Skripsi
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KELOR KE DALAM PAKAN TERHADAP BERAT GIBLET (HATI, JANTUNG DAN
REMPELA) PADA AYAM BROILER
Oleh NI’MATULLAH
45 11 035 032
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor Ke Dalam Pakan Terhadap Berat Giblet (Hati, Jantung dan Rempela) pada Ayam Broiler
Nama Peneliti : Ni’matullah Stambuk : 45 11 035 032 Program Studi : Peternakan Fakultas : Pertanian
Lokasi : Mangga tiga Kelurahan Peccerakkang Kota Makassar Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Dr. Ir. Asmawati, MP. Ir. Muhammad Idrus, MP.
Pembimbing I Pembimbing II Diketahui Oleh:
Dr. Ir. Syarifuddin, S.Pt, M.P Ir. Muhammad Idrus, MP.
Dekan Ketua Jurusan
Pengesahan, Januari 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor Terhadap Berat Giblet (Hati, Jantung dan Rempela) Pada Ayam Broiler”
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti pada saat sekarang ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar.
Penyusunan Skripsi ini penulis banyak menemukan hambatan- hambatan, namun berkat rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Bosowa Makassar.
2. Bapak Dr. Ir. Syarifuddin S.Pt. MP. Sebagai Dekan Fakultas Pertanian beserta Staf yang senantiasa memperhatikan sarana dan prasarana belajar mahasiswa di lingkungan Fakultas Pertanian.
3. Bapak Ir. Muhammad Idrus, MP selaku ketua jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan selama penyusunan Proposal.
4. Ibu Dr. Ir. Asmawati, MP Sebagai Pembimbing utama dan. Ir.
Muhammad Idrus, MP Sebagai pembimbing ke dua yang dengan tulus ihlas telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sejak persiapan penelitian hingga rampungnya Proposal.
5. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai dalam lingkungan jurusan Peternakan yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa hingga menyelesaikan Studi.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa mendoakan, telah membesarkan mendidik, memberikan motifasi, moril, materil serta membimbing dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang selama penulis menempuh pendidikan.
8. Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman sepenelitian atas motifasi bantuan dan kerja samanya selama menjadi mahasiswa pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas motivasi, bantuan dan kerja samanya selama menjadi mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar.
Akhir kata semoga atas segala bantuan yang di berikan kepada penulis mendapatkan balasan di sisi Allah SWT, dan penulis berharap semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua Amin.
Makassar, Januari 2017
Penulis
Ni’matullah
ABSTRAK
Ni’matullah (45 11 035 032). Pengaruh pemberian tepung daun kelor ke dalam pakan terhadap berat giblet (hati, jantung dan rempela) pada ayam broiler.(dibawah bimbingan Dr. Ir. Asmawati, MP. dan Ir. Muhammad Idrus, MP).
Tujuan penelitian ialah mengetahui berat giblet (hati, jantung dan rempela) pada ayam broiler setelah di beri tepung daun kelor dalam pakan.
Penelitian ini menggunakan 96 ekor ayam broiler dan di bagi secara acak berdasarkan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan, Tiap tiap perlakuan terdiri dari 6 ekor ayam. Perlakuan yang di berikan yaitu: P0 (Pakan komersial 100% + 0% tepung daun kelor), P1 (Pakan komersial 98% + 2% tepung daun kelor), P2 (Pakan komersial 96% + 4% tepung daun kelor), P3 (Pakan komersial 94% + 6%
tepung daun kelor).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun kelor 2% ke dalam pakan memberikan pengaruh pada giblet (hati, jantung dan rempela).
Kata kunci : Ayam broiler, tepung daun kelor, pengaruh berat giblet (jantung, hati dan rempela).
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Rumusan masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Kegunaan Penelitian ... 3
HIPOTESIS BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler ... 5
B. Ransum Ayam Broiler ... 6
C. Tepung Daun Kelor ... 7
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu ... 10
B. Bahan dan alat ... 10
C. Prosedur penelitian ... 10
D.Parameter Terukur Dan Analisis Data ... 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 26
B. Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ras potong merupakan hasil rekayasa genetika dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika prosesnya sendiri diawali dengan mengawingkan sekelompok ayam dalam satu keluarga. Kemudian dipilihlah turunannya yang tumbuh paling cepat. Diantara mereka disilangkan kembali dengan sesamanya.
Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh dan disebut ayam ras potong. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg dalam waktu 40 hari (Indro, 2004).
Ras potong memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badannya besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Indro, 2004).
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Indro, 2004).
Pengertian ransum dalam usaha peternakan adalah merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum ras potong adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P.
Ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi.
Tingginya biaya produksi ini perlu ditanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan pemanfaatan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak (Kartasudjana, 2006).
Sifat fisik ransum yang baik diharapkan dapat memperbaiki efesiensi penggunaan ransum sehingga dapat menghasilkan nilai konversi yang rendah dan meningkatkan produktivitas ternak tanpa menimbulkan kelainan pada organ dalam ayam ras potong. Gambaran nilai efesiensi penggunaan ransum dapat dilihat dari bobot badan akhir yang diperoleh.
Ransum yang diberikan pada ternak dapat mempengaruhi kerja organ dalam dan saluran pencernaan ayam. Sistem organ pencernaan berkembang sesuai dengan ransum yang diberikan. Salah satu ransum yang digunakan yaitu konsentrat, di mana konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan
keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan lengkap. Konsentrat bertujuan sebagai makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Tepung daun kelor di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,12 juta ton/tahun dan limbah berupa rontokan antara ± 2 % dari total produksi yakni ± 22,4 ribu ton/tahun, dengan kenaikan produksi ± 3,5 %/tahun. (Kartasudjana, 2006).
A. Tujuan Dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kelor yang berbeda ke dalam pakan terhadap berat giblet (hati, jantung dan rempela) ayam broiler.
B. Kegunaan penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dan Istansi terkait sebagai sumber informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
C. Hipotesis
Diduga bahwa dengan pemberian tepung daun kelor yang berbeda ke dalam pakan dapat berpengaruh terhadap giblet ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler
Ayam ras potong memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan rata-rata waktu pemeliharaan sampai panen hanya berkisar 1 hari sampai 45 hari dengan bobot badan maksimal 2,5 kg berat hidup. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah ransum yang komplit dan memiliki standar kadar protein. Adapun standar kebutuhan protein ayam ras pedaging dalah 18 – 23 % (Rasyaf, 1996).
Secara genetik ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat begitu ayam mengkonsumsi pakan. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang sangat lahap.
Frekuensi ayam broiler labih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir pemeliharaan. Pada saat menjelang dipanen dalam ukuran besar yaitu umur 6-7 minggu, ayam broiler dapat mengkonsumsi ransum sebanyak 150-175 gram/ekor/hari. Selain itu ransum ayam broiler sekarang ini tidak lagi sekedar campuran bahan-bahan makanan yang digiling, tetapi sebelumnya bahan itu sudah mengalami perlakuan pemanasan, pemasakan sehingga benar-benar siap untuk dikonsumsi, dicerna, diolah oleh tubuh dan diubah menjadi daging (Rasyaf, 1996).
Ayam Broiler merupakan ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler sebagai
ayam pedaging karena pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1 minggu hingga 5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu saja tubuhnya sudah gempal dan padat. Ayam broiler yang berusia 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa (Rasyaf, 1996).
Ayam ras pedaging merupakan ayam ras yang pertumbuhan dagingnya sangat cepat dengan perolehan timbangan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang pendek : umur 5 - 6 minggu bobot badan mencapai 1.3 - 1.8 Kg. mempunyai kemampuan merubah makanan menjadi daging dengan sangat hemat, artinya jumlah makanan yang sedikit dapat diperoleh penambahan bobot badan yang tinggi (Rasyaf, 1996).
B. Daun Kelor
Tanaman daun kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang tahan tumbuh di daerah kering tropis dan mempunyai manfaat yang besar di bidang medis dan industri, tanaman ini merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam famili Moringaceae. Spesies ini merupakan salah satu tanaman di dunia yang sangat bermanfaat, karena semua bagian dari tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai bahan makanan dan obat- obatan. (Astuti, 2005).
Menurut (Bose, 2007) bunga, daun, dan akar dari tanaman kelor (Moringa oleifera) bisa dipakai sayuran untuk konsumsi manusia, sebagai obat tradisional. Daunnya bisa digunakan sebagai bahan ransum ternak
domba, kambing, sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga dapat digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan dan daun kelor (Moringa oleifera) nilai nutrisinya tinggi sebagai sumber asam amino yang mengandung sulfur, menthionin dan sistin yang sering digunakan.
Daun kelor (Moringa oleifera) adalah suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dianggap sebagai suplemen protein dan kalsium dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa pada daun kelor (Moringa oleifera) terdapat komposisi vitamin A, B dan kalsium, zat besi serta protein yang tinggi. Daun kelor (Moringa oleifera) juga telah banyak digunakan sebagai ransum ternak, terutama sapi dan kambing maupun pupuk hijau. Akar kelor (Moringa oleifera) sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan (Bose, 2007).
Daun kelor mengandung 27% protein. Kemudian ditambahkan bahwa daun kelor sebagai sumber protein memiliki kandungan asam amino seimbang. Hasil penelitian di Afrika menunjukkan pula bahwa daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak daripada buah jeruk, mengandung empat kali kalsium lebih banyak dari susu, disamping kandungan protein daunnya yang dapat mencapai 43% jika diekstrak dengan etanol (Bose, 2007).
Daun kelor sebagai salah satu jenis tanaman leguminosa memiliki zat anti nutrisi yang tergolong rendah dibandingkan jenis tanaman
leguminosa lainnya. Anti nutrisi yang terkandung dalam daun kelor (%) BK yaitu tannin 0,3; saponin 6,4; asam phitat 2,3 dan total phenol 2,7.
Sedangkan jika daun kelor telah diekstraksi ataupun diubah menjadi tepung daun, kadar anti nutrisinya akan lebih rendah (Bose, 2007).
Daun kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat sangat luas.
Klasifikasi tanaman kelor (Moringa oleifera) menurut (Bose, 2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Famili : Moringaceae Ordo : Brassicales Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
Pohon kelor memiliki ketinggian batang 7-11 meter dan dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini dapat hidup dalam segala kondisi tanah dan curah hujan, merupakan tanaman kering dan membutuhkan air dalam jumlah sangat sedikit, ditemukan di daerah dengan curah hujan 250-300 mm, tumbuh dengan sinar matahari langsung dan dapat bertahan dalam kondisi kering untuk waktu yang
lama. Tanaman kelor toleran terhadap suhu antara 180 - 280C dan pH 4,5- 8,0 tahan pada iklim tropis dan tumbuh baik pada tanah berpasir.
Bunga, daun, dan akar dari tanaman kelor (Moringa oleifera) bisa dipakai sayuran untuk konsumsi manusia, sebagai obat tradisional.
Daunnya bisa digunakan sebagai bahan ransum ternak domba, kambing, sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga dapat digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan. (Astuti, 2005).
Daun kelor (Moringa oleifera) adalah suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dianggap sebagai suplemen protein dan kalsium dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa pada daun kelor (Moringa oleifera) terdapat komposisi vitamin A, B dan kalsium, zat besi serta protein yang tinggi. Bunga kelor (Moringa oleifera) juga dapat dikonsumsi oleh manusia dengan cara dimasak terlebih dahulu karena pada bunganya mengandung potassium, dan kalsium. Daun kelor (Moringa oleifera) juga telah banyak digunakan sebagai ransum ternak, terutama sapi dan kambing maupun pupuk hijau. Akar kelor (Moringa oleifera) sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan (Astuti, 2005).
Daun kelor mengandung 27% protein. Kemudian ditambahkan bahwa kelor (Moringa oleifera) sebagai sumber protein memiliki kandungan asam amino seimbang. Hasil penelitian di Afrika menunjukkan pula bahwa daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak
daripada buah jeruk, mengandung empat kali kalsium lebih banyak dari susu disamping kandungan protein daunnya yang dapat mencapai 43%
jika diekstrak dengan etanol. Kelor sebagai salah satu jenis tanaman leguminosa memiliki zat anti nutrisi yang tergolong rendah dibandingkan jenis tanaman leguminosa lainnya. Anti nutrisi yang terkandung dalam daun kelor (%) BK yaitu tannin 0,3; saponin 6,4; asam phitat 2,3 dan total phenol 2,7. Sedangkan jika daun kelor telah diekstraksi ataupun diubah menjadi tepung daun, kadar anti nutrisinya akan lebih rendah (Astuti, 2005).
B. Ransum Ayam Broiler
Ransum merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dimakan oleh ayam yang telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Bahan makanan yang tersedia dan terbanyak dimakan oleh bangsa unggas berasal dari biji-bijian, limbah pertanian, dan sedikit dari hasil hewani dan perikanan. Strategi yang dianut kini adalah menggunakan bahan makanan yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Disamping tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, pakan ayam juga harus mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Bahan makanan yang biasa digunakan sebagai pembentuk ransum ayam adalah bekatul, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kacang kedelai, tepung ikan, jagung kuning, lemak, tepung daun kelor dan limbah industry (Rasyaf, 1996).
Fungsi makanan yang diberikan ke ayam pada prinsipnya memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel yang rusak.
Selanjutnya makanan itu untuk keperluan berproduksi (Rasyaf, 1996).
Energi dalam ransum berasal dari karbohidrat, lemak dan protein.
Energi yang dikonsumsi ayam pedaging digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas diubah menjadi panas dan dapat disimpan dalan jaringan tubuh (Rasyaf, 1996).
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1999) yang dimaksud dengan giblet adalah hati setelah kantung empedu dilepas, jantung, ampela, usus dan bagian-bagian organ lainnya yang berada di dalam rongga dada dan perut yang menurut kebiasaan dimakan disuatu daerah setelah mengalami proses pembersihan dan pencucian. Lebih jelas lagi giblet adalah organ dalam unggas yang biasanya digunakan sebagai makanan, diantaranya adalah jantung, hati dan rempela.
Menurut Astuti, (2005) dalam penelitiannya tentang substitusi campuran tepung ikan dan bungkil kedelai dengan tepung daun kelor dalam pakan ayam pedaging melaporkan bahwa tepung daun kelor hanya dapat digunakan hingga 5 % saja dalam pakan. Kendalanya adalah daun kelor mengandung antinutrisi sehingga pakan tersebut menjadi kurang palatabel dan mengakibatkan konsumsi nutrien lebih rendah dibandingkan kontrol. Disamping itu, pakan tidak dibuat iso-energi dan iso-protein yang juga mengakibatkan perbedaan konsumsi pakan. Peneliti tersebut juga melaporkan bahwa perlakuan ekstraksi tepung daun kelor dengan
methanol dapat menurunkan kandungan antinutrisinya sehingga palatabilitas pakan meningkat dan konsekuensinya dapat memperbaiki konsumsi pakan dan bobot hidup jika digunakan pada level 10%.
Kelemahan dari penelitian diatas adalah pakan tidak disusun secara iso- energi dan isoprotein. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang efek penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan yang disusun secara iso-energi dan isoprotein terhadap penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, berat karkas, angka mortalitas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penggunaan tepung daun kelor dengan pakan energi sebagai pengganti jagung dalam pakan terhadap Giblet (hati, jantung dan rempela) ayam broiler.
Berikut adalah gambaran umum anatomi giblet (jantung, hati/liver gizzard/rempella).
Liver (hati)
Menurut (Murtidjo, 1987). hati (hepar) dianggap kelenjar yang paling besar dalam tubuh hewan dan memiliki fungsi banyak. Pada tahap kehidupan awal (intra uterin) hati berfungsi sebagai pembentuk benda- benda darah. Baru kemudian bangun hati disesuaikan dengan fungsinya sebagai kelenjar eksokrin dan mengatur metabolisme tubuh. Bahkan pendapat mutakhir mengatakan hati sebagai kelenjar endokrin, karena mampu mengadakan sintesa berbagai bahan yang selanjutnya dilepas kedalam aliran darah seperti halnya hormon.
Letak hati yang strategis diantara usus dan aliran darah umum, menyebabkan hati menerima darah portal, yang mengangkut zat makanan dari usus halus, kecuali lemak yang diangkat melalui pembuluh khil. Jadi lemak akan melalui duktus thorasikus masuk aliran darah venosus dekat jantung (Murtidjo, 1987).
Bahan makanan yang telah diserap setelah sampai dihati diolah dan keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah umum. Sebagian bahan tersebut disimpan dalam sel-sel tertentu dan selebihnya dipergunakan untuk metabolisme tubuh. Bersama makanan dapat pula terserap zat toksis yang setelah sampai dihati akan ditawar melalui oksidasi, hasil yang tidak berbahaya dibuang melalui empedu.
Jantung
Ayam mempunyai jantung yang berbeda dengan lainnya, yaitu mempunyai empat ruang pada jantung, dua ventrikel dan dua atrium.
Pembagian ruang tersebut untuk mengefektifitaskan kerja jantung sehingga akan terjadi sirkulasi O2 dan CO2 dari kantung udara dengan tingkat metabolisme yang tinggi (Indro, 2004).
Ayam tipe ringan dewasa, misalnya ayam petelur White Leghorn mempunyai denyut jantung 350 kali per menit, ayam breed besar seperti RhodeIsland Red mempunyai denyut jantung 250 kali per menit (Akoso, 1993) dan DOC mempunyai kisaran 300 sampai 560 kali per menit. Ayam mempunyai tekanan darah sistol 75 sampai 175 mm Hg dan diastol 140 sampai 160 mm Hg.(Indro, 2004).
Jantung memiliki otot yang berfungsi membangun jantung. Otot jantung terdiri dari tiga bentuk otot, yaitu otot atrial, otot ventricular, dan serabut otot purkinje. Bentuk otot atrial dan otot vetrikular kontraksinya sama seperti ototskelet karena mengandung syncytium. Sedangkan serabut otot purkinje kontraksinya sangat lemah karena hanya mengandung sedikit elemen kontraktil. Kontraksi otot jantung adalah ritmik dan terus menerus, karena jantung mempunyai centrum otomasi.
Menurut (Indro, 2004). Sebagai kelenjar eksokrin hati menghasilkan empedu, pada empedu terkandung pigmen, musim, asam empedu, garam empedu, lipoida, lesitin, kholesterol. Pada empedu sering terdapat sel epitel yang berasal dari saluran empedu. Mengatur kadar bahan-bahan tertentu misalnya : glukagon, kalsium dan sebagainya. Kadar glukosa diatur dengan cara melepas cadangan glikogen atau merubahnya melalui lemak atau protein.
Rempela
Rempela berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum, besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut (Kartasudjana, 2006).
Rempela disebut pula otot perut yang terletak diantara proventriculus dan batas atas dari intestine.Rempela mempunyai otot-otot yang kuat
sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai mucosa yang tebal, Perototan empedal dapat melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit (Kartasudjana, 2006).
Fungsi rempela adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam rempela yang ditelan oleh ayam, partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam rempela sehingga dapat masuk ke saluran intestine (Kartasudjana, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penilitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai April 2015. Di Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar Sulawesi Selatan.
B. Bahan dan Alat 1. Bahan :
Ayam broiler 96 ekor strain 701
Ransum : (jagung, dedak, konsentrat dan tepung daun kelor)
Obat Vaksin 2. Alat :
Kandang ukurun 1 x 1 meter sebanyak 16 petak
Tempat pakan dan minum
Lampur pijar
Thermometer
Timbangan digital
Pisau potong C. Prosedur Penelitian
Sebelum proses pemeliharaan dilakukan pencucian kandang dan lantai kandang kemudian dikeringkan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk ikut didesinfektan. Tiga hari sebelum ayam tiba, setiap petak kandang disemprot dengan antiseptik.
DOC ditimbang dan diidentifikasi kemudian dimasukkan ke dalam petak kandang, Penentuan petak kandang digunakan untuk menentukan petak kandang perlakuan yang dilakukan. Pengelompokkan ayam Broiler sebanyak 96 ekor dibagi dalam 4 perlakuan. Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdapat 6 ekor ayam.
Pencampuran bahan pakan dilakukan 2 hari sekali berupa campuran konsentrat, dedak, jagung dan tepung daun kelor dengan formula dan komposisi ransum sebagai berikut :
P0 : Pakan Komersial 100% + 0% Daun Kelor
P1 : Pakan Komersial 98% + 2% Daun Kelor
P2 : Pakan Komersial 96% + 4% Daun Kelor
P3 : Pakan Komersial 94% + 6% Daun Kelor
Diakhir penelitian dilakukan pemotongan terhadap ternak penelitian, langkah selanjutnya dilakukan proses pemisahan giblet (hati, jantung dan rempela) untuk mengetahui berat masing-masing perlakuan.
D. Parameter yang diukur
Parameter terukur dalam penelitian ini adalah berat Giblet ayam broiler.
-Berat jantung -Berat Hati -Berat Rempela
Desain dan analisa data
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan rancangan acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan 4 ulangan dengan model matematik sebagai berikut:
Yij : µ +Ti + Eij Keterangan :
Yij : Hasil pengamatan µ : Rata-rata perlakuan
Ti = Pengaruh Perlakuan Ke-i (i = 1, 2, 3, dan 4) ƹij = Pengaruh galat percobaan ke-i (i=1,2,3dan4) perlakuanke-j (j=1,2,3dan4)
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Anova (analisis varians), (Gasperz, 1991), dengan menggunakan SPSS. Apabila terdapat pengaruh perlakuan maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Berat Hati Ayam Broiler
Rata-rata berat hati ayam broiler dalam penelitian disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 1. Rata-rata berat hati ayam broiler yang diberi tepung daun kelor.
Perlakuan Ulangan
P0 P1 P2 P3 1 29,33 35,00 41,33 40,33 2 34,67 30,00 22,33 31,67 3 30,67 32,00 33,67 40,33 4 25,67 36,33 24,67 30,33 Jumlah 120,34 133,33 122,00 142,66 Rata-rata 30,09 33,33 30,50 35,67
Berdasarkan hasil analisis varian, diperoleh hasil bahwa, penambahan tepung daun kelor ke dalam pakan ayam broiler tidak,menunjukkan pengaruh nyata (P>0,5) terhadap berat hati ayam broiler. Namun demikian secara pengukuran seperti pada tabel di atas menunjukkan berat hati lebih tinggi pada pemberian tepung daun kelor dengan jumlah 6% (P3), dibanding dengan perlakuan yang lainya.
Persentase bobot hati pada perlakuan penambahan tepung daun kelor lebih tinggi dari pada tanpa penambahan daun kelor (kontrol). Hal ini dikarenakan hati mengalami metabolisme yang berat akibat proses degradasi nutrient yang jumlahnya kurang sehingga organ hati ayam broiler mengalami pembengkakan, namun persentase berat hati ini secara keseluruhan masih lebih tinggi dibandingkan berat normalnya. Meskipun
secara patologis sebagian besar hati menderita gangguan secara parah, namun gejala-gejala klinis pada penderita tidak selalu dapat diamati, hal tersebut dikarenakan jaringan hati memiliki kemampuan regenerasi yang besar dan perbaikan fungsional yang masih dapat dipelihara oleh alat tubuh tersebut (Kartasudjana, 2006).
B. Berat Jantung Ayam Broiler
Rata-rata berat jantung ayam broiler dalam penelitian disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2 Rata-rata berat jantung ayam broiler yang di beri tepung daun kelor.
Perlakuan Ulangan
P0 P1 P2 P3 1 7,33 9,00 8,67 7,67 2 7,00 9,00 6,67 6,33 3 7,00 7,67 8,00 8,33 4 6,33 8,67 7,33 5,67 Jumlah 27,66 34,34 30,67 28,00 Rata-rata 6,92 8,59 7,67 7,00
Berdasarkan hasil analisis varian, diperoleh hasil bahwa penambahan tepung daun kelor ke dalam pakan ayam broiler tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,5) terhadap berat jantung ayam broiler. Tabel di atas menunjukkan peningkatan berat jantung ayam broiler pada perlakuan dengan penambahan tepung daun kelor 2 %. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingginya nutrisi serta vitamin yang terkandung dalam daun kelor yang berpengaruh pada bertambahnya berat jantung.
Pada masa pertumbuhan, ayam harus memperoleh makanan yang banyak mengandung protein, zat ini berfungsi sebagai pembangun dan
pengganti sel yang rusak. Kebutuhan protein perhari ayam sedang bertumbuh dibagi menjadi tiga bentuk kebutuhan yaitu protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok dan protein untuk pertumbuhan bulu. Keseimbangan zat-zat nutrisi, terutama imbangan energi dan protein penting karena nyata mempengaruhi pertumbuhan. Pada umumnya semua ternak unggas, khususnya ayam broiler termasuk golongan yang memiliki pertumbuhan cepat.
Pertumbuhan ayam pedaging sengat cepat dan pertumbuhan dimulai sejak menetas sampai umur 8 minggu, setelah itu kecepatan pertumbuhan akan menurun (Kartasudjana, 2006).
C. Berat Rempela
Rata-rata berat rempela ayam broiler dalam penelitian disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 3. Rata-rata berat rempela ayam broiler yang di beri tepung daun kelor.
Perlakuan Ulangan
P0 P1 P2 P3 1 35,33 42,33 43,33 47,00 2 37,00 41,67 42,67 35,00 3 46,00 40,33 39,33 43,33 4 45,33 50,67 40,00 35,67 Jumlah 163,66 175,00 165,33 161,00 Rata-rata 40,92 43,75 41,33 40,25
Berdasarkan hasil analisis varian, diperoleh hasil bahwa penambahan tepung daun kelor ke dalam pakan ayam broiler tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,5) terhadap berat jantung ayam
broiler. Tabel di atas menunjukkan peningkatan berat jantung ayam broiler pada perlakuan dengan penambahan tepung daun kelor 2 %. Hal ini mungkin di pengaruhi oleh rendahnya kandungan serat kasar pada tepung daun kelor yang membuat kinerja pada organ fital tersebut menjadi tidak terlalu sulit, akibatnya peningkatan dan pembentukan rampela dapat berkembang dengan cepat (Kartasudjana, 2006).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Pemberian tepung daun kelor ke dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap berat hati, berat jantung, dan berat rempela ayam broiler. Namun perlakuan yang terbaik adalah pemberian tepung daun kelor 2% dapat meningkatkan giblet.
B. Saran
Menurut penelitian yang dilakukan, yang paling baik adalah ransum dengan campuran tepung daun kelor 2%.
DAFTAR PUSTAKA
ASTUTI, D.A., D.R. EKASTUTI dan FIRDAUS. 2005. Manfaat daun kelor (Moringa oleifera) sebagai pakan ayam pedaging. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1999. SNI Rumah Pemotongan Unggas.
SNI 01-6160-1999.
Bose, C.K., 2007 Possible role of Moringa Oleifera L. Root in epithelial ovarian cancer, MedGenMed, 9(1): 26.
Bell, D. D. dan W. D. Weaver JR. 2002. Commercial Chicken Meet and Egg Production. 5th Edition. Springer, New York.
Blakely, J. dan D.H. Blade. 1994. Ilmu Peternakan. Cetakan ke- 3.Diterjemahkan oleh B. Srigandono.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Campbell, J. R., M. D. Kenealy dan K. L. Campbell. 2003. Animal Science.
4th Edition. The McGraw-Hill Companies Inc., New York.
Crawley, S.W., D.R. Sloan and K.K. Hale, 1980. Yield and composition of edible and inedible by-products of broilers processed at 6, 7 and 8 weeks of age. Poul. Sci., 59 (10) : 2 243 – 2 246.
D.H, Elisabeth. Bahan Pakan ternak.(Diakses pada tanggal 3 September 2014)
Gaspersz, 1989.MetodePerancanganPercobaan.CV.Armico. Bandung.
Haberman, J.J., 1956. Poultry farming for profit. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.
Hafez, E.S.E., 1955. Differential growth of organs and edible meat in the domestic fowl. Poul. Sci., 34 : 745 – 753.
Indro. 2004. Serba-serbi Ayam Broiler. www.Republik on Line
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Kubaena, LFW Deaton , TC Chen dan FN. Recee.1974. Factor influencing the quality of abdominal fat in ras potong. Poultry Sci. 53: 211-214.
Maya. 2002. Pengaruh penggunaan medium ganoderma lucidum dalam ransum ayam pedaging terhadap kandungan lemak dan kolesterol daging serta organ dalam. Skripsi Universitas Padjajaran. Bandung.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam ras potong. Cetakan Pertama. Kanisius, Yogyakarta.
Pamungkas, G. S , Sutarno, dan M. Edwi. 2012. Fermentasi lumpur digestat kotoran ayam petelur dengan kapang aspergillusniger untuk sumber protein padar ansum ayam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Jawa Tengah , Bioteknologi 9 (1): 26-34.
Prilyana, J. D. 1984. Pengaruh pembatasan pemberian ransum terhadap persentase karkas, lemak abdominal, lemak daging paha, dan bagian giblet ayam pedaging. Disertasi. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam ras potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Kedua. NV Percetakan Bali.Denpasar.
Shurtleff, W. and A. Ayoagi. 1985. The Book of Tempeh, The Decios, Cholestrol Free Protein 130 Recipes. Second Edition Revised And Updated, New York.
Tambunan, I. R. 2007. Pengaruh pemberian tepung kertas Koran pada periode grower terhadap presentase karkas, lemak abdominal, organ dalam dan saluran pencernaan ayam broiler.Skripsi.Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Taylor, R. E. and T. G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production. 8th Edition. Pearson Education Inc., New Jersey.
LAMPIRAN Hasil Analisis
A.hati
Between-Subjects Factors Value
Label N
pemberian tepung daun kelor
1 p0 4
2 p1 4
3 p2 4
4 p3 4
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:hati
F df1 df2 Sig.
3.647 3 12 .045
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:hati
Source
Type III Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Par tial Eta Sq uar ed Corrected
Model 43.246a 3 14.415 .436 .731 .09
8 Intercept
16592.016 1 16592.016 501.774 .000 .97 7 Perlakuan
43.246 3 14.415 .436 .731 .09
8
Error 396.801 12 33.067
Total 17032.063 16
Corrected
Total 440.047 15
a. R Squared = ,098 (Adjusted R Squared = -,127)
B.jantung
Between-Subjects Factors
Value Label N
penambahan tepung daun kelor 1 p0 4
2 p1 4
3 p2 4
4 p3 4
Descriptive Statistics Dependent Variable:jantung pena
mbah an tepun g daun
kelor Mean
Std.
Deviation N
p0 6.7500 .50000 4
p1 8.2500 .95743 4
p2 7.2500 .95743 4
p3 6.5000 1.29099 4
Total 7.1875 1.10868 16
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:jantung
Source
Type III Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Corrected
Model 7.187a 3 2.396 2.556 .104
Intercept 826.562 1 826.562 881.667 .000
Perlakuan 7.188 3 2.396 2.556 .104
Error 11.250 12 .938
Total 845.000 16
Corrected
Total 18.437 15
a. R Squared = ,390 (Adjusted R Squared = ,237) Estimated Marginal Means
penambahan tepung daun kelor Dependent
Variable:jantung pena
mbah an tepun g daun
kelor Mean
Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
p0 6.750 .484 5.695 7.805
p1 8.250 .484 7.195 9.305
p2 7.250 .484 6.195 8.305
p3 6.500 .484 5.445 7.555
Post Hoc Tests
penambahan tepung daun kelor
Multiple Comparisons Jantung
LSD (I) pena mbah an tepun g daun kelor
(J) pena mbah an tepun g daun kelor
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
p0 p1 -1.5000* .68465 .049 -2.9917 -.0083
p2 -.5000 .68465 .479 -1.9917 .9917
p3 .2500 .68465 .721 -1.2417 1.7417
p1 p0 1.5000* .68465 .049 .0083 2.9917
p2 1.0000 .68465 .170 -.4917 2.4917
p3 1.7500* .68465 .025 .2583 3.2417
p2 p0 .5000 .68465 .479 -.9917 1.9917
p1 -1.0000 .68465 .170 -2.4917 .4917
p3 .7500 .68465 .295 -.7417 2.2417
p3 p0 -.2500 .68465 .721 -1.7417 1.2417
p1 -1.7500* .68465 .025 -3.2417 -.2583
p2 -.7500 .68465 .295 -2.2417 .7417
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,938.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
C.rempela
Between-Subjects Factors Value
Label N
penambahan tepung daun kelor
1 p0 4
2 p1 4
3 p2 4
4 p3 4
Descriptive Statistics Dependent Variable:rempela pena
mbah an tepun g daun
kelor Mean
Std.
Deviation N
p0 40.7500 5.56028 4
p1 43.2500 4.57347 4
p2 41.0000 1.82574 4
p3 40.0000 6.00000 4
Total 41.2500 4.44972 16
Tests of Between-Subjects Effects Dependent
Variable:rempela Source
Type III Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Corrected
Model 23.500a 3 7.833 .344 .794
Intercept 27225.000 1 27225.000 1.195E3 .000
perlakuan 23.500 3 7.833 .344 .794
Error 273.500 12 22.792
Total 27522.000 16
Corrected
Total 297.000 15
a. R Squared = ,079 (Adjusted R Squared = -,151) Estimated Marginal Means
penambahan tepung daun kelor Dependent
Variable:rempela pena
mbah an tepun g daun
kelor Mean
Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound p0 40.750 2.387 35.549 45.951 p1 43.250 2.387 38.049 48.451 p2 41.000 2.387 35.799 46.201 p3 40.000 2.387 34.799 45.201 Post Hoc Tests
penambahan tepung daun kelor
RIWAYAT HIDUP
NI’MATULLAH, anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan bapak H.M.Yasin, S.Ag, MM dan ibu Hj.Halifah, S.Pd. Penulis lahir pada tanggal 12 Oktober 1993 di Kab. Maros.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD No.21 Ir. Wasito pada tahun 2005.
Kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiah Maros pada tahun 2008. Selanjutnya menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Tompobulu Maros, lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada program S1 Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa.
Penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh pemberian tepung daun kelor ke dalam pakan terhadap berat giblet (jantung, hati dan rempela) pada ayam broiler” pada semester akhir tahun 2017.