TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Kambing Kacang
Dalam Klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam Kingdom
Animalia, Filum Chordata, Class Mamalia, ordo Arthodactyla, Family Boviadae, Subfamily Caprinae, dan genus Capra. Menurut Setiadi et al., (1989), Kambing memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah
yaitu sekitar 20-25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa adalah 53,80 + 2,88 cm dan 52,00 + 7,38 cm. Kambing ini memiliki tanduk baik jantan
maupun betina. Secara umum warna tubuhnya gelap dan coklat.
Kambing merupakan ternak mamalia kecil yang sangat luas penyebarannya. Kambing sangat digemari untuk diternakkan karena ukuran
tubuhnya tidak terlalu besar, mudah perawatannya, cepat berkembang biak, pertumbuhan anaknya cepat dan sifatnya tidak suka diam (Sarwono,2005)
Kambing kacang merupakan jenis kambing asli indonesia. Kambing ini
penghasil daging. Salah satu ciri-ciri badannya adalah warna bulunya bermacam-macam, ada yang putih, coklat maupun hitam. Bibit yang digunakan sebaiknya
Pakan Kambing
Salah satu sumber daya yang memiliki peran strategis dalam produksi kambing adalah pakan. Pakan merupakan komponen utama di dalam ekonomi usaha, karena diperkirakan dapat menyumbang biaya 50–60% dari total biaya
produksi (Devendra dan Sevilla, 2002). Pakan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi produktivitas ternak. Kondisi pakan (kualitas dan kuantitas) yang
tidak mencukupi kebutuhan, menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah, antara lain ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah. Salah satu cara untuk menyediakan ransum bergizi seimbang yang dapat
meningkatkan produktivitas ternak adalah dengan memanfaatkan bahan pakan sumber konsentrat yang dicampur dengan sumber serat kasar (hijauan) sesuai
dengan proporsinya di dalam ransum atau biasa disebut pakan komplit. Kebutuhan nutrisi kambing dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Kambing Berdasarkan Bobot Badan dan PBB
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), pakan merupakan bahan pakan ternak
yang berupa bahan kering dan air. Bahan pakan ini harus diberikan pada ternak sebagai kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan adanya pakan maka proses pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan berlangsung dengan baik.
Anggorodi (1990) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan salah satu komponen yang penting dalam makanan adalah energi, kebutuhan energi ini
tergantung dari proses fisiologis ternak. Tillman et al., (1989) menambahkan bahwa hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh (hidup pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot
Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah penghasil kakao
terbesar di Indonesia perkembangan luas areal dan produksi komoditas kakao di Provinsi Sumatera Utara seperti terlihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Luas Areal Perkebunan Kakao di Provinsi Sumatera Utara Tahun Rincian Perkebunan
Dalam 1 hektar areal pertanaman kakao produktif dapat menghasilkan
limbah kulit buah segar sebanyak 5 ton/ha/tahun, atau setara dengan 812 kg tepung limbah. Kulit buah dengan kandungan protein kasar sebesar 6–9% sangat baik dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia
(Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat (2010).
Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak akan memberikan dua
dampak utama yaitu peningkatan ketersediaan bahan pakan dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan kulit buah kakao yang kurang baik. Dalam kulit buah kakao masih terdapat kandungan lignin yang tinggi sedangkan
proteinnya rendah (Nelson dan Suparjo, 2011).
Kandungan lignin dalam bahan pakan dan kecernaan bahan kering pakan
sangat berhubungan erat, oleh karena itu untuk mempermudah proses pencernaan kulit buah kakao oleh mikroba rumen, maka diperlukan suatu teknologi yang dapat mendegradasi ikatan lignin dengan selulosa dan hemiselulosa dengan
selulosa yaitu dengan menguraikan komponen polisakarida yang terkandung di kulit buah kakao melalui proses degradasi atau fermentasi menggunakan aktivitas
mikroba (Kuswandi et al., 1992).
Tabel 3. Kandungan nutrisi kulit buah kakao
Zat-zat Makanan Kandungan (%)
Bahan kering % 18,4
Protein % 12,9
Lemak % 1,32
Serat kasar % 24,7
TDN % 53,2
Ca 0,21
P 0,13
Potensi Kulit Buah Pisang sebagai Pakan Ternak
Limbah kulit pisang segar dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak khususnya ternak ruminansia. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan ternak ruminansia dalam konsumsi kulit pisang adalah sebanyak 36,09+2,72 % dari total
ransum terhadap bahan kering (Karto 1995).
Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup
banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak
akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006).
Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat,
lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi
bagi ternak (Munadjim, 1988).
Table 4. Kandungan nutrisi kulit pisang (% BK)
Kandungan Nutrisi Jumlah
Bahan Kering (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%)
Energi Metabolisme (Kkal/kg)
91,42 6,48
9,7 15,67 3159 Sumber: Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak IPB Bogor (2000).
Bahan Penyususun Konsentrat
Ampas Tahu
Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan
murah. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat dimanfaatkan
sebagai sumber protein karena kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Tetapi kandungan tersebut berbeda tergantung tempat dan cara pemprosesannya. Kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%, lemak 3,79%, air
51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu untuk diolah menjadi bahan makanan ternak (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, 2011).
Berikut adalah tabel kandungan nutrisi ampas tahu. Tabel 5. Kandungan Nutrisi Ampas Tahu
No Unsur Gizi Kadar/100 g Bahan
Kedelai Tahu Ampas Tahu
1 Energi (kal) 382 79 393
2 Air (g) 20 84,4 4,9
3 Protein (g) 30,2 7,8 17,4
4 Lemak (g) 15,6 4,6 5,9
5 Karbohidrat (g) 30,1 1,6 67,5
6 Mineral (g) 4,1 1,2 4,3
7 Kalsium (g) 196 124 19
8 Fosfor (g) 506 63 29
9 Zat besi (mg) 6,9 0,8 4
10 Vitamin A (mg) 29 0 0
11 Vitamin B (mg) 0,93 0,06 0,2
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI (2005)
Namun ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi
menyulitkan bahan pakan tersebut sulit untuk dicerna dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek. Cara untuk mengurangi kandungan serat kasar tersebut adalah diproses dengan fermentasi.
Onggok
Onggok yang berasal dari ubi kayu merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong (ubi kayu) yang
energi, nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein 3,6%, lemak 2,3%,
air 20,31 % dan abu 4,4%.
Onggok sebagai hasil sampingan pembuatan tepung tapioka selain harganya murah, tersedia cukup, mudah didapat, dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia. Menurut Rasyid et al., (1996), onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan
karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak serta penggunaannya dalam ransum mampu menurunkan biaya ransum.
Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai tergolong bahan pakan yang mengandung protein tinggi. Kandungan nutrisinya 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN; 44% PK. Bungkil kedelai yang baik biasanya berwarna krem dan teksturnya
kasar. Bahan baku bungkil kedelai sering digunakan sebagai pakan ternak, karena disukai ternak unggas dan protein serta energinya sangat tinggi. Kadar asam
amino esensial (lisin) sangat bagus. Dedak Padi
Champagne (2004), menyatakan bahwa dedak padi merupakan hasil
samping dari proses penggilingan padi menjadi beras. Penggunaan dedak padi sebagai makanan ternak dibatasi oleh adanya ketidakstabilan dedak selama
Tabel 6. Kandungan nutrisi dedak padi
Uraian Jumlah kandungan
Protein Kasar (%) 13,3a
Lemak Kasar (%) 7,2a
Serat Kasar(%) 13,5b
Kalsium (%) 0,07a
Posfor (%) 1,61a
Energi Metabolisme (kkal/kg) 2850a Sumber: a. NRC (1998)
b. Hartadi et al (1997)
c. Laboratorium Ilmu Nutrisi da Pakan Ternak FP USU (2000)
Mineral
Mineral merupakan nutrisi yang esensial selalu digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Agar pertumbuhan dan
perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen membutuhkan 15 jenis mineral esensial yaitu 7 jenis mineral esensial makro yaitu Ca, K, P, Mg, Na, Cl, dan S. Jenis mikroba ada 4 yaitu Cu, Fe, Mn, dan Zn dan 4 jenis mineral esensial langka
yaitu I, Mo, Co, dan Se ( Siregar, 2008).
Garam
Anggorodi (1990) menyatakan garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga
menimbulkan odema. Defesiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora daripada hewan lainnya, karena hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah bulu kotor, makan tanah, keadaan badan
Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi molases yang bentuk fisiknya berupa cairan kental dan berwarna hitam
kecoklatan. Walaupun harganya murah, namun kandungan gizi yang berupa karbohidrat, protein dan mineralnya masih cukup tiggi dan dapat digunakan untuk
pakan ternak walaupun sifatnya sebagai pendukung. Tabel 7. Kandungan Nutrisi pada molases
Kandungan Zat Nilai gizi
Bahan Kering 67,5
Protein Kasar 3,4
Serat Kasar 0,38
Lemak Kasar 0,08
Kalsium 1,5
Fosfor 0,02
Total digestible nutriens (TDN) 56,7
Sumber: Laboratorim Ilmu Makanan Ternak, program Studi Peternakan,Fakultas pertanian, USU Medan (2000)
Urea
Penggunaan urea dapat meningkatkan nilai gizi makanan dari bahan yang berserat tinggi serta berkemampuan untuk merenggangkan ikatan kristal molekul selulosa sehingga memudahkan mikroba rumen memecahkannya.Urea adalah
suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2 CO. Pemberian urea tidak lebih dari
Bioaktivator
Bioaktivator atau aktivator organik merupakan bahan yang mengandung nitrogen dalam jumlah banyak dan bermacam-macam bentuk. Termasuk protein dan asam amino. Beberapa contoh aktivator alami adalah fungi (jamur),
fermentasi dari kompos yang matang, kotoran ternak, tanah yang kaya humus, bakteri asam laktat dan lain-lain. Bahan bioaktivator yang lain dapat diperoleh
dari limbah pemotongan hewan, substrat campuran yang kaya nitrogen seperti kotoran ternak, cairan rumen, enceng gondok, sisa kacang-kacangan, dan gulma.
Suwandi (1997), mengatakan mikroorganisme efektif yang terkandung
dalam bioaktivator antara lain bakteri asam laktat (Lactobacillus), bakteri
penghancur (decomposer), yeast atau ragi, spora jamur, bakteri fotosintetik,
serta bakteri menguntungkan yang lain (bakteri penambat N, pelarut fosfat, dan lain-lain).
Mikroorganisme Lokal (MOL)
MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos. Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi
untuk diolah menjadi MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran lingkungan (Juanda et al., 2011).
Pembuatan mikroorganisme lokal menggunakan beberapa bahan antara lain air, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt. Semuanya dimasukkan ke galon, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan
menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme dalam tahapan
inokulan cair (Compos center, 2009).
Berikut merupakan Tabel 8 komposisi mikroorganisme yang terkandung dalam biomol.
Tabel 8. Komposisi Mikroorganisme dalam biomol
Nama Bakteri Cfu/g
Bacillus stearothermophiylus 3,20 x 109
Bacillus subtilis 2,00 x 105
Micrococcus varians 2,00 x 107
Sarcina lutca 8,00 x 108
Staphylococcus epidermis khamir 2,00 x 108
Saccharomyces coreviseae 2,00 x 107
Azotobacter paspalii 3,20 x 103
Bacillus lentus 8,99 x 106
Bacillus licheniformes 2,00 x 107
Bacillus pumilus 4,20 x 109
Bakteri Rumen
Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu
bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur. Volume dari keseluruhan mikroba diperkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1970). Bakteri merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu sekitar satu
juta/ml cairan rumen. Jamur ditemukan pada ternak yang digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik.
Jumlah bakteri di dalam rumen mencapai 1-10 milyar/mI cairan rumen. Selanjutnya (Yokoyama dan Johnson, 1988) menyatakan bahwa terdapat tiga bentuk bakteri yaitu bulat, batang dan spiral dengan ukuran yang bervariasi antara
0,3-50 mikron. Kebanyakan bakteri rumen adalah anaerob, hidup dan tumbuh tanpa kehadiran oksigen. Walaupun demikian masih terdapat kelompok bakteri
dinamakan bakteri fakultatif yang biasanya hidup menempel pada dinding rumen
tempat terjadi difusi oksigen ke dalam rumen (Czerkawski, 1988).
Mikroba rumen dapat memanfaatkan dan mengubah bahan makanan yang mempunyai ikatan kompleks menjadi ikatan yang sederhana dan meningkatkan
pertambahan bobot badan (Suwandi, 1997).
Starbio
Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Suharto dan Winantuningsih (1993)
dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellulomonas Clostridium thermocellulosa (pencerna lemak),
Agaricus dan coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum
trasiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio merupakan probiotik an-aerob penghasil enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa,
lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.
Berdasarkan penelitian Kamalidin et al. (2012), fermentasi KBK dengan menggunakan probiotik selama 2 minggu menunjukkan adanya peningkatan
komposisi PK dari 9,15% menjadi 14,9%, dan juga terjadi penurunan komposisi serat dari 32,7% menjadi 24,7%. Disamping adanya peningkatan kandungan protein dari hasil fermentasi, KBK juga dapat disimpan dalam jangka panjang
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Menurut Anggorodi (1994) pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Saluran pencernaan dari semua hewan
dapat dianggap sebagai tabung yang dimulai dari mulut sampai anus yang fungsinya dalam saluran pencernaan adalah mencernakan dan mengabsorpsi
makanan dan mengeluarkan sisa makanan sebagai tinja (Tillman et al., 1998). Ternak kambing memiliki empat bagian perut yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Keempatnya tidak mempunyai perbedaaan yang nyata
ketika mereka dilahirkan hingga ternak kambing berkembang, tumbuh dan berproduksi walaupun hanya mengkonsumsi jenis makanan yang sebagian besar
adalah serat kasar (Kartadisastra, 1997).
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Rumen adalah
bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling banyak. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi. Retikulum merupakan
perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan langsung dengan rumen. Omasum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan
struktur yang kasar, berfungsi sebagai penggiling makanan dan menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian perut yang terakhir sebagai tempat
Parameter Penelitian Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau
setiap waktu lainnya. Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya
pertambahan bobot badan ternak (Tillman et al., 1998). Ransum merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laju pertumbuhan ternak, hal tersebut ditunjukkan oleh PBB persatuan waktunya. Dalam keadaan yang sama, besarnya PBB
ternak, akan sebanding dengan jumlah ransum yang dikonsumsi.
Parakkasi (1999) bahwa konsumsi BK dan BO ransum dapat
mempengaruhi PBBH. Selain konsumsi BK dan BO dan TDN ransum juga mempengaruhi PBBH ternak. Mucra (2005) menjelaskan bahwa ternak yang mengkosumsi ransum dengan kandungan za-zat makanan yang hampir sama
seperti kandungan PK dan TDN akan memperlihatkan PBBH yang hampir sama. Pemanfaatan protein selain terkait dengan level pemberian pakan
juga terkait dengan bobot badan ternak. Ternak yang berbobot badan rendah dan masuk masa pertumbuhan membutuhkan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa yang telah masuk masa penggemukkan (Orskov, 1992). Protein
mula-mula akan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok, selanjutnya kelebihan protein yang ada pada ternak yang berbobot badan rendah
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor yang paling menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh
ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1995).
Ensminger (1990) menjelaskan faktor yang mempengaruhi palatabilitas
untuk ternak ruminansia adalah sifat fisik (kecerahan warna hijauan, rasa, tekstur pakan), kandungan nutrisi dan kandungan kimia pakan. Ransum F menghasilkan warna dan aroma yang disukai oleh ternak sehingga berdampak pada palatabilitas
yang baik dan konsumsi BK yang lebih tinggi.
Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan
yang dibutuhkan ternak, dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi, 1994).
Tillman et al. (1991), menyatakan bahwa hubungan daya cerna dengan konsumsi adalah meningkatnya daya cerna menyebabkan meningkatnya
konsumsi. Di samping dipengaruhi oleh kandungan nutrien, konsumsi juga dipengaruhi oleh laju alir pakan (McDonald et al., 1995). Laju alir pakan dipengaruhi oleh konsumsi air minum.
Tobing (2010) menyatakan bahwa besar kecilnya konsumsi pakan ditentukan beberapa faktor antara lain palatabilitas, kondisi lingkungan, umur,
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan
tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).
Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisiensi bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaya et al., 1999). Konversi pakan, khususnya ternak ruminansia kecil, dipengaruhi oleh
kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti dengan PBB yang lebih tinggi dan makin efisien