• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PGPR DAN Corynebacterium TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT KARAT PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) UMUR GENJAH DI DATARAN MENENGAH - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PGPR DAN Corynebacterium TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT KARAT PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) UMUR GENJAH DI DATARAN MENENGAH - repository perpustakaan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapat perkapita. Kebutuhan kedelai dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014) setiap tahunnya sekitar 2,3 juta ton (Aldillah, 2014). Peningkatan kebutuhan kedelai disebabkan karena kedelai salah satu tanaman yang menjadi komoditas tanaman terpenting kedua setelah padi dan meningkatnya jumlah penduduk (Pusat Penelitian Tanaman Pangan, 2015). Biji kedelai merupakan salah satu sumber minyak nabati dan protein utama dunia. Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau melalui proses pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

Produksi kedelai nasional sampai tahun 2014 belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1,7 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Konsumsi kedelai tahun 2013 secara nasional mencapai 2,24 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya mencapai 779,992 ribu ton dari areal pertanaman kedelai seluas 550,793 hektar sehingga masih diperlukan impor sekitar 1,46 juta ton untuk memenuhi kebutuhan (Pusat Data dan Sistem Informasi, 2013). Produktivitas kedelai di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1,4 ton/ha (57%), lebih rendah bila dibandingkan dengan rata- rata produktivitas di negara lainnya seperti Mesir (2,96 ton/ha), Kanada (2,82 ton/ha) dan Amerika (2,86 ton/ha) (FAO STAT 2015). Berikut adalah tabel

(2)

perbandingan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai 5 tahun terakhir di Indonesia.

Tabel 1.2 Perbandingan Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2011-2015

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Luas lahan (ha) 622.254 567.624 550.793 615.685 624.848 Produktivitas

(ton/ha) 1,368 1,485 1,416 1,551 1,573

Produksi (ton) 851.286 843.153 779.992 954.997 982.967 (Badan Pusat Statistik, 2015).

Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa produksi kedelai pada tahun 2014-2015 meningkat. Pada tahun 2015 produksinya meningkat menjadi 982.967 ton biji kering dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 954.997 ton.

Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan luas panen dari seluas 615.685 ha (2014) menjadi seluas 624.848 ha (2015). Selain itu, ada sedikit kenaikan produktivitas kedelai dari sebesar 1,551 ton/ha (2014) menjadi sebesar 1,573 ton/ha (2015). Meskipun ada peningkatan, namun produktivitas kedelai di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut Efendi (2010) menyatakan bahwa potensi produktivitas kedelai masih dapat ditingkatkan antara 2,5 sampai 3,0 ton/ha, sehingga impor dari negara lain bisa dikurangi.

Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan karena kurangnya penggunaan varietas unggul dan gangguan penyakit tanaman. Salah satu penyakit tanaman yang dapat menghambatan produksi kedelai di Indonesia

(3)

Menurut Safitri, dkk (2015), penyakit karat yang disebabkan jamur P. pachyrhizi merupakan penyakit penting pada tanaman kedelai. Penyakit karat dapat menurunkan hasil produksi kedelai. Hal ini karena penyakit karat menyerang daun pada tanaman kedelai sehingga mengalami defoliasi lebih awal. Akibatnya proses fotosintesis terganggu, dapat mengakibatkan berat biji dan jumlah polong berkurang.

Menurut Safitri, dkk (2015) tindakan pengendalian penyakit karat selama ini lebih banyak mengandalkan penggunanan pestisida sintetik. Namun penggunaan pestisida sintetik dapat membahayakan lingkungan, menganggu kesehatan manusia, mematikan organisme berguna, dan menyebabkan tanah menjadi tercemar. Penambahan bahan-bahan sintetik oleh petani juga menyebabkan tektur tanah rusak karena kurangnya penyerapan unsur hara dalam tanah, sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia tersebut, diperlukan upaya pengendalian penyakit karat yang berwawasan lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian penyaki karat kedelai yang ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan agensia hayati seperti PGPR (Plan Growth Promoting Rhizobacteria) dan Corynebacterium serta penggunaan varietas kedelai unggul (Widjayanti, 2012).

Hasil penelitian Hanudin, dkk (2010), menunjukan bahwa aplikasi agensia hayati berupa formula biopestisida bahan aktif Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Corynebacterium sp. mampu menekan penyakit karat pada tanaman krisan dan dapat meningkatkan hasil panen. Sementara itu, hasil penelitian Sumartini & Sulistyo (2016) pada pertanaman kedelai menunjukkan

(4)

bahwa penggunaan varietas unggul tanaman kedelai mampu menekan atau mengurangi produktivitas kedelai akibat penyakit karat daun.

Bakteri Corynebacterium juga sudah digunakan untuk mengatasi penyakit budog pada tanaman nilam yang disebabkan oleh jamur Synchytrium sp.

Penelitian Setianingsih (2015) tentang penggunaan kombinasi pupuk organik ditambah pemberian frekuensi Corynebacterium memberikan pengaruh yang paling baik dan menekan intensitas penyakit budog pada tanaman nilam.

Penggunaan varietas unggul juga dapat mengurangi penyakit karat yang menyerang tanaman kedelai. Salah satu jenis kedelai unggul adalah varietas kedelai umur genjah yang mempunyai keunggulan yaitu dapat dipanen pada umur yang lebih singkat. Terdapat beberapa jenis varietas kedelai unggul berumur genjah diantaranya varietas Grobogan, varietas Gema, dan varietas Gepak kuning.

Ketiga varietas tersebut memiliki potensi hasil panen tinggi yaitu sekitar 2,47- 3,06 ton/ha (Balitkabi, 2013). Selain itu kedelai berumur genjah ini prospektif dikebangkan pada daerah-daerah yang curah hujan yang terbatas dan dapat dibudidayakan pada musim kemarau.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti tentang pengaruh pemberian PGPR dan Corynebacterium terhadap intensitas penyakit karat pada beberapa varietas kedelai (Glycine max (l.) Merr.) umur genjah di dataran menengah.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh pemberian agensia hayati terhadap intensitas penyakit karat, pertumbuhan dan hasil kedelai?

b. Adakah interaksi antara agensia hayati dan varietas kedelai umur genjah terhadap intensitas penyakit karat, pertumbuhan dan hasil kedelai?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, peneliti memiliki tujuan yaitu

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian agensia hayati terhadap intensitas penyakit karat, pertumbuhan dan hasil kedelai.

b. Untuk mengetahui interaksi antara agensia hayati dan varietas kedelai umur genjah terhadap intensitas penyakit karat, pertumbuhan dan hasil kedelai.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Memberikan informasi pada masyarakat khususnya petani tentang varietas

kedelai umur genjah yang mampu bertahan terhadap penyakit karat, sehingga dapat menaikkan hasil kedelai dan meningkatkan pendapatan petani.

(6)

b. Memberikan informasi tentang pengendalian penyakit karat (Phakospora pachyrizi) pada kedelai umur genjah dengan menggunakan agens hayati tanpa menggunkan pestisida sintetik.

c. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

rP\ ANTARA UNJUK KERJA LULUSAN (UI(L) DENGAN PEKERJAAN YANG DIJABAT OLEH ALUMNI.. JURUSAN KTP FIP IKIP