1
2
1
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH KELAS X DI MADRASAH ALIYAH KOTO
RENDAH KABUPATEN KERINCI.
Rangga Alkiadi
1), Zafri
2), Ahmad Nurhuda
3)1)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
2)
Staf Pengajar FIS Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang Sumatera Barat
3)
Staf Pengajar Jurusan Tadris Konsentrasi Sejarah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
[email protected]
ABSTRACT
This research was motivated by the results of student learning subjects historical low. This is due to the dominating caramah method of learning activity resulting, less optimal time bulk attention of students in learning activities, lack of activities performed by the students and the teaching of history is still in the form of information delivery has not been able to make the students understand the concepts in the subject matter of history. One effort to improve understanding of concepts in a history lesson through the application, Learning Strategy Active, Creative, Effective, and Joyfull. The research is a quasi experiment with the design of the research is a pre-test-post- test control group without random. The population in this study were all students in the class X Madrasah Aliyah Koto Rendah academic year 2015/2016. The sample was determined through techniques cluster sampling next experimental class and control class is determined at random sampling obtained experimental class is the class XB and control class is the class XA. This research data analysis techniques used to describe the descriptive statistical data obtained, and test hypotheses, through the t test at real level of 0,05 on knowledge. Based on the results of research concluded that there is a significant impact on the implementation of the learning strategy Active, Creative, Effective and Joyfull towards the achievement of student learning outcomes of Class X in Madrasah Aliyah Koto Rendah Kerinci.
Keywords: Learning Strategy, Active, Creative, Effective, Joyfull
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.
Pembelajaran merupakan salah satu aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan.
Sehingga keberhasilan dari pendidikan banyak tergantung pada efektif tidaknya proses pembelajaran tersebut.
Rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses pembelajaran. Jika dianalisis secara makro penyebabnya bisa dari siswa, guru, sarana dan
prasarana maupun startegi pembelajaran yang digunakan, juga minat dan motivasi siswa yang rendah. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mangajar yang bukan hanya terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan bagaimana proses pembelajaran mampu memberikan pemahaman baik kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam kehidupan (Khanifatul, 2013:15).
kegiatan observasi yang dilakukan pada tanggal 25, 26, 27 dan 29 Agustus 2015, di
2 Madrasah Aliyah Koto Rendah. Selama melaksanakan kegiatan tersebut, diperoleh bahwa siswa kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah belum memaksimalkan waktu dan curah perhatian terhadap pelajaran.
Pencapaian kompetensi pada aspek pengetahuan mata pelajaran sejarah masih belum optimal, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Hal ini dapat diamati dari hasil ulangan harian 2, pada semester 1 tahun 2015/2016, masih banyak siswa kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah yang nilainya belum melewati KKM mata pelajarannya, yaitu 75.
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian 2 Mata Pelajaran Sejarah pada Semester 1 Tahun 2015/2016 Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah Kerinci.
NO KELAS
Nilai Rata-rata Ulangan Harian 2
Sejarah
1 X A 60,25
2 X B 62,5
3 X C 56,25
Sumber: Guru Mata Pelajaran sejarah tahun 2015.
Rendahnya pencapaian hasil belajar
siswa erat kaitannya dengan aktivitas belajar, pada kenyataannya kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode ceramah masih mendominasi dalam proses pembelajaran, sehingga peran guru dalam pembelajaran sangat dominan. Pembelajaran yang diterapkan guru berfokus pada pembelajaran yang bersifat teacher center, misalnya guru menyampaikan materi pelajaran setelahnya diadakan latihan dan pembelajaran berakhir, siklus kegiatan belajar seperti ini paling banyak digunakan dalam pembelajaran sejarah di kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah.
Hal ini menimbulkan beberapa perilaku peserta didik saat belajar seperti perhatian tertuju ke luar kelas, menguap saat belajar, menyangga kepala dengan tangan kanan, sering melihat ke arah jam dan lain sebagainya. Demikian juga dalam hal penguasaan materi pelajaran kebanyakan siswa kurang dalam hal pemahaman konsep.
Misalnya dalam materi hakikat ruang lingkup ilmu sejarah, ketika guru meminta siswa untuk memberikan contoh lain dari kegunaan sejarah secara edukatif dan kegunaan sejarah secara inspiratif, selain yang di contohkan oleh guru, hanya 6 dari 16 orang yang dapat memberikan
contoh lain yaitu inisial: S. A, P, G. T, L, S, V. V, dan S. D.
Berdasarkan hal tersebut rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Koto Rendah, terjadi kerena penggunaan metode ceramah yang sering diterapkan oleh guru. Pembelajaran tersebut membuat aktivitas belajar siswa tidak bervariasi dan cenderung monoton. Akibatnya siswa jenuh dan kurang perhatianya saat guru menyampaikan materi pelajaran dan penguasaan materi pelajaran oleh siswa menjadi kurang optimal, sehingga hasil belajar siswa rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2001:73) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar adalah guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
Perhatian siswa terhadap pelajaran dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran. Menurut Hamzah dan Nurdin Mohammad (2014:210), suasana belajar mengajar yang menyenangkan dapat membuat siswa memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian dalam Hamzah dan Nurdin Mohammad (2014:210), tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan strategi PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Keunggulan dari strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), dengan Pembelajaran Aktif, siswa dapat melakukan kegiatan belajar yang lebih bervariasi. Kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari guru tetapi dapat mencari informasi sendiri dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Efektif, pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan. Menyenangkan, dapat membuat curahan perhatian siswa saat belajar menjadi tinggi dan siswa lebih menikmati kegiatan belajar serta tidak mudah bosan saat belajar, disamping itu adanya apersepsi di awal pelajaran, dapat memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar (Mulyasa,2009:195).
strategi pembelajaran PAKEM membuat guru tidak monoton dalam menyampaikan materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diangkat judul
3 tentang “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kelas X di Madrasah Aliyah Koto Rendah kabupaten Kerinci”.
Strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Menurut Asmani dalam Suyadi, istilah PAKEM dikembangkan dari AJEL (Active Joyfull and Effective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia, pada tahun 1999 disebut PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif, dan Menyenangkan). Seiring dengan perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
A. Pembelajaran yang Aktif
Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Menurut Hamzah dan Mohamad Nurdin (2014:10), aktif dalam strategi ini adalah dengan memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
B. Pembelajaran yang Kreatif
Menurut Hamzah dan Mohamad Nurdin (2014:12), pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
C. Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hamzah dan Mohamad Nurdin (2014:13-14), strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.
D. Pembelajaran yang Menyenangkan Strategi pembelajaran yang menyenangkan dimaksudkan agar guru menciptakan pembelajaran yang menarik,
sehingga siswa senang mengikuti pelajarannya.
Hasil belajar dapat dipahami dari dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008:30) hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek- aspek itu adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar aspek pengetahuan.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik (Sri, 2006 :210-217). Jenis hasil belajar aspek pengetahuan (kognitif) meliputi enam kemampuan atau kecakapan antara lain:
pengetahuan, Pemahaman, Aplikiasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif aspek pengetahuan khususnya pemahaman.
Konsep merupakan salah satu komponen dasar yang harus dikuasai untuk mempelajari materi pelajaran terutama materi dibidang ilmu sosial. Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2013:228) konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hasil observasi.
Menurut Arikunto (2005:137) indikator dari kemampuan pemahaman konsep adalah
4 sebagai berikut: 1.Mempertahankan.
2.Membedakan. 3.Menduga. 4.Menerangkan.
5.Memperluas.6.Menyimpulkan.7.Menggener alisasikan. 8.Memberi contoh. 9.Menuliskan kambali. 10.Memperkirakan.
Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa memberi contoh. Jadi yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah Kemampuan siswa memberi contoh-contoh dari konsep yang dipelajari pada materi pelajaran.
Agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif, yaitu tentang kemampuan siswa dalam hal pemahaman konsep (memberikan contoh-contoh konsep) pada materi pelajaran sejarah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) terhadap hasil belajar sejarah kelas X di Madrasah Aliyah Koto Rendah?
Tujuan penelitian ini adalah:
Menganalisa pengaruh penerapan strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) terhadap hasil belajar sejarah kelas X di Madrasah Aliyah Koto Rendah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah ekspeimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak.
Desain penelitian digambarkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rancangan penelitian Kelompok Prates/
Prettes t
Perlakua n
Pascat es/
Postte st Eksperime
n
X
Kontrol -
Dimana X adalah perlakuan yang diberikan pada ke-las eksperimen menggunakan strategi pembelajaran PAKEM adalah Data yang diperoleh untuk mengukur variabel terikat (Prates/ Prettest) dan adalah Data yang diperoleh untuk mengukur variabel terikat (Pascates/ Posttest).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah yang berjumlah 47 orang. Sampel
ditentukan dengan teknik sampel berkelompok (cluster sampling) dikarenakan siswa sudah berada dalam kelompok- kelompok kelas. Untuk menentukan dua kelas sampel dipilih kelas XA dan kelas XB karena memiliki nilai rata-rata kelas yang tidak jauh berbeda. Alasan digunakan cara ini karena diperoleh informasi dari hasil observasi awal pada nilai ulangan harian 2, semester ganjil tahun 2015/2016 kelas XA dan kelas XB memiliki nilai rata-rata kelas yang tidak jauh berbeda sedangkan kelas XC memiliki nilai rata-rata lebih rendah dari kelas XA dan XB.
Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan secara acak (random sampling), yaitu dengan menggunakan mata uang logam. Didapatkan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XB dan sebagai kelas kontrol adalah kelas XA.
Variabel penelitian berupa strategi pembelajaran PAKEM sebagai variabel bebas, hasil belajar siswa sebagai variabel terikat, dan variabel kontrol adalah materi, media, buku dan jumlah jam pelajaran.
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil belajar sejarah pada soal pemahaman konsep yang langsung diperoleh dari sampel yang diteliti, melalui tes objektif prettest dan posttest. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai keadaan siswa kelas X di Madrasah Aliyah Koto Rendah. Mengenai jumlah siswa, Absensi, KKM mata pelajaran sejarah, nilai ulangan harian, Kurikulum yang digunakan, dan gambaran proses pembelajaran sejarah.
Prosedur penelitian terdiri atas tiga tahap, per-siapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
Tahap persiapan merupakan penetapan jadwal dan surat penelitian, menentukan kelas sampel, mempersiapkan pe-rangkat pembelajaran. Kegiatan pada tahap pelaksanaan diantaranya melaksanakan pembelajaran pada kelas sampel, mengumpulkan data hasil belajar aspek pengetahuan. Untuk tahap penyelesaian diantaranya mengumpulkan hasil prettest dan posttest siswa, mengolah data dari kedua sampeldan menarik kesimpulan berdasarkan analisis data yang dilakukan menyusun laporan penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian be-rupa tes objektif di awal dan akhir (prettest dan posttest). Analisis instrumen yang digunakan meliputi uji validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan
5 kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment (Arikunto, 2005:78):
Dimana r xy adalah koefisien korelasi item soal, adalah banyaknya peserta tes, adalah Jumlah skor item dan adalah Jumlah skor total. Setalah dilakukan uji validitas 23 soal pemahaman konsep 13 soal diantaranya, soal nomor 2, 7, 11, 13, 16, 20, 24, 25, 27, 32, 34, 35,dan 45, tidak bisa dipakai untuk soal tes, karena r hitung > r tabel.
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, dengan siswa yang kemampuannya rendah. Besarnya angka yang menunjukkan daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal tersebut membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2005:213):
Dimana adalah indeks daya beda, adalah banyaknya peserta kelompok atas, adalah banyaknya peserta kelompok bawah, adalah banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar adalah banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Setelah dilakukan analisis klasifikasi daya pembeda, samua soal yang berjumlah 8 soal, tingkat klasifikasi daya pembeda yang diperoleh baik.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Angka indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2005:209):.
Dimana P adalah tingkat kesukaran, adalah banyaknya peserta tes yang menjawab benar, adalah skor maksimum, serta N adalah jumlah peserta tes. Setelah dilakukan analisis indeks tingkat kesukaran. Terdapat 2 soal yang tidak dapat dipakai, dikarenakan indeks tingkat kesukaran yang diperoleh soal tersebut mudah, yaitu soal nomor 1 dan soal nomor 44.
Menentukan reliabilitas tes yang berbentuk soal uraian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder-Richhaderson (KR-21):
2
11 1
1 nS
M n M n
r n
N M
X
1
2 2 2
N NX X S N
Dimana r11 adalah reliabilitas tes secara keseluruhan, n adalah jumlah butir soal, n adalah jumlah butir soal tes, M adalah rata- rata skor tes, N adalah jumlah pengikut tes, S2 adalah varians total, dan X adalah skor pengikut tes. Setelah dilakukan analisis klasifikasi reliabilitas soal. Diperoleh hasil 0,75 dengan demikian klasifikasi reliabilitas soal yang diperoleh tinggi, sehingga soal tersebut dapat dijadikan untuk pengumpulan data.
Teknik analisis data yang digunakan untuk aspek pengetahuan adalah uji hipotesis tentang kesamaan dua rata-rata yang terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk menentukan apakah data yang akan diolah adalah data Prettest atau data Posttest, uji prasyarat dilakukan pada data prettest, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa sama atau tidak.
Kriterianya adalah jika hasil uji t prettest, t hitung > t tabel maka kemampuan awal siswa tidak sama, sedangkan jika hasil uji t prettest, t hitung < t tabel maka kemampuan awal siswa sama. Jika kemampuan awal siswa tidak sama, data yang akan diolah untuk uji hipotesis adalah data Prettest sedangkan jika kemampuan awal siswa sama maka data yang akan diolah untuk uji hipotesis adalah data Posttest.
6 Setelah dilakukan uji t prettest, diperoleh hasil thitung = 1,21 sedangkan ttabel = 1,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung <
ttabel artinya hipotesis nol di terima dan hipotesis kerja H1 ditolak..Maka diperolah kemampuan awal siswa sama, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dan data yang akan diolah untuk uji hipotesis adalah data Posttest.
Sebelum menggunakan teknik analisis statistik yang digunakan, terlebih dahulu memeriksa keabsahan sampel. Cara yang digunakan untuk memeriksa keabsahan sampel tersebut adalah dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menghitung sampel berasal dari populasi yang terdistribusi dengan normal ataukah sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal.
Uji normalitas menggunakan uji Lilifors.
Data sampel dinyatakan berasal dari populasi yang terdistribusi normal apabila nilai L hasil perhitungan lebih kecil dari pada nilai L kritis (Ltabel). Setelah dilakukan analisis data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dari data yang diperoleh, data kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal.
Dimana untuk kelas eksperimen Lo=0,1711 sedangkan Ltabel pada n = 16 dengan = 0,05 maka Ltabel = 0,213, Dari hasil perhitungan Lo dan Lt, dapat disimpulkan bahwa 0,1711 < 0,213 atau Lo <
Lt dengan demikian data kelas eksperimen penelitian ini terdistribusi Normal. untuk kelas kontrol diperoleh hasil Lo=0,2068 sedangkan Ltabel = 0,213, dapat disimpulkan bahwa 0,2068 < 0,213 atau Lo < Lt dengan demikian data kelas kontrol penelitian ini terdistribusi Normal.
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji F. Sampel dikatakan memiliki varians yang homogen jika nilai F hasil perhitungan lebih kecil dari pada nilai F pada tabel. Setelah dilakukan analisis data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh kedua kelas homogen. Dimana diperoleh F Hitung = 1,382 sedangkan F Tabel pada taraf nyata 0,05 dengan dk 15:15 adalah 2,40 sehingga 1,382
< 2,40 atau F Hitung < F table. Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa data nilai kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah data yang Homogen.
Setelah diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen, maka dilakukan uji hipotesis. Statistik penguji yang diguna-kan adalah uji t dengan rumus sebagai berikut.
Dengan adalah nilai kelas eksperimen, adalah nilai kelas kontrol, S2 adalah variansi, S1 adalah stan-dar deviasi kelas eksperimen, S2 adalah standar de-viasi kelas kontrol, S adalah standar deviasi gabung-an, n1adalah jumlah siswa kelas eksperimen, dan n2 adalah jumlah siswa kelas kontrol. Kriteria pengujian yang berlaku ialah: terima H0 jika dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain[11].
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian
1. Deskripsi Data a. Sebaran Frekuensi.
1) Sebaran Frekuensi Prettest Kelas Kontrol.
a) Nilai Tertinggi = 15 b) Nilai Terendah = 5
c) Banyak Kelas K = 1 + (3,3 log n) K = 1 + 3,3 (log 16) = 1 + 3,3 (1,204) = 4,9732 = 5.
d) Kelas Interval = = =2 Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah sebaran frekuensi dapat dikatakan bagus atau tidak adalah jika frekuensi data memusat (lebih banyak/lebih tinggi) ditengah, maka sebaran frekuensi tersebut dinilai baik, jika frekuensi data memusat di awal/akhir, sebaran frekuensi tersebut kurang baik, dan jika frekuensi data tidak memusat baik diawal, ditangah atau diakhir maka sebaran frekuensi tersebut dinilai tidak baik. Berdasarkan hasil analisis ternyata, sebaran frekuensi Prettest kelas kontrol memusat ditengah, artinya sebaran frekuensi Prettest kelas kontrol bagus.
Sebaran frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Sebaran Frekuensi Skor Prettest Kelas Kontrol.
No Kelas Interval Frekuensi
7
1 5-7 1
2 7-8 3
3 9-10 9
4 11-12 2
5 13-14 0
6 15-16 1
Jumlah 16
Sumber: Hasil analisis Prettest Kelas Kontrol.
2). Sebaran Frekuensi Prettest Kelas Eksperimen.
a) Nilai Tertinggi = 16 b) Nilai Terendah = 4
c) Banyak Kelas K = 1 + (3,3 log n) K = 1 + 3,3 (log 16) = 1 + 3,3 (1,204) = 4,9732 = 5.
d) Kelas Interval = = =2,4=2 Berdasarkan hasil analisis ternyata, sebaran frekuensi Prettest kelas eksperimen memusat diawal, artinya sebaran frekuensi Prettest kelas eksperimen kurang bagus.
Sebaran frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Sebaran Frekuensi Skor Prettest Kelas Eksperimen.
No Kelas Interval Frekuensi
1 6-7 1
2 8-9 6
3 10-11 3
4 12-13 3
5 14-15 3
Jumlah 16
Sumber: Hasil analisis Posttest Kelas Eksperimen.
3). Sebaran Frekuensi Posttest Kelas Kontrol.
a) Nilai Tertinggi = 8 b) Nilai Terendah = 1
c) Banyak Kelas K = 1 + (3,3 log n) K = 1 + 3,3 (log 16) = 1 + 3,3 (1,204) = 4,9732 = 5.
Kelas Interval = = =1,4=1 Berdasarkan hasil analisis ternyata, sebaran frekuensi Posttest kelas Kontrol memusat diawal, artinya sebaran frekuensi Posttest kelas Kontrol kurang bagus. Sebaran frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Sebaran Frekuensi Skor Posttest Kelas Kontrol.
No Kelas Interval Frekuensi
1 1-2 4
2 3-4 8
3 5-6 2
4 7-8 2
Jumlah 16
Sumber: Hasil analisis Posttest Kelas Kontrol.
4). Sebaran Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen.
a) Nilai Tertinggi = 8 b) Nilai Terendah = 0
c) Banyak Kelas K = 1 + (3,3 log n) K = 1 + 3,3 (log 16) = 1 + 3,3 (1,204) = 4,9732 = 5.
Kelas Interval = = =1,6=2 Berdasarkan hasil analisis ternyata, sebaran frekuensi Posttest kelas eksperimen memusat diakhir, artinya sebaran frekuensi Posttest kelas eksperimen kurang bagus.
Sebaran frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Sebaran Frekuensi Skor Posttest Kelas Eksperimen.
No Kelas Interval Frekuensi
1 0-1 2
2 2-3 2
3 4-5 3
4 6-7 4
5 8-9 5
Jumlah 16
Sumber: Hasil analisis Posttest Kelas Eksperimen.
b. Pemusatan Data.
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan fokus penelitian yaitu soal pemahaman konsep pada materi sejarah.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah pemusatan data bagus atau tidak, terletak pada nilai yang sama, antara mean, median dan modus. Setelah dilaksanakan prettest didapat hasil pemusatan data prettest kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 7. Perbandingan Prettest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Aspek Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Mean 10,43 9,43
2 Median 10 9
3 Modus 7,5 9
Sumber: Hasil analisis Prettest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
8 Setelah dilaksanakan posttest didapat hasil pemusatan data posttest kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 8. Perbandingan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Aspek Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Mean 5,5 3,687
2 Median 6,5 3
3 Modus 8 3
Sumber: Hasil analisis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
c. Variasi Data.
Kriteria variasi data dapat dikatakan baik atau tidak adalah apabila, nilai Range dan Standar Deviasi kecil maka data tersebut variasi datanya bagus. Setelah dilaksanakan prettest didapat hasil pemusatan data prettest kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 9. Perbandingan Prettest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Aspek Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Range 16-4=12 15-5=10
2 Stander Deviasi
2,455 9,156 Sumber: Hasil analisis Prettest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Setelah dilaksanakan posttest didapat hasil pemusatan data posttest kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 10. Perbandingan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
No Aspek Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Range 8-0=8 8-1=7
2 Stander Deviasi
2,549 1,808 Sumber: Hasil analisis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Berdasarkan analisis ketiga deskripsi data diatas, dapat disimpulkan bahwa, deskripsi data prettest kelas kontrol lebih baik dari pada deskripsi data kelas eksperimen.
Dan deskripsi data posttest kelas kontrol lebih baik dari pada deskripsi data kelas eksperimen.
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan didapat thitung = 2,26 sedangkan ttabel = 1,70 dengan kriteria pengujian terima HO jika th <
t(1-α) dan tolak HO jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena didapatkan harga t hitung > t tabel, maka harga t tidak berada pada daerah penerimaan HO, sehingga dikatakan Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian. Terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X Madrasah Aliyah Koto Rendah terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis posttest pada soal pemahaman konsep ternyata 3 dari empat materi konsep, terdapat perubahan yang berarti, sedangkan satu materi lainya tidak begitu berbada. Hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 11. Hasil nilai posttest kelas eksperimen tentang kemampuan siswa pada ke empat materi soal pemahaman konsep.
No Kemampuan siswa pada soal
konsep
t
Hitung
t
Tabe l
Kete rang an 1. Peradaban India
kuno (lembah Sungai Indus dan lembah Sungai Gangga)
0,74 8
1,7 0
Ditol -ak
2. Peradaban Tiongkok kuno (lembah Sungai Hoang-Ho)
1,86 1,7 0
Diter -ima
3. Teori
perkembangan manusia dan asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia.
2,53 1,7 0
Diter -ima
4. Proses
persebaran Proto dan Deutro Melayu.
2,23 1,7 0
Diter -ima
Sumber: skor keempat soal pemahaman pada hasil Posttest.
Berdasarkan hasil analisis data Posttest pada materi Peradaban India kuno (lembah Sungai Indus dan lembah Sungai Gangga) kemampuan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak jauh berbeda. Hal terjadi karena kelas kontrol juga mengalami peningkatan kemampuan pemahaman konsep, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini dapat terjadi yang
9 pertama adalah suasana belajar yang baru seperti perubahan guru mata pelajaran.
Kedua mengenai materi pelajaran, tidak ada perbedaan materi yang diberikan antara kelas kontol dengan kelas eksperimen. Ketiga pada materi Peradaban India kuno (lembah Sungai Indus dan lembah Sungai Gangga), siswa kelas kontol perhatian terhadap pelajaran tinggi dan mengikuti pelajaran dengan baik.
Sedangkan untuk materi 2, 3 dan 4 terlihat rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi, dibandingkan rata- rata hasil belajar siswa kelas kontrol.
Tingginya rata-rata perolehan kelas eksperimen karena di kelas eksperimen diterapkan strategi pembelajaran PAKEM.
Adanya apersepsi diawal pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi pelajaran dan siswa diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Kegiatan diskusi kelompok dengan memanfaatkan kartu istilah/kata, yang menuntut siswa mengkreasikan kalimat pengarah, dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan bahasanya sendiri. Kegiatan komunikasi antar kelompok membuat siswa menjadi aktif berbicara dengan teman sekelompoknya dan teman dari kelompok lain. Hal ini tentunya dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan merubah susana pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa.
Strategi pembelajaran PAKEM diarahkan pada pembelajaran yang berpola permainan, yang kemudian membawa suasana menyenangkan dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi kelompok dilakukan dengan bantuan PDS dan kartu. PDS berisi tata cara diskusi dan contoh pengisian kalimat pengarah, dan kartu sebagai wadah tugas mengkreasi kalimat pengarah, sebagai bagian dari peningkatan kreativitas siswa.
Beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar siswa dapat meningkat, salah satunya karena pada pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PAKEM, siswa dituntut untuk semaksimal mungkin mencari tahu sendiri tanpa harus selalu menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar.
Siswa diajak untuk berpikir ketika mengkreasikan kata pengarah hingga siswa lebih kreatif, bertanya jika ada yang tidak mengerti, berani memberikan pendapat atau jawaban tanpa ada rasa takut ditertawakan,
siswa dilatih bersosialisasi, menghargai perbedaan, dan bertanggung jawab dalam kelompok masing-masing.
Kegiatan belajar yang berpola permainan dapat mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan waktu curah perhatian siswa dalam belajar.
Adanya pengulangan kembali dan penguatan materi pelajaran setelah diskusi selasai, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
C. Implikasi
Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran PAKEM mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan hasil belajar yang dicapai.
Untuk mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran PAKEM dalam merancang suasana aktif dalam proses pembelajaran guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif ketika belajar, ada banyak metode yang dapat diterapkan salah satunya adalah metode tebak kata sebagaimana yang diterapkan pada penelitian ini.
Metode tebak kata yang diterapkan ini telah dimodifikasi agar sesuai dengan strategi pembelajaran PAKEM. Saat penggunaan metode ini siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam menyampaikan pendapatnya menebak kata dari kelompok lain hal ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif.
Untuk mendorong peningkatan kreatifitas siswa dalam belajar siswa dituntut untuk semaksimal mungkin mencari tahu sendiri tanpa harus selalu menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar. Siswa diajak untuk berpikir ketika mengkreasikan kata pengarah memanfaatkan informasi yang ada dalam mengkreasikan kata pengarah dengan bahasanya sendiri hingga siswa lebih kreatif.
Merancang kegiatan belajar yang menyenangkan dapat dilakukan dengan kegiatan belajar yang berpola permainan, kegiatan belajar seperti ini dapat mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, tidak monoton dan tidak membuat siswa menjadi tertekan. Dan menrancang pembelajaran yang efektif guru dapat menyesuaikannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru.
Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PAKEM guru dapat belajar bagaimana cara dan teknik mengkondisikan suasana pembelajaran yang baik agar lebih menyenangkan bagi siswanya. Dalam
10 pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PAKEM, siswa terlihat lebih aktif, dan kreatif.
Serta hal penting lainnya adalah siswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran PAKEM sebagian besar telah dapat mencapai KKM yang ditetapkan.
Dengan demikian terlihat bahwa penerapan strategi pembelajaran PAKEM memiliki pengaruh yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar sejarah siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PAKEM memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi yang dilaksanakannya sebagai berikut :
1. Materi pelajaran sejarah terdapat konsep-konsep yang sulit dipahami siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran PAKEM siswa diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Kegiatan diskusi kelompok, menuntut siswa mengkreasikan kalimat pengarah dengan menggunakan bahasanya sendiri yang sebenarnya merupakan konsep- konsep yang terdapat dalam materi pelajaran, siswa diwadahi agar aktif membangun konsep sendiri melalui percobaan dan adanya penguatan yang dilakukan guru setelah diskusi dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada materi pelajaran sejarah.
2. Kegiatan diskusi yang berpola permainan dapat membawa suasana menyenangkan dalam pembelajaran.
Sekaligus melatih siswa untuk mampu melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain dalam kegitan ini membuat siswa menjadi aktif mengungkapkan gagasannya sendiri.
3. Penerapan strategi ini melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada ber-bagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Pertama, Bapak Sukardi, S.pd,I selaku kepala Sekolah Madrasah Aliyah Koto Rendah yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Kedua, guru mata
pelajaran sejarah Madrasah Aliyah Koto Rendah yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis selama melakukan penelitian ini. Kemudian, penulis mengu- capkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
E, Mulyasa. 2009. Kurikulum Yang
Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:
Bumi Aksara.
Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif:
Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif dan Menyenangkan. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pedoman Penulisan Skripsi. Pandang: STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sardiman, AM, 2010. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.
Sudjana M, A. 2002. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Suharsimi, Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wina Sanjaya. 2006. Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Wowo Sunaryo Kuswana. 2013. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.