• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK –TALK –WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD INPRES MANGASA I MAKASSAR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK –TALK –WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD INPRES MANGASA I MAKASSAR - Test Repository"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

Penerapan model Think-Speak-Write (TTW) melibatkan tiga komponen utama, yaitu: berpikir, berbicara, dan menulis. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Inpres Mangasa I Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran Think-Speak-Write (TTW).

Kemampuan Berpikir Kritis a. Pengertian Berpikir

Ringkasnya, dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi secara efektif dalam segala aspek kehidupan. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis memerlukan setidaknya lima jenis keterampilan menurut Faiz (2012), yaitu: 1) Keterampilan analisis.

Belajar dan Pembelajaran Matematika di SD a. Pengertian Belajar

Kingskey dalam Djamarah (2011:3) mengatakan bahwa “belajar adalah proses dimana perilaku (dalam arti luas) diciptakan atau diubah melalui latihan atau pelatihan”. Berdasarkan beberapa pandangan para ahli mengenai pengertian belajar, kita dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil latihan atau pengalaman, sehingga dapat menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun.

Vygotsky percaya bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi diserap ke dalam individu. C. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1) Pemahaman Matematika. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20, “pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar”. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap orang (Huda, 2014: 2).

Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman, “matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengungkapkan hubungan kuantitatif dan spasial, sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir”. Berdasarkan beberapa pandangan para ahli mengenai pengertian matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya dengan prosedur yang tepat dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa yang beragam, sehingga terjadi interaksi yang optimal antara keduanya. guru dan siswa dan siswa dengan siswa dalam matematika akademik. Dalam GBPP matematika sekolah dasar disebutkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika sekolah adalah: (Depdikbud, 1996).

Kerangka Pikir

Hipotesis

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Variabel Penelitian dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Desain Penelitian

Hal pertama dalam melakukan eksperimen subjek tunggal adalah memberikan tes pada subjek yang tidak diberi perlakuan, yang disebut pretest (O1), untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan berpikir kritis dalam mata pelajaran matematika.

Definisi Operasional Variabel

Model Pembelajaran Think –Talk –Write (TTW)

Kemampuan Berpikir Kritis

Populasi dan Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk menentukan atau mengukur sesuatu dengan menggunakan metode dan aturan yang telah ditentukan. Salah satu alat pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan perlakuan dalam bentuk model pembelajaran TTW.

Sedangkan posttest digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapat perlakuan berupa model pembelajaran TTW. Tes tersebut dikembangkan berdasarkan lima indikator berpikir kritis, yaitu keterampilan analisis, keterampilan sintesis, keterampilan memahami dan memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan evaluasi atau penilaian. Setelah tes dibuat, tes tersebut kemudian divalidasi oleh para ahli, baik dari segi konstruksi maupun isi dan tampilan tes yang digunakan. Validator tes ini adalah Bapak Dr.

Observasi

Tenik Analisis Data

Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara umum kemampuan berpikir kritis siswa pada materi bilangan pecahan, yang terdiri dari mean (Mean), median, modus, simpangan baku, skor tertinggi dan terendah.

Tabel 3.2 Pedoman kategori untuk mengukur kemampuan berpikir kritis  Presentase Aspek             Nilai                     Kategori
Tabel 3.2 Pedoman kategori untuk mengukur kemampuan berpikir kritis Presentase Aspek Nilai Kategori

Analisis Statistika Inferensial a. Uji Normalitas

Untuk uji t sampel berpasangan, nilai df (derajat kebebasan) adalah jumlah sampel dikurangi satu atau n-1.

Hasil Penelitian

Deskripsi Hasil Observasi Penelitian

Pada pertemuan pertama guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu tentang pengertian pecahan dan menjelaskan materi tentang pengertian pecahan. Pada sesi II guru memberikan pertanyaan tentang unsur-unsur pecahan kemudian memberikan beberapa contoh soal untuk dioperasikan dalam perkalian dan pembagian pecahan. Pada pertemuan pertama, guru membagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang, kemudian memberikan latihan soal kepada setiap kelompok dan meminta siswa membaca dan menyelesaikannya secara berkelompok.

Pada pertemuan kedua, guru membagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang kemudian membagikan soal-soal latihan kepada masing-masing siswa yang kemudian didiskusikan dengan anggota kelompok. Pada pertemuan kedua, guru meminta siswa mengumpulkan seluruh hasil kerja individunya untuk dicermati bersama anggota kelompok dan mengundang perwakilan kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusi yang diadakan dan imbalan yang diberikan kepada masing-masing kelompok. perwakilan yang berani maju untuk mempresentasikan dengan benar. Pada pertemuan pertama guru melakukan evaluasi yang dilakukan secara individu dan menyampaikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dilanjutkan dengan materi perkalian dan pembagian pecahan.

Pada pertemuan II guru melakukan koreksi dan finalisasi hasil diskusi serta mengadakan kuis untuk setiap siswa. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama proses pembelajaran terlaksana dengan persentase kinerja sebesar 83,33% dengan kategori efektif. Pada pertemuan II proses pembelajaran selesai dengan tingkat kinerja 88,89% dengan kategori sangat efektif.

Tabel  4.1  Rekapitulasi  hasil  observasi  aktivitas  guru  dalam penggunaan model   pembelajaran  Think   –Talk   –Write  (TTW)   pada   mata pelajaran Matematika
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas guru dalam penggunaan model pembelajaran Think –Talk –Write (TTW) pada mata pelajaran Matematika

Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan diperoleh nilai tertinggi (maksimum) sebesar 50, sedangkan nilai terendah (minimum) yang diperoleh sebesar 10 dan berkisar antara tertinggi dan terendah. skornya adalah 40. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai kategori sangat rendah sebanyak 3 orang dengan persentase 9,375%. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil kemampuan berpikir kritis sebelum tes berada pada kategori rendah, hal ini dilihat berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan (rata-rata) berpikir kritis. . kemampuannya yaitu 32,187.

Post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis setelah mendapat perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh data dari tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan, diperoleh nilai tertinggi (maksimum) sebesar 100, sedangkan nilai terendah (minimum) yang diperoleh adalah 60 dan berkisar antara tertinggi hingga tertinggi. nilai terendah adalah 40. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diketahui tidak ada siswa yang memperoleh nilai kategori sangat rendah dan rendah.

Jumlah siswa yang memperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 22 orang dengan persentase 68,75% dan jumlah siswa yang memperoleh hasil kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang dengan persentase 18,75%. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil post-test kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori tinggi, hal ini terlihat berdasarkan nilai mean keseluruhan (rata-rata) berpikir kritis. . keterampilan yaitu 74,062.

Tabel 4. 2. Deskripsi Data Nilai Pre Test
Tabel 4. 2. Deskripsi Data Nilai Pre Test

Hasil Uji Asumsi Analisis Data

Nilai sampel Kolmogrov-Smirnov pada data pretest hasil belajar matematika sebesar 1,170 dengan probabilitas (sig) sebesar 0,130 > 0,05. Sedangkan nilai posttest uji One Sample Kolmogrov-Smirnov pada data posttest sebesar 1,204 dengan probabilitas (sig) sebesar 0,110 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal.

Artinya terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran Think – Speak – Write (TTW). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Speak-Write (TTW) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)                                                                       Pretest                   Posttest
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Pretest Posttest

Pembahasan

Setelah itu dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) kemudian diberikan post test untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapat treatment. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) menunjukkan bahwa siswa tampak lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hasil analisis data menunjukkan terdapat pengaruh model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V matematika di SD Inpres Mangasa I Makassar.

Dampak model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan lebih efektif yang tercermin dari semakin tingginya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Nilai rata-rata (mean) siswa sebelum diperkenalkannya model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) yang diperoleh dari tes awal (pretest) menunjukkan bahwa hanya 3 siswa yang memperoleh hasil dengan kategori sedang. Sedangkan rata-rata (mean) nilai siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) yang diperoleh tes akhir (posttest) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar.

Terjadinya peningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika membenarkan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) pada mata pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Imama Wahidah (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa Kelas VII. Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) pada mata pelajaran matematika dapat merangsang siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajarnya.

Kesimpulan

Tingginya peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh siswa terbiasa dan senang melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TTW. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Trianto (2009), bahwa suatu kelas dikatakan telah menerapkan model pembelajaran ketika siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (konstruktivisme/berpikir), mendiskusikan pengetahuan yang diperoleh bersama kelompoknya dengan teman dan guru. . (bertanya dan belajar), mempresentasikan hasil belajar (berbicara), dan menyelesaikan materi yang dipelajari (wite). Gambaran kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Inpres Mangasa I Makassar sebelum dilaksanakan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) berdasarkan pretest termasuk dalam kategori rendah.

Berdasarkan uji-t yang dilakukan terhadap rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Think-Talk-Write Model pembelajaran Write (TTW) mempunyai pengaruh terhadap hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SD Inpres Mangasa I Makassar.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya atau pihak lain yang ingin menggunakan model pembelajaran ini untuk penelitian, mohon dianalisa kembali sedapat mungkin untuk menyesuaikan penggunaannya terutama dari segi komitmen waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran, dan karakteristik mahasiswa di Universitas. . sekolah tempat perangkat ini akan digunakan. Paradigma pembelajaran baru (sebagai acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas) Jakarta: Kelompok media Prenada. Penerapan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW) untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMP.

Gambar

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran  Nomor                          Skor                       Kategori      1                             < 39%              Sangat kurang efektif      2                            40%-59%
Tabel 3.2 Pedoman kategori untuk mengukur kemampuan berpikir kritis  Presentase Aspek             Nilai                     Kategori
Tabel  4.1  Rekapitulasi  hasil  observasi  aktivitas  guru  dalam penggunaan model   pembelajaran  Think   –Talk   –Write  (TTW)   pada   mata pelajaran Matematika
Tabel 4. 2. Deskripsi Data Nilai Pre Test
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan menulis matematika mahasiswa yang diajarkan dengan model Think Talk Write (TTW) lebih meningkat

Safriza, Ghea, dkk., 2019, “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write TTW dan Creative Problem Solving CPS Terhadap Minat dan Hasil Belajar Kimia Peserta didik”,