SKRIPSI
OLEH:
REZKI YUSUF 4515035025
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KEONG MAS PADA PAKAN TERHADAP PERFORMA AYAM AKUSI
(AYAM KAMPUNG SINJAI)
OLEH:
REZKI YUSUF 4515035025
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2017
iii
Judul : Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas pada Pakan Terhadap Performa Ayam Akusi (Ayam Kampung Sinjai)
Nama Peneliti : Rezky Yusuf
Stambuk : 4515035025
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dr. Ir. Asmawati Mudarsep, MP. Ir. Muhammad Idrus, MP.
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Mengetahui:
Dr. Ir. Syarifuddin, S.Pt., MP. Ir. Muhammad Idrus, MP.
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Peternakan
Tanggal Ujian: Juni 2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas pada Pakan Terhadap Performa Ayam Akusi (Ayam Kampung Sinjai)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu rangkaian tugas akhir yang menjadi syarat untuk menyelesaikan Studi pada Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa Makassar.
Shalawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas perjuangannya yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan cahaya ilmu dan pengetahuan
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan limpahan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Asmawati Mudarsep, MP selaku pembimbing utama dan bapak Ir. Muhammad Idrus, MP. selaku pembimbing anggota yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini berlangsung penulis banyak menerima dari bantuan material dan pengetahuan dari berbagai pihak, untuk itu rasa terima kasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Bososwa Makassar.
v
Pertanian umumnya dan khususnya Jurusan Peternakan.
3. Bapak Ir. Muhammad Idrus, MP selaku Ketua Jurusan Peternakan yang memberikan petunjuk dan motivasi serta saran kepada penulis dalam Skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan serta Dosen lainnya yang telah berjasa memberikan bekal ilmu pendidikan serta keterampilan selama mengikuti perkuliahan di Universitas Bosowa Makassar.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah banyak membantu mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga selesainya hasil penelitian ini.
6. Seluruh kerabat keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis persembahkan karya ini dan haturkan terimakasih atas jerih payah serta seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat mengecap pendidikan tinggi.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Makassar, Juni 2017 Penulis
vi ABSTRAK
Rezky Yusuf (4515035025). Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas pada Pakan Terhadap Performa Ayam Akusi (Ayam Kampung Sinjai).
(Dibawah bimbingan Asmawati dan Muhammad Idrus)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung Keong Mas dalam pakan untuk meningkatkan performa (pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam Akusi. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Akusi jantan dengan kisaran umur 1 minggu sebanyak 48 ekor.
Data ini dianalisis menggunakan analisis of variance (ANOVA) rancangan penelitian rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan bantuan program SPSS16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian tepung keong mas terhadap performa (konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan) ayam kampung Akusi.
Disarankan untuk menggunakan tambahan tepung keong mas sebanyak 9% dalam campuran pakan basal ayam Akusi sebagai pakan tambahan sumber protein, meskipun pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang nyata.
Kata Kunci: Akusi, keong mas, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan.
vii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I, PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 4
C. Kegunaan Penelitian ... 4
D. Hipotesa ... 4
BAB II, TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Ayam Kampung ... 5
B. Ayam Kampung Unggulan Sinjai (Akusi) ... 9
C. Keong Mas (Pomacea canaliculata lamarck) dan Tepung Keong Mas ... 11
D. Konsumsi Pakan ... 12
E. Pertambahan Berat Badan ... 13
viii
F. Konversi Pakan ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Waktu dan Tempat ... 18
B. Materi Penelitian ... 18
C. Desain Penelitian ... 19
D. Prosedur Penelitian ... 20
E. Parameter yang Diukur ... 21
F. Analisa Data ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
A. Konsumsi Pakan ... 23
B. Pertambahan Berat Badan (PBB) ... 24
C. Konversi Pakan ... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
A. Kesimpulan ... 27
B. Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA
ix
Nomor Halaman
Teks
1. Komposisi Zat-zat Makanan setiap Bahan yang Digunakan
selama Penelitian. 19
2. Susunan Kandungan Zat Makanan Perlakuan. 19
3. Desain Perlakuan Pakan. 19
4. Konsumsi Pakan Ayam Akusi. 23
5. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian Ayam Akusi 24
6. Konversi Pakan Ayam Akusi 25
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Ayam Kampung Sinjai (Akusi) 11
2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Keong Mas. 20
xi
Nomor
Teks
1. Data Konsumsi Pakan Selama Penelitian
2. Data Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan dan Konversi Pakan Selama Penelitian.
3. Analisis Univariate Konsumsi Pakan Menggunakan SPSS Ver. 16.
4. Analisis Univariate Pertambahan Berat Badan Menggunakan SPSS Ver. 16.
5. Analisis Univariate Konversi Pakan Menggunakan SPSS Ver. 16.
6. Dokumentasi Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan protein hewani dari produk unggas harus diimbangi dengan peningkatan populasi ternak unggas, sehingga produk dari ternak unggas mampu memenuhi kebutuhan protein hewani seluruh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sampai saat ini, cukup mampu untuk mengkonsumsi produk dari ternak unggas, selain itu produk ternak unggas mampu meningkatkan PAD. Oleh karena itu, usaha ternak unggas harus lebih berdaya guna dan dikembangkan (Sulistiono, 2007).
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini terlihat dari peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (BPS, 2011).
Perkembangan ayam lokal di Selawesi Selatan umumnya masih terkendala dengan berbagai persoalan, yaitu pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari, kesulitan memperoleh bibit, resiko kematian mencapai 10%-20% pada bulan-bulan awal ternak, penyakit dan hama dan juga terjadinya penurunan kualitas yang
diakibatkan kekeliruan dalam proses produksi. Namun, jika strategis pemeliharaan ayam kampung dapat dicermati dengan baik maka usaha beternak ayam kampung dapat memberikan keuntungan yang tinggi.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui strategis pengembangan ayam kampung dengan memanfaatkan sumber daya lokal di Sulawesi Selatan Disnak Provinsi Sul-sel, 2015).
Salah satu jenis ayam kampung yang pemeliharaannya singkat dan saat ini dalam pengembangan adalah Ayam Kampung Sinjai (AKUSI).
Perbedaan AKUSI dengan ayam kampung lain pada umumnya adalah masa pemeliharaannya yang hanya 3 (tiga) bulan untuk siap dijual. Selain itu harga jual yang relatif murah dibandingkan dengan ayam kampung lain dengan berat yang sama (Disnak Sinjai, 2015).
Kendala sekaligus faktor terpenting dalam pemeliharaan ternak unggas lokal adalah pakan, faktor pemeliharaan yang lama dan pertambahan berat badan yang lambat menyebabkan pemakaian pakan yang tinggi pula. Seperti diketahui bahwa biaya pakan merupakan komponen terbesar dari total biaya produksi dapat mencapai 70%
(Supriyadi, 2009). Besarnya biaya pakan menjadi pemicu bagi peternak untuk mencari bahan pakan lokal yang lebih murah, mudah didapat dan kandungan nutrien cukup baik misalnya keong mas.
Keong mas (Pomacea canaliculata lamarck) merupakan hewan Mollusca dengan siklus hidup pendek, bersifat hermaprodit dan perkembangbiakan cepat. Keong mas hidup di perairan berlumpur,
3
tempat-tempat yang aliran airnya lambat dan lembab. Keong mas merupakan hama bagi petani karena dapat merusak padi yang sedang tumbuh sehingga hewan ini harus dikendalikan pertumbuhannya (Sulistiono, 2007). Keong mas dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Penggunaan keong mas untuk pakan ternak harus melalui pengolahan terlebih dahulu karena mengandung zat anti nutrisi (thiaminase).
Thiaminase merupakan suatu zat yang merangsang penghancuran thiamin atau vitamin B1, thiamin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Kandungan nutrien yang terdapat dalam tepung keong mas adalah PK 14,44%, Ca 9,14% dan P 2,53% (Turgeon, et. al., 2012).
Penelitian terdahulu telah dilakukan terhadap pemberian keong mas dalam bentuk tepung di Sumatra Selatan pada pakan itik petelur sampai level 10% mampu meningkatkan produksi telur hingga 80% (Sulistiono, 2007). Selain dalam bentuk tepung, silase daging keong mas juga telah terbukti menjadi sumber pakan ternak bagi ruminansia dan ayam buras dengan menggunakan 10% dalam pakan ruminansia dan 20% dalam pakan ayam buras (BP2TP, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merasa perlu adanya penelitian mengenai penambahan tepung keong mas dalam pakan untuk meningkatkan performa (pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam Akusi.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung keong mas dalam pakan untuk meningkatkan performa (pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam Akusi.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh penambahan tepung keong mas dalam pakan untuk meningkatkan performa (pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam Akusi, sehingga menjadi rujukan bagi instansi terkait juga pembaca sekaligus saran serta bentuk sumbangsih untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang peternakan.
D. Hipotesis
Diduga bahwa dengan penambahan tepung keong mas dalam pakan dapat meningkatkan performa (pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan) ayam Akusi.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu komoditi yang banyak diminati konsumen. Keunggulan ayam kampung diantaranya, memiliki daging yang lebih gurih, warna kuning telurnya lebih merah, serta ketahanan tubuhnya yang tinggi terhadap penyakit. Ayam kampung dapat menghasilkan produk berupa daging dan telur yang memiliki harga bersaing. Selain itu, ayam kampung juga dapat beradaptasi dengan lingkungan tropis (Hardjosworo, 1995).
Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras hewan dan ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya. Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah ”Gallus domesticus”. Aktifitas peternakan ayam kampung telah ada sejak zaman dahulu (Suprijatna, dkk,. 2005).
Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus). Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan
sebagai upeti dari masyarakat setempat. Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya. Ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air. Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada.
Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis (Suprijatna, dkk,. 2005).
Ayam kampung memperoleh sebagian zat nutrisi dari lingkungannya sehingga sulit untuk menyusun pakan sesuai dengan kebutuhan zat gizi secara tepat karena jumlah zat gizi yang diperoleh sangat bervariasi (Sinurat, 1991). Ayam kampung dapat menyesuaikan konsumsi energinya pada selang energi metabolis berkisar 2750 – 2900 kkal/kg. Pakan ayam kampung dengan imbangan energi metabolis 3200 kkal/kg dan protein kasar 17% cenderung menghasilkan telur lebih banyak dan lebih efisien dalam penggunaan pakan. Kualitas pakan tergantung dari kandungan nutrisinya dan keseimbangan antara energi dan protein (Rasyaf, 1999).
Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan
“berisi”, tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam ras.
Berbagai masakan Indonesia banyak yang tetap menggunakan ayam kampung karena dagingnya tahan pengolahan (tidak hancur dalam pengolahan). Selain itu daging ayam kampung memiliki keunggulan
7
dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga. Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang tinggi. Kadar lemaknya juga relatif lebih rendah bila dibandingkan daging pada bagian pahanya. Ayam kampung dipelihara oleh masyarakat terutama sebagai sumber protein hewani baik berupa telur maupun daging, di samping kotorannya juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman maupun pakan ikan. Sebagai sumber protein hewani telur dan daging mengadung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, agar ayam kampung dapat berproduksi dengan baik salah satunya harus diberikan pakan yang cukup. Ayam kampung memerlukan komposisi nutrisi yang tepat, termasuk jika menginginkan ayam kampung yang memiliki tingkat produksi telur yang tinggi. Berat telur ayam kampung berkisar antara 26,27-55,4 gr dengan rataan 45,46 gr (Surisdiarto, 2003).
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya makanan. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah. Kelemahannya di antaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas. Kendali akan keberadaan ayam kurang,
sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.
Cara pemeliharan ini kurang produktif (Samariyanto, 2008).
Beberapa kebiasaan atau sifat yang kampung yang meugikan, di antaranya yaitu:
1. Kanibalisme.
Kanibalisme pada ayam kampung adalah mematuk bahkan memakan kawan sendiri. Kanibalisme pada ayam kampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ayam kekurangan zat makanan, misalnya protein, mineral dan air minum; jumlah ayam dalam satu kandang terlalu padat, sehingga ayam saling berebut tempat yang paling menyenangkan; udara dalam kandang terlalu panas, karena sistem ventilasi kandang kurang baik; ayam kekurangan grit.
2. Memakan telur.
Peristiwa ayam memakan telur (egg eating) sering dijumpai pada pemeliharaan ayam sistem kandang litter. Untuk menghindari ayam memakan telurnya sendiri, zat-zat mineral (NaCl dan Ca) dan air minum yang dibutuhkan ayam harus dipenuhi.
3. Rontok Bulu.
Rontok bulu merupakan peristiwa alami yang wajar bagi ayam.
Tetapi bila hal ini terjadi terlalu cepat, jelas akan merugikan peternak ayam (Henuk, 2013).
9
Hambatan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yang relatif rendah. Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik. Hambatan- hambatan ini menjadi kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan. Dalam pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul. Dalam pencarian calon bibit unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak (Henuk, 2013).
B. Ayam Kampung Unggulan Sinjai (Akusi)
Akusi merupakan salah satu jenis ayam kampung unggul hasil seleksi dari berbagai jenis ayam kampung unggul di Indonesia yang bibit parent stocknya dihasilkan oleh Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dan diproduksi oleh pembibitan ayam di Lappadata dan Lappacinrana.
Dibanding dengan ayam kampung lokal lainnya, Akusi memiliki kelebihan- kelebihan atau keunggulan diantaranya: petumbuhan yang pesat diatas rata-rata dimana bobot potong atau beratnya mencapai 800 – 900 gram dalam waktu 10 minggu, produksi telur sekitar 160 – 180 butir/ekor/tahun, daya tahan penyakit lebih tinggi, dan memiliki cita rasa ayam kampung asli (Disnak Sinjai, 2015).
Ayam kampung Akusi merupakan salah satu jenis ayam kampung khas yang berasal dari Kabupaten Sinjai. Akusi memiliki ciri khas pada ekornya yang cenderung lebih pendek dibandingkan dengan ayam kampung lainnya. Ciri-ciri bibit unggul Akusi lainnya, yaitu:
1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada.
Tulangnya juga kuat.
3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat.
Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan (Disnak Sinjai, 2015).
11
Gambar 1. Ayam Kampung Sinjai (Akusi) (Disnak Sinjai, 2015).
C. Keong Mas (Pomacea canaliculata lamarck) dan Tepung Keong Mas.
Diomande et al. (2008), menyatakan taksonomi Keong Mas sebagai berikut:
Kingdom : Animal Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Sub class : Prosobranchia Ordo : Architaenioglossa Family : Ampullariidae Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata lamarck
Keong mas (Pomacea canaliculata lamarck) atau dikenal GAS (Golden Apple Snail) atau siput murbai merupakan hewan lunak (Mollusca) dari kelas Gastropoda yang berarti berjalan dengan perut.
Hewan tersebut dikenal dengan nama keong mas karena cangkang berwarna kuning keemasan. Keong mas dapat hidup antara 2 sampai 6 tahun dengan tingkat fertilitas tinggi dan berjenis kelamin hermaprodit.
Rumah keong mas (cangkang) berwarna kuning keemasan dan dagingnya berwarna putih susu sampai merah keemasan atau orange.
Keong mas merupakan hama padi karena sering menyebabkan kegagalan panen. Pengendalian populasi keong mas perlu diperhatikan dua hal yaitu keong mas sebagai hama padi dan sebagai sumber protein.
Berdasarkan hasil tersebut maka keong mas dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Sulistiono, 2007).
Pemberian keong mas dalam bentuk segar dapat menyebabkan pengaruh negatif karena mengandung zat anti nutrisi (thiaminase).
Thiaminase merupakan suatu zat yang dapat menghancurkan thiamin (vitamin B1) sehingga menurunkan produksi telur. Penggunaan keong mas sebagai bahan pakan harus diolah terlebih dahulu melalui perebusan selama 15-20 menit untuk menghilangkan thiaminase (BP2TP, 2006).
D. Konsumsi Pakan
Wahju (1992), menyatakan bahwa konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dimakan dalam periode tertentu. Pencatatan konsumsi pakan oleh peternak bertujuan untuk mengatur anggaran
13
pembelian pakan serta menunjukkan produktivitas ternak unggas (Williamson dan Payne, 1993).
Tillman, et. al., (1991), menambahkan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah kesehatan ayam, kandungan energi dalam pakan, macam bahan penyusun pakan, kondisi pakan yang diberikan, kebutuhan produksi, selera dan metode pemberian pakan yang digunakan. Konsumsi akan meningkat bila diberi pakan dengan kandungan energi rendah dan konsumsi akan menurun bila diberi pakan dengan kandungan energi tinggi. Unggas mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Kelebihan energi dalam pakan terjadi bila perbandingan energi dan protein, vitamin serta mineral dalam keadaan berlebihan daripada yang dibuat untuk perkembangan normal, produksi dan aktivitas.
Pakan yang dikonsumsi ternak sebagian dicerna dan diserap tubuh, sebagian yang tidak dicerna akan diekskresikan dalam bentuk ekskreta.
Hal ini dipertegas oleh Murtidjo (1992), bahwa komposisi makanan ternak yang engandung serat kasar tinggi, akan menyebabkan lebih banyak seat kasar dikeluarkan lewat ekskreta (kotoran), sehingga kesempatan efisiensi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi akan hilang. Hal tersebut menyebabkan ternak unggas berproduksi dan bertumbuh tidak optimal.
E. Pertambahan Berat Badan
Pertambahan bobot badan mempunyai definisi yang sangat sederhana yaitu peningkatan ukuran tubuh (Hunton, 1995). Pertambahan
bobot badan juga dapat diartikan sebagai perubahan ukuran yang meliputi pertambahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk komponen-komponen tubuh seperti otak, lemak, tulang, dan organ-organ serta komponen-komponen kimia terutama air dan abu pada karkas (Rasyaf, 2000).
Pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dalam waktu tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan (Tillman, et. al., 1991).
Kecepatan pertumbuhan mempunyai variasi yang cukup besar, keadaan ini bergantung pada type ayam, jenis kelamin, galur, tatalaksana, temperature lingkungan tempat ayam tersebut dipelihara, kualitas dan kuantitas pakan (Anggorodi, 1990).
Ayam harus memperoleh pakan yang banyak mengandung protein pada masa pertumbuhan, zat ini berfungsi sebagai zat pembangun, pengganti sel yang rusak dan berguna untuk pembentukan telur.
Kebutuhan protein perhari ayam kampung sedang tumbuh dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk kebutuhan yaitu Protein, yang dibutuhkan untuk pertumbuhn jaringan, protein untuk hidup pokok dan protein untuk pertumbuhan bulu (Wahju, 1992).
Anggorodi (1990), menjelaskan bahwa pertumbuhan berlangsung secara perlahan-lahan pada awalnya, kemudian cepat pada tahap selanjutnya. Dijelaskan lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi
15
pertumbuhan pada ayam antara lain faktor nutrisi meliputi energi, protein, vitamin, mineral dan kalsium.
Pertumbuhan pada ayam dapat diketahui pada kenaikan bobot badan yang diperoleh dengan cara menimbang secara harian, mingguan atau menurut periode waktu tertentu. Pertambahan berat badan erat kaitannya dengan konsumsi pakan yang mencerminkan pula gizinya, sehingga untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dibutuhkan sejumlah zat-zat makanan yang bermutu, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Tillman, et. al., 1991).
F. Konversi Pakan
Suprijatna, dkk., (2005), mengemukakan bahwa konversi pakan diperoleh dari perbandingan pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam waktu pemeliharaan tertentu. Konversi pakan adalah perbandingan jumlah konsumsi pakan pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu. Bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar energi dalam pakan, dan temperature lingkungan (Rasyaf, 2000).
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama waktu tertentu (Parakasi, 1993). Wahju (1992), menyatakan bahwa penggunaan pakan yang lebih efisien dapat dilihat dari besar
kecilnya konversi pakan, semakin kecil angka konversi pakan berarti ternak semakin efisien dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan.
Konversi pakan merupakan suatu ukuran yang dapat digunkan untuk menilai efisiensi penggunaan dan kualitas pakan. Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan (input) dengan hasil yang diperoleh baik itu daging atau telur (output) (Rasyaf, 2000).
Nilai suatu pakan selain ditentukan oleh nilai konsumsi pakan dan tingkat pertumbuhan bobot badan juga ditentukan oleh tingkat konversi pakan, dimana konversi pakan menggambarkan banyaknya jumlah pakan yang digunakan untuk pertumbuhannya. Semakin rendah angka konversi pakan, berarti kualitas pakan semakin baik (Surisdiarto, 2003). Anggorodi (1990), menyatakan bahwa nilai konversi pakan dapat dipenuhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu lingkungan, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dan konsumsi pakan.
Nilai konversi pakan berhubungan dengan biaya produksi khusunya biaya pakan, karena semakin tinggi konversi pakan, maka biiaya pakan akan meningkat karena jumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi.
Nilai konversi pakan yang tinggi menunjukkan jumlah pakan yang
17
dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi pakan semakin rendah (Card and Neishem, 1972).
18 BAB III
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember 2016 di Peternakan Rakyat Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Akusi jantan dengan kisaran umur 1 minggu sebanyak 48 ekor, vaksin, obat-obatan, desinfektan dan air kapur. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan basal (konsentrat, jagung, dan dedak dengan komposisi sesuai dengan perlakuan) dan tepung keong mas.
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti timbangan digital kapasitas 5 kg dan timbangan manual/duduk kapasitas 10 kg, kandang petakan berukuran panjang x lebar adalah 1 x 0,8 meter dengan jumlah petak kandang 16 petak tiap petak masing-masing dilengkapi dengan tempat feses, tempat makan dan minum, balon pijar 40 watt serta peralatan lain seperti kompor dan panci.
19
Tabel 1. Komposisi Zat-zat Makanan setiap Bahan yang Digunakan selama Penelitian.
Jenis Pakan
EM (kkal/kg)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
CA (%)
P (%)
Abu (%)
Konsentrat* 2298 32,26 6,62 5,67 3,22 2,21 -
Jagung* 3430 9,00 3,80 2,50 0,02 0,10 -
Dedak* 2400 12,00 12,15 12,2 0,09 1,07 -
Tepung Keong Mas**
- 44,26 5,23 2,82 - - 38,53
Sumber: *Mahfuds, (2002).
**Analisa Bahan Laboratorium Kimia Makanan Tenak, UNHAS, 2017.
Tabel 2. Susunan Kandungan Zat Makanan Perlakuan.
Bahan P0 P1 P2 P3
Jagung (%) 45 45 45 45
Dedak (%) 25 25 25 25
Konsentrat (%)
30 27 24 21
Tepung Keong (%)
0 3 6 9
Total (%) 100 100 100 100
C. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 3 ekor Akusi dengan perlakuan sebagai berikut:
Tabel 3. Desain Perlakuan Pakan
P0 Campuran Pakan basal 100%
P1 Campuran Pakan basal 97 % + Tepung Keong Mas 3 %
P2 Campuran Pakan basal 94 % + Tepung Keong Mas 6 %
P3 Campuran Pakan basal 91 % + Tepung Keong Mas 9 %
Penentuan dosis perlakuan pakan mengacu pada hasil penelitian Sulistiono (2007) yang menunjukkan bahwa penggunaan tepung keong
mas hingga 10% dalam pakan masih berpengaruh positif terhadap peningkatan performans ayam kampung hingga 80%.
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Tepung Keong Mas
Keong mas yang diperoleh terlebih dahulu dicuci bersih lalu direbus selama 15 – 20 menit dengan air kapur untuk menghilangkan lendir dan zat anti nutrisi (thiaminase). Daging dikeluarkan dari cangkang dan kotorannya dibuang, daging dan cangkang dikeringkan melalui proses penjemuran dibawah sinar matahari selama 3 hari kemudian digiling. Perlakuan untuk cangkang ditumbuk terlebih dahulu agar ukuran menjadi lebih kecil sehingga memudahkan dalam penggilingan.
Berikut diagram alir proses pembuatan tepung keong mas:
Keong mas dicuci hingga bersih
Keong mas direbus selama 15 - 20 menit
Daging keong mas dikeluakan dari cangkang dan kotorannya dibuang
Daging dan cangkang dijemur hingga kering
Daging dan cangkang kering digiling
21
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Keong Mas.
2. Pemeliharaan Ayam
a. Sebelum anak ayam tiba maka kandang terlebih dahulu dibersihkan dengan desinfektan dan lampu dinyalakan selama 24 jam.
b. Anak ayam dibagi kedalam petak kandang dan diberikan air gula untuk energi yang hilang selama transportasi.
c. Anak ayam ditimbang sebagai berat badan awal.
d. Anak ayam ditempatkan dalam petak kandang sebanyak 16 petak kandang setiap kandang berisi 6 ekor ayam
e. Pada hari ke 4 dilakukan vaksinasi
f. Pakan ditimbang sebelum diberikan kepada ayam penimbangan
g. Berat badan dilakukan pada akhir penelitian sebagai berat badan akhir.
E. Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah 1. Konsumsi Pakan.
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 − 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
2. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian.
𝑃𝐵𝐵 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
3. Konversi Pakan
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
F. Analisa Data
Data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dianalisis menggunakan analisis of variance (ANOVA) dengan rancangan penelitian rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan (Gazpers, 1989) dengan model matematika sebagai berikut:
Yij = μ + Τi + εij
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke i, ulangan ke j μ = nilai tengah umum
Τi = pengaruh perlakuan ke i
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke i dan ulangan ke j
Jika perlakuan memperlihatkan pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS ver. 16.
23 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Pakan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data konsumsi pakan ayam perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Konsumsi Pakan Ayam Akusi.
Ulangan Konsumsi Pakan Ayam (gram/ekor/hari)
P0 P1 P2 P3
1 32.55 32.55 33.02 33.60
2 32.55 32.78 33.02 32.78
3 30.57 31.85 31.15 31.15
4 31.27 30.68 30.92 31.27
Jumlah 126.93 127.87 128.10 128.80
Rata-rata 31.73 31.97 32.03 32.20
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian pakan perlakuan yang berbeda tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap konsumsi pakan ayam Akusi.
Meskipun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata, berdasarkan hasil pengamatan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan dengan pemberian tepung keong mas (P1, P2, dan P3) masih lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian tepung keong mas (P0). Konsumsi pakan ayam yang tinggi pada penelitian ini diduga disebabkan karena bau dan rasa tepung keong mas yang khas dan menyebabkan tingkat palatabilitas dan selera makan ayam yang tinggi pula. Hal ini senada dengan pendapat Parakkasi (1993), menyatakan bahwa perbedaan konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: bobot badan, umur, dan kondisi tubuh, stress yang diakibatkan oleh lingkungan dan tingkat kecernaan pakan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan suhu makanan yang diberikan.
B. Pertambahan Berat Badan (PBB)
Data pertambahan berat badan (PBB) harian ayam perlakuan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pertambahan Berat Badan (PBB) Harian Ayam Akusi.
Ulangan Pertambahan Berat Badan Ayam (gram)
P0 P1 P2 P3
1 4.7 4.3 4.3 4.3
2 4.3 4.5 4.8 4.7
3 5.3 5.3 5.3 5.3
4 5.3 5.2 5.2 5.3
Jumlah 19.55 19.25 19.55 19.60
Rata-rata 4.89 4.81 4.89 4.90
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian pakan perlakuan yang berbeda tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap pertambahan berat badan ayam Akusi.
Meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata, akan tetapi berdasarkan jumlah rataan PBB ayam paling tinggi terdapat pada perlakuan P3 sesuai dengan hasil pada konsumsi pakan. Hal ini menunjukkan bahwa zat-zat makanan pada pakan yang dikonsumsi memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan karena kandungan zat-zat pakan yang seimbang dan sesuai untuk pertumbuhan yang optimal.
25
Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan, dkk. (2012), yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam kampung yaitu faktor nutrisional yang meliputi protein, vitamin, mineral dan kalsium. Selain itu juga terdapat faktor genetik, jenis kelamin, umur, penyakit dan manajemen pemeliharaan.
C. Konversi Pakan
Data konversi pakan ayam perlakuan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Konversi Pakan Ayam Akusi.
Ulangan Konversi Pakan Ayam
P0 P1 P2 P3
1 6,9 7,6 7,7 7,8
2 7,6 7,3 7,0 7,0
3 5,8 6,1 5,9 5,9
4 5,9 5,9 5,9 5,9
Total 26,23 26,84 26,45 26,55
Rata-
rata 6,56 6,71 6,61 6,64
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian pakan perlakuan yang berbeda tidak memberikan pengaruh (p > 0,05) terhadap konversi pakan ayam perlakuan.
Hasil pada tabel 6. di atas tidak memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan pengaruh pemberian tepung keong mas dalam campuran pakran basal. Hal ini disebabkan breed atau bangsa ayam Akusi yang termasuk ayam kampung, dimana secara genetik ayam kampung memang menunjukkan tingkat konversi pakan yang jauh berbeda dengan ayam ras yang telah melalui peningkatan performans
khususnya untuk pertambahan berat badan melalui proses seleksi bertahun-tahun.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan pendapat Rasyaf (2000), yang menyatakan bahwa Konversi pakan adalah perbandingan jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dicapai. Bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan efisien. Konversi pakan dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar energi dalam pakan, dan temperatur lingkungan.
27 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian tepung keong mas terhadap performa (konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan) ayam kampung Akusi.
B. Saran
Disarankan untuk menggunakan tambahan tepung keong mas sebanyak 9% dalam campuran pakan basal ayam Akusi sebagai pakan tambahan sumber protein, meskipun pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R, 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), 2006. Pemanfaatan Silase dan Tepung Daging Keong Mas Untuk Pakan Ternak. Sumatra Utara.
Danurdjo, D,. 2007. Penambahan Tepung Daging Keong Mas (Pomacea caniculata) Dalam Pakan Standar Periode Finisher Terhadap Performan Ayam Ayam Ras Pedaging. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau.
Riau.
Diomande, M., M. Koussemon., K. V. Allo and A. Kamenan, 2008. Effect of snail (Achatina fulica) Meal on Broiler Production and Meat Sensorial Quality. University of Abobo-Adjame. Livestock Research For Rural Development 20 : 1-6.
Diskawati, E, 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas Dalam Pakan Terhadap Penampilan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Disnak Sinjai. 2015. Pelatihan Usaha Peternakan Ayam Kampung.
(Online). http://disnakkeswan.sinjaikab.go.id/home/pelatihan-usaha- peternakan-ayam-kampung.html (Diakses 23 Agustus 2016).
Gaspersz. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung.
Hardjosworo, P.S. Peluang Potensi Genetik dan Prospek Pengembangan Usaha Lokal. Dalam Prosoding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan, Balai Penelitian, Bogor.
Henuk, Y.L. 2013. Benefits And Problems Of Keping Native Chickens In Indonesia. 11th World Conference On Animal Production. Undana.
Kupang NTT.
Hunton, P 1995. Poultry Production. Elsevier, Amsterdam.
Johari, S. 2004. Sukses Beternak Ayam Ras. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Kurniawan, L.A., Atmomarsono, U., dan Mahfudz, I. 2012. Pengaruh Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan dan Pembatasan Pakan Terhadap Pertumbuhan Tulang Ayam Broiler. Jurnal Agromedia.
Mahfudz, LD. 2002. Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap yang di Rendam Dalam Air Panas dan Dingin terhadap Pertumbuhan Ayam Pedaging. IPB, Bogor.
Murtidjo, B.A. 1992. Pedoman Beternak Ayam. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press Washington DC.
Parakkasi, A., 1993. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ruminansia. UI Press.
Jakarta.
Rasyaf. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Samariyanto. 2008. Arah pengembangan pembibitan Ayam lokal di indonesia. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal (Hal 3-9). Pusat Penelitian dan Pengembangan Ayam Lokal. Bogor.
Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan Ransum Ayam Buras. (Jurnal). Wartazoa, Vol: 3, 12-17.
Sulistiono. 2007. Keong Mas Sebagai Nutrisi Alami Alternatif. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Surisdiarto. 2003. Pakan untuk Ayam Buras. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana, 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawiro dan S.
Lebdosoekojo, 1991. Ilmu Malkanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Turgeon, D. D., J. F. Quinn, Jr., A. E. Bogan, E. V. Coan, F. G. Hochberg and W. G. Lyons. 2012. Common and Scientific Name of Aquatic Invertebrates From The United State and Canada : Mollusks, 2nd ed.
American Fisheries Society Special Publication 26 : 526. USA.
ISBN/ISSN : 1-888569-01-8, 0097-0638.
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Williamson dan Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Universitas Gadjah Mada Prees. Yogyakarta.
Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Selama Penelitian Minggu 1
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 210 210 231 252
2 210 210 252 210
3 189 231 189 210
4 231 189 210 189
Minggu 2
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 315 315 315 357
2 315 336 315 357
3 231 294 252 252
4 294 273 252 294
Minggu 3
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 462 441 462 441
2 462 483 483 441
3 441 483 462 462
4 420 420 420 441
Minggu 4
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 483 483 567 588
2 483 567 546 525
3 441 525 504 441
4 483 483 525 525
Minggu 5
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 756 819 798 798
2 798 756 819 777
3 735 756 735 756
4 735 735 735 735
Minggu 6
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 987 966 1029 987
2 1008 987 966 945
3 945 945 945 924
4 945 903 945 945
Minggu 7
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 1218 1197 1176 1176
2 1176 1197 1176 1218
3 1155 1155 1155 1155
4 1155 1134 1113 1134
Minggu 8
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 1428 1428 1365 1449
2 1407 1365 1386 1428
3 1365 1344 1365 1407
4 1365 1386 1365 1365
Total Pakan Kumulatif
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 5859 5859 5943 6048
2 5859 5901 5943 5901
3 5502 5733 5607 5607
4 5628 5523 5565 5628
Konsumsi pakan/ekor/hari
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 32.55 32.55 33.02 33.60 2 32.55 32.78 33.02 32.78 3 30.57 31.85 31.15 31.15 4 31.27 30.68 30.92 31.27 Jumlah 126.93 127.87 128.10 128.80 Rata-rata 31.73 31.97 32.03 32.20
Lampiran 2. Data Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan dan Konversi Pakan Selama Penelitian.
Konsumsi Pakan/ekor/hari selama penelitian
Ulangan P0 (g) P1 (g) P2 (g) P3 (g)
1 32.55 32.55 33.02 33.60
2 32.55 32.78 33.02 32.78
3 30.57 31.85 31.15 31.15
4 31.27 30.68 30.92 31.27
Pertambahan Berat Badan (PBB)
Ulangan
P0 (g) P1 (g) P2 (g) P3 (g)
Berat Akhir
Berat
Awal PBB Berat Akhir
Berat
Awal PBB Berat Akhir
Berat
Awal PBB Berat Akhir
Berat
Awal PBB
1 324 41 283 298 41 257 299 41 258 300 41 259
2 298 42 256 310 41 269 326 41 285 325 42 283
3 357 40 317 356 41 315 357 41 316 358 41 317
4 358 41 317 355 41 314 356 42 314 359 42 317
Pertambahan Berat Badan Harian/ekor
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 4.7 4.3 4.3 4.3
2 4.3 4.5 4.8 4.7
3 5.3 5.3 5.3 5.3
4 5.3 5.2 5.2 5.3
Jumlah 19.55 19.25 19.55 19.60 Rata-rata 4.89 4.81 4.89 4.90
Konversi Pakan
Ulangan P0 (g) P1 (g) P2 (g) P3 (g)
Konsumsi PBB Konversi Konsumsi PBB Konversi Konsumsi PBB Konversi Konsumsi PBB Konversi
1 32.55 4.7 6.9 32.55 4.3 7.6 33.02 4.3 7.7 33.60 4.3 7.8
2 32.55 4.3 7.6 32.78 4.5 7.3 33.02 4.8 7.0 32.78 4.7 7.0
3 30.57 5.3 5.8 31.85 5.3 6.1 31.15 5.3 5.9 31.15 5.3 5.9
4 31.27 5.3 5.9 30.68 5.2 5.9 30.92 5.2 5.9 31.27 5.3 5.9
Lampiran 3. Analisis Univariate Konsumsi Pakan Menggunakan SPSS Ver. 16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Konsumsi Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 31.7350 .98351 4
P1 31.9650 .94356 4
P2 32.0275 1.14988 4
P3 32.2000 1.19217 4
Total 31.9819 .97457 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Konsumsi
F df1 df2 Sig.
.739 3 12 .549
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konsumsi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .444a 3 .148 .129 .941
Intercept 16365.445 1 16365.445 1.423E4 .000
Perlakuan .444 3 .148 .129 .941
Error 13.803 12 1.150
Total 16379.692 16
Corrected Total 14.247 15
a. R Squared = ,031 (Adjusted R Squared = -,211)
Post Hoc Tests
Perlakuan
Multiple Comparisons Konsumsi
LSD (I) Perlakua n
(J) Perlakua n
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 P1 -.2300 .75838 .767 -1.8824 1.4224
P2 -.2925 .75838 .706 -1.9449 1.3599
P3 -.4650 .75838 .551 -2.1174 1.1874
P1 P0 .2300 .75838 .767 -1.4224 1.8824
P2 -.0625 .75838 .936 -1.7149 1.5899
P3 -.2350 .75838 .762 -1.8874 1.4174
P2 P0 .2925 .75838 .706 -1.3599 1.9449
P1 .0625 .75838 .936 -1.5899 1.7149
P3 -.1725 .75838 .824 -1.8249 1.4799
P3 P0 .4650 .75838 .551 -1.1874 2.1174
P1 .2350 .75838 .762 -1.4174 1.8874
P2 .1725 .75838 .824 -1.4799 1.8249
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,150.
Estimated Marginal Means
Grand Mean Dependent Variable:Konsumsi
Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
31.982 .268 31.398 32.566
Lampiran 4. Analisis Univariate Pertambahan Berat Badan Menggunakan SPSS Ver. 16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PBB Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 4.9000 .48990 4
P1 4.8250 .49917 4
P2 4.9000 .45461 4
P3 4.9000 .48990 4
Total 4.8813 .43393 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:PBB
F df1 df2 Sig.
.151 3 12 .927
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:PBB
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .017a 3 .006 .024 .995
Intercept 381.226 1 381.226 1.629E3 .000
Perlakuan .017 3 .006 .024 .995
Error 2.808 12 .234
Total 384.050 16
Corrected Total 2.824 15
a. R Squared = ,006 (Adjusted R Squared = -,243)
Post Hoc Tests
Perlakuan
Multiple Comparisons PBB
LSD (I) Perlakua n
(J) Perlakua n
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 P1 .0750 .34202 .830 -.6702 .8202
P2 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
P3 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
P1 P0 -.0750 .34202 .830 -.8202 .6702
P2 -.0750 .34202 .830 -.8202 .6702
P3 -.0750 .34202 .830 -.8202 .6702
P2 P0 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
P1 .0750 .34202 .830 -.6702 .8202
P3 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
P3 P0 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
P1 .0750 .34202 .830 -.6702 .8202
P2 .0000 .34202 1.000 -.7452 .7452
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,234.
Estimated Marginal Means
Grand Mean Dependent Variable:PBB
Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
4.881 .121 4.618 5.145
Lampiran 5. Analisis Univariate Konversi Pakan Menggunakan SPSS Ver.
16.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 P0 4
2 P1 4
3 P2 4
4 P3 4
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Konversi Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 6.5500 .85829 4
P1 6.7250 .85000 4
P2 6.6250 .88459 4
P3 6.6500 .92556 4
Total 6.6375 .78983 16
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Konversi
F df1 df2 Sig.
.023 3 12 .995
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan