113
PENGARUH SUPELTAS TERHADAP TINGKAT PELAYANAN SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL JALAN DAHLIA - JALAN
CEMPAKA BESAR KOTA BANJARMASIN
Robiatul Adawiyah1,a, Abdurrahman2, Muhammad3
1,2,3Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Jalan Adhayksa No 2
Banjarmasin
a awe.halis@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibanding dengan laju pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja suatu ruas jalan dan simpang. Salah satu simpang yang mengalami penurunan kinerjanya adalah simpang tiga tak bersinyal Jalan Dahlia – Cempaka Besar Kota Banjarmasin. Di kota Banjarmasin, supeltas menjadi sorotan publik karena perannya membantu dalam mengatasi kemacetan. Namun disisi lain, ada hal lain yang muncul terkait dengan sukarela. Beberapa pengguna jalan mengatakan bahwa supeltas memprioritaskan pengguna jalan yang memberi mereka bayaran. Supeltas dianggap juga sebagai salah satu penyebab kemacetan karena dianggap tidak memahami aturan lalu lintas. Perhitungan kinerja simpang menggunakan software KAJI 1997. Hasil dari analisis yang dilakukan maka didapat hasil kinerja simpang tiga tak bersinyal Jalan Dahlia – Jalan Cempaka Besar dengan adanya supeltas mempunyai tundaan rata rata simpang (D) sebesar 12.95 detik/smp, peluang antrian sebasar (QP) 49%, derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,70 dengan tingkat pelayanan C, sedangkan kinerja simpang tiga tak bersinyal Jalan Dahlia – Jalan Cempaka Besar dengan tanpa adanya supeltas mempunyai tundaan rata rata simpang (D) sebesar 14.41 detik/smp, peluang antrian (QP) sebasar 58%, derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,86 dengan tingkat pelayanan D.
Kata kunci: Lalu Lintas, Jalan, Tak Bersinyal, Supeltas
Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang pesat meningkatkan pula kebutuhan baru.
Perkembangan yang terjadi berdampak pada meningkatnya pergerakan manusia, barang, dan jasa. Dengan kata lain perkembangan wilayah berdampak pada sistem transportasi wilayah itu sendiri.
Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibanding dengan laju pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja suatu ruas jalan dan simpang. Salah satu simpang yang
mengalami penurunan kinerjanya adalah simpang tiga tak bersinyal Jalan Dahlia – Cempaka Besar Kota Banjarmasin.
Di Kota Banjarmasin , supeltas menjadi sorotan publik karena perannya membantu dalam mengatasi kemacetan. Namun disisi lain, ada hal lain yang muncul terkait dengan sukarela. Beberapa pengguna jalan mengatakan bahwa supeltas memprioritaskan pengguna jalan yang memberi mereka bayaran. Supeltas dianggap juga sebagai salah satu penyebab kemacetan karena dianggap tidak memahami aturan lalu lintas.
114
Tinjauan Pustaka
Prinsip-Prinsip Dasar untuk Analisis Simpang Tak Bersinyal :
1. Sketsa Geometrik
Sketsa geometrik sebaiknya memberikan gambaran lokasi simpang yang ditinjau mengenai nama kota, nama jalan utama dan jalan minor, lebar jalan, kereb, bahu jalan, saluran air, dan median.
2. Kondisi Lalu Lintas
Data kondisi lalu lintas terdiri dari empat, yaitu:
(1) Periode dan soal (alternatif)
(2) Sketsa arus lalu lintas menggambarkan berbagai gerakan dan arus lalu lintas. Arus lalu lintas dinyatakan dalam kend/jam.
(3) Komposisi lalu lintas (%).
(4) Arus kendaraan tak bermotor.
Sketsa arus lalu lintas memberikan data yang lebih terperinci dari pergerakan para pengguna jalan dari berbelok ataupun pergerakan lurus. Untuk perhitungan data satuannya perjam.
Q = Arus lalu lintas lurus, belok kanan, dan belok kiri.
Smp = Satuan mobil penumpang Emp = Ekivalen mobil penumpang.
Untuk perhitungan ekivalen mobil penumpang (emp) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ekivalen Mobil Penumpang (emp) Tak Terbagi
Sumber : MKJI (1997) 3. Kondisi Lingkungan
Ada tiga data perhitungan untuk data kondisi lingkungan:
(1) Kelas Ukuran Kota
Data ini diperlukan untuk mengetahui kelas dari suatu kota berdasarkan jumlah penduduk. Dapat dilihat dari Tabel 2.
Tabel 2. Kelas Kota
Sumber : MKJI 1997 (2) Tipe Lingkungan Jalan
Tipe lingkungan jalan terbagi tiga jenis, yaitu: komersial, pemukiman, dan akses terbatas. Dimana dari ketiga itu dapat diklasifikasikan dari tata guna dan kemudahan untuk mengakses jalan dari aktivitas pengguna jalan lainnya.
(3) Kelas Hambatan Samping
Kelas hambatan samping adalah pengaruh disisi samping jalan yang membuat hambatan saat dijalan, aktivitas yang menghambat sisi samping jalan karena ada pengguna jalan lainnya yang menggunakan sisi samping jalan dari pejalan kaki yang berjalan disisi samping jalan, angkutan umum yang berhenti menaikan atau menurunkan penumpang disisi samping jalan.
Volume Lalu Lintas 𝑄 =
=𝐽𝑙.𝐿𝑣.𝑆𝑚𝑝𝐿𝑣+𝐽𝑙.𝐻𝑉.𝑆𝑚𝑝𝐻𝑣+𝐽𝑙.𝑀𝑐.𝑆𝑚𝑝𝑀𝑐
𝑗𝑎𝑚 =
𝑆𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚
Lv = Kendaraan Ringan HV = Kendaraan Berat Mc = Sepeda Motor
SMP = Satuan Mobil Penumpang Ukuran
Kota
Jumlah Penduduk (Juta) Sangat
Kecil <0,1 Kecil 0,1 - 0,5 Sedang 0,5 - 1,0 Besar 1,0 - 3,0 Sangat
Besar >3,0
115
Kapasitas
Kapasitas, dihItung menggunakan rumus berikut, dimana berbagai faktornya telah dihitung:𝐶 =
𝐶0𝑥 𝐹𝑊 𝑥 𝐹𝑀 𝑥 𝐹𝐶𝑆 𝑥 𝐹𝑅𝑆𝑈𝑥 𝐹𝐿𝑇 𝑥 𝐹𝑅𝑇 𝑥 𝐹𝑀𝐼 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan rasio terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan ruas jalan. Nilai dari derajat kejenuhan akan menunjukan apa ruas jalan mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Rumus yang digunakan untuk menghitung derajat kejenuhan sebagai berikut:
DS = Qtot / C Dimana :
DS = Derajat Kejenuhan
Qtot = Arus Total Sesungguhnya (smp/jam).
C = Kapasitas (smp/jam).
Supeltas
Supeltas merupakan akronim dari sukarelawan pengatur lalu lintas. Mereka mudah ditemui di persimpangan jalan yang ramai tapi tak dilengkapi dengan traffic light. Mereka adalah mantan pak ogah yang dilatih dan dibina oleh Satlantas untuk mengatur lalu lintas. Penampilan mereka juga mudah dikenali. Hampir mirip-mirip sama Polantas, bedanya Supeltas memakai rompi dengan tulisan Supeltas dan kemeja berwarna biru sebagai identitas pembeda dengan Polantas. Soal skill mengatur lalu lintas mereka juga nggak kalah sama Polantas, dengan adanya supeltas maka arus kendaraan tidak semrawut, terutama di persimpangan jalan yang pada akhirnya juga akan menekan angka kecelakaan.
Dalam menjalankan tugasnya anggota Supeltas ini ditempatkan di sejumlah titik keramaian arus kendaraan, seperti pertigaan dan perempatan jalan yang tidak terjangkau oleh para personil Satlantas
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian langsung lapangan, yaitu metode
observasi yang berupa pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan yang dilakukan pada simpang tiga ruas Jalan Dahlia – Jalan Cempaka Besar, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
116
Hasil Dan Pembahasan
Gambar 3. Layout Lokasi Penelitian Untuk Kode Pendekat Dipakai Notasi Sebagai Berikut :
1. Jalan Dahlia (Cempaka) diberi Kode A dan kode pendekatnya U (Utara) dengan lebar pendekat 2 x 2,2 m.
2. Jalan Kebun Sayur diberi kode C dan kode pendekatnya B (Barat) dengan lebar pendekat 2 x 1,8 m.
3. Jalan Dahlia (Teluk Tiram) diberi kode B dengan kode pendekatnya S (Selatan) dengan lebar pendekatnya 2 x 2,2 m.
Lebar tiap pendekat simpang tiga jalan dahlia – jalan kebun sayur terlihat Tabel 3.
Tabel 3. Lebar Pendekat
Tipe lingkungan Simpang Tiga Jalan Dahlia – Jalan Kebun Sayur terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Tipe Lingkungan Jalan
Dari Pengamatan yang dilakukan maka volume arus lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Volume Lalu Lintas Dari Grafik tersebut maka didapat jam puncak arus lalu lintas terjadi pukul 17.00- 18.00 WITA.
Hasil Survei Lalu Lintas Tanpa Supeltas dan Dengan Supeltas dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Hasil Survei Lalu Lintas Tanpa Supeltas
Kode Pendekat
W A
Wmasu k
Wkelua r
(m) (m) (m)
U (Dahlia (Cempaka))
2,4 2,4 2,4
S
(Dahlia(Telu k Tiram))
2,4 2,4 2,4
B (Dahlia Cempaka besar))
3,0 3,0 2.4
Kode Pendekat
Tipe Lingkungan Jalan U (Utara) Komersial S ( Selatan) Komersial B (Barat) Komersial
117
Gambar 4. Hasil Perhitungan Kinerja Simpang dengan Menggunakan KAJI 1997 Tanpa Supeltas
Tabel 6. Hasil Survei Lalu Lintas Dengan Supeltas
Gambar 5. Hasil Perhitungan Kinerja Simpang dengan Menggunakan KAJI 1997 Dengan Supeltas.
KESIMPULAN
Hasil dari analisis yang dilakukan maka didapat hasil sebagai berikut:
1. Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Jalan Dahlia – Jalan Cempaka besar dengan adanya Supeltas mempunyai tundaan rata rata simpang (D) sebesar 12.95 detik/smp, peluang antrian sebasar (QP) 49%, derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,70 dengan Tingkat Pelayanan C.
2. Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Jalan Dahlia – Jalan Cempaka besar dengan Tanpa adanya Supeltas
mempunyai tundaan rata rata simpang (D) sebesar 14.41 detik/smp, peluang antrian (QP) sebasar 58%, derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,86 dengan Tingkat Pelayanan D.
SARAN
1. Perlu di pasang rambu lalu lintas di persimpangan seperti rambu Larangan parkir dan berhenti kendaraan dipinggiran jalan dari pesimpangan.
2. Bagi pengguna transportasi diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran tertib lalu lintas supaya tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara dapat dicapai.
3. Untuk meningkatkan kinerja persimpangan diperlukannya penerapan dari usulan-usulan yang terbaik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penelitian ini DAFTAR PUSTAKA
[1] Direktorat Pembangunan Jalan Perkotaan, (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta
118 [2] Hobbs, F.D., (1995), Perencanaan
dan Teknik Lalu Lintas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
[3] Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, 6 Maret 2006, Jakarta
[4] Radam, Iphan F. dan Lestari, Utami S., (2018). Perancangan Rekayasa Lalu Lintas Menggunakan Software KAJI, Laporan Pengabdian
Masyarakat, Program Studi Magister Teknik Sipil, Univ. Lambung
Mangkurat. Banjarmasin