• Tidak ada hasil yang ditemukan

fermentasi kulit buah kakao sebagai paka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "fermentasi kulit buah kakao sebagai paka"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

BIONOMIKA TERNAK

PEMANFAATAN BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL

NAMA : HILDEGARDIS NAI ULU

NIM : 1311010004

SEMESTER : I

PRODI : ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NUSA CENDANA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ditjen Peternakan Kementrian Pertanian mencatat konsumsi daging secara nasional pada tahun 2010 mencapai 1,7 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2011 konsumsi tersebut telah melonjak mencapai 1,87 kg/kapita/tahun. Hal senada juga terjadi di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana konsumsi daging mengalami peningkatan setiap tahun yaitu rata-rata 5.580 kg/tahun pada tahun 2007 meningkat menjadi 12.165 kg/tahun di tahun 2010 (BPS 2008; 2009; 2010; dan 2011). Hal ini mendorong peningkatan permintaan daging baik lokal maupun skala nasional.

Anas., dkk (2011) menyatakan bahwa daging sapi yang merupakan sumber protein hewani memiliki kontribusi ±23% dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional.Upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional ini adalah dengan meningkatkan produksi daging. Produksi daging yang optimum dari ternak sangat dipengaruhi oleh pakan yang memegang peranan penting dan merupakan bagian terbesar dari total biaya produksi. Upaya untuk meminimalkan biaya pakan dapat digunakan alternatif bahan pakan lokal yang bersifat nonkonvensional dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, harga murah, tetapi mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk ternak.

(3)

Penggunaan Aspergillus niger sebagai fermentor bahan pakan ternak sering dilakukan karena adanya sifat dari kapang yang mampu menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan protein kasar bahan pakan. Enari (1983) menyatakan bahwaA. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim pendegradasi serat. Kemampuan dari kapang inilah yang dapat dijadikan bahan bagi proses fermentasi kulit buah kakao yang memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Dengan begitu, maka dapat memudahkan ternak dalam mencerna nutrisi dalam bahan pakan tersebut.

1.2 Tujuan

(4)

BAB II

PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK

2. 1 Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Ternak

Masalah karena terbatasnya ketersediaan pakan konvensional seiring perkembangan ternak ruminansia menjadikanperlunya menekankan pemanfaatan hasil ikutan tanamanpertanian untuk pakan, di antaranya yang berasal dariperkebunan kakao.

2.1.1 Kandungan Nutrisi Kulit Buah Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk genus Theobroma,family Sterculiaceae dan ordo Malvalae (Figuerra et al., 1993). Kakao memiliki jumlah kulit sekitar 70 % dan kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan bila diberikan pada ternak kulit kakao dapat diberikan 30-40% dari kebutuhan pakan (Anas, dkk., 2011). Limbah kulit buah kakao merupakan bagian kulit yang tebal dankeras, mencakup kulit terluar hingga daging buah sebelum kumpulan biji (Wonget al., 1987).

Taksonomi kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L.

(5)

yang cukup tinggi yaitu mencapai 38,70% serta adanya theobromin dan terdapat antinutrisi tanin yang menjadi pembatas penggunaan kulit buah kakao ini (Wong et al., 1987; Duke, 1993). Keberadaan tannin dapat mengurangi manfaatnya sebagai pakan karena kemampuannya dalam mengendapkan protein dan juga lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan sellosatidak bisa dimanfaatkan oleh ternak (Cheeke and Shull, 1985). Figuera et al., (1993) melaporkan bahwa jenis tanin yang terdapat dalam kulit buah kakao merupakan tannin kondensasi yaitu anthocyanidin, catekin, danleukoanthocyanidin.

2.1.2 Zat Anti Nutrisi Tanin dan Theobromindalam Kulit Buah Kakao

Tanin merupakan senyawa polyphenol dengan bobot molekul tinggi yangmengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya untuk membentuk kompleks yangkuat dengan protein dan molekul lain, seperti karbohidrat (Cannas, 2001).Tannin terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun danbuah – buahan.Tanin mengandung sejumlah gugusfungsional yang dapat membentuk kompleks yang kuat dengan molekul proteindan menghasilkan efek negatif dan positif bagi ternak. Kumar dan Singh (1984) menyatakan bahwa rasa pahit yang timbul dalam mulut diakibatkan oleh komplek tanin dan proteinsaliva yang pada akhirnya mempengaruhi palatabilitas dan konsumsi pakan.

Tandi, E. (2010) melaporkan bahwa tannin berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas enzim protease (tripsin). Ini berarti semakin tinggi kadar tanin dalam substrat akan menyebabkan aktivitas enzim protease semakin rendah dalam memecah protein menjadi asam amino. Melihat penurunan aktivitas enzim tripsin yang sangat signifikan maka pada kadar tanin yang lebih tinggi dari 8% kemungkinan besar aktivitas enzim tripsin akan berhenti. Ternak yang mengkonsumsi tanin tinggi akan menimbulkan berbagai problem akibat dari gangguan metabolisme protein, energi dan vitamin B komplek.

(6)

unsur pokoknya. Kedua kelompok ini biasa disebut Proanthocyanidin (Cannas, 2001).

Berdasarkan aspek gizi, apabila digunakan langsung sebagaipakan ternak, kelemahan kulit buah kakao adalah kandunganserat kasar yang tinggi, protein rendah, mengandung alkaloidtheobromin dan kafein (1,8-2,1%), dan kandungan asam filtratyang tinggi.Theobromin asam filtrat dapat menyebabkan diare padaternak . Kandungan asam filtrat yang tinggi juga dapatmenurunkan kemampuan usus ruminansia menyerap zat-zatmakanan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi untukmendegradasi unsur-unsur yang membahayakan kesehatanternak.

Theobromin merupakan alkaloid golongan methylatedxanthine seperti kafein dalam kopi yang beracun sehinggapenggunaan pakan sumber teobromin perlu dibatasi. Namuntingkat bahayanya terhadap gangguan sistem saraf pusat tidaksekuat methyl xanthine yang lain. Jenis alkaloid ini mudahdiserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan cepatdimetabolis, sedangkan sisanya dibuang lewat urin. Belumadanya laporan tentang kandungan teobromin dalam daging, susu dan telur tidak mencemaskan konsumen poduk hewanidibanding yang mcngkonsumsi produk-produk cokelat secaralangsung.

Teobromin terkandung di semua bagian tanaman kakao dengan kadar yang berbeda-beda. Pada cangkang kakao Hansen (2003) melaporkan kandungan teobrominnya 0,3-1,2%, pada kulit biji 1-4%. Sedangkan menurut EFSA (2008) teobromin dalam cangkang, kulit biji dan tepung coklat berturut-turut adalah 0,15-0,40%, 0,80-1,69%, dan 2,00-3,30%. Sedangkan menurut Odunsi et al., (1999) kulit biji kakao mengandung teobromin sebanyak 2,24%.

2. 2 Fermentasi Pakan

(7)

tersebut dengan meningkatkan kualitas pakan dengan melalukan teknik fermentasi dengan menggunakan mikroogranisme.

Secara teknik fermentasi didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi anaerobik atau partial anaerobik karbohidrat yang menghasilkan alkohol serta beberapa asam, namun banyak proses fermentasi yang menggunakan substrat protein dan lemak (Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010).Fermentasi dapat melonggarkan ikatan atom hidrogen selulosa dan melonggarkan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim sellulotik yang dihasilkan kapang sehingga pakan berserat juga mampu menghilangkan senyawa beracun dalam bahan (Yunilas 2009).Sedangkan menurut Winarno, et al (1981) fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi dalam system biologi yang menghasilkan energy dimana sebagai donor proton dan aseptor electron digunakan substrat organic.Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasiadalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992).

Selama proses fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya seluosa dan hemiselulsa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983). Dilihat dari jenis mediumnya Chahal (1985) membagi proses fermentasi menjadi 2, yaitu medium cair yang mana fermentasi dengan substrat terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair dan yang kedua medium padat dengan menggunakan substrat tidak larut atau tanpa adanya air bebas.Selanjutnya untuk media fermentasi dibutuhkan media yang mengandung nutrient yang seimbang dan diperlukan untuk menunjang kehidupan kapang dalam memproduksi enzim.

2. 3 Aspergillus niger Sebagai Bioaktif Fermentasi Pakan

(8)

A. nigermampu menhasilkan beberapa enzim diantaranya adalah karbohidrase, selulase, lipase, glukosa oksidase, katalase, pectinase dan tanase (tannin asil hydrolase), amylase, dan amiloglukosidae(Winarno, 1983). Lebih lanjut dijelaskan bahwa enzim tanase yang dihasilkan A. niger dapat melarutkan senyawa tannin yang tidak larut menjadi asam galat dan glukosa yang mudah larut. Enzim selulase yang dihasilkan dapat beraktivitas optimum apabila berada pada kisaran pH 4,5 – 5,5 dengan suhu 35OC.

Menurut Enari (1983) A. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim pendegradasi serat. Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat.A. niger termasuk kapang yang tumbuh cepat dan tidak membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin (Rapper dan Fennel, 1977).

Menurut Gandjar dan Wellyzar (2006) pertumbuhan kapang mempunyai beberapa fase, antara lain :

1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat.

2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif.

3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat. Pada awal fase-fase ini kita dapat memanen enzim-enzim dan akhir pada fase ini.

4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel. 5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif

seimbang. Banyak senyawa metabolit sekunder yang dapat dipanen pada fase ini. 6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel-sel

yang masih hidup.

(9)

Pertumbuhan kapang yang maksimal perlu ditunjang dengan kandungan nutrien dasar yang merupakan sumber karbon, nitrogen, energi, mineral dan vitamin. Hardjo dkk., (1989) menambahkan A. niger menambahkan unsur utama seperti karbon, nitrogen, dan sulfur dalam pertumbuhannya serta Fe, Zn, Mn, Co, Li, Na, K dan Rb.

Proses fermentasimenggunakan kapang, selain membentuk miselium selalu di ikuti oleh pembentukan spora yang berguna untuk pembuatan inokulum pada proses fermentasi. Inokulum yang berupa spora, merupakan stater yang baik dalam fermentasi (Purwadaria, dkk., 1995). Peningkatan kandungan protein yang sejalan dengan pertumbuhan kapang (jamur) dikarenakan tubuh jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Selain itu enzim yang dihasilkan oleh jamur juga merupakan protein (Noferdiman,dkk., 2008). Hal ini didukung oleh Garraway dan Evans (1984) yang menyatakan dinding sel jamur mengandung 6,3% protein, sedangkan membran sel pada jamur yang berhifa mengandung protein 25-45% dan karbohidrat 25-30%. Dalam pertumbuhannya jamur menggunakan karbon dan nitrogen untuk komponen sel tubuh jamur (Musnandar, 2003). Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat. Menurut penelitian Munieret al. (2012) lama fermentasi Aspergillus niger yang terbaik adalah selama enam hari.

2. 4 Fermentasi Kulit Buah Kakao

Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari limbah kakao (70-75%) yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, namun kualitasnya rendah yang ditandai dengan kandungan protein kasar, serat kasar dan lignin yang cukup tinggi sehingga sulit dicerna.Dalam penelitiannya, Nuranthy (2004) telah mencoba menggunakanbeberapa isolate kapang untuk memecah ikatan tanin pada kulit buah kakao. Darihasil penelitiannya bahwa dari sembilan jenis isolat, hanya ada empat jenis isolatyang dapat digunakan secara aman yaitu: Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus,Mucor circinelloides, dan Pestalotiopsis guepinii. Namun dari keempat jeniskapang tersebut, hanya A. niger dan P. guepinii yang mampu tumbuh pada semuajenis substrat yang mengandung tanin dan memiliki kemampuan dalammendegradasi tanin.

(10)

Berikut adalah skema proses pengolahan kulit buah kakao (Guntoro, 2008)

Kulit Buah Kakao (KBK)

Cacahan KBK

Pencacahan

Penyiraman Larutan Inokulan A. niger

Penutupan KBK dengan karung goni/plastik

Fermentasi KBK (5-6 hari)

KBK Terfementasi

Penjemuran (2-3 hari)

Limbah Kering

Penggilingan

(11)

2. 5 Pengaruh Pemberian Limbah Kakako Fermentasi Pada Ternak

Anas, dkk (2011) melaporkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan pada sapi bali memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi Bali dengan penambahan berat badan1,21 kg/hari. Selanjutnya, pada penelitian Muzaki (2011) dilaporkan bahwa pemberian limbah kakao fermentasi yang diberikan pada itik raja memberikan pengaruh yang baik pada konversi ransum dengan pertambahan berat badannya yaitu 183,82 gr/ekor/minggu. Dalam bukunya (Guntoro, 2008) melaporkan beberapa pengaruh dari pemberian pakan dari limbah kakao fermentasi diantaranya:

a. Peningkatan pertambahan berat badan harian anak kambing yang diberi pakan hijauan dan limbah kakao terfermentasi yaitu 140 gr/ekor/hari dibandingkan dengan pemberian limbah kakao tanpa fermentasi yaitu hanya mencapai 119 gr/ekor/hari (Guntoro, dkk., 2002). Selanjutnya dijelaskan pada ternak induk kambing peranakan Etawa (PE) yang mendapat perlakuan limbah kakao terfermentasi dapat mencapai produksi susu hingga 1.100 ml/hari (Guntoro, 2006).

b. Pemanfaatan limbah kakao juga diberikan pada ternak sapi dengan dosis pemberiannya 0,8% dari berat hidup sapi. Pemberian limbah kakao ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada pertambahan berat badan sapi yaitu mencapai 528 gr/ekor/hari dibandingkan tanpa pemberian pakan limbah kakao sebagai pakan penguat pertambahan berat badan sapi hanya mencapai 265 gr/ekor/hari (Guntoro, et al., 2006). c. Pada ternak babi, limbah kakao fermentasi digunakan peternak sebagai pengganti

dedak padi memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan babi fase grower

(12)

BAB III KESIMPULAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anas S., A. Zubair., dan D. Rohmadi.2011. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali.Jurnal Agrisistem Vol. 7 No. 2. Gorontalo.

Badan Pusat Statistik NTT. 2008. Statistik Provinsi NTT. Kupang.

Badan Pusat Statistik NTT. 2009. Statistik Provinsi NTT. Kupang.

Badan Pusat Statistik NTT. 2010. Statistik Provinsi NTT. Kupang.

Badan Pusat Statistik NTT. 2011. Statistik Provinsi NTT. Kupang.

Cannas, A. 2001. Tannins. Animal Science at Cornell University.

Cheeke, P. R. and L. R. Shull, 1985.Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants. Avi Publishing Company, INC. Davis, California.

[EFSA] European Food Safety Authority. 2008. EFSA Assesses Possible Risks Related to Melamine in Composite Foods from China, Press Release 25 September 2008

Enari TM. 1983. Microbial Cellulase. Dalam Microbial Enzyme and Biotecnology. Edited W.M. Fogarty. New York : Applied Science Publ.

Fardiaz D. 1989.Kromatografi Gas dalam Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor

Garraway, M.O. and R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition and Physiology. John willey and sons, New York.

Guntoro, S. 2006. Petunjuk Teknis Pengolahan Limbah Perkebunan Untuk Pakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Denpasar.

Guntoro S. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Guntoro, S., M. Londra, I.A. P. Parawati, dan N. Suyasa.2006. Pengaruh Pemberian Limbah Mete Olahan Terhadap Pertumbuhan Kambing Kacang.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Puslitbang Peternakan, Badan LITBANG Pertanian, Bogor.

Guntoro, S., Rai Yasa, I.M. Sumawa, I.N. Sumartini M., dan Rubiyo.2002. Laporan Akhir Pengkajian System Usaha Tani Integrasi Ternak Kambing Dengan Industry. Denpasar: Proyek pengkajian teknologi pertanian partisipasif –BPTP.

Hansen, Don R. and Marynne M. Mowen. (2003), Management Accounting, 6th ed, Thomson South Western, United Stated of America.

Hardjo, SS., N. S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi : Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB

(14)

Muchtadi TR, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bandung: Alfabeta.

Munier, F. F., H. Hartadi., and E. Winarti. 2012. Cocoa Pod Husk Fermentation Using Aspergillus niger Toward Intake Of Ettawa Grade Buck. International Conference on Livestock Production and Veterinary Technology.

Muzakki, A. Subtitusi Dedak Padi dengan Kulit Buah Kakao Difermentasi Aspergillus nigerTerhadap Performans Itik Raja Umur 1 – 7 Minggu. 2011. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Sumatera Utara.

Noferdiman, Y. Rizal, Mirzah, Y. Heryandi, & Y. Marlida. 2008. Penggunaan Urea Sebagai Sumber Nitrogen Pada Proses Biodegradasi Substrat Lumpur Sawit Oleh JamurPhanerochaete chrysosporium. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XI (4):175-181.

Nuranthy, P. 2004. Kajian Potensi Jsolat Kapang Pemecah Ikatan Tanin pada Kulit Buah Kakao (Theobromti cacao L.).Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Odunsi, A.A., A.A. Onifade and O. G. Longe. 1999. Effect of Alkali or Hot Water Treatment of Cocoa Bean Cake Fed To Broiler Finisher as Artificial Replacement for Dietary Groundnut Cake. Arc. Zootec 48:337-342.

Parwati I. A., Guntoro S., dan Suyasa N. Peningkatan Produktivitas Ternak Babi Dengan Introduksi Limbah Kakao Terfermentasi di Desa Pesagi Tabanan. Prosiding Seminar Nasional “Percepatan Alih Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan, Kerjasama Balai Besar Pengkajian Teknnologi Pertanian Bogor Dengan Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Denpasar.

Purwadaria, T., T. Haryati, A.P. Sinurat, J. Darma, and T. Pasaribu. 1995. In vitro Nutrient Value of Coconut Meal Fermented WithAspergillus niger NRRL 337 at Different Enzimatic Incubation Temperatures. Proceeds.2nd Conf. on Agriculture Biotechnology, Jakarta - Indonesia.

Tandi, E. J. 2010. Pengaruh Tanin Terhadap Aktivitas Enzim Protease.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Makasar.

Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Wong, H. K., A. H. Osman and M. S. Idris. 1987. Utilization of cocoa by-product as ruminant feed. In: Dixon, R.M (Ed). Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agricultural Residues. 1986. School of Agriculture and Forestry. University of Melbourne.Parkville. Victoria.

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN ALAT UKUR TES LITERASI SAINS PEMBELAJARAN IPA TERPAD U PAD A TEMA PEMANASAN GLOBAL D I SMP KOTA BAND UNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Vartiainen toivoi, että Viisikielisen avulla viides herätysliike voisi rakentaa hyviä tunnuspiirteitä, joita hän koki viidennellä herätysliikkeellä olevan vähän.. Hän

Lebih jauh lagi, banyak yang secara terang-terangan membentuk komunitas tertentu yang kemudian menjadikan dugem ini sebagai bisnis clubbing dengan menjadi pro-

Dengan pendekatan secara subjektif dalam penciptaan karya seni fotografi memberi kebebasan kepada fotografer untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan secara

Digunakan oleh aplikasi mobile government sebagai opsi yang diberikan kepada pengguna untuk dilakukan pemilihan akan layanan pengajuan surat yang diinginkan oleh pengguna dan

Kosakata bahasa Jawa yang diserap dalam bahasa Sunda Brebes dengan perubahan atau inovasi merupakan kosakata yang berasal dari bahasa Jawa kemudian diserap dalam

pada TKBK 2 (cukup kritis) Karakteristik berpikir dalam tahap klarifikasi adalah mengidentifikasi masa - lah secara utuh berdasarkan kalimat yang terdapat dalam tugas, membuat gambar

Adapun cara lain yang dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan laba adalah dengan cara meningkatkan total pendapatan, tetapi cara ini memiliki konsekuensi adanya