• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

Fatik Lutviana Anggraini 1, Vera Feryyal 2

1Dosen STAI At-Taqwa Bondowoso

2 Dosen STAI At-Taqwa Bondowoso Email: fatiklutviana20@gmail.com.

Naskah diterima: 20 Maret 2022, direvisi: 05 April 2022, diterbitkan: 19 Mei 2022 ABSTRACT

The learning model has an important role in the learning process. The learning model serves to assist teachers in achieving the set learning objectives. One of them is the Numbered Heads Together (NHT) cooperative learning model, which is a structural cooperative learning model developed by Spencer Kagan (1993) by involving students in reviewing the material covered in a lesson and checking or checking their understanding of the content of thelesson. This cooperative learning model is expected to produce an effective, innovative learning process and improve the results of student activities. This study aims to determine the application of the NHT learning model in thematic learning. The research approach uses a qualitative descriptive type. The research location is at SDN Dabasah 4 Bondowoso. Data sources are divided into two, namely primary and secondary. Primary data sources are the principal, class teachers and students of SDN Dabasah 4 and secondary data sources are the results of observations and documentation. Data collection techniques through interviews, observation and documentation. The data analysis technique uses data reduction, data presentation and conclusion drawing. The research stages are pre-field, fieldand data analysis. The results showed: 1) The NHT learning model has many benefits in the learning process in the classroom, 2) There are various considerations that must be considered before determining the learning model. 3) There are various learning models that are suitable for use in thematic learning in elementaryschools

Keywords: Learning model, Numbered head together, Tematik.

ABSTRAK

Model pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan model pembelajaran kooperatif struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan siswa dalam meninjau kembali materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka terhadap isi materi pelajaran. pelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, inovatif dan meningkatkan hasil aktivitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran tematik. Pendekatan penelitian menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di SDN Dabasah 4 Bondowoso. Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer adalah kepala sekolah, guru kelas dan siswa SDN Dabasah 4 dan sumber data sekunder adalah hasil observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Tahapan penelitian adalah pra lapangan, lapangan dan analisis data. Hasil penelitian

(2)

9 menunjukkan: 1) Model pembelajaran NHT memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran di kelas, 2) Terdapat berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum menentukan model pembelajaran. 3) Terdapat berbagai model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar.

Kata Kunci: Model pembelajaran, Numbered head together, Tematik..

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Pasal 1 Ayat 1 mendefinisikan pendidikan sebagai “Usaha sadar mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Berdasarkan definisi tersebut mendorong munculnya paradigma baru dalam praktik pendidikan agar lebih menekankan kepada proses pembelajaran yang berkualitas. Agar diperoleh pembelajaran yang berkualitas, seorang guru diharapkan dalam pembelajarannya mampu mengembangkan seluruh potensi diri siswa sebagai peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya dan dapat berpikir kritis. Selain itu, banyak pendidik yang asal memilih model pembelajaran yang tentunya sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan pembelajaran. Masalah ini menjadi kompleks ketika selama ini banyak pendidik lebih banyak menggunakan model pembelajaran klasikal. Dari berbagai masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak berfokus pada kemampuan untuk memecahkan masalah, berfikir kritis dan inovatif karena peserta didik hanya dituntut untuk menghafalkan informasi. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa yang rata-rata dibawah standar yang ditetapkan. Hasil wawancara awal dengan narasumber memperkuat pernyataan tersebut. Hasil wawancara awal dengan narasumber diperoleh informasi bahwa selama ini guru ketika mengajar hanya menggunakan model tertentu saja sehingga proses pembelajaran monoton.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang telah dilaksankan bahwa saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pada saat pembelajaran kelompok siswa kurang mampu mengembangkan keterampilannya dalam berinteraksi dan berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Siswa cenderung malas-malasan dan hanya mengobrol dengan temannya sehingga tugas yang dikerjakan tidak selesai tepat waktu. Sejalan dengan hal itu, dalam mengajar di sekolah dasar hendaknya guru dapat menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas siswa dalam belajar, diantaranya aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa.

Penggunaan model pembelajaran klasikal seharusnya dikurangi dan diganti dengan model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berkolaborasi, kritis dan inovatif. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diigunakan dan salah satu yang penulis tawarkan selain Cooperative Script adalah model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together).

Metode pembelajaran ini dirasa cukup baik dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Sehingga diharapkan dengan model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan akan berdampak pula pada meningkat kualitas proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif NHT

(3)

10 merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme sekaligus prinsip pembelajaran aktif, inovatif dan menyenangkan. Model pembelajaran NHT adalah bagian dari metode pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa kerjasama dengan kelompok-kelompok kecil secara kooperatif dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada siswa lainnya.

Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Model ini merupakan model yang mudah, guna memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggungjawab secara individu. Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/guru materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” terhadap siswa lainnya yang pastinya tetap dikendalikan guru kelas. Dengan model ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif NHT hanyalah membantu peserta didik dalam proses penyelidikan, narasumber, pemandu proses pembelajaran, konsultan, manajer dan fasilitator di kelas (Spencer Kagan:

1992). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis model pembelajaran yang komunikatif untuk pembelajaran tematik di sekolah dasar melalui model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Head Together)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.. Moleong (2007) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada subjek penelitian misalnya perilaku dan motivasi, selanjutnya data-data yang telah terkumpul dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Lokasi penelitian di SDN Dabasah 4 Bondowoso. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu kepala sekolah, guru dan siswa kelas 4 dan sumber data yaitu hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan di lokasi penelitian. Teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Tahap analisis data menggunakan tahap analisis data Miles dan Huberman, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Tahap-tahap penelitian yaitu pra-lapangan, lapangan dan analisis data.

HASIL DAN DISKUSI

Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran seorang guru harus mempersiapkan hal-hal yang dapat mendukung selama proses pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung (Hanafiah: 41). Hasil wawancara dengan narasumber di lapangan diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran adalah proses penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Amri (2013) yang mengatakan bahwa model pembelajaran adalah cara untuk desain proses rincian dan penciptaan situasi

(4)

11 lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau kembangkan pada diri siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran adalah cara untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun demi mencapai tujuan pembelajaran. Model digunakan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun oleh guru.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, diantaranya faktor guru, siswa, kurikulum dan lingkungan. Dalam mengatasi berbagai permasalahan diatas tentu guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, salah satu caranya adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebelum memutuskan model pembelajaran, yakni tujuan pembelajaran, karakteristik materi pembelajaran dan bentuk kegiatan, kondisi siswa dan sarana sekolah. Jika guru memilih model pembelajaran dengan tepat, maka banyak manfaat yang dapat diambil dalam proses pembelajaran.

Manfaat tersebut diantaranya adalah terciptanya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan narasumber yang menyatakan bahwa salah satu manfaat model pembelajaran adalah memudahkan siswa memecahkan sebuah masalah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Djamarah (2008) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Disisi lain, Kamsinah (2008) mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tidaklah mudah, karena harus ditunjang dengan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik.

Kurniasih dan Berlin (2009) berpebdapata bahwa manfaat model pembelajaran NHT sebagai berikut dapat meningkatkan prestasi siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, melatih tanggung jawab siswa. menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki dan kerja sama, setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi, menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar, tercipta suasana gembira dalam belajar dengan demikian meskipun saat pembelajaran menempati jam terakhir pun, siswa tetap antusias belajar. Diperkuat oleh pendapat Herdian (2015) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT yaitu: hasil belajar akademik structural, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang dan pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat dan bekerja dalam kelompok Model pembelajaran adalah salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Amri (2013) model pembelajaran adalah suatu Sedangkan menurut Suprijono (2011), model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual

(5)

12 yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Numbered Heads Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini ada 4 langkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab (Ibrahim, 2000).

Sebaliknya, materi yang menarik jika menggunakan model pembelajaran yang kurang menarik dan monoton maka materi tersebut tidak akan mudah diserap oleh siswa dan dipastikan tujuan pembelajaran belum tercapai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan narasumber di lapangan yang menyatakan bahwa pemilihan model pembelajaran yang menarik dari guru dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sulit untuk dipahami. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Pada Pembelajaran Tematik

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran guru harus mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang dapat mendukung selama proses pembelajaran itu, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang disukai siswa karena semua siswa terlibat penuh pada proses kegiatan tersebut akan tetapi tidak semua model pembelajaran dapat dipakai untuk mata pelajaran tertentu, hendaknya setiap guru harus mempertimbangkan model pemebalajaran apa yang cocok untuk digunakan pada mata pelajarannya dalam upaya mencapai hasil belajar yang dicapai. Model pembelajaran ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Misalnya pada pembelajaran tematik di SD. Tidak semua metode pembelajaran dapat digunakan untuk pembelajaran tematik. Guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu cara yang penulis lakukan untuk menganalisis dan memilih model tersebut adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis kooperatif dengan jenis NumberedHead Together.

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni: 2007).

Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar secara berkelompok dan melibatkan seluruh aktivitas siswa kegiatan ini lebih variatif karena menggunakan nomor berkepala dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini sesuai pendapat (Suprijono: 2011) yang mengakatan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model NHT merupakan pembelajaran yang diawali dengan Numbering, yaitu guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk, tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada setiap kelompok.

(6)

13 Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran yang menggunakan model ini adalah untuk mendorong siswa untuk berpikir dalam suatu tim dan berani untuk tampil mandiri (Warsono dan Hariyanto: 2012). Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat (Sharan: 2007) siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya.

Khususnya model NHT (Numbered Heads Together), karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat saling berinteraksi dan bekerja sama dengan model yang variatif dan kegiatannya menuntut partisipasiseluruh siswa sehingga akan lebih menarik perhatian dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Numbered Head Together pada pembelajaran tematik penulis laksanakan di SDN Dabasah 4 Bondowoso. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif learning jenis Numbered Head Together yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: Pertama, guru menyampaikan materi tentang jenis-jenis model pembelajaran. Berikut gambarnya:

Gambar 1.Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran

Gambar 1 adalah gambar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran tentang kenampakan alam dan model pembelajaran. Adapun yang dijelaskan adalah langkah- langkah model pembelajaran NHT. Kedua, guru membagi kelas menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Setelah kelompok terbentuk. Berikut gambarnya.

(7)

14 Gambar 2. Guru Membagi Kelompok

Gambar 2 guru membagi kelompok dengan mengajak siswa berhitung 1 sampai 4, dan dikelompokkan sesuai angka hitungnnya setelah berkelompok guru memanggil seorang anak perwakilan dari kelompok untuk mengambil nomor kelompok. Tahap selanjutnya penomoran.Berikut gambarnya.

Gambar 3. Penomoran

Gambar 3 adalah kegiatan penomoran tiap- tiap anggota, hal yang utama didalam model pembelajaran Number Head Together (NHT), tahap ini guru membagi nomor pada siswa sehingga setiap siswa dalam kelompok terdapat nomor yang berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Berdasarkan fakta di lapangan, kegiatan penomoran telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan hampir sebagian besar siswa sangat semangat dan antusias. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kegiatan mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Setelah kegiatan penomoran guru mulai pembelajaan kooperatif learning jenis NHT dengan mengajukan pertayaan kepada siswa dan pertanyaan yang diberikan diambil dari materi pelajaran yang sedang di pelajari yaitu tentang kenampakan alam dan siswa mendengarkan pertanyaan yang disampaikan dan mulai mencari jawabannya pada proses ini siswa dan guru bersama- sama aktif dalam pembelajarn karena semua kelompok berdiskusi dan berfikir untuk menemukan jawabannya. Berikut gambarnya.

(8)

15 Gambar 4. Diskusi Kelompok

Gambar 4 adalah kegiatan siswa berdiskusi bersama kelompok kegiatan ini sangat menguntungkan guru dan siswa mengapa, karena semua siswa terlibat aktif dalam mencari sebuah jawaban dari pertanyaan guru. Kegiatan berdiskusi yang terjadi di kelas V guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok, dan mendengarkan jalannya diskusi kelompok.

Mengumpulkan informasi data-data yang diperoleh melalui ide atau pemikiran kreatif dari setiap siswa dalam kelompok tersebut kemudian mencatatnya pada lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru. Peserta didik berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut. Berikut gambarnya

Gambar 5. Laporan Hasil Diskusi

Gambar 5 adalah laporan hasil diskusi tiap kelompok yang dimana guru memanggil secaraacak salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama diskusikelompoknya dan meminta siswa dengan nomor tersebut maju ke depan kelas untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Hasil observasi dan dokumentasi di lapangan menunjukkan bahwa siswa terlihat bersemangat dan antusias dalam mengerjakan soal secara diskusi dengan menggunakan nomor berkepala ini karena merupakan pengalaman baru bagi siswa. Hasil wawancara dengan narasumber diperoleh informasi bahwa mereka sangat enjoy dalam proses pembelajaran. Narasumber melanjutkan bahwa model pembelajaran NHT dapat menarik perhatian siswa

(9)

16 karna guru membagikan nomor identitas siswa dan dipasang dikepala siswa, karena selama ini jika pembelajaran secara keompok hanya dengan proses dan tahapan begitu- begitu saja. Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat utama dari kegiatan pembelajaran yaitu guru dituntut untuk lebih keratif dan innovative memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampiakan agar tujuan pembelajaran bias tercapai dengan baik dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan.

PENUTUP

Model pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar peserta didik secara individu dan klasikal.Terdapat beberapa manfaat dari metode pembelajaran, diantaranya adalah terciptanya suasana interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, dengan kegiatan diskusi secara kooperatif, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih mudah untuk memahami sebuah materi dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Proses pembelajaran kooperatif tipe NHT berjalan dengan baik dan menyenangkan, hal ini tidak luput dari persiapan guru sebelum mengajar dapat dilihat dari persiapan dan kelengakapan RPP dengan menggunakan langkah- langkah/tahapan model pembelajaran NHT. Dari banyaknya model pembelajaran yang ada, guru diharapkan lebih selektif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang aka disampaikan karena tidak semua mode dapat dipakai untuk mata pelajaran tertentu. Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head Together adalah sebagai berikut: Pertama, guru menyampaikan materi pembelajaran.

Kedua, guru membentuk kelas menjadi 3 kelompok dengan anggota 4-5 siswa.

Ketiga, guru membagikan nomor pada semua anggota kelompok. Keempat, setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menentukan jawaban yang baik dan Kelima perwakilan setiap kelompok yang ditunjuk guru secara acak membacakan hasil diskusinya didepan kelompok lainnya, selain itu guru juga memberikan motivasi dan semangat belajar kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya Amri. Sofan (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum

2013. Jakarta: PT.Prestasi Pustakakarya.

(10)

17 Baharudin & Esa Nur wahyuni. (2012). Teori belajar dan pembelajaran, Jogjakarta:Ar

Ruzz Media.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Herdian. ( 2009). Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together).

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-

nhtnumbered-head-together/. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012, pukul 18.44 WIB.

Huda, M. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Huda, M. (2013). Model Pengajaran Dan Pembelajaran (Pertama). Jakarta.

Ibrahim, dkk,. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya Press.

Surabaya.

Isjoni, (2009). Pembelajaran Kooperatif. PustakaPelajar. Yogyakarta.

Imas, K., & Sani Berlin. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran (Ketiga;

J. Adi, ed.). Kata Pena

Kagan, Spencer, (1992). Cooperative Learning. San Juan Capristano: Kagan Cooperative Learning Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. ( 2018). Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-37. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Nurhadi. (2004). Model-model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Rineka cipta.

Rusman. (2010a). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru EdisiKedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Slavin, Robert E. ( 2005). Cooperative Learning. London: Allymand Bacon.

Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Pertama;

M.Sunarni, ed.). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk diskriminasi terberat yang dialami oleh minoritas Melayu Muslim di Thailand adalah kebijakan asimilasi budaya yang diterapkan secara paksa oleh pemerintah

dengan klik tombol open setelah dokumen yang akan dibut telah disorot. Segera isi dokumen Excel tersebut akan dibuka oleh program Excel.

Menurut Chapra, stabilitas dalam nilai uang tidak bisa dilepaskan dari tujuan dalam kerangka referensi yang Islami karena hal ini ditekankan Islam secara jelas mengenai ketulusan

LQSXW HNVWULP NHULQJ GL VLQL DNDQ WHUMDGL GHILVLW DLU SDGD EXODQ - EXODQ 0HL VDPSDL 1RYHPEHU GL PDQD T WXUELQ EHUQLODL QHJDWLI %HJLWX SXOD GDODP SHQJJXQDDQ WUD\HN YROXPH ZDGXN

157 terdapat tanda dan makna, pasangan suami istri di ruang makan maknanya istri yang taat dan berbakti pada suami, mitos yang terdapat di dalamnya “Swarga nunut

[r]

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh

 Repo SBSN OPT Syariah adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu