• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Tepung Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan Terhadap Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Tepung Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan Terhadap Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Ayam Broiler"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Tepung Bawang

Putih (Allium sativum) dalam Pakan Terhadap Total Leukosit dan Diferensial

Leukosit Ayam Broiler

Rizka Putri Rahmayanti dan Isroli

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H-Tembalang Semarang, Indonesia 50275

E-mail: rizkaputri115@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil darah putih (total leukosit, heterofil, eosinofil, dan limfosit) pada ayam broiler yang diberi tambahan tepung daun kelor dan tepung bawang putih. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus – 7 September 2018. Materi yang digunakan adalah day old chick (DOC) ayam broiler strain MB 202 sebanyak 96 ekor dengan rata-rata bobot awal yaitu 37,4±2,48 gram. Bahan penyusun pakan terdiri dari jagung giling, SBM, MBM, molases, minyak nabati dan premix yang disusun menjadi ransum dengan kadar PK 17,19%, SK 13,89%, dan EM 2738 kkal/kg. Feed additive yang ditambahkan dalam penelitian ini yaitu tepung daun kelor yang dikombinasikan dengan tepung bawang putih. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 4 ulangan meliputi T0 (Pakan komplit tanpa tepung daun kelor dan tepung bawang putih), T1(Pakan komplit + 1% tepung daun kelor), T2 (Pakan komplit + 1% tepung daun bawang), dan T3 (Pakan komplit + 1% tepung daun kelor + 1% tepung bawang putih). Parameter yang diukur adalah total leukosit dan diferensial leukosit (heterofil, eosinofil, dan limfosit). Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor, tepung bawang putih dan kombinasi keduanya dalam ransum tidak memberikan pengaruh (P> 5%) terhadap total leukosit dan differensial leukosit (heterofil, eosinofil, dan limfosit) ayam. Kesimpulan yang didapat dari penelitian adalah penambahan tepung daun kelor dan tepung bawang putih taraf 1% dalam pakan tidak berpengaruh terhadap total leukosit dan diferensial leukosit ayam broiler.

Kata kunci: leukosit, kelor, bawang putih, bloiler

Pendahuluan

Ayam broiler merupakan alternatif sebagai protein hewani karena sangat efisien diproduksi, jangka waktu 4-6 minggu dapat mencapai berat hidup 1,5-2 kg (Haril dkk., 2018). Laju pertumbuhan ayam broiler yang cepat dapat tercapai karena menggunakan pakan yang mengandung antibiotic Growth Promoters (AGPs) sebagai agen anti mikroba dan pemacu pertumbuhan. Penggunaan antibiotik yang terus menerus akan menimbulkan efek negatif berupa residu dalam karkas ayam (Anggitasari dkk., 2016). Konsumsi ternak ayam yang mengandung residu antibiotik

(2)

dapat menyebabkan reaksi alergi, toksisitas, mempengaruhi mikroba usus, dan respon imun (Etikaningrum dan Iwantoro, 2017). Akibatnya pemerintah melarang penggunaan AGPs maka perlu dicari alternatif penggantinya. Penggunaan tanaman herbal dalam pakan menjadi salah satu alternatif sebagai ganti antibiotik. Antibiotik sintetis dapat diganti menggunakan antibiotik dari bahan alami seperti daun kelor dan bawang putih.

Tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman perdu dari family Moringaceae yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan mengandung vitamin, mineral, antioksidan, asam amino essensial lengkap dan ditambah senyawa lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh (Tonga dkk., 2016). Kelor memiliki kandungan senyawa fitiokimia, seperti flavonoid, saponin, tanin dan beberapa senyawa fenolik lainnya yang memiliki aktivias antimikroba (Setyawan dkk., 2014). Daun kelor dapat digunakan sebagai sumber anti bakteri dan antioksidan serta memiliki kandungan asam amino esensial yang seimbang, tetapi daun kelor mengandung antinutrisi yang menyebabkan konsumsi nutrien lebih rendah (Sjofjan, 2008).

Bawang putih (Allium sativum) mengandung senyawa fitokimia yaitu allicin dan scordinin. Alllicin berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan, sedangkan scordinin berfungsi meningkatkan perkembangan tubuh karena scordinin dapat bergabung dengan protein dan menguraikannya. Penambahan tepung bawang putih dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi pakan, air minum, dan protein (Setiyawan dkk., 2014). Bawang putih mengandung asam amino dan multivitamin sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya mortalitas atau kematian yang tinggi (Dahlan dan Haqiqi, 2012).

Daging ayam yang baik untuk dikonsumsi berasal dari ayam yang sehat, sehingga kualitas dan kuantitas karkas ayam optimal. Status kesehatan hewan dapat dilihat dari total leukosit dan diferensial leukosit (Sugiharto, 2014). Jumlah leukosit yang berbeda dari kondisi normal menggambarkan kondisi kesehatan ternak (Jannah dkk., 2017). Leukosit merupakan substansi dalam darah yang diproduksi dalam sumsum tulang dan pada sebagian jaringan limfa, memiliki fungsi membentuk sistem imun dan merupakan unit yang paling aktif melawan berbagai serangan agen infeksi dan benda asing (Fajar dkk,. 2015). Jumlah dan diferensial leukosit dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, umur dan yang paling penting kandungan nutrisi pakan. Pakan yang mengandung protein berfungsi dalam pembentukan leukosit karena protein merupakan salah satu komponen darah (Purnomo dkk., 2015). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian daun kelor, bawang putih dan kombinasinya terhadap profil sel darah putih ayam broiler.

(3)

Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus – 7 September 2018 di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis total leukosit dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Hewan, Semarang.

Materi yang digunakan adalah day old chick (DOC) ayam broiler strain MB 202 sebanyak 96 ekor dengan rata-rata bobot awal yaitu 37,4±2,48 gram. Feed additive yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tepung daun kelor yang dikombinasikan dengan tepung bawang putih.

Tepung bawang putih diperoleh dari situs belanja online dengan merk “kupu-kupu”,

sedangkan untuk daun kelor yaitu dilakukan dengan cara memetik daun kelor (daun tanpa batang), daun kelor dikeringkan selama kurang lebih 4 hari di dalam ruangan tanpa sinar matahari, daun kelor yang sudah kering digiling dengan mesin hammermil sampai halus.

Ayam dibagi secara acak kedalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 16 unit percobaan, setiap unit percobaan terdiri dari 6 ekor ayam. Pakan dan air minum tidak dibatasi (ad libitum). Pakan perlakukan diberikan pada ayam sejak ayam berumur nol hari sampai akhir penelitian.

Bahan penyusun pakan terdiri dari jagung giling, SBM, MBM, molases, minyak nabati dan premix yang disusun menjadi ransum dengan kadar PK 17,19%, SK 13,89%, dan EM 2738 kkal/kg. Pengambilan darah dilakukan pada umur 28 hari melalui vena brachialis. Dua ekor ayam secara acak dari tiap ulangan diambil darahnya sebanyak 2 ml, kemudian 0,5 ml darah dimasukkan kedalam vacutainer ungu yang berisi antikuagulan EDTA dan diletakkan pada kotak pendingin untuk menghindari rusaknya sampel darah. Parameter yang diukur meliputi total leukosit dan diferensial leukosit yang terdiri dari heterofil, eusinofil, dan limfosit. Prosedur pengukuran parameter dilakukan menggunakan Hematology Analyzer. Perlakuan yang diterapkan yaitu

T0 : Pakan komplit tanpa ditambah tepung daun kelor dan tepung bawang putih T1 : Pakan komplit + 1% tepung daun kelor

T2 : Pakan komplit + 1% tepung bawang putih

T3 : Pakan komplit + 1% tepung daun kelor + 1% tepung bawang putih

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji analysis of varians (ANOVA).

Hasil dan Pembahasan

Data rata-rata leukosit dan differensial leukosit ayam broiler yang diberi penambahan tepung daun kelor dan tepung bawang putih dalam ransum ditampilkan pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Rataan Total Leukosit, Heterofil, Eosinofil, dan Limfosit Ayam Broiler Variabel Perlakuan T0 T1 T2 T3 Leukosit (×103/mm3) 64,13±4,1 70,50±11,7 79,50 ±24,6 77,00±25,9 Heterofil (%) 6,63±1,1 8,88±1,6 10,86±6,1 7,31±2,9 Eosinofil (%) 5,07±0,6 6,21±0,8 5,82±1,1 5,84±1,2 Limfosit (%) 88,31±3,7 84,94±10,9 83,33±21,8 85,88±22,3 Total Leukosit

Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian tepung daun kelor dan tepung bawang putih pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah leukosit ayam broiler pada umur 28 hari. Tidak adanya pengaruh nyata pada jumlah leukosit tersebut berarti tidak ada perbedaan kondisi (perbedaan perlawanan terhadap benda asing atau infeksi) pada tubuh ayam kontrol terhadap ayam tiap perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah leukosit berada pada kisaran 64,13-79,50 ×103/ml. Jumlah tersebut tergolong melebihi peneliti lain, yaitu berkisar antara 16-40 ×103/ml. Jannah dkk., (2017) bahwa jumlah leukosit ayam broiler berkisar 12-30 ×103/ml.

Tingginya jumlah leukosit dalam darah belum dapat diasumsikan bahwa ayam tersebut berada pada kondisi sakit karena tidak menunjukkan gejala sakit berarti ayam tidak melakukan upaya untuk melawan bakteri patogen maupun virus yang masuk dalam tubuh. Jannah dkk., (2017) menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit disebabkan oleh adanya infeksi bakteri dan stress lingkungan yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh. Penambahan tepung daun kelor dan tepung bawang putih dalam pakan belum mampu menstimulasi peningkatan leukosit. Namun terdapat kecenderungan angka dimana penambahan tepung daun kelor memiliki total leukosit lebih banyak. Setiyawan dkk,. (2014) menyatakan bahwa kandungan fitokimia pada daun kelor dan bawang putih memiliki aktivitas antimikroba. Wibowo (2018) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik dalam ransum bertujuan untuk menstimulasi imunitas ternak dengan meningkatkan jumlah leukosit dan diferensial leukosit.

Leukosit merupakan supsensi plasma darah yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh dari serangan bakteri, virus, dan patogen. Fajar dkk,. (2015) menyatakan bahwa leukosit merupakan substansi dalam darah yang diproduksi dalam sumsum tulang dan pada sebagian jaringan limfa, memiliki fungsi membentuk sistem imun dan merupakan unit yang paling aktif melawan berbagai serangan agen infeksi dan benda asing. Sugiharto dkk,. (2014) menyatakan bahwa jumlah leukosit tidak bisa dikaji terpisah dengan fraksi-fraksinya, sehingga perlu mengetahui jumlah setiap fraksi leukosit agar tidak menimbulkan bias.

Persentase Diferensial Leukosit

Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian tepung daun kelor dan tepung bawang putih pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase heterofil ayam broiler pada

(5)

umur 28 hari. Persentase heterofil pada darah ayam broiler berdasarkan hasil penelitian berada pada kisaran 6,63-10,86 %. Purnomo dkk., (2015) menyatakan bahwa presentase heterofil berkisar 20-40%. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan karena ayam dalam kondisi sehat, sehingga diproduksi heterofil dalam jumlah rendah yang dapat disebabkan kandungan zat anti bakteri daun kelor dan bawang putih sehingga jumlah parasit rendah. Jannah (2017) menyatakan bahwa penurunan jumlah heterofil dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah parasit.

Heterofil merupakan bagian kelompok granulosit dan berada pada garis depan (first line) yang berfungsi sebagai pertahanan awal terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan. Menurut Zenudin (2013) bahwa heterofil merupakan salah satu basis pertahanan tubuh dari serangan penyakit dengan cara fagositosis yaitu dengan mengurung mikroorganisme asing didalam sitoplasmanya yang mengandung enzim proteolitik. Setelah melakukan fagositosis heterofil menjadi tidak aktif dan mati bersama dengan mikroorganisme asing akan menghasilkan nanah. Adanya penurunan jumlah heterofil juga dapat dikarenakan matinya sebagian besar sel heterofil sebagai upaya untuk menurunkan jumlah agen infeksi. Produksi heterofil rendah karena sel melawan penyakit ayam yang dibantu antibakteri dari daun kelor dan bawang putih. Wibowo (2018) menyatakan bahwa heterofil sangat cepat bekerja mefagositosis namun cepat mengalami kelelahan dan menghabiskan waktu yang relatif singkat dalam sirkulasi. Persentase heterofil dalam peredaran darah merupakan respon pertahanan terhadap serangan infeksi bakteri.

Pemberian tepung daun kelor dan tepung bawang putih pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase eosinofil ayam broiler pada umur 28 hari. Persentase eosinofil pada darah ayam broiler berdasarkan hasil penelitian dalam jumlah yang normal yaitu 5,07-6,21 %. Purnomo dkk., (2015) menyatakan bahwa presentase heterofil berkisar 2-8 %. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan karena ayam dalam kondisi sehat, sehingga eosinofil diproduksi dalam jumlah yang normal. Jumlah eosinofil ini menunjukkan kondisi yang normal, yang berarti tidak ada respon terhadap parasitik, peradangan, dan alergi. Zenudin (2013) bahwa eosinofil berperan aktif dalam mengatur alergi akut dari proses perbarahan, mengatur investasi parasit, dan memfagosit bakteri, antigen-antibodi kompleks, mikroplasma, dan ragi. Eisonofil juga dapat mencegah penebaran proses peradangan lokal, dengan cara mendetoksifikasi toksin yang dapat menyebabkan radang yang dilepaskan oleh sel-sel mast, sel basofil, dan juga oleh jaringan yang rusak.

Pemberian tepung daun kelor dan tepung bawang putih pada ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase limfositl ayam broiler pada umur 28 hari. Persentase limfosit pada darah ayam broiler berdasarkan hasil penelitian berada pada kisaran 83,33-88,31 %. Wibowo (2018) menyatakan bahwa presentase heterofil berkisar 24-84 %. Jumlah limfosit ayam yang diberi

(6)

penambahan tepung daun kelor dan tepung bawang putih dapat membuat sistem imun lebih baik. Yosi dan Sandi (2014) menyatakan bahwa tingginya jumlah sel limfosit dalam ayam broiler menandakan bahwa ternak tersebut terkena infeksi. Jumlah limfosit ayam yang diberi perlakuan kontrol paling tinggi diantara perlakuan lainnya juga dapat berarti bahwa pada ayam kontrol lebih banyaknya terdapat antigen dan stress sehingga jumlah limfositnya melebihi normal. Purnomo dkk., (2015) menyatakan limfosit berfungsi merespon adanya antigen dan stress dengan meningkatkan sirkulasi dalam pengembangan sistem imun.

Penambahan feed additive berupa tepung daun kelor dan tepung bawang putih dalam pakan berperan sebagai antioksidan untuk memperbaiki kekebalan tubuh. Secara keseluruhan jumlah leukosit dan diferensial leukosit tergolong normal dan dapat diasumsikan bahwa ayam broiler tersebut tidak pada kondisi melakukan upaya untuk melawan bakteri patogen maupun virus yang masuk dalam tubuh. Astuti (2015) senyawa peptida pada daun kelor berfungsi sebagai antimikroba terutama pada bakteri patogen jenis E. colli, B. subtilis, dan A. niger.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun kelor dan tepung bawang putih taraf 1% dalam pakan tidak berpengaruh terhadap total leukosit dan diferensial leukosit ayam broiler. Tepung daun kelor dan tepung bawang putih dapat ditambahkan pada pakan ayam broiler karena dapat menjaga imunitas ayam broiler.

Daftar Pustaka

Anggitasari, S., O. Sjofjan dan I.H. Djunidi. 2016. Pengaruh beberapa jenis pakan komplit terhadap kinerja produksi kuantitatif dan kualitatif ayam pedaging. Buletin Peternakan 40(3): 187-196.

Dahlan, M dan S. Haqiqi. 2012. Pengaruh tepung bawang putih terhadap kematian (mortalitas) dan beerat badan ayam pedaging (broiler). J. Ternak 3(2): 3-9.

Etikaningrum dan S. Iswantoro. 2017. Kajian residu antibiotika pada produk ternak unggas di Indinesia. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil apaeternakan 5(1): 29-33.

Fajar, M.Y., A.S. Wibowo., S.I.A.Rais., M.R. Fatah., Isroli., T.Yudiarti., dan Sudiharto. 2015. Jumlah leukosit total dan diferensial ayam kampung umur 30 hari akibat penambahan probiotik fungi rhizopus oryzae in the ration. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 7-11 November 2015, Sumedang, Indonesia. 268-275.

Jannah, P.N., Sugiharto dan Isroli. 2017. Jumlah leukosit dan diferensial leukosit ayam broiler yang diberi minum air rebusan kunyit. J. Ternak Tropika 18(1): 15-19.

Purnomo,D., Sugihartto dan Isroli. 2015. Total leukosit dan diferensi leukosit darah ayam broiler akibat penggunaan tepung onggok fermentasi rhizopus oryzae pada ransum. J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23(3): 59-68.

Setiyawan,D., I.G.N.G. Bidura dan A.A.P.W. Putra. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak daun kelor dan bawang putih melalui air minum terhadap karkas broiler umur 2-6 minggu. J. Ternak Tropika 2(2): 252-261.

(7)

Sjofjan, O. 2008. Efek penggunaan tepung daun kelor dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 649-656.

Sugiharto,S. 2014. Role of nutraceuticals in gut health and growth performance of poultry. J. Saudi Soc Agri:1-13.

Tonga, Y., N.K. Mardewi, N.K.E. Suwitari dan N.K.S. Rukmini. 2016. Suplementasi tepung daun kelor pada ransum untuk meningkatkan kualitas daging ayam broiler. Seminar Nasional Peternakan 2. Makassar 25 Agustus 2016: 45-51.

Wibowo,A.S. 2018. Total leukosit dan diferensial leukosit ayam broiler yang diberi probiotik kapang Chrysonilia crassa dalam ransum. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi)

Yosi, F dan S. Sandi. 2014. Pemanfaatan asap cair sebagai bahan aditif dan implikasinya terhadap sistem imun dan mortalitas ayam broiler. J. Peternakan Sriwijaya 3(2): 28-34.

Zenudin, R. 2013. Gambaran sel darah putih dan indeks stres ayam broiler yang diberi sirup temulawak plus. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)

Gambar

Tabel 1. Rataan Total Leukosit, Heterofil, Eosinofil, dan Limfosit Ayam Broiler Variabel Perlakuan T0 T1 T2 T3 Leukosit (×10 3 /mm 3 ) 64,13±4,1 70,50±11,7 79,50 ±24,6 77,00±25,9 Heterofil (%) 6,63±1,1 8,88±1,6 10,86±6,1 7,31±2,9 Eosinofil (%) 5,07±0,6 6,2

Referensi

Dokumen terkait

6 Beberapa Bentuk Rongga pada Kepala Piston Motor Diesel Putaran Tinggi dengan Ruang Bakar Terbuka.. (Sumber: Arismunandar,

Simultaneous imaging and detailed image processing revealed that, at the cell edge, both actin dynamics and microtubule dynamics are inextricably tied to changes in intracellular

Hasil Konfigurasi teroptimal yang didapat yaitu tanpa menggunakan wind turbin dikarenakan selain biaya modal untuk membangun wind turbin yang lebih besar, penyebab lainnya

Penelitian kuantitatif dipilih di dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah sampel dari populasi auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di BPK RI

Adapun tujuan perusahaan sebagaimana dinyatakan dalam anggaran dasar PT.Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Pekanbaru adalah ”untuk melaksanakan dan menunjang

Pendaftaran jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang merupakan lingkup tugas Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia itu, secara

Jadi nilai probabilitas dari rangking bertanda wilcoxon lebih kecil dari pada probabillitas yang ditetapkan 5% (α = 0.05), dan dari hasil analisis deskriptif diperoleh

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki self monitoring tinggi menunjukkan ciri-ciri tanggap terhadap tuntutan lingkungan di