan, “Numbered Heads Together” merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa”. Empat tahapan menurut Kagan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu: 1) Penomoran (Numbering); 2) Mengajukan pertanyaan (Questioning); 3) Berfikir bersama (Heads Together); 4) Menjawab; (Answering)6
Pendapat seperti di atas juga didukung oleh Huda yang mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangakan jawaban yang paling tepat. Meningkatkan semangat kerjasama siswa juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Selain itu adanya pencatatan skor untuk yang menjawab soal dengan benar dan tepat. Serta pemberian reward bagi kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Hal tersebut menjadikan siswa merasa senang, tidak bosan dan mengembangkan cara berfikir dalam mengikuti pelajaran di kelas, sehingga
5 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model Pemebalajaran Inovatif dan Efektif , (Bandung: ALFABETA, 2014), h. 56.
6 Sulistiyorini, Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP, (Semarang: Tiara Wacana,2007), h. 20.
16
meningkatkan hasil belajar.7 Oleh karena itu model pembelajaran ini memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDIT AL- Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah- masalah yang dapat di identifikasikan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDIT AL- Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon masih terbilang rendah, karena masih terdapat 13 siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diharapkan.
2. Proses belajar mengajar di dalam kelas kurang kondusif, siswa belum mampu belajar secara tertib dan nyaman sehingga mengganggu proses pembelajaran.
3. Siswa masih mempusatkan pembelajaran kepada guru mata pelajaran sehingga siswa kurang inovatif dalam melakukan proses pembelajaran.
7 Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 138.
17 C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang terbilang rendah disebabkan model pembelajaran yang kurang tepat di dalam kelas. Untuk itu dalam mendekati permasalahan ini, peneliti melakukan upaya penyelesaian masalah dengan mencoba menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together. Dan beradasarkan penelitian tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDIT Persis 187 AL-Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon?”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang Perumusan masalah dalam penelitian dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Seberapa baik model pembelajaran tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kelas IV Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon?
2. Seberapa baik hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon?
3. Seberapa kuat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon?
18 E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa baik penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together pada Mata Pelajaran IPS kelas IV SDIT AL- Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
2. Untuk mengetahui seberapa baik hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SDIT AL-Hikmah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
3. Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
F. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori di bidang pendidikan khususnya pada Mata Pelajaran IPS siswa kelas IV SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu yang diperoleh penelitian dan sebagai sarana dalam menuangkan ide secara ilmiah serta memperoleh pengalaman dalam penelitian.
Secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para guru kelas khususnya di SDIT AL-Hikmah Persis 187 dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran dengan senantiasa guna meningkatkan hasil belajar memberikan solusi nyata dalam peningkatan keaktifan
19
siswa melalui model pembelajaran Numbered Heads Together. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk guru, siswa, sekolah dan peneliti.
a. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah khususnya pada Mata Pelajaran IPS.
b. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi guru tentang model pembelajaran Numbered Heads Together yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran IPS di kelas.
c. Dapat meningkatkan keaktifan, membantu memahami dan menyelesaikan soal-soal yang diujikan pada Mata Pelajaran IPS.
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik 1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.8
Menurut Joyce & Weil yang disitir Rahman mendefinisikan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.9
Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
8 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 146.
9 Oman Fathurohman, Agus Prayitno, Model-model pembelajaran, (Cirebon: Lentera Pena 14, 2018), h. 1.
21
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu model yang menjadi landasan dalam pembelajaran serta memiliki pola langkah-langkah pembelajaran yang tersusun dan tersistematis. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa di dalam kelas, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang ketercapaiannya tujuan pembelajaran.
b. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dirancang untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Menurut Oman Fathurohman dan Agus Prayitno, macam-macam model pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Model Pembelajaran Langsung, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
10 Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2009), h. 74.
22
mencapai minimal tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini juga dapat membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.11 Sedangkan menurut Lapp, Bender, Ellenwood, & John berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan dari empat model utama, yaitu:
1. The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang disajikannya.
2. The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi individuak siswa.
3. The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman, dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya.
11 Oman Fathurohman, op. cit., h. 13.
23
4. The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran.12
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi atau bahan ajar yaitu: model pembelajaran langsung, model pembelajaran tidak langsung, model pembelajaran cooperative leraning, the classical model, the technological model, the personalised model, dan the interction model. Dari banyak model penulis pun menggunakan salah satunya yaitu model cooperative learning.
c. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur juga dorongan yang memungkinkan terjadinya interaksi yang bersifat efektif diantara anggota kelompok.
Menurut Hamdayana, model pembelajaran cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran ini juga merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim
12 Aunurrahman, op. cit., h. 147.
24
kecil, yaitu 4-6 orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda.13
Sedangkan menurut Oman Fathurohman dan Agus Prayitno, pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai minimal tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dan pembelajaran ini mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.
Beradasarkan pengertian pembelajaran kooperatif dari para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang berkelompok, dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok di mana dalam satu kelompoknya itu biasanya terdiri dari 4-6 orang siswa yang bersifat heterogen. Heterogen di sini tidak membedakan antara suku, ras, warna kulit, atau pun kelas sosialnya.
d. Tipe-tipe model pembelajaran cooperative learning
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang memiliki banyak variasi. Diantaranya yaitu:
Student Teams-Achievement Division (STAD)/Devisi Pencapaian- Kelompok Siswa, Pembelajaran Kooperative Tipe Teams-Games-
13 Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran kreatif dan berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017), h. 60.
25
Tournaments (TGT), dan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok/Group Investigation (GI).14
Menurut Arends ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yaitu: Student Teams Achievement Division (STAD), Group Investigation (GI), Jigsaw, dan Structural Approach.15
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri suatu permasalahan yang dipelajari.
Menurut La iru dan La Ode Safiun Arihi, model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.16
Numbered Heads Together atau penomoran berfikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional.
14 Taniredja, Tukiran, op. cit., h. 64.
15 Oman Fathurohman, op. cit., h. 16.
16 Hamdayana, op.cit, h. 175.
26
Pembelajaran Numbered Heads Together diawali dengan Numbering (penomoran). Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil dimana setiap siswa dalam setiap kelompok diberi nomor.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam tipe ini siswa dapat belajar secara berkelompok, bekerjasama untuk menyatukan ide-ide yang di miliki siswa dan berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas yang akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan aktif dalam proses pembelajaran sebagaimana menurut Huda yang mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
1. Dikembangkan oleh Russ Frank.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
3. Meningkatkan semangat kerjasama siswa.
4. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.17 Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini siswa tidak hanya diberikan tanggung jawab untuk kelompoknya melainkan harus bertanggung jawab pula terhadap dirinya sendiri sebagaimana menurut Slavin bahwa “Metode Russ Frank ini adalah cara yang
17 Huda, op.cit, h. 138.
27
sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab individual kepada diskusi kelompok”.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dari para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan melibatkan para siswa untuk saling berinteraksi serta berfikir bersama, sehingga setiap siswa dapat aktif dalam penguasaan materi dengan cara menggunakan nomor pada kepala masing-masing siswa sebagai identitas yang memudahkan guru untuk mengeksplor aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
b. Tujuan Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together Setiap tipe model pembelajaran memiliki tujuan pencapaian untuk dilaksanakan dalam proses kegiatan pemebelajaran. Sebagaimana Ibrahim dkk mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajran kooperatif tipe NHT yaitu:
1. Hasil belajar akademik struktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
28
3. Pengembangan keterampilan: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.18
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT
Setiap model pembelajaran memiliki beberapa langkah-langkah yang menjadikan karakteristiknya. Begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penerapannya memiliki langkah-langkah yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya.
Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Empat langkah Menurut Kagan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together yaitu :
1. Penomoran (Numbering); Guru membagi siswa yang beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomer 1 samapi dengan 5.
2. Mengajukan pertanyaan (Questioning); Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada setiap kelompok dengan berupa LKS. Pertanyaan berbentuk kalimat tanya dan berbentuk soal cerita.
18 Hamdayana, op. cit., h. 177.
29
3. Berfikir bersama (Heads Together); siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4. Menjawab (Answering); Guru memanggil salah satu nomer tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai dengan yang disebutkan oleh guru tersebut mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan. Dalam memanggil satu nomor, guru secara acak menyebut nomor 1 sampai x (x adalah banyaknya siswa dalam kelompok). Anak yang terpilih dari tahap 4 adalah anak yang diharapkan menjawab. 19
Menurut H. Oman Fathurohman dan Drs. Agus Prayitno, mengemukakan langkah-langkah NHT sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya disebutkan melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Tanggapan dari temen yang lain, kemudian guru menunjukan nomor lain.
19 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Temati, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 82.
30 6. Kesimpulan.20
Sedangkan menurut Ibrahim, langkah-langkah pembelajaran NHT terdapat enam langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan Kelompok
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberikan nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi Masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
20 Oman Fathurohman, op. cit., h. 82.
31
Pertanyaannya dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.21 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memilih langkah- langkah pembelajaran NHT menurut Hamdayana. Alasan peneliti memilih langkah-langkah menurut Hamdayana yaitu, dilihat dari langkah-langkah Hamdayana yang menurut peneliti lebih lebih mudah dan lebih cocok untuk di terapkan dalam penelitian ini.
d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Tipe NHT
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Seperti menurut Oman Fathurohman dan Agus Prayitno, kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
a. Kelebihan NHT
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
21 Hamdayana, op. cit., h. 176.
32
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan NHT
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.22 Lebih lanjut Trianto, menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.23
22 Oman Fathurohman, op. cit., h. 83.
33
Menurut Hamdani, menemukakan bahwa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.24 Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan kekurangannya yaitu tidak semua siswa mendapat kesempatan dipanggil nomornya oleh guru.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil tidak lain suatu yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu. Seperti pada proses pembelajaran atau pendidikan dimana akan memperoleh hasil dari proses yang sudah kita capai. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu
23 Trianto, op. cit., h. 83.
24 Hamdani. loc. cit.
34
kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut dan akan menentukan sebuah hasil.
Dalam buku Educational Phychology, H.C Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Senada dengan hal tersebut, Abdillah (2002) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan belajar.25
Menurut Sanjaya hasil belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.26
Sedangkan Gagne mengemukakan bahwa kompetensi dan kapabilitas sebagai bukti nyata dari hasil belajar. Gagne membagi lima kategori hasil
25 Aunurrahman, op. cit., h. 35.
26 Sulihin, “Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK”, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 2, 2012, h. 372.
35
belajar yakni, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan mototris.27
Menurut Susanto hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan teori Bloom yang membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah secara garis besar.28
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organiasasi dan internalisasi.
Ranah Psikomotorik berkenaan dengan istilah hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.
27 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 22.
28 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 5.
36
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan kata lain, hasil belajar pun dapat berbentuk penilaian. Penilaian itu sendiri merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Fungsi dari penilaian tersebut merupakan alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
4. Pengertian Pembelajaran IPS
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Warsita pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.29
Mata Pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.
Menurut Edgar Wesley pada tahun 1937 menyatakan bahwa “The social studies are the social sciences simplified for pedagoical purposes”
(studi sosial atau akrab disebut IPS adalah ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pedagogis).30
29 Rusman, op. cit., h. 21.
30 Sapriya, op. cit., h. 9.
37 B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
1. Hasil Penelitian Anastasia Apriani
Anastasia Apriani (2017) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri Marga Kaya Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dalam pokok bahasan menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan indonesia siswa kelas V SD Negeri Marga Kaya. Ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada pretesti eksperimen 1 (kondisi awal) nilai rata-ratanya yaitu 46,56 sedangkan pada hasil posttest eksperimen 1 nilai rata-ratanya menjadi 51,39.
Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Namun peneliti ini memiliki perbedaan yaitu pada penelitian yang dilakukan Anastasia, dalam penelitianya menggunakan metode eksperimen. Sedangkan dalam
38
penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi dan angket (kuesioner).
2. Hasil penelitian Daniati
Hasil penelitian Daniati (2014) dengan judul “Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 1 Lemah Abang Jakarta tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Lemah Abang ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase skor Motivasi Belajar IPS yang didapat melalui observasi dengan pedoman observasi diperoleh skor sebesar 78,46% pada siklus I kemudian meningkat menjadi 83,93% pada siklus II atau terjadi peningkatan sebesar 5,47%.
Berdasarkan angket yang dapat didistribusikan kepada siswa juga terjadi peningkatan skor Motivasi belajar IPS siswa sebesar 3,12% di mana skor pada siklus I sebesar 78,31% meningkat menjadi 81,43%
pada siklus II.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan populasi yang digunakan adalah kelas IV. Perbedaanya yaitu penelitian Daniati merupakan penelitian Tindakan Kelas, sedangkan pada penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif. Alat
39
pengumpul data yang digunakan Daniati berupa tes dan lembar observasi yang meliputi IPKG (Instrumen Penelitian Kinerja Guru) dan angket. Sedangkat alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah dokumentasi dan angket. Tempat penelitian yang dilakukan Daniati adalah di SD Negeri Lemah Abang Jakarta, sedangkan tempat penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri Kesambi Dalam Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
3. Hasil Penelitian Ravel
Hasil penelitian Ravel (2018) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap Prestasi Belajar pada Pembelajaran Tematik Kelas V SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung”. Dalam penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas V SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan rumus uji non parametrik. Setelah dilaksanakan penelitian hasil uji non parametrik dapat disimpulkan bahwa Dhitung
0,0043, dengan sampel sebanyak 41 sehingga Dtabel dengan margin error 5% sebesar 0,2124. Kriteria pengujian Dhitung < Dtabel
(0,0043<0,2124).
Persamaan peneliti di atas dengan peneliti ini terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran NHT dan
40
menggunakan tipe penelitian Kuantitatif. Namun adapun perbedaanya yaitu Ravel menggunakan metode eksperimen dalam pengambilan datanya sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan angket dan dokumentasi.
C. Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi yang didamnya terdapat berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut adalah penyampaian materi pembelajaran. Pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon masih menggunakan metode konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat kepada guru sehingga hasil belajar siswa belum optimal.
Penerapan model Numbered Heads Together pada proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memberikan kesempatan pada siswanya untuk saling berbagi gagasan dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu mampu membangun kerjasama setiap siswa di dalam kelompok agar memperoleh skor untuk setiap kelompoknya.
Model pembelajaran Numbered Heads Together memberikan kemudahan dalam menganalisis materi pelajaran. Siswa akan terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya masing-masing serta meyakini bahwa setiap siswa mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada atau materi yang sedang disampaikan. Model pembelajaran ini diawali dengan guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok
41
namun tanggung jawab diberikan kepada perorangan sehingga setiap siswa mampu mengusai setiap materi yang disampaikan serta mengingatnya.
Kemudian, guru menyebutkan salah satu nomor dan itu berlaku untuk setiap kelompok dan nomor yang dipanggil oleh guru tersebut harus mampu menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Selain dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together waktu belajar semakin lebih singkat dan efektif tanpa perlu penjelasan yang terlalu lama dan bertele-tele yang menyebabkan tidak fokusnya siswa dalam belajar. Berdasarkan teori diatas maka kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan berikut :
Tabel 2.1
Gambar 1.1 Pembelajaran kadang kadang dengan model
pembelajaran
Hasil Belajar Siswa belum Optimal
Pembelajaran dengan menggunakan Model
Numbered Head Together
Siswa Guru
Hasil Belajar Meningkat
42 D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.31
Berikut pengajuan hipotesis dalam penelitian kali ini
Ha: Model pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa thitung > ttabel
Ho: Model pembelajaran Numbered Head Together tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa jika thitung < ttabel
Ha: Model pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa jika Sig.>0,05
Ho: Model pembelajaran Numbered Head Together tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa jika Sig.<0,05
Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, dengan level signifikan 0,05 masing-masing variabel bebas. Jika Sig.t < 0,05 dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, CV. Alfabeta, 2016), h. 96.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain dengan menggunakan metode survey. Menurut Sugiyono, metode survey merupakan penelitian dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang dilakukan pada poluasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sempel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antara variabel, sosiologis, maupun psikologis.32
Tujuan penelitian survey adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter- karakter yang khas dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan menjelaskan keadaan yang ada di obyek penelitian berdasarkan faktor dan data yang dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis.33
Sedangkan menurut Hamidi, penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan menyajikan secara teliti (accurately and precisely) tentang karakteristik yang sangat luas dari suatu populasi.
32 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung, CV. Alfabeta, 2013), h. 7.
33 Sugiyono, op., cit, h. 238.
44
Setiap kategori atau karakteristik tersebut dapat dideskripsikan secara lebih terurai lagi melalui gabungan antara karakteristik tertentu.34
Penelitian deskriptif bertujuan untuk: (1) mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menemukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.
B. Tempat dan Waktu Penelitian a. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2018 sampai dengan bulan Maret 2019. Penelitian ini menghabiskan waktu sekitar 3 Bulan.
34 Cucun Sunaengsih, Pengaruh Media Pembelajaran terhadap Mutu Pembelajaran, Ejournal Upi Education, 3, 2016, h. 185.
45
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
NO
Rencana Kegiatan
Bulan ke
Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan √
Observasi √ Identifikasi
masalah
√
Penentuan Tindakan
√
Pengajuan judul
√
Penyusunan proposal
√
Pengajuan izin penelitian
√
2 Pelaksanaan √
Seminar proposal
√
Pengumpulan data penelitian
√ √ √
3 Penyusunan Laporan
√
Penulisan laporan
√ √ √ √
Ujian skripsi
46 b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. SDIT AL-Hikmah ini dipilih sebagai temapat penelitian, karena menurut peneliti akan lebih efektif bagi kepentingan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti sendiri yaitu :
1. Efektivitas waktu, karena peneliti tidak jauh berada di wilayah pendidikan SDIT AL-Hikmah Persis 187 sehingga dalam pengumpulan data tidak memerlukan waktu yang lama.
2. Biaya penelitian bisa terjangkau, karena jarak berbagai data yang diperlukan tidak membutuhkan biaya dalam pengumpulannya.
3. Proses pengumpulan data akan lebih mudah karena sebagian besar populasi berada di SDIT AL-Hikmah Persis 187.
C. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi merupakan kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian.35 Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.
35 Saifuddin Azwar, op. cit., h. 77.
47
Menurut Sugiyono, populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.36 Dari pengertian itu dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan merupakan segala sesuatu yang memiliki karateristik tertentu yang dijadikan objek penelitian oleh seorang peneliti.
Menurut Arikunto, populasi merupakan keseluruhan subyek peneliti. Subjek yang diteliti adalah peserta didik kelas IVB yang berjumlah 28 siswa SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.37 Suharsimi menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Setiap penelitian memerlukan sejumlah orang yang harus diselidiki. Secara ideal penelitian harus menyelidiki seluruh populasi. Namun apabila populasi terlampaui besar, maka diambil sejumlah sampel yang bisa mewakili keseluruhan populasi itu, diambil kesimpulan yang merupakan generalisasi.38 Berdasarkan jumlah siswa yang terdapat populasi yaitu 28 siswa, maka
36 Sugiyono, op., cit, h. 117.
37 Sugiyono, op. cit., h. 62.
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta, PT.
Rineka Cipta 2013), h. 174.
48
peneliti menggunakan sampel jenuh dalam penelitiannya dimana peneliti menggunakan seluruh populasi sebagai sampel.
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2003:246) apabila jumlah responden kurang dari 100, sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan apabila jumlah responden lebih dari 100, maka pengambilan sampel 10% -15%
atau 20% -25% atau lebih.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner merupakan suatu bentuk instrumen pngumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan.39 Data yang diperoleh lewat penggunaan kuesioner adalah data yang kita kategorikan sebagai data faktual. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian, metode yang digunakan adalah dengan kuesioner tertutup.
Instrumen kuesioner harus diukur validitas dan reabilitas datanya sehingga penelitian tersebut menghasilkan data yang valid dan reliable. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliable adalah instrumen yang apabila
39 Ibid., h. 101.
49
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini dengan menggunakan skala model Likert 5 poin. Jawaban responden berupa pilihan dari lima alternatif yang ada, yaitu :
1. SS : Sangat Setuju 2. S : Setuju
3. N : Ragu-Ragu 4. TS : Tidak Setuju
5. STS: Sangat Tidak Setuju
Pada pernyataan positif masing-masing jawaban memiliki nilai sebagai berikut :
1. SS : 5 2. S : 4 3. N : 3 4. TS : 2 5. STS: 1
Pada pernyataan negatif masing-masing jawaban memiliki nilai sebagai berikut :
1. SS : 1 2. S : 2 3. N : 3
50 4. TS : 4
5. STS: 5
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mencari informasi tentang model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di kelas IVB SDIT AL-Hikmah Persis 187 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Dalam penskoran tersebut data yang telah diberi skor berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif.
Sedangkan instrumen untuk mengukur penilaian hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Toether ini menggunakan nilai hasil ulangan harian siswa yang dilaksanakan di kelas IVB.
Adapun indikator dan kisi-kisi instrumen varibel ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Indikator dan kisi-kisi Instrumen Model Pembelajaran Numbered Heads Together
N o
Variabel Penelitian
Dimensi Indikator Jumlah Butir No. Butir Ite
m Posi
tif
Item Neg
atif
Juml ah Item
Ite m Posi
tif
Item Neg
atif 1 Penerapa
n Model Pembelaj aran NHT pada pokok bahasan
“Keberag
Penerapa n model pembelaj aran NHT pada materi
“Keberag aman
1. Tangga pan siswa terhada p model pembel ajaran NHT
3 2 5 1,3,
4 2,5