• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Pekerjaan Beton

N/A
N/A
rusdi mustadji

Academic year: 2024

Membagikan "Pengawasan Pekerjaan Beton"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PADA PEKERJAAN BETON

IR.FERDINAND PAKPAHAN, ME

(2)

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan Pada Pekerjaan Beton

3. Pengertian

B. PERATURAN TENTANG BETON C. PARAMETER BETON

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON E. BAHAN BETON

F. JENIS BETON DAN FUNGSINYA

G. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

(3)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang :

Pengawasan pada pekerjaan beton diperlukan untuk struktur ringan sampai berat. Mengingat Pekerjaan beton merupakan bangunan

permanen dan memerlukan biaya besar maka diperlukan pengawasan yang ketat sesuai

peraturan yang berlaku. Pekerjaan beton

biasanya dikombinasikan dengan tulangan yang

di kerjakan untuk pembuatan fondasi, kolom,

balok dan tembok.

(4)

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan Pada Pekerjaan Beton :

 Maksud pengawasan pada pekerjaan beton adalah untuk mengontrol dan mengevaluasi proses didalam kegiatan pembuatan beton dimulai dari pekerjaan persiapan, penyediaan bahan dan peralatan, proses pencampuran bahan, penuangan sampai dengan

pemeliharaannya (curing) yang tepat waktu, tepat kualitas dan tepat kuantitas sesuai rencana.

 Tujuan pengawasan pada pekerjaan beton adalah agar konstruksi yang direncanakan dapat berdiri kokoh dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan umur rencana

sehingga perhitungan ke ekonomisan dari struktur

dapat di capai.

(5)

3. Pengertian :

• Beton adalah : merupakan campuran yang

homogen antara semen, air dan aggregat dan

kadang dicampur dengan addetive.

(6)

B. PERATURAN TENTANG BETON DAN PASANGAN BATU

• Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1971, yang memperkenalkan metoda perencanaan kekuatan batas di samping metoda perencanaan elastisistas (metoda beban kerja).

• SNI 03-1726-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

• SNI 2847 tahun 2013 Persyaratan Beton Bertulang untuk Struktur Bangunan Gedung.

 SNI 15-0302-1989 : Semen Puzolan Kapur

 SNI 15-2049-1994 : Semen Portland

 SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih

 SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan

(7)

• SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan

• SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton

• SNI 07-2052-2002. Standar Nasional Indonesia. Baja Tulang beton

• SNI 03-1968-1990 Agregat halus dan kasar, Metode pengujian analisis saringan.

• SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles.

• SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal

• SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan agregat ringan

• SNI 4807:2015 Metode uji pengukuran

temperatur beton segar campuran semen hidraulis (ASTM C1064/C1064M-08, IDT)

(8)

C. PARAMETER BETON

Parameter yang mempengaruhi kekuatan beton : a. Kualitas semen (PC)

b. Proporsi semen dalam campuran beton c. Kekuatan dan kebersihan agregat

d. Ikatan/ adesi anatara pasta, semen dan agregat e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan

pembentuk beton

f. Pemdatan beton dan perwatan

(9)

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON

1.Kelebihan beton :

a. Dapat dibentuk sesuai keinginan

b. Mampu memikul beban tekan yang berat c. Tahan terhadap temperatur tinggi

d. Biaya pemeliharaan rendah / kecil 2.Kekurangan beton

a. Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah

b. Pelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi c. Berat

d. Daya pantul suara besar

e. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk f. Tidak memiliki kekuatan tarik

g. Setelah dicampur beton segera mengeras

h. Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang

(10)

E. BAHAN BETON

1) SEMEN :

a) Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru- biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

b) Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

c) Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

d) Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

(11)
(12)

2. AGREGAT

(13)

2.1) Kerikil dan Pasir alam.

• Agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya.

• Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat.

• Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton.

• Umumnya jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.

• Perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh

terhadap sifat beton dan kekuatan yang dibuat agregat

tersebut.

(14)

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3 / 8 9,5 mm 100

No. 4 4,76 mm 90-100

No. 8 2,39 mm 80-100

No. 16 1,19 mm 50-85

No. 30 0,19 mm 25-65

No. 50 0,297 mm 10-30

No. 100 0,149 mm 5-10

No. 200 0,074 mm 0-5

Agregat Halus :

a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.

b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :

(15)

2.2) Agregat batu pecah.

• Jenis batu yang baik untuk agregat ini adalah batuan beku yang kompak.

• Di dalam pemakaiannya, batu pecah

membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas.

• Dengan demikian untuk mendapatkan adukan tertentu dan faktor air semen sama, beton

dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton

dengan menggunakan pasir atau kerikil alam.

• kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada

permukaan batu pecah lebih baik daripada

butiran yang halus.

(16)

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1 “ 25,00 mm 100

3 / 4 “ 20,00 mm 90-100

3 / 8 “ 95,00 mm 20-55

N0. 4 4,76 mm 0-1

Agregat Kasar :

a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).

(17)

2.3) Ditinjau dari Berat Jenis :

1. Agregat Ringan

• Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan untuk beton non struktural.

• Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil.

• Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apung, rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal

• Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7

• Agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan

sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya

dinamakan beton normal.

3. Agregat Berat

• Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat

berat , misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi.

• Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

(18)

2.4) Ditinjau dari Bentuknya A. Bulat

Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya.

Bidang kontak antar agregat berbentuk bulat sangat sempit, hanya berupa titik singgung, sehingga menghasilkan penguncian antara agregat yang tidak baik, dan menghasilkan kondisi kepadatan lapisan perkerasan yang kuraang baik.

B. Bersudut

Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan

dengan mesin.

Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%.

Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik.

Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.

C. Pipih

Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu lebih dari 3.

Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

D. Memanjang (Lonjong)

Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar lebih dari 3 kali.

(19)

2.5) Ditinjau dari tekstur permukaan

1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.

2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan

sebagainya.

3) Agregat dengan permuakaan licin. Biasa

ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.

4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.

5) Agregat berpori dan berongga.

(20)

3) Air dan Bahan Campuran

• Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air.

Oleh karena itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen.

• Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak

mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan

pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak.

• Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras.

• Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.

• Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan

menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk

pendispersi (zat penghilang air). Termasuk ke dalam

golongan ini adalah resin vinol.

(21)

F. JENIS BETON DAN FUNGSINYA

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah campuran yang homogen yang terbuat dari kombinasi aggregat semen dan air kadang dicampur dengan bahan addetive. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

1. Beton siklop

• Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa ,

perbedaannya ialah pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar2.

• Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan,

pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat

kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat

yang lebih besar sebaiknya tidak lebih dari 20 persen

dari agregat seluruhnya.

(22)

2. Beton Ringan (lightweight concrete)

• Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan.

• Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukanbeton berlangsung.

• Beton semacam ini mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

3. Beton non pasir (No Finess Concrete)

• Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya

air,semen, dan kerikil saja.karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi.

• Beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu Karena tanpa pasir

maka tidak dibutuhkan pasta untuk menyelimuti butir2

pasir sehingga kebutuhan semen relative lebih sedikit.

(23)

4. Beton hampa (Vacum concrete)

Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yang dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan

adukan.beton jenis ini diaduk dan dituang serta

dipadatkan sebagaimana beton biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus. Seperti cara vakum. Dengan

demikian air yang tertinggal hanya air yang digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang

diperoleh sangat kuat.

5. Beton bertulang (Reinforced Concrete)

• Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu beton.

• Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya

ini disebut beton bertulang.

(24)

6. Beton prategang (Prestress Concrete)

Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton

ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap mempunyai

tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

7. Beton pracetak (Precast Concrete)

Beton pracetak dicetak di tempat lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat

terbatas.sehingga sulit menyediakan tempat percetakan perawatan betonnya.

8. Beton massa (Mass Concrete)

Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan permukaannya besar. Biasanya di gunakan untuk Pondasi besar,pilar, bendung dan bendungan. Pada saat pelaksanaan harus diperhatikan perbedaan temperatur agar campuran tidak sempat mengeras sebelum lapisan berikutnya.

(25)

9. Fero semen (Ferro Cement)

Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan mortar semen pada suatu tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.

10. Beton serat (Fiber Concrete)

Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan

bahan lain yang berupa serat. Serat berupa batang2 5 sd 500mm,panjang 25-100mm.serat

asbatos,tumbuh2an , serat plastic, kawat baja.

11. Lain-Lain

Beton mutu tinggi,polimer beton,beton modifikasi

blok,polimer impregnated concrete,beton kinerja

tinggi, dll.

(26)

BETON SIKLOP

(27)

Beton Siklop

• Campuran beton dengan mutu beton fc’= 15 Mpa (K175) dicampur dengan batu pecah ukuran besar

• Batu tidak boleh dijatuhkan dari tempat tinggi

• Volume batu pecah ukuran besar maksimum 1/3 dari volume total

• Untuk dinding penahan tanah, ukuran batu 25 cm

• Tiap batu terlindungi adukan beton setebal 15 cm

• Letak batu terhadap permukaan tidak kurang dari 30 cm atau 15 cm terhadap permukaan yang akan

dilindungi

Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI Faktor konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83

Konversi satuan Mpa (mega pascal) ke kg/cm2 ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2

(28)

BETON RINGAN

(29)

• Dari namanya beton ini memiliki bobot yang kecil dari beton pada umumnya, bahkan berat jenisnya bisa

dibuat lebih rendah dari pada berat jenis air. Sehingga jika dimasukkan ke air beton ini akan mengapung.

• Beton dapat dibuat ringan dengan membuat micro

buble dalam adukan beton dengan memasukkan busa (foam) pada adonan pasir, semen dan air. Teknologi ini juga dikenal dengan Foam Concrete.

• Semakin banyak busa yang digunakan maka akan

semakin ringan beton yang dihasilkan, namun kekuatan akan semakin menurun. Sehingga berat dan kekuatan sesuatu yang harus dikendalikan untuk mendapatkan performa beton yang dinginkan.

• Beton ringan adalah beton dengan berat volumenya

1400-1850 kg/m3 (ACI 213R-79).

(30)

BETON NON PASIR

(31)

• No fines concrete atau beton non pasir merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam

pembuatannya tidak menggunakan aggregat halus (pasir).

• Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang.

• Beton non pasir juga dapat disebut permeconcrete atau pervious concrete yaitu beton yang dibentuk dari

campuran semen, aggregate kasar, air dengan bahan tambah atau admixtur.

• Pada umumnya beton non pasir memiliki berat jenis yang rendah jika dibandingkan dengan beton normal.

• Berat jenis beton non pasir dipengaruhi oleh berat jenis dan gradasi aggregat penyusunnya.

• Berat jenis beton non pasir dengan aggregat lempung bekah ( pembakaran shale) berkisar 1,20 kg/cm3. Berat jenis beton non pasir dengan menggunakan aggregat batu apung berkisar 1,60 kg/cm3

(32)

BETON BERTULANG

(33)
(34)
(35)

• Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada

konstruksi bangunan.

• Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan.

• Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear wall).

• Masalah yang sering dijumpai adalah masalah

keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat pra-

konstruksi dan pasca konstruksi.

(36)

BETON PRATEGANG

(37)

Keuntungan penggunaan beton prategang adalah :

a) Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.

b) Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.

c) Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.

d) Dapat dipakai pada rekayasa kontruksi tertentu, misalnya pada kontruksi jembatan segmen.

e) Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur plat dan cangkang, struktur tangki, struktur pracetak dan lain- lain.

f) Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat

dieleminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.

Kekurangan struktur beton prategang diantaranya :

g) Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel, dll

h) Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

(38)

BETON PRACETAK

(39)

Keuntungan Dalam Konstruksi Prefabrikasi:

Waktu konstruksi yang lebih cepat, sejak pekerjaan struktur di tapak, konstruksi pondasi dan pendirian komponen prefabrikasi.

Jumlah material yang dibutuhkan tidak berkurang

Produksi unit precast dalam skala luas menjadikan lebih praktis untuk

menggunakan mesin dan karenanya kebutuhan jumlah pekerja yang terlalu banyak dapat diatasi

Pengurangan kebutuhan tenaga kerja manusia dan menuntut memiliki keahlian yang lebih

Kualitas yang dihasilkan lebih baik sebagai hasil proses pabrik yang selalu di bawah pengawasan yang ketat dan tetap, penggunaan mesin dan lingkungan kerja yang rapi

Pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan tanpa tergantung pada kondisi cuaca.

Permasalahan dalam konstruksi prefabrikasi:

Transportasi komponen dari pabrik ke proyek

Kesulitan dalam penanganan di lapangan khususnya dalam erection

(pendirian), lifting (pengangkatan) dan connecting (penyambungan pada saat finalisasi konstruksi)

Pelaksanan yang demikian berarti ada tambahan biaya dan problem teknis.

(40)

Permasalahan Umum Pada Pengembangan Sistem Beton Pracetak

• Kendala sambungan antar komponen

• Belum adanya suatu pedoman perencanaan khusus untuk sistem struktur pracetak

• Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan

mekanikal/elektrikal/plumbing.

• Beton pracetak adalah beton yang dicetak di

beberapa lokasi (baik yang di cetak di lingkungan maupun di pabrik-pabrik).

• Menurut SKSNI T-15-1991-03 beton pracetak

adalah komponen beton yang dicor di tempat

yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu

struktur.

(41)

BAGAN ALIR BETON PRACETAKPENCETAKAN

(42)

BETON MASSA

(43)

Panas hidrasi pada beton massa

Perbedaan temperatur bagian dalam dan bagian luar yang terjadi akibat adanya panas hidrasi.

Panas yang timbul ini membuat beton mengembang, namun bagian luar lebihcepat menurun panasnya adapun bagian dalam lebih lambat dan terjadilah kecenderungan timbul retak-retak.

Proses retak-retak ini berlangsung bersamaan proses pengerasan beton.

Cara mengurangi retak pd beton massa:

Menggunakan semen sedikit mungkin dgn cara :

Ukuran butir agregat kasar (kerikil) yang besar yaitu 75 mm atau 150mm karena makin besar ukuran agregat maksimum yang dipakai makin

sedikit semen yang diperlukan. Perbandingan antara berat air dan berat semen(FAS) antara 0,5-0,7.

Mengunakan air sedikitnya, karena untuk memperoleh mutu beton yang sama diperlukan FAS sama, berarti akan dipakai semen sedikit jika airnya sedikit. Pemakaian air yang sedikit mempunyai konsekuensi adukan

beton lebih kental, sehingga sering hanya slump 25 mm saja sehingga pemadatannya dilakukan dengan compacted roller yang biasanya untuk memadatkan tanah.

Menambahkan Bahan tambah Admixture.

(44)

Lanjutan…..

Cara mengurangi retak pd beton massa:

• Menuang beton dalam blok-blok dengan ukuran terbatas

• Tebal tiap lapis antara 40-60 cm.

• Tiap lapis harus masih lunak ketika lapisan berikutnyaditebarkan.

• Memberikan aliran air dingin melalui pipa-pipa yang terpendam.

• Agar panas hidrasi selalu terdistribusi secara merata didalam beton. Perbedaan temperatur dapat dijaga dengan cara menentukan jarak pipa, lama pengaliran air, temperatur air dimasukkan dan debit air yang

dialirkan.

(45)

FERO SEMEN

(46)

• Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton

bertulang yang dibuat dari mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa berasal dari logam atau material lain yang tersedia.

• Struktur ferosemen yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi.

• Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir diseluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi

perencananya antara lain : 1. Bangunan Monumental.

2. Jembatan Pejalan Kaki.

3. Saluran Irigasi.

4. Tangki dan Bak Air.

5. Perahu dan Dermaga.

(47)

BETON SERAT

(48)

Manfaat dan Materialnya:

• untuk meningkatkan kuat tarik beton agar tahan terhadap gaya tarik yang diakibatkan pengaruh iklim, temperatur dan perubahan cuaca yang dialami oleh permukaan yang luas.

• Penambahan serat itu sendiri dapat mereduksi retak-retak yang mungkin timbul akibat perubahan cuaca tersebut.

• Serat alam umumnya terbuat dari bermacam-macam tumbuhan. Karena sifatnya umumnya mudah menyerap

dan melepaskan air, serat alam mudah lapuk sehingga tidak dianjurkan digunakan pada beton bermutu tinggi atau

untuk penggunaan khusus. Yang termasuk serat alam antara lain rami, sisal, ijuk, jute, serabut kelapa dan lain- lain.

• Serat buatan umumnya dibuat dari senyawa-senyawa

polimer. Mempunyai ketahanan tinggi terhadap perubahan cuaca. Mempunyai titik leleh, kuat tarik, dan kuat lentur tinggi. Digunakan untuk beton bermutu tinggi dan yang akan digunakan secara khusus

(49)

G. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

Metode Pelaksanaan PekerjaanStruktur Beton (Pondasi

Setempat, Sloof Beton, Kolom Beton,Balok Beton, Plat Lantai dan Tangga Beton) adalah sebagai berikut :

1). Persiapan Administrasi:

•Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan struktur beton tiapbagian.

•Approval material yang akan digunakan.

•Persiapan lahan kerja.

•Persiapan material kerja, antara lain : readymix K-300, besi beton, kawat beton, semenPC, pasir, multiplek,paku, minyak bekesting, balok, kaso, dll.

•Persiapan alat bantu kerja, antara lain :concrete pump, vibrator, kompresor, cutting well,theodolith, waterpass, meteran, gergaji, schafolding, raskam, jidar, benang, selang air, dll.

(50)

2). PERSIAPAN PERALATAN:

a. Semua alat kerja diperiksa kelayakan pakai baik secara rutin ataupun sebelum pengecoran.

b. Peralatan survei yang sudah dikalibrasi harus disiapkan.

c. Untuk kondisi pengecoran pada malam hari, penerangan harus sudah disiapkan dilokasi.

d. Vibrator baik engine atau electric harus sudah dicek kesiapannya, jumlah vibrator sudah termasuk cadangan (1 unit) bila terjadi

kerusakan.

e. Untuk mengantisipasi turunnya hujan tenda harus sudah dipasang sebelum pengecoran.

f. Apabila dikehendaki finishing lantai dengan trowel machine, maka jumlah trowel yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas area pengecoran dan setting time (waktu pengerasan) beton.

g. Concrete pump ditempatkan pada posisi sedekat mungkin dengan area pengecoran tetapi masih dapat dijangkau mobil mixer, untuk

mengurangi jumlah sambungan pipa.

h. Pemasangan pipa cor diusahakan dengan seminimal mungkin ada

sambungan siku (90 derajat) dan pipa cor ditempatkan pada posisi agar penuangan beton berurutan/ tidak acak untuk menghindari cold joint.

(51)

3).Pengukuran

•Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan

theodolith melakukan pengukuran danmarking area untuk titik penempatan, ukuran (dimensi) serta leveling dari poer, sloof,kolom, balok, plat lantai, tangga dan dinding penahan tanah.

•Pekerjaan pengukuran dan marking area dikerjakan secara berurutan mengikuti alur

pekerjaan struktur beton yang akan dikerjakan.

(52)

4). PERSIAPAN MIX DESIGN

Mengajukan Mix Design sesuai dengan mutu beton yang sudah ditentukan dalam Spesifikasi Pekerjaan Struktur, dengan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :

a. Type dan jumlah material b. Kuat Tekan Beton

c. Slump

d. Kadar air

e. Rasio air/semen f. Kadar Fly Ash

g. Berat isi beton segar

h. Analisis gradasi agregat

(53)

5). PELAKSANAAN TRIAL MIX

Melaksanakan trial mix di batching plan sesuai dengan mix design yang telah dibuat oleh pihak konsultan perencana.

Dari pelaksanaan trial mix dapat diketahui :

a. Kesesuaian komposisi material sewaktu trial mix dengan mix design.

b. Kuat tekan beton hasil pengujian sample beton yang diambil sewaktu trial mix.

Yang harus diperhatikan dalam trial mix adalah sebagai berikut :

c. Proporsi campuran diukur tersendiri dengan timbangan dan alat yang sesuai corong dan mekanisme penimbangan harus disediakan.

d. Mekanisme penimbangan harus diukur sampai setengah dari satu persen pada kondisi operasional dan skala-skala harus dapat dibaca dengan mudah oleh operator.

e. Air harus ditambah ke dalam campuran dari reservoir terpisah dan dikontrol kelembaban agregatnya.

(54)

Contoh Pencampuran Beton

Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 7,4 MPa (K 100), slump (12

± 2) cm, w/c = 0,87

Bahan

Portland cement 247,000 kg

PB 869 kg

KR (maksimum 30 mm) 999 kg

Air 215 Liter Tenaga kerja

Pekerja 1,650 OH

Tukang batu 0,275 OH

Kepala tukang 0,028 OH

Mandor 0,083 OH

Temperatur beton yang baik 16 oC s/d 27 oC.

Konversi dari kubus ke silinder 0,83

(55)

Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 14,5 MPa (K 175), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,66

Bahan

Portland cement 326,000 kg

PB 760 kg

KR (maksimum 30 mm) 1029 kg

Air 215 Liter Tenaga kerja

Pekerja OH 1,650 OH

Tukang batu OH 0,275 OH

Kepala tukang OH 0,028 OH

Mandor OH 0,083 OH

(56)

Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 19,3 MPa (K 225), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,58

Kebutuhan Satuan Indeks Bahan

Portland cement 371,000 kg

PB 698 kg

KR (maksimum 30 mm) 1047 kg

Air 215 Liter Tenaga kerja

Pekerja 1,650 OH

Tukang batu 0,275 OH

Kepala tukang 0,028 OH

Mandor 0,083 OH

(57)

Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 24,0 MPa (K 275), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,53

Bahan

• Portland cement 406,000 kg

• PB 684 kg

• Bahan KR (maksimum 30 mm) 1026 kg

• Air 215 Liter Tenaga kerja

• Pekerja 1,650 OH

• Tukang batu 0,275 OH

• Kepala tukang 0,028 OH

• Mandor 0,083 OH

(58)

Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 31,2 MPa (K 350), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,48

Bahan

 Portland cement 448,000 kg

 PB 667 kg

 KR (maksimum 30 mm) 1000 kg

 Air 215 Liter Tenaga kerja

• Pekerja 2,100 OH

• Tukang batu 0,350 OH

• Kepala tukang 0,035 OH

• Mandor 0,105 OH

(59)

6). Persiapan Lahan Cor :

Persiapan lahan cor sebelum pelaksanaan pengecoran sebagai berikut :

a. Area yang akan di cor harus sudah mendapat persetujuan dari pemberi tugas.

b. Memeriksa kesiapan pekerjaan pembesian antara lain jumlah, dimensi dan posisinya.

c. Memeriksa kebersihan lahan cor, tidak boleh ada serbuk kayu, potongan-potongan kaso, multiplex, dan lain-lain.

d. Memeriksa kesiapan pekerjaan bekisting antara lain dimensi,

e. dan as bangunan. Apabila pada lahan pengecoran masih terdapat lubang-lubang, tutup lubang-lubang tersebut.

dengan busa atau lakban untuk menghindari keropos karena keluarnya air semen.

f. Sebelum pengcoran harus dicek kesiapan dan elevasinya (untuk pengecoran kolom dan dinding beton).

(60)

LANJUTAN….

g. Pada construction joint harus sudah disiapkan antara lain pemberian bonding agent pada permukaannya dan

pemasangan waterstop apabila pada area tersebut dikehendaki kedap air.

h. Periksa apakah pada area yang dicor terdapat hubungan dengan pekerjaan M/E, bila ada sparing, sleeve atau

blokout haruslah dikoordinasikan terlebih dahulu untuk menghindari pekerjaan ulang (pembobokan, dsb).

i. Pemasangan barikade pada area yang akan dicor agar tidak terganggu oleh kegiatan pekerjaan lain.

j. Untuk keselamatan kerja, pada pengecoran di ketinggian dengan area yang terbuka, pada bagian sisi luar dipasang pagar yang dapat terbuat dari besi ataupun kayu.

k. Perlu disiapkan area pembuangan kelebihan beton, sebaiknya kelebihan tersebut dapat dimanfaatkan.

(61)

7).PEMESANAN BETON (concrete mixed)

Untuk pemesanan beton harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sebelum pemesanan beton, terlebih dahulu dihitung volume beton yang dibutuhkan sesuai gambar shop drawing dengan kelebihan beton diperkirakan 3% dari total volume,

pemesanan beton idealnya sudah dilakukan 1 hari sebelum waktu pengecoran agar persediaan beton terjamin.

b. Volume beton ditinjau kembali pada saat pemesanan 2 mobil mixer terakhir, dengan mengukur kondisi lapangan, agar dapat memastikan kebutuhan beton pada mobil mixer terakhir dan ditambah 0,5 m3 untuk menghindari

kekurangan beton, untuk pengecoran kolom yang dapat lebih terukur penambahan kelebihan pemesanan

diusahakan seminimal mungkin (kurang dari 0,5 m3).

c. Pemesanan beton disesuaikan dengan mutu beton pada area yang akan dicor.

(62)

9).PENGUJIAN BETON:

Pengujian beton dapat dilakukan bila ada kemungkinan mutu beton dinyatakan rendah. maka perlu diadakan test pengujian beton sebagai berikut :

Pengambilan sample untuk kolom, corewall dan shearwall :

a. Setelah 3 hari 1 (satu) silinder harus diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.

b. Setelah 14 hari 1 (satu) silinder harus diuji kuat tekannya.

c. Setelah 28 hari 1 (dua) silinder harus diuji kuat tekannya dan diambil rata- rata kuat tekan sebagai hasilnya.

d. Cadangan 2 (dua) silinder yang dapat digunakan untuk pengetesan kuat tekan pada umur 7 dan 28 hari apabila pengetesan kuat tekan beton pada umur 3 hari tidak memenuhi syarat.

Pengambilan sample untuk Slab

e. Setelah 7 hari 1 (satu) silinder harus diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.

f. Setelah 14 hari 1 (satu) silinder harus diuji kuat tekannya dan diambil rata- rata kuat tekan sebagai hasilnya.

c. Setelah 28 hari 1 (satu) silinder harus diuji kuat tekannya.

d. Cadangan 1 (satu) silinder.

(63)

Uji Silinder

Uji Kubus

(64)

10). PELAKSANAAN PENGECORAN

1. Untuk menghindari terjadinya cold joint sewaktu pengecoran harus perhatikan hal-hal waktu sebagai berikut:

a. Balok dan pelat menggunakan concrete pump dengan waktu penuangan beton 1 mobil mixer 15-30 menit dan didalam

concrete pump harus selalu tersedia beton, sehingga waktu

pendatangan mobil mixer dapat lebih cepat dan harus kontinyu, biasanya sekali pengiriman 3 mobil mixer, pemesanan

berikutnya pada penuangan 2 mixer terakhir.

b. Kolom/dinding beton/core wall menggunakan tower crane dengan waktu penuangan beton 1 mobil mixer 1-1,5 jam,

sehingga pendatangan mobil mixer hanya satu-satu, disesuaikan dengan pelaksanaan pengecoran, namun harus kontinyu.

c. Kepadatan lalu lintas sangat mempengaruhi supply beton dan slump dan harus diperhatikan juga waktu tempuh dari batching plan ke proyek sehingga dapat diprediksi berapa lama lagi beton akan setting.

(65)
(66)

2. Dalam pelaksanakan pengecoran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Ketebalan/level horisontal baik untuk pelat, balok, kolom, dinding harus sesuai dengan gambar yang disetujui, untuk

pengecoran lantai dan balok atas agar diperhitungkan lendutan yang terjadi selama proses pengecoran dan dikoordinasikan

dengan pengerjaan bekisting, guna mendapatkan level yang sesuai dan menghindari terjadinya kelebihan volume beton.

b. Selama proses pengecoran dilarang menambahkan air ke dalam beton baik pada mobil mixer, concrete pump, ataupun pada beton di area pengecoran karena akan mengurangi kuat tekan beton.

c. Jumlah vibrator haruslah memadai dengan jumlah volume beton yang dituang dan disediakan 1 unit untuk cadangan.

d. Karena jumlah volume pengecoran yang besar haruslah desesuaikan jumlah concrete pump dan supply beton yang seimbang.

(67)

3. PENGECORAN PILE CAP, TIE BEAM DAN PELAT BASEMENT Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan:

a. Sebelum pengecoran, sebaiknya bekisting pile cap dan tie beam yang biasanya dari batako atau precast disiram air sampai jenuh (bila kondisinya kering) untuk mengurangi resapan air semen ke dalam batako atau precast.

b. Penuangan beton dilakukan berurutan/ tidak acak/

berpindah-pindah untuk menghindari cold joint.

c. Untuk menjaga kerataan lantai, walaupun sudah memakai relaad, setelah beton dijidar sebaiknya juga dilakukan

pemantauan kerataan dengan memeriksa titik-titik tertentu/titik-titik pantau setiap 1 m x 1 m luas

pengecoran dengan menggunakan water pass.

d. Pengecoran Pile Cap, Tie Beam dan Pelat Basement pada proyek Ini harus sesuai dengan metode yang telah

disetujui.

(68)

4. PENGECORAN KOLOM DAN SHEAR WALL

Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan :

a. Panjang selang tremi yang dipakai diatur sesuai tinggi kolom, jatuhnya beton dari ujung selang tremi tidak boleh lebih dari 1,5 m, untuk menghindari segregasi.

b. Penggunaan vibrator sangat menentukan kualitas beton kolom, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga ditambah dengan pemukulan bekisting dengan palu karet.

c. Selama proses pengecoran kelurusan dan lot bekisting harus diperhatikan/diperiksa.

5. PENGECORAN PELAT DAN BALOK

Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan:

d. Pengecoran harus memperhatikan level slab yang akan dibuat terutama pada daerah kamar mandi dan harus ditentukan level slab untuk material finishing yang berbeda.

e. Untuk penuangan dan kerataan permukaan beton sama dengan point 2

(69)

11). PERAWATAN BETON

Proses curing pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan,

stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi .

Perawatan (curing) beton dilakukan setelah pengecoran, dengan memperhatikan:

a. Untuk balok dan lantai, karena area yang dicor cukup luas, dan

permukaan yang terbuka, setelah didapat area yang cukup luas dan beton sudah mengeras (setting time terpenuhi) curing sudah harus dilakukan dengan menyemprotkan dengan alat penyemprot air

langsung kepermukaan beton.

b. Untuk Kolom atau Dinding, karena area yang akan dicuring tertutup bekisting, untuk curing awal dapat menyiram/menggenangi bagian atas kolom atau dinding tersebut.

c. Setelah bekisting kolom dan dinding dibongkar maka curing dapat dilakukan dengan menguaskan curing compound (bahan kimia) ke permukaan kolom atau dinding dengan kuas roll.

(70)

Curing / Perawatan Beton

(71)

Referensi

Dokumen terkait

diperlukan pada pengawasan secara manual.. c) Waktu yang dibutuhkan untuk pembesian. Tabel 5.4 Waktu Pekerjaan Pembesian. Drone

Dalan pengendalian mutu pekerjaan, penekanan yang diberikan adalah pada pekerjaan beton bertulang untuk pekerjaan struktur dan untuk pekerjaan finishing arsitektur pemakaian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas alat konstruksi, khususnya truk mixer dan concrete pump yang dipakai dalam pekerjaan beton ready mix sesuai dengan Work

Abstrak : Pengawasan merupakan pemerikasaan untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan tujuan perusahaan, mengevaluasi pelaksanaan kerja, serta

Dari uraian diatas nampak bahwa fungsi pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan telah dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan

Tujuan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap peraturan daerah di bidang perizinan adalah, untuk memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diatur dalam

Penelitian ini bertujuan mencari produktivitas peralatan konstruksi, khususnya pompa beton truk dan truk mixer dalam pekerjaan pengecoran beton siap pakai sesuai dengan kondisi riil di

Spesifikasi teknis pekerjaan struktur yang meliputi pekerjaan beton bertulang, lingkup pekerjaan, ukuran dimensi, dan baja