• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Enzim Hidrolitik Pada Pakan Komersil Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Betok (Anabas testudineus) Pada Sistem Resirkulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Penambahan Enzim Hidrolitik Pada Pakan Komersil Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Betok (Anabas testudineus) Pada Sistem Resirkulasi "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

* Corresponding author

E-mail address: tiaradwihaviel@gmail.com

The Effect of Addition of Hydrolitic Enzymes in Commercial Feed With Different Dosage on The Growth And Life of Crossed Fish (Anabas testudineus) in Recirculation System

Pengaruh Penambahan Enzim Hidrolitik Pada Pakan Komersil Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Betok (Anabas testudineus) Pada Sistem Resirkulasi

Tiara Dwi Haviel 1*, Mulyadi 2, dan Iskandar Putra2

1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau 2) Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

INFORMASIARTIKEL Diterima: 08 Februari 21 Distujui: 02 Maret 21 Keywords:

Hidrolitik, Recirculation, Anabas testudineus

ABSTRACT

The objective of study was to determine the growth rate and survival rate of Betok fish fingerlings with the addition of hydrolytic enzymes at different doses in commercial fish meal using a recirculation system. This research was conducted from April - May 2020 at the Laboratory of Aquaculture Technology, Faculty of Fisheries and Marine Affairs, University of Riau. The container used is an aquarium measuring 60 cm x 40 cm x 40 cm as many as 15 units with a stocking density of 20 fish / container. This study used a one-factor completely randomized design (CRD) method with five treatment levels and three replications. The level of treatment applied in the study was P0 = without the addition of hydrolytic enzymes (Control), P1 = Addition of hydrolytic enzymes at a dose of 7.5 g / kg of fish meal, P2 = Addition of hydrolytic enzymes at a dose of 10 g / kg of fish meal, P3 = Addition of hydrolytic enzymes with a dose of 12.5 g / gk of fish meal and P4 = addition of hydrolytic enzymes at a dose of 15 g / kg of fish meal. The results showed that the addition of enzymes in the fish meal with different doses had a significant effect (P <0.05) on growth but had no significant effect (P> 0.05) on the survival of Betok fish. The best treatment was found in the addition of hydrolytic enzymes at a dose of 15 g / kg of fish meal, which resulted in a daily growth rate of 4.78%, absolute growth weight 7.58 grams, absolute growth length 3.66 cm, survival rate of 100%, protease enzyme activity analysis. 0.1540 ± 0.01601 IU / mL, and decreased feed conversion 1.14.

(2)

1. PENDAHULUAN

Ikan betok (Anabas testudineus) adalah spesies ikan asli Indonesia yang hidup di perairan rawa, sungai, danau dan genangan air lainnya yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan merupakan salah satu spesies dari Famili Anabantidae yang dikenal dengan nama ikan papuyu di daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Ikan ini bernilai ekonomis penting dan digemari masyarakat karena mempunyai rasa yang lezat.

Kendala yang dihadapi oleh pembudidaya ikan betok salah satunya adalah lambatnya pertumbuhan ikan betok karena untuk mencapai ukuran panjang 8 - 10 cm dan bobot 15 - 16 gram memerlukan waktu 6 - 7 bulan (Ahmad dan Fauzi, 2010). Oleh karena itu, diperlukan beberapa cara atau teknologi untuk memacu pertumbuhan ikan betok (Anabas testudineus). Salah satu cara atau alternatif untuk mempercepat proses pertumbuhan ikan betok adalah dengan menggunakan aplikasi enzim ke dalam pakan buatan.

Enzim yang telah ditambahkan ke dalam pakan buatan mampu menghidrolisis protein yang berasal dari pakan menjadi bahan yang sederhana seperti protein yang disederhanakan menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukosa dan lemak yang disederhanakan menjadi asam lemak, sehingga dapat terserap dengan optimal oleh tubuh ikan (Ananda, 2015). Ikan dewasa menghasilkan enzim endegenous lebih tinggi dibandingkan pada ikan ukuran benih. Oleh karena itu, dibutuhkan pula enzim eksogeneous untuk mempercepat proses hidrolisis. Enzim eksogeneous berasal dari luar tubuh, misalnya diberikan melalui pakan. Salah satu enzim eksogeneous yang dapat diberikan adalah enzim hidrolitik.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelulushidupan ikan selain pakan juga kualitas air. Salah satunya untuk menjaga agar kualitas air tetap baik adalah dengan menerapkan sistem resirkulasi pada pemeliharaan ikan, hal ini diperkuat dengan pendapat Diansari et al. (2013). Sistem resirkulasi adalah salah satu jawaban untuk menjaga kualitas air agar tetap optimal selama pemeliharaan ikan dalam wadah yang tertutup. Sistem resirkulasi adalah sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus dengan bantuan sebuah filter, sehingga sistem ini bersifat hemat air (Prayogo, 2012).

Kepadatan ikan dalam sistem resirkulasi akuakultur dapat dibuat sampai 0.350 kg/liter atau lebih, sedangkan kolam biasanya hanya pada kadar 0.0015 kg/liter. Sistem resirkulasi adalah sistem budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk menggantikan sistem ekstensif dan cocok diterapkan di daerah yang memiliki lahan dan air terbatas (Yacob, 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan betok dengan perlakuan penambahan enzim hidrolitik dengan dosis yang berbeda dalam pakan komersil dengan menggunakan sistem resirkulasi.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Maret - April 2020 selama 40 hari yang bertempat di Laboratorium Teknologi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Provinsi Riau.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 taraf perlakuan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :

P0 = dosis enzim 0 g/kg pakan P1 = dosis enzim 7,5 g/kg pakan P2 = dosis enzim 10 g/kg pakan P3 = dosis enzim 12,5 g/kg pakan P4 = dosis enzim 15 g/kg pakan

Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(3)

aquarium dengan volume air 60 L, Persiapan wadah dimulai dengan mencuci akuarium, akuarium yang telah dicuci diisi air dan ditambahkan PK (Kalium Permanganat) lalu dibiarkan selama 24 jam, setelah 24 jam akuarium dikuras dan dibilas dengan air bersih sampai sisa PK hilang lalu diisi air, Air yang digunakan adalah air yang telah diendapkan sebelumnya ± 3 hari, selanjutnya akuarium dipasang pompa air dan filter, filter yang digunakan adalah kasa dakron dan batu zeolit, pemasangan filter ini bertujuan agar kualitas air tetap baik dan stabil. Akuarium diberi label perlakuan dan penempatan wadah dilakukan secara acak.

Bahan yang digunakan adalah ikan betok berukuran 4-5 cm sebanyak 300 ekor (20 ekor × 15 wadah).

Enzim yang digunakan adalah suatu kompleks enzim yang terdiri dari berbagai enzim seperti protease 468 UI/g, lipase 7990 UI/g, amilase 1421 UI/g, pepsin 73 UI/g, tripsin 27 UI/g, dan kemotripsin 27 UI/g. enzim disiapkan dengan menuangkan air bersih sesuai dengan banyaknya enzim yang digunakan dalam blender perbandingan air bersih dan enzim adalah 1:2, setelah itu masukkan enzim hidrolitik sebanyak dosis yang telah ditetapkan dan juga progol sebanyak 5 gr/kg pakan yang berfungsi sebagai perekat. Selanjutnya blender dihidupkan hingga bahan larut secara sempurna, kemudian tuangkan larutan enzim hidrolitik tersebut ke dalam botol sprayer, lalu disemprotkan kepakan benih ikan betok.

Pelet selanjutnya dikeringanginkan selama 15 menit, pelet yang telah kering dibungkus dengan plastic pakan dan disimpan di dalam refrigerator. Kemudian pakan yang mengandung enzim diberikan ke benih ikan betok. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari secara at satiation, dengan frekuensi 3 kali sehari, pada pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB.

Parameter utama yang diukur meliputi pertumbuhan bobot mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan harian, kelulushidupan, konversi pakan, aktivitas enzim protease. Sedangkan parameter pendukung yaitu kualitas air yang berupa suhu, pH, oksigen terlarut dan ammonia.

Data rata-rata pertumbuhan bobot mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, kelulushidupan, aktivitas enzim protease ikan betok yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dilakukan uji homogenitas dan deskriptif. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis variansi (ANAVA). Apabila hasil uji menunjukkan perbedaan nyata (P

< 0,05) maka dilakukan uji lanjut Student Newman-Keuls pada tiap perlakuan untuk menentukan perbedaan antar perlakukan (Sudjana, 1991). Data parameter kualitas air akan dimasukkan ke dalam tabel dan selanjutnya dijelaskan secara deskriptif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil pertumbuhan bobot mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan harian kelulushidupan, dan konversi pakan ikan betok yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Hasil pengukuran selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Bobot Mutlak, Panjang Mutlak dan Laju Pertumbuhan Harian, Kelulushidupan dan konversi pakan ikan baung.

Parameter Perlakuan

Kontrol P1 P2 P3 P4

Bobot mutlak 3,17±0,09a 4,18±0,08b 5,14±0,05c 6,15±0,09d 7,58±0,05e Panjang mutlak 1,64±0,09a 2,14±0,07b 2,55±0,11c 3,02±0,06d 3,66±0,03e LPH 2,95±0,07a 3,57±0,09b 3,94±0,07c 4,28±0,06d 4,78±0,05e Kelulushidupan 100±0,00a 100±0,00a 100±0,00a 100±0,00a 100±0,00a Konversi pakan 1,50±0,04c 1,31±0,02b 1,16±0,04a 1,16±0,01a 1,14±0,01a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa bobot mutlak, panjang mutlak dan laju pertumbuhan harian berbeda nyata (P<0,05). Kelulushidupan tidak berbeda nyata (P>0,05). Konversi pakan berbeda

(4)

nyata (P<0,05).Pemberian enzim hidrolitik dengan dosis 15 g/kg pakan merupakan dosis terbaik untuk menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak ikan, panjang mutlak ikan, lajun pertumbuhan harian, kelulushidupan ikan serta menurunkan konversi pakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Hariati (2016) yang memberikan enzim hidrolitik 10 g/kg pakan, memperoleh peningkatan bobot tubuh ikan baung sebesar 3,88 g.Menurut Muchtadi (1993) bahwa semakin banyak enzim hidrolitik yang ditambahkan kedalam pakan, maka akan menghasilkan lebih banyak protein yang dihidrolisis menjadi asam amino, sehingga akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan. Apabila daya cerna ikan meningkat maka pertumbuhan ikanpun akan meningkat karena nutrient dalam pakan dapat termanfaatkan dengan baik. Menurut Haslaniza et al. (2010), konsentrasi enzim proteolitik yang semakin meningkat dalam proses hidrolisis akan menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen terlarut dalam hidrolisat protein akan mempercepat laju pertumbuhan.

Menurut Putri (2015) penambahan enzim hidrolitik pada pakan berperan sebagai bahan berupa asam amino yang digunakan dalam pembentukan sel-sel imun. Dengan meningkatnya sel-sel imun pada ikan maka sistem kekebalan tubuh ikan juga akan meningkat sehingga ikan tidak mudah terserang penyakit dan tingkat kelulushidupan ikan akan meningkat.

Faktor lain yang menyebabkan tingginya angka kelulushidupan adalah faktor genetik dari ikan betok ini sendiri. Menurut efendie (2002), bahwa kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah resistensi terhadap penyakit, pakan, umur. Menurut Akbar (2012), Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim dan dapat bertahan pada kondisi air yang bersifat asam maupun basa.

Menurut Fadli et al. (2013) bahwa pakan yang baik harus mempunyai kualitas yang baik pula, karena kualitas yang baik akan menghasilkan rasio konversi pakan yang semakin rendah. Rendahnya konversi pakan dikarenakan penambahan enzim eksogeneous membantu dalam menghidrolisis protein sehingga lebih banyak menghasilkan asam amino yang akan langsung dicerna oleh tubuh ikan, dalam penelitian ini enzim eksogeneous yang digunakan adalah enzim hidrolitik.

Aktivitas Enzim Protease

Hasil aktivitas enzim protease ikan betok yang dipelihara selama 40 hari dan diberikan pakan komersil dengan dosis enzim berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas enzim protease

Perlakuan Aktivitas enzim (µmol/menit.ml) atau IU/mL

0 g/kg pakan 0,1110±0,00488a

7,5 g/kg pakan 0,1235±0,00324ab

10 g/kg pakan 0,1306±0,00093b

12,5 g/kg pakan 0,1371±0,00303b

15 g/kg pakan 0,1540±0,01601c

Berdasarkan data Tabel 3 dapat diketahui bahwa aktivitas enzim protease tertinggi terdapat pada perlakuan dosis 15 g/kg pakan yaitu sebesar 0,1540 IU/mL sedangkan aktivitas enzim protease terendah terdapat pada perlakuan dosis 0 g/kg pakan yaitu sebesar 0,1110 IU/mL. Hal ini diduga karena semakin banyak dosis enzim yang diberikan pada pakan ikan maka semakin cepat pula aktivitas enzimnya karena dengan tingginya kadar enzim yang duberikan makan semakin banyak pula enzim didalam tubuh ikan sehingga nutrient-nutrient dalam pakan seperti protein akan semakin cepat dicerna oleh tubuh ikan.

Keberadaan enzim pencernaan merupakan indikator biologis terhadap kemampuan ikan untuk mencerna makanannya. Ketika aktivitas enzim tinggi, maka secara fisiologis tubuh ikan telah mampu

(5)

mencerna nutrisi pakan yang diberikan (Gawlicka et al., 2000). Menurut Rungruangsak-Torrissen et al.

(2009), tingginya aktivitas enzim pencernaan dapat dihubungkan dengan tingginya pakan yang dikonsumsi atau tingginya pemanfaatan pakan yang berpengaruh pada pertumbuhan somatik. Semakin tinggi pakan yang dikonsumsi dapat meningkatkan jumlah substrat untuk enzim, sehingga aktivitas enzim meningkat (Rojtinnakorn et al., 2012).

Kualitas Air

Untuk menjaga kualitas air, dalam penelitian ini memanfaatkan teknologi resirkulasi. Filter yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasa dakron dan batu zeolit. Parameter penunjang kualitas air berupa suhu, DO, pH dan ammonia yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air Parameter

yang Diukur

Perlakuan

Standar Budidaya 0 g/kg

pakan

7,5 g/kg pakan

10 g/kg pakan

12,5 g/kg pakan

15 g/kg pakan

Suhu (0C) 27,6-28,1 27,5-28,3 27,4-28,1 27,4-28,3 27,5-28,3 26-321

pH 5,5-6,6 5,6-6,6 5,2-6,5 5,5-6,5 5,3-6,6 4-111

DO (mg/L) 7,6-7,8 7,6-7,8 7,6-7,9 7,5-7,9 7,5-8,0 3-91

Amoniak (mg/L)

0,0005- 0,0014

0,0005- 0,0016

0,0004- 0,0017

0,0005- 0,0017

0,0005- 0,0014

0,1-0,32

Sumber: 1. Kordi (2013), 2. Khairuman dan Amri (2008)

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa kualitas air secara umum memenuhi standard untuk pertumbuhan ikan betok. Dilihat dari nilai ammonia pada tabel, terbukti bahwa sistem resirkulasi efektif untuk menurunkan ammonia dalam wadah pemeliharaan. Filter yang baik harus memiliki 3 jenis media filter, pertama media filter mekanik yaitu media filter untuk menyaring kotoran besar yang Nampak. Kedua media filter biologis yaitu media filter yang berfungsi untuk tempat penguraian amoniak oleh bakteri pengurai, yang terakhir yaitu media filter kimia, media filter ini berfungsi menyerap racun atau toksik. Filter yang digunakan dalam sistem ini

adalah kasa dakron dan batu zeolit. Kasa dakron merupakan salah satu filter mekanis yang berfungsi untuk menyaring sisa pakan dan juga sisa feses pada wadah pemeliharaan. Kasa dakron ini juga merupakan filter biologis karena didalamnya juga terdapat bakteri pengurai. Filter yang digunakan selanjutnya adalah batu zeolite yang merupakan media filter kimiawi. Batu zeolite memiliki muatan negatif dan muatan negatif inilah yang mampu mengikat kation yang terkandung dalam air

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian pakan yang mengandung enzim hidrolitik terhadap pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan harian, panjang mutlak dan rasio konversi pakan ikan betok (Anabas testudineus). Perlakuan terbaik diperoleh dari P4 yaitu dosis enzim hidrolitik 15g/kg pakan, dimana memberikan laju pertumbuhan harian sebesar 4,78%, bobot mutlak 7,58 g, panjang mutlak 3,66 g, kelulushidupan 100%, serta menurunkan rasio konversi pakan menjadi 1,14%, analisis aktivitas enzim protease 0,1540±0,01601 IU/mL pemberian enzim hidrolitik tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan betok (Anabas testudineus).

Untuk pemeliharaan ikan betok dapat dilakukan penambahan enzim hidrolitik dengan dosis 15 g/kg pakan. Untuk penelitian lanjutan disarankan pemberian enzim hidrolitik dengan interval waktu berbeda pada pemeliharaan ikan betok.

(6)

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penilisan artike ini, serta kepada jurusan budidaya perairan fakultas perikanan dan kelautan universitas riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana perikanan

6. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M dan Fauzi. 2010. Percobaan pemijahan ikan puyu (Anabas testudineus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 15(1):16-24.

Amri, K., & Khairuman, S. P. (2008). Budidaya Perikanan pada Tiap Jenis Ikan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Ananda T, Diana R, Istiyanto S. 2015. Pengaruh Papain Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). Journal Of Aquaculture Management And Technology Volume 4, Nomor 1.

Diansari, V.R., E. Arini, dan T. Elfitasari. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter zeolit. Journal of Aquaculture Management and Technology 2 : 37 – 45.

Fadli, J., Sunaryo, S., & Djunaedi, A. (2013). Pemberian Enzim Papain pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Journal of Marine Research, 2(3), 50-57.

Hariati. 2016. Penambahan Enzim Hidrolitik Dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Dengan Sistem Resirkulasi Akuaponik.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.

Kordi M.G.H. 2013. Budidaya Ikan nila Unggul. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka.

Muchtadi, D. (1993). Nutrifikasi Pangan. IPB, Bogor.

Putri, S. E. S. 2015. Pengaruh Penambahan Enzim Hidrolitik Dan Probiotik Terhadap Profil Darah Dan Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus Linnaeus, 1758) Diinfeksi Bakteri Streptococcus Sp. Skripsi. Fakultas Biologi. Universitas Gaja Mada.

Rungruangsak-Torrissen, K., Sunde, J., Berg, A. E., Nordgarden, U., Fjelldal, P. G., & Oppedal, F.

(2009). Digestive efficiency, free amino acid pools and quality of growth performance in Atlantic salmon (Salmo salar L.) affected by light regimes and vaccine types. Fish physiology and biochemistry, 35(2), 255.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian hormon methyltestosteron dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelulushidupan dimana