188
J.Agroland 7 (2): 188 -195, Juni 2000 ISSN : 0854 – 641X
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KULIT BUAH KAKAO TERFERMENTASI DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI EKONOMIS
DOMBA LOKAL
Oleh : Abdullah Naser1)
ABSTRACT
Three local sheep of age approximately 8 - 10 months old were given 3 rations eact containing different percentages of ferrnented cacao pod shell (fcps) flour, (% fcps tlour in concentrate maize foraQe ad-libitum, 10% fcps tlour in concentrate + maize forage ad-libitwn, 20%
fcps flour in concentrate + maize forage ad-libitum). The treatments were done in 3 replications.
The results suggested thet the increase in fcps flour parcentage in the concentrate was followed by the increase in weight gain in come and biological as well as economy efliclency.
Keywords : Lokal Sheep, Cacao Pod Shell Tlour, Weight, Etteciensy.
ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh pengsunaan tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan dan efisiensi ekonomis domba lokal Palu. Penelitian int menggunakan 9 ekor ternak domba lokal Palu yang berumur 8 - 10 bulan dengan kisaran bobot badan 13,3 - 15,9 Kg. Rancangan yang digunakan dalain penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang dicobakan adalah : R1 = 0% tepung kulit buah kakao terfennentasi dalam konsentrat t hijauan jugung ad-libitum.
R2 = I 0% tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum.
R3 = 20'3'0 tepung kulit buan kakao terfennentasi dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libaum.
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa tingkat pemberian tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap pertambahan bobot badan domba, pendapatan dari temak dan konsumsi bahan kering ransum domba, namun berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap biaya pengeluaran untuk ternak domba, efisiensi biologis dan etisiensi ekonomis ransum domba lokal Palu. Semakin tinggi tingkat pemberian tepung kulit buah kakao terferrnentasi dalam konsentrat semakin tinggi pertaimbahan bobot badan domba, pendapatan dari ternak domba, konsumsi bahan kering ransum dornba, biaya pengeluaran untuk ternak domba, efisiensi biologis dan efisiensi ekonomts ransum domba lokal.
Kata Kunci : Domba Lokal, Tepung Kulit Kakao, Bobot, Efisiensi.
I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian tetap memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan pertanian dalam ani luas perlu dikembanakan menuju tercapainya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Bidang peternakan merupakan salah satu sub sektor yang mempunyai andil besar.
Peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan permintaan pangan akan bergeser dari pemenuhan karbohidrat ke arah permintaan sumber protein. Hal ini menyebabkan permintaan komoditi daging semakin meningkat. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan usaha peningkatan produksi ternak penghasil dagina yang bermutu baik.
189
1 89
Ternak domba adalah suatu diantara sekian jenis ternak yang mempunyai konstribusi nyata terhadap pemenuhan kebutuhan daging dan merupakan ternak penghasil daging ketiga di Indonesia untuk ternak ruminansia. Selain penghasil daging, ternak domba juga memberikan produk/hasil lain bagi peternak seperti Wol, airsusu, kulit, dan pupuk (Reksohadiprodjo, 1984).
Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ternak domba adalah penyediaan makanan. Makanan memegang peranan penting dalam menunjang produktivitas ternak. Oleh karena itu, faktor makanan menjadi pembatas dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak. Oleh karena itu, dalam mengusahakan makanan ternak harus diperhatikan adalah (1) makanan harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh ternak untuk keperluan hidup pokok, pertumbuhan dan produksi, (2) tidak mengganggu kesehatan ternak, (3) mudah diperoleh, dan (4) ketersediaannya tetap berkesinambungan setiap tahun.
Sugeng (1995) menyatakan bahwa ternak domba merupakan hewan yang memerlukan hijauan dalam jumlah besar, yaitu mencapai 90% dari total ransumnya.
Meskipun ternak domba mempunyai toloransi terhadap konsumsi hijauan,akan tetapi pemberiaanya belum dapat meningkatkan produksi secara optimal akibat rendahnya kualitas hijauan. Dengan demikian, perlu penambahan konsentrat untuk menunjang potensi produksi ternak.
Konsentrat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan makanan yang berkualitas baik. Namun, makanan yang berkualitas baik selalu diikuti oleh harga yang tinggi, olehnya perlu dicarikan bahan sisa, baik limbah pertanian maupun limbah industri untuk menggantikan bahan makanan yang mahal.
Salah satu limbah pertanian yang belum termanfaatkan khususnya di daerah Sulawesi Tengali adalah kulit buah kakao.
Kulit buah kakao dapat digunakan sebagai
bahan makanan ternak, karena masih mengandung unsur gizi tinggi yang dibutuhkan oleh ternak, sehingga penggunaannya perlu dilakukan.
Kandungan kulit buah kakao terdiri dari bahan kering 90,2%, serat kasar 27,7%, lemak 1,3%, BETN 48,5%, dan abu 13,3%
(hasil analisa Laboraturium Fakultas Pertanian Untad, 1991 dalam Hermanto,1991).
Pemberian kulit buah kakao pada ternak sangat terbatas, hal ini disebabkan karena adanya zat theobromin. Untuk menghilangkan zat theobromin yang terkandung dalam kulit buah kakao adalah dengan jalan fermentasi.
Berdasarkan hal tersebut maka telah dilaksanakan suatu penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat terhadap pertumbuhan bobot badan dan efisiensi domba lokal.
1.1 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan, pendapatan, konsumsi bahan kering, biaya pengeluaran, efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis ransum ternak domba lokal.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi dalam bidang peternakan, khususnya dalam pemanfaatan kulit buah kakao terfermentasi, serta dapat menambah ilmu khususnya dalam bidang produksi ternak.
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Pene1itian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala, dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus 1998.
Penelitian ini menggunakan 9 ekor domba jantan lokal Palu berumur 8 - 10
190 bulan dengan kisaran bobot badan 10 - 12 kg yang ditempatkan dalam kandang individu model panggung dengan ukuran 75 x 75 x 75 cm sebanyak 9 petak. Setiap petak dilengkapi dengan tempat makan dan minum.
Untuk menimbang ternak digunakan timbangan dacin berkapasitas 25 kg dengan skala ketelitian 100 gram, sedangkan untuk menimbang makanan digunakan timbangan
Hijauan :
Hijauan yang digunakan adalah Hijauan jagung yang diperoleh disekitar lokasi penelitian. sebelum hijauan diberikan,
terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 1 - 2 cm dan diberikan secara ad-libituim.
Konsentrat :
Konsentrat yang digunakan adalah campuran antara bungkil kelapa, jagung giling, dedak padi dan tepung kulit buah kakao terfermentasi yanu diperoleh dari Kodya Palu dan sekitarnya Pembuatan fermentasi kulit buah kakao adalah pertamatama buah kakao di jemur, setelah itu digiling (dijadikan tepung). Setelah kulit buah kakao jadi tepung maka dicampurkan dengan satu.
Tabel 1. Kandungan Zat Nlakanan Bahan Penyusun Ransum Percobaan (% Bahan Kering).
Zat Makanan B a h a n
H. Jagung* B. Kelapa* J. Giling* D. Padi* FT K BK *
Bahan Kering 22,00 86,00 86,00 86,00 86,00
Protein 9,18 19,12 10.75 13,80 17,81
Abu 10,20 9,92 4,6. 8 12,98 3,87
Lemak 1,90 12,13 6,12 14,10 5,14
BETN 49,14 46,49 73,94 41,52 35,42
Serat Kasar 29,58 12,34 4,51 17,87 37,76
Fosfor 0,03 0,56 0,23 1,30 1,22
Kalsium 0,06 0,18 0,02 0,10 1,06
TDN** 42,92 80,95 82,75 52,59 52,59
Keterangan : FKBK Fermentast tepung kulit kakao
Hasil analisis Laboratorium ilmu-ilmu Pertanian Universitas Tadulako (1998)
** Hasil perhitungan dari analisis proksimat dengan menggunakan rumus 4 dan 5 dari Hartadi dkk. (1993).
duduk berkapasitas 2 kg dengan skala ketelitian 10 gram. Sebelum ternak ditempatkan kedalam kandang percobaan, terlebih dahulu dilakukan senitasi kandang dengan menggunakan biocid.
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah : bagian onggok dan empat bagian kulit buah kakao, kedua bahan tersebut dicampurkan sampai homogen dan dikukus selama 30 menit, kemudian ditempatkan pada tampi, lalu didinginkan dan ditaburi Neurospora sitophila dan disimpan pada suhu kamar yaitu 25°C - 30°C selama 2 hari.
Neurospora sitophila didapatkan dari tongkol jagung yang direbus dan disimpan pada suhu kamar selama 2 hari. Pemberian konsentrat sebanyak 1% dari bobot badan dan diberikan pada pukul 08.00 pagi.
Adapun kandungan zat-zat penyusun ransum percobaan tertera.
R1 = 0% tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum.
R2 = 10% tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum.
191
Tabel 2. Susunan dan Komposisi Kimia Ransum Percobaan (% Bahan Kering)
Bahan Makan Perlakuan
R1 R2 R3
Bungkil Kelapa 4,00 3,60 3,20
Jagung Giling 33,00 29,70 26,40
Dedek Padi 63,00 56,70 50,40
F K B K 0,00 10,00 20,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Bahan Kering 86,00 86,00 86,00
T D N 70,95 69,11 67,28
Protein 13,01 13,49 13,97
Harga Konsentrat 414,00 397,60 381,20
Keterangan : Dihitung berdasarkan Tabel 1 Harga Bahan Makanan
1. Bungkil Kelapa = Rp. 600/kg 4. Jagung Giling = Rp. 800/kg 2. Dedak Padi = Rp. 200/kg 5. FTKBK = Rp. 250/kg 3. Hijauan Jagung = Rp. 75/kg 6. Harga Bobot Hidup = Rp. 7500/kg
pada Tabel 1, sedangkan susunan dan komposisi kimia ransum percobaan terdapat pada Tabel 2.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap pendahuluan selama 14 hai dan taliap pengupulan data selama 56 liari. Adapun tujuan dari tahap pendahuluan adalah untuk membiasakan ternak dengan keadaan lingkungan yang bani, membiasakan ternak dengan pakan yang akan dicobakan, menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya dan menentukan jumlah pakan yang akan diberikan pada saat percobaan.
Dalam penelitian ini digunakan Rencangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
R3 = 20% tepung kulit buah kakao terfermentasi dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Pendapatan
Tabel 3. menunjukan bahwa rata- rata pertambahan bobot badan dan pendapatan ternak domba lokal dari masing - masing perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 kemudian diikuti oleh perlakuan R2 dan yang terendah adalah perlakuan Ri.
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa penggunaan kulit buah kakao.
Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan dan Pendapatan domba Lokal dari Masing- masing Perlakuan Per Ekor Per Hari.
Ulangan
Perlakuan
R1 R2 R3
PBB Pendapatan PBB Pendapatan PBB Pendapatan (gram) (rupiah) (gram) (rupiah) (gram) (rupiah)
1 59,52 446,43 78,57 589,29 76,19 571,43
2 52,38 392,86 78,57 589,29 88,10 660,71
3 66,67 500.00 78.57 589,29 85,71 642,86
Rataan 59,52a 446,43a 78,57b 589,29b 83,33 625,00b
Ketrangan : Huruiyang berada ke arah baris menunjukan perbedaan ,)ang sangat n)ata (p<0,01)
192 terfermentasi berpengamh sangat nyata (p<0,01) terhadap pertambalian bobot badan domba lokal Palu dan pendapatan dari ternak domba lokal Palu. Hal ini menandakan bahwa kulit buah kakao terfermentasi memberikan respon yang baik terhadap pertambahan bobot badan yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan domba lokal Palu.
Hasil Uji Wilayall Berganda Duncan menunjukan bahwa perlakuan R1 berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan perlakuan R2 an R3, sedangkan perlakuan R2 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan R3. hal ini disebabkan oleh penggunaan kulit buah kakao terfermentasi lebih baik dibanding dengan tanpa kulit buah kakao terfermentasi
Kulit buah kakao yang terfermentasi berkualitas tinggi, hal ini disebabkan oleh adanya perlakuan pendahuluan yaitu proses fermentasi sehingga terjadi peningkatan mutu dari beberapa zat makanan melalui proses degradasi protein, karbohidrat, lemak dan senyawa lain akibat kerja enzim dari kapang neurospora sitophila menjadi bagian-bagian yang mudah dicerna oleh ternak. Hasil degradasi ini sebagian akan dipergunakan oleh kapang untuk pertumbuhan (Gunawan, 1976). Rahardjo (1976) menyatakan bahwa protein akan dihidrolisis menjadi asam-asam amino, sedangkan lemak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol.
Meningkatnya pertambahan bobot badan sekaligus pendapatan domba lokal akibat semakin meningkatnya pemberian fermentasi kulit buah kakao, disebabkan oleh keseirnbangan zat-zat makanan dalam ransum. Lubis (1994) menyatakan bahwa ternak membutulikan komposisi makanan yang sempurna yaitu mengandung cukup zatzat gizi yang diperlukan oleh ternak dalam keadaan seimbang. Zat-zat makanan tersebut diperlukan oleh ternak untuk keperluan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi (Tillman dkk, 1991) Menurut Soewardi (1974), pemberian ransum yang berkualitas tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan, sedangkan pemberian ransum yang bernilai gizi rendah dengan sendirinya akan memberikan pertumbuhan yang lambat.
3.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering Ransum dan Biaya Pengeluaran
Tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata konsumsi balian kering ransum dan biaya pengeluaran ternak domba lokal dari masingmasing perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 kemudian diikuti oleh perlakuan R2 dan yang terendah adalah perlakuan R I.
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa penggunaan kulit buah kakao terfermentasi berpengaruh sangat nyata
Tabel 4. Rata-rata Komsumsi Bahan Kering Ransum dan Biaya Pengeluaran Ternak Domba Lokal dari Masing-masing Perlakuan Per Ekor Per Hari
Ulangan
Perlakuan
R1 R2 R3
Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran (gram) (rupiah) (gram) (rupiah) (gram) (rupiah)
1 394,36 156,99 418,14 159,88 457,49 171,22
2 367,76 143,47 448,51 171,35 480,93 180,24
3 414,40 156,17 456,53 174,08 459,07 174,25
Rataan 392,17a 152,21a 441,06b 168,44b 465,83ab 175,23b
Keterangan : Huruf yang berada ke arah baris menunjukan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01)
193 (p<0,01) terhadap konsumsi bahan kering ransum domba lokal Palu dan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap biaya pengeluaran untuk ternak lokal Palu. Hal ini menendakan bahwa kulit buah kakao terfermentasi memberikan respon yang baik terhadap konsumsi bahan kering ransum dan biaya pengeluaran domba lokal Palu.
Hasil Uji Wilayah Berbanda Duncan menunjukan bahwa perlakuan R1 berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan R2 dan berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan perlakuan R3, sedangakan perlakuan R2 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan R3.
Kemampuan seekor ternak untuk dapat mengkonsumsi bahan makanan tergantung pada ransum yang diberikan.
Arora (1989) menyatakan bahwa konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat atau jika diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi serta ukuran partikel-partikel yang kecil. Sedangkan fermentasi kulit buah kakao diketahui sudah mempunyai partikel zat makanan yang lebih sederhana sehingga mudah untuk dicerna serta mempunyai palatabilitas yang tinggi.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pada saat fermentasi dapat mendegradasi zat makan yang kompleks pada bahan dasar menjadi zat makanan yang lebih sederhana.
Tingginya jumlah konsumsi ransum mengakibatkan harga bahan makanan yang dihabiskan juga meningkat walaupun harga satuan dari bahan makanan itu sendiri rendah. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa dengan meningkatnya penambahan fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat maka harganya manurun, namun tingkat konsumsi ransum meningkat sehingga biaya yang harus dikeluarkan juga meningkat.
3.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Biologis dan Efisiensi Ekonomis Ransum
Tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis ransum ternak domba lokal dari masing- masing perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 kemudian diikuti oleh perlakuan R2 dan yang terendah adalah perlakuan Rl.
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa penggunaan kulit buah kakao terfermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis ransum domba lokal Palu. Hal ini menandakan bahwa kulit buah kakao terfermentasi memberikan respon yang baik terhadap efisiensi penggunaan ransum domba lokal Palu.
Tabel 5. Rata-rata Efisiensi Biologis dan Efisiensi Ekonomis Ransum Ternak Domba dari Masing-masing Perlakuan.
Ulangan
Perlakuan
R1 R2 R3
Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Biologis Ekonomis Biologis Ekonomis Biologis Ekonomis
1 0,15 2,84 0,19 3,69 0,19 3,34
2 0,14 2,74 0,18 3,44 0,18 3,67
3 0,16 3,20 0,17 3,396 0,17 3,69
Rataan 0,15a 2,93a 0,18b 3,50b 0,18b 3,56b
Keterangan : Huruf yang berada ke arah baris menunjukan perhedaan yang sangat nyata (p<0,01)
Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukan bahwa perlakuan R1 berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan R2 dan
R3, sedangkan perlakuan R3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan R2. Hal ini menandakan bahwa penggunaan kulit buah
194 kakao terfermentasi lebih baik dibandingkan dengan tanpa kulit buah kakao terfermentasi.
Meningkatnya efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis ransum akibat penambahan fermentasi kulit buah kakao kedalam campuran konsentrat disebabkan oleh tingginya pertambahan bobot badan atau pendapatan dan konsumsi bahan kering atau biaya pengeluaran ransum sehingga perbandingan atara keduanya juga meningkat. Hal ini didukung oleh pendapat Wilkinson dan Taylor (1973) yang dikutip Padapi (1980) menyatakan bahwa konsumsi ransum yang tinggi sangat periting sebagai penunjang efisiensi penggunaan ransum karena bila konsumsi bahan kering tinggi maka makanan yang disediakan untuk pertambahan bobot badan juga meningkat.
Soewardi (1974) menyatakan bahwa pada prinsipnya pemberian makanan kepada ternak perlu memperhitungkan efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi penggunaan makanan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah konsumsi bahan kering ransum (Pongsapan dkk., 1994), sedangkan efisiensi ekonomis merupakan rasio antara pendapatan dan biaya pengeluaran.
Efisiensi ekonomis ransum menggambarkan bahwa dengan pengorbanan biaya ransum mengakibatkan pendapatan meningkat yang diakibatkan oleh penggunaan tepung kulit buah kakao terfermentasi menyebabkan
konsumsi meningkat yang secara langsung mengakibatkan pertambahan bobot badan meningkat pula sehingga in flow dan out flow juga meningkat, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi sehingga efisiensi ekonomis ransum meningkat.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kulit buah kakao terfermentasi dalam susunan konsentrat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan domba, pendapatan dari ternak domba dan konsumsi bahan kering ransum domba dan berpengaruh nyata terhadap biaya pengeluaran untuk ternak domba, efisiensi biologis dan fisiensi ekonomis ransum domba lokal Palu.
2. Pemanfaatan kulit buah kakao terfermentasi pada taraf 20% dalam usunan konsentrat memberikan rataan pertambahan bobot badan domba, pendapatan dari ternak domba, konsumsi bahan kering ransum domba, biaya pengeluaran untuk ternak domba, efisiensi biologis dan efisiensi ekonomis ransum domba lokal Palu yang lebih balk dibanding pada taraf 10% dan tanpa penggunaan kulit buah kakao terfermantasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arora S., 1989. Perencanaan Mikroba pada Rurninansia. Terjemahan. Judul Asli ; Microbial Digestion in Ruminants. Penerjemah ; Muwarni R. gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gunawan, C., 1976. Percobaan Membuat inokulum Untuk Tempe dan Oncom. Laporan Ceramah Ilmiah. Bandung.
Hartadi, H ; S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman, 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hermanto, 1991. Pengaruh Tingkat Penggunaan Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) Dalam Konsentrat Terhadap Daya Cerna Bahan Kering, Yang Mendapatkan Hijauan Jagung .4d- Libitum. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Lubis, D.A. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke dua, P.T. Pembangunan, Jakarta.
Padapi, M.B., 1980. Pengaruh Tingkat Pemberian Makanan Penguat Terhadap Konsumsi dan Daya Cerna serta Efisiensi Penggunaan Makanan pada Sapi Betina Muda. Skripsi Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
195
Pongsapan, P., F.K. Tangdilingtin, S. Pantjawijaya dan Situru, 1994. Penggunaan berbagai tingkat ampas sagu dalam ransum sapi Peranakan Ongole yang sedang tumbuh. Ilmu dan Peternakan. Vol. 1 No. 5 : 163 — 166.
Rahardjo, A., 1976. Metabolisme Dan Fermentasi. Ceramah Ilmiah. Proc. Lokakarya Bahan Pangan Berprotein Tinggi. LICN-LIPI, Bandung.
Reksohadiprodjo, S., 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropika. BPFE, Yogyakarta.
Soewardi B., 1974. Gizi Ruminansia. Department Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugeng, Y.B., 1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman A.D ; H. Hartadi ; S. Reksohadiprodjo ; S.Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1991.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.