Limbah dalam Kesehatan Masyarakat
Limbah merupakan salah satu isu krusial yang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan perkembangan industri yang terus meningkat, produksi limbah juga mengalami lonjakan yang signifikan. Limbah tidak hanya menjadi masalah di lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia dan keberlangsungan ekosistem. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian limbah menurut para ahli, jenis-jenis limbah, karakteristiknya, serta dampak yang ditimbulkan oleh limbah terhadap lingkungan dan kesehatan.
Pengertian Limbah Menurut Ahli
Limbah dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan dan dianggap tidak berguna.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berbentuk padat, cair, atau gas yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam pandangan para ahli, limbah juga dapat diartikan sebagai material yang tidak diinginkan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Menurut Dr. Ir. Supriyadi, seorang ahli lingkungan, limbah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah sisa-sisa bahan yang berasal dari makhluk hidup, seperti sisa makanan, daun, dan sisa tanaman. Sedangkan limbah anorganik adalah bahan yang tidak dapat terurai secara alami, seperti plastik, logam, dan kaca.
Pengertian ini menunjukkan bahwa limbah memiliki karakteristik yang berbeda tergantung pada asal dan sifatnya.
Limbah juga memiliki implikasi yang luas dalam konteks lingkungan dan kesehatan. Dr. Rina Widyastuti, seorang pakar kesehatan masyarakat, menyatakan bahwa penanganan limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang limbah sangat penting untuk merumuskan strategi pengelolaannya yang efektif.
Secara keseluruhan, pengertian limbah menurut para ahli mencakup aspek- aspek yang kompleks, mulai dari definisi dasar hingga dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa limbah bukan hanya sekadar sisa, tetapi juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat modern.
Jenis-Jenis Limbah
Limbah dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis berdasarkan sumber, sifat, dan dampaknya. Secara umum, jenis limbah dapat dibedakan menjadi limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat mencakup sampah rumah tangga, limbah industri, dan limbah konstruksi. Limbah cair, di sisi lain, termasuk limbah dari proses industri, limbah domestik, dan limbah medis.
Sedangkan limbah gas biasanya berasal dari emisi kendaraan, pabrik, dan proses pembakaran.
Limbah juga dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu limbah berbahaya dan tidak berbahaya. Limbah berbahaya adalah limbah yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan, seperti limbah medis, limbah kimia, dan limbah radioaktif. Sementara itu, limbah tidak berbahaya adalah limbah yang tidak memiliki potensi bahaya yang signifikan, seperti limbah organik dari sisa makanan.
Dalam konteks industri, limbah dapat dibagi menjadi limbah produksi dan limbah konsumsi. Limbah produksi adalah limbah yang dihasilkan selama proses produksi barang, sementara limbah konsumsi adalah limbah yang dihasilkan setelah barang digunakan oleh konsumen. Pemahaman tentang berbagai jenis limbah ini penting untuk pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.
Pengelompokan jenis limbah ini tidak hanya memudahkan dalam penanganan, tetapi juga memberikan wawasan mengenai cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola limbah dengan lebih baik. Dengan memahami jenis-jenis limbah, kita dapat merumuskan strategi yang lebih tepat untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Karakteristik Limbah
Karakteristik limbah sangat bervariasi tergantung pada jenis dan sumbernya.
Limbah organik, misalnya, memiliki karakteristik mudah terurai dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Limbah ini biasanya mengandung bahan-bahan yang kaya nutrisi dan dapat memberikan manfaat bagi tanah jika dikelola dengan baik. Namun, limbah organik juga dapat menimbulkan masalah jika tidak dikelola dengan tepat, seperti bau tidak sedap dan menarik perhatian hewan pengganggu.
Di sisi lain, limbah anorganik seperti plastik dan logam memiliki karakteristik yang berbeda. Limbah ini cenderung tidak dapat terurai secara alami dan dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun. Karakteristik ini menjadikan limbah anorganik sebagai salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan. Selain itu, limbah anorganik juga seringkali sulit untuk didaur ulang, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaannya.
Karakteristik fisik dan kimia limbah juga mempengaruhi cara penanganannya.
Limbah yang bersifat korosif, reaktif, atau beracun memerlukan metode pengelolaan yang lebih ketat dan hati-hati. Misalnya, limbah medis yang mengandung bahan berbahaya harus ditangani dengan prosedur khusus untuk mencegah kontaminasi dan penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang karakteristik limbah sangat penting dalam merumuskan kebijakan pengelolaan yang efektif.
Dalam konteks keberlanjutan, karakteristik limbah juga mempengaruhi potensi daur ulang dan pemanfaatan kembali. Limbah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti logam dan kaca, dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali, sedangkan limbah dengan nilai rendah mungkin lebih baik dibuang atau dikelola dengan cara lain. Dengan demikian, karakteristik limbah berperan penting dalam menentukan strategi pengelolaan yang paling sesuai.
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga di permukiman warga. Meski limbah domestik di setiap rumah tangga terlihat sedikit, jumlahnya cukup signifikan jika mencakup seluruh opermukiman.
Apa saja contoh limbah domestik? Berbagai sisa aktivitas mandi, mencuci pakaian, hingga buang air (tinja) merupakan contoh limbah rumah tangga yang paling mudah ditemukan.
Lebih luas dari itu, kegiatan rumah tangga juga mempergunakan berbagai barang untuk memenuhi kebutuhan. Dari urusan makan, misalnya, seseorang
mungkin akan melakukan proses memasak yang menghasilkan berbagai contoh limbah rumah tangga.
Contoh limbah domestik padat yang terproduksi dari kegiatan memasak di rumah adalah bungkus bumbu, minyak goreng bekas, sisa makanan, asap dapur, dan lain sebagainya.
Jenis-Jenis Limbah Rumah Tangga
Sesuai pengertiannya, limbah domestik atau limbah rumah tangga adalah bahan/zat sisa yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga. Selama kegiatan masih berlangsung di tiap rumah, limbah padat, cair, dan gas dari aktivitas domestik akan selalu ada.
Dari bentuknya, limbah domestik bisa dibedakan menjadi setidaknya 3 jenis, meskipun 2 di antaranya menjadi yang paling umum. Mengutip laman Waste 4 Change dan sejumlah sumber lainnya, berikut ini penjelasan tentang jenis- jenis limbah domestik:
1. Limbah domestik cair
Limbah domestik cair adalah cairan limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga. Apa saja contoh limbah domestik cair? Di dalamnya termasuk air bekas cucian pakaian, air bekas mandi (air sabun), kotoran manusia (air tinja), hingga sisa minyak goreng.
Banyak limbah cair domestik mengandung bahan-bahan kimia. Bahan
tersebut ditemukan pada produk sabun mandi, deterjen, minyak goreng, dan lain sebagainya.
2. Limbah domestik padat
Limbah domestik padat adalah limbah dari kegiatan rumah tangga dalam bentuk padat. Apa saja limbah padat domestik?
Jenis limbah padat domestik ini bisa berupa sampah organik dan anorganik yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contoh limbah padat domestik yang paling mudah ditemukan adalah sisa makanan, bungkus bumbu, kantong plastik, kasur atau spring bed bekas pakai, pakaian bekas, hingga barang-barang elektronik yang sudah aus.
Apa itu limbah domestik organik? Sampah organik merupakan limbah rumah tangga dari bahan-bahan alami yang mudah terurai. Contohnya sisa
makanan, bungkus makanan dari daun, hingga limbah manusia.
Apakah kayu termasuk limbah domestik? Kayu-kayu yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dapat dikategorikan sebagai limbah domestik padat jenis organik. Agar tak terbuang jadi sampah, kayu bisa diolah menjadi karya kerajinan atau barang pakai lainnya.
Adapun sampah anorganik domestik merupakan limbah domestik yang tidak mudah terurai begitu saja di dalam. Limbah ini akan menumpuk di
pembuangan sampah jika tidak dilakukan pengelolaan. Contohnya yaitu sampah plastik, sisa barang elektronik, perabot rumah yang tidak terpakai, baterai bekas pakai, dan lain sebagainya.
Dalam jumlah yang banyak, limbah domestik padat akan mencemari
lingkungan. Sumber air di lingkungan sekitar dan tanah dapat terkontaminasi oleh pencemaran. Contoh limbah domestik yang dapat mencemari tanah yaitu plastik yang ikut terkubur di dalam tanah.
Pengelolaan limbah domestik sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatannya limbah padat secara berulang. Hal tersebut dapat meminimalkan pencemaran lingkungan.
3. Limbah Gas Domestik
Limbah gas rumah tangga atau limbah gas domestik adalah limbah yang berupa zat gas dari aktivitas sehari-hari di rumah warga. Contoh limbah gas rumah tangga adalah asap sisa pembakaran dari aktivitas memasak di dapur.
Berbagai perabot rumah tangga juga bisa menghasilkan limbah gas. Sebagai contoh, alat pemanas ruangan menghasilkan tiga limbah gas domestik, yakni CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan NOx (nitrogen oksida).
Sementara itu, penggunaan lemari es (kulkas) dan pendingin ruangan (AC) menghasilka limbah gas freon atau CFC (klorofluorokarbon). CFC bisa memicu penipisan lapisan ozon dan meningkatkan pemanasan global.
25 Contoh Limbah Domestik
Contoh limbah domestik sangat banyak yang dapat disebutkan. Berikut berbagai limbah domestik yang sering dihasilkan dari kegiatan rumah tangga:
1. Barang elektronik bekas dan sisa komponennya, seperti televisi, komputer, radio, hape, lampu, mainan anak, dan lain sebagainya;
2. Plastik dengan beragam wujudnya seperti botol air mineral, kresek, bungkus makanan ringan, perabot rumah tangga, dan lain sebagainya;
3. Limbah medis seperti jarum suntik, perban, dan obat kadaluarsa;
4. Limbah air seperti air bekas mandi, air cucian pakaian, dan air cuci piring;
5. Sisa makanan, kulit buah, dan sayuran tak terpakai;
6. Sampah kertas dan kardus;
7. Kaleng aerosol seperti botol parfum semprot dan cat semprot;
8. Wadah kosmetik;
9. Minyak goreng bekas pakai;
10. Oli motor bekas;
11. Asap dapur;
12. Gas freon dari kulkas dan AC;
13. Air tinja;
14. Air sisa mandi;
15. Air sisa cucian pakaian dan alat rumah tangga;
16. Kayu sisa perabot rumah tangga (kursi-meja) dan bagian rumah yang tak terpakai;
17. Besi sisa perabot rumah tangga seperti kawat per sisa spring bed dan lain-lain;
18. Kain dari pakaian bekas tak terpakai;
19. Kaca dari piring-gelas pecah atau lampu tak terpakai;
20. Baterai yang sudah tidak terpakai (baterai termasuk limbah B3);
21. Limbah gas CO, CO2, dan NOx dari pemanas ruangan;
22. Seng sisa atap rumah tak terpakai.
23. Asbes sisa atap rumah tak terpakai.
24. Sampah kayu dan daun-daun dari pohon sekitar rumah.
25. Kotoran hewan peliharaan di rumah (ayam, kucing, dll)
Permasalahan limbah didapatkan dari berbagai sektor, terutama sektor industri.
Permasalahan limbah industri ini menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri maupun pemerintah karena jika tidak ditangani secara tepat, limbah industri dapat menimbulkan berbagai bahaya dan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang akan mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Pengertian Limbah Industri
Limbah industri merupakan sisa atau buangan yang berasal dari hasil suatu
kegiatan industri. Dengan kata lain, limbah industri adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi suatu industri. Limbah ini memiliki berbagai jenis,
tergantung dengan produk industri yang dihasilkan. Contohnya adalah industri
tekstil yang tidak hanya memiliki limbah berupa sisa potongan material, tetapi juga terdapat jenis limbah lain berupa air buangan dari pewarna kain yang digunakan.
Sejalan dengan kegiatan industri yang semakin berkembang, hasil limbah yang dihasilkan kini juga semakin beragam. Jenis limbah industri terbagi menjadi empat kelompok, yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas, dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Limbah Cair
Sesuai dengan namanya, limbah cair merupakan limbah dengan wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan produksi dalam suatu industri. Limbah ini biasanya dibuang di selokan, sungai, atau bahkan laut. Limbah cair memiliki berbagai kandungan berbeda, tergantung dengan produksi industri yang dilakukan. Terdapat limbah industri cair yang dapat dengan mudah dan cepat dinetralisir serta terdapat limbah industri cair dengan kandungan
berbahaya. Pembuangan limbah cair berbahaya yang dilakukan tanpa proses pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan pencemaran pada air dan merusak ekosistem hingga membunuh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Contoh limbah industri cair adalah sisa limbah tempe, limbah tahu, sisa cairan pewarna makanan atau pakaian, sisa cairan
pengawet, air cuci bahan produksi, kandungan besi pada air, serta sisa-sisa bahan kimia lainnya.
Limbah padat
Limbah padat dihasilkan dari proses pengolahan atau sampah dari kegiatan industri dan tempat-tempat umum. Limbah industri padat dapat berupa limbah organik maupun limbah anorganik. Buangan sisa dari hasil kegiatan industri yang tergolong ke dalam limbah padat tidak hanya sisa produksi yang benar-benar memiliki wujud padat karena lumpur atau bubur juga tergolong ke dalam jenis limbah padat. Limbah padat yang dibuang di air akan menyebabkan pencemaran pada air tersebut serta dapat merusak atau bahkan membunuh ekosistem yang ada di dalamnya. Kemudian jika limbah padat dibuang di daratan tanpa dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran lingkungan di wilayah tersebut. Beberapa contoh limbah industri padat, yaitu sisa bahan pakaian, sampah plastik, potongan kayu, sisa bubur kertas, kabel, sisa bubur semen, dan besi.
Limbah gas merupakan sampah hasil buangan dari kegiatan industri yang berwujud molekul gas. Molekul gas akan menjadi limbah jika memiliki jumlah yang berlebihan atau melebihi standar. Limbah ini akan menyebabkan pencemaran udara yang akan memberikan dampak buruk bagi makhluk hidup jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa contoh limbah gas hasil industri, yaitu kebocoran gas, asap pabrik, pembakaran pabrik, kelebihan gas metana, karbon monoksida, dan hidrogen peroksida.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan salah satu jenis limbah industri yang memiliki kandungan berbahaya dan beracun. Limbah B3 perlu ditangani secara khusus karena memiliki kandungan zat beracun yang cukup tinggi. Pembuangan limbah B3 secara sembarangan, atau tanpa dilakukan proses pengolahan secara khusus terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta membahayakan kesehatan
makhluk hidup. Beberapa contoh kegiatan industri yang menghasilkan limbah B3, yaitu industri pengolahan minyak pelumas, industri pengolahan semen, industri pengolahan bubur kertas, serta industri farmasi.
Limbah Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit tersebut akan berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar bila tidak ditangani dengan baik dan benar.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (Asmadi, 2013). B. Limbah Padat Rumah Sakit Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan menghasilkan limbah baik cair maupun
padat. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non-medis (Kepmenkes RI Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004). Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, limbah medis padat dan limbah padat non-medis. 1.
Limbah medis padat Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, 6 limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandunga logam berat yang tinggi (Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004). Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Adisasmito, 2014): a. Limbah benda tajam Limbah benda tajam yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atatu menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipetr pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif. b. Limbah infeksius Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. c. Limbah non-infeksius Limbah non-infeksius adalah limbah yang tidak berhubungan langsung dengan darah dan cairan tubuh pasien. d. Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan atau autopsi. Limbah ini dapat 7 dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staff rumah sakit dan populasi umum (pengunjung RS dan penduduk sekitar RS)
sehingga dalam penanganannya membutuhkan labelisasi yang jelas. e.
Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama
peracikan,pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan – bahan atau perlengkapan pembersih. Semua pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahnya harus menggunakan incinerator karena sifat racunnya yang tinggi limbah dengan kandungan obat sitotoksik rendah,seperti urin, tinja, dan muntahan dapat dibuang ke dalam saluran air kotor. Limbah sitotoksik harus dimasukan ke dalam kantong plastic yang berwarna ungu yang akan dibuang setiap hari atau boleh juga setelah kantong plastik penuh.
Metode umum yang dilakukan dalam minimasi limbah sitotoksik adalah mengurangi jumlah penggunaan, mengoptimalkan ukuran container obat ketika membeli, mengembalikan obat yang kadaluarsa ke pemasok, memusatkan tempat pembuangan bahan kemoterapi, meminilkan limbah yang dihasilkan dan membersihkan tempat pengumpulan, menyediakan alat pembersih tumpahan obat dan melakukan pemisahan limbah. f. Limbah farmasi limbah farmasi dapat berasal dari obat – obatan yang kadaluarsa, obat – obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau 8 kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat. g. Limbah Kimia Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medik,veteinari, laboratorium,proses sterilisasi, dan riset. h. Limbah radioaktif Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotape yang berasal dari penggunaan medik atau riset raadionucleida. Limbah ini dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay, dan bakteriologis dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat dikategorikan menjadi lima jenis sebagai berikut (Adisasmito,2014) : 1. Golongan A Terdiri dari dressing bedah, swab, dan semua bahan yang bercampur dengan bahan tersebut, bahan – bahan linen dari kasus penyakit infeksi, serta seluruh jaringan tubuh manusia
( terinfeksi maupun tidak), bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal – hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing. 2. Golongan B
Syringes bekas, jarum, cartride, pecahan gelas, benda – benda tajam lainnya.
3. Golongan C Limbah diruang laboratorium dan post-partum, kecuali yang termasuk dalam golongan A. 9 4. Golongan D Limbah bahan kimia dan bahan
– bahan farmasi tertentu. 5. Golongan E Pelapis bed-pam disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stamage bags.
2. Limbah padat non- medis Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman,dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali, apabila ada teknologinya (Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004).
Limbah ini terdiri dari :
a. Limbah kering Limbah kering adalah limbah padat yang tidak mudah terbakar atau mudah terbakar seperti kertas, kardus,koma pembungkus makanan, plastik, kaleng (logam), dan pecahan kaca. Limbah padat ini
dihasilkan dalam ruang administrasi atau kantor, halaman, ruang tunggu dan ruang perawatan.
b. Limbah basah Limbah basah adalah limbah yang dihasilkan dari proses seperti limbah pengolahan makanan dari dapur utama dan instalasi gizi.
Sesuai namanya, limbah radioaktif nuklir merujuk pada jenis limbah yang dihasilkan dari penggunaan energi nuklir. Contoh kegiatan penghasil limbah radioaktif bisa dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), industri kimia, hingga penelitian radioaktif.
Bentuk limbah nuklir bisa berupa cair, padat, dan gas. Setiap bentuk limbah nuklir harus bisa diolah dengan tepat sebelum dibuang. Jika limbah
nuklir dibuang sembarangan, maka dapat membahayakan lingkungan dan makhluk hidup.
Istilah "limbah nuklir" adalah zat atau bahan bekas serta alat-alat yang terpapar radioaktif dari kegiatan nuklir.
Dikutip dari Indonesia.go.id, setiap zat dan bahan bekas yang sudah terpapar radioaktif dan tidak lagi digunakan secara otomatis akan menjadi limbah nuklir.
Limbah nuklir ini wajib diolah dengan tepat. Hal ini karena zat radioaktif dalam ukuran tertentu dapat membahayakan makhluk hidup jika terpapar.
Alasan mengapa limbah nuklir berbahaya adalah karena partikel radioaktifnya dapat memancarkan radiasi ionisasi. Radiasi ionisasi ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan hidup.
Kerusakan jaringan hidup akibat paparan radiasi memicu kelainan genetik, kanker, dan masalah kesehatan serius lainnya pada manusia maupun hewan.
Pengelolaan limbah nuklir menjadi salah satu tantangan terbesar dalam industri nuklir dan penelitian nuklir. Proses pengolahan limbah nuklir biasanya menunggu limbah menjadi dingin dan aman untuk dipindahkan.
Selanjutnya limbah harus dikirim ke fasilitas pengolahan limbah nuklir. Apabila suatu negara tidak memiliki fasilitas pengolahan limbah, maka mereka harus melakukan reekspor ke negara asal produk radioaktif tersebut berasal.
Menurut Tumiwa dan Christianto dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (2020), belum ada fasilitas pengolahan limbah nuklir yang benar-benar bisa
menghilangkan kandungan radioaktif pada limbah.
Bagi negara yang memiliki sistem PLTN, maka harus bertanggung jawab dalam menyimpan limbah abadi. Adapun limbah abadi tersebut harus disimpan secara permanen sesuai jenis kandungannya, yaitu:
o Plutonium-239 (Pu-239) waktu paruh 24.000 tahun.
o Iodin-129 (I-129) waktu paruh 15,7 juta tahun.
o Taknesium-99 (Tc-99) waktu paruh 021 juta tahun.
Bentuk Limbah Radioktif Nuklir
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 tahun 2013, bentuk limbah radioaktif terdiri dari tiga. Ketiganya adalah limbah berbentuk cair, padat dan gas.
Berikut penjelasan setiap bentuk limbah radioaktif nuklir:
1. Limbah Cair
Limbah nuklir dalam bentuk cair adalah salah satu bentuk paling umum dari limbah ini. Ini bisa berupa larutan yang mengandung bahan-bahan radioaktif.
Limbah cair ini harus dikelola dengan hati-hati untuk mencegah pencemaran air dan lingkungan.
2. Limbah Padat
Limbah nuklir padat adalah bahan padat yang telah terkontaminasi oleh radiasi nuklir. Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) limbah padat nuklir diolah dengan cara kondisioning dnegan unit kondisioning.
3. Limbah Gas
Limbah nuklir dalam bentuk gas dapat muncul dari reaktor nuklir atau penggunaan bahan radioaktif dalam penelitian medis.
Gas-gas ini dapat mengandung isotop radioaktif dan harus dipantau dengan ketat agar tidak melepaskan radiasi ke lingkungan.
Contoh Limbah Nuklir
Terkait apa saja contoh limbah nuklir sangat beragam. Ini mencakup berbagai jenis bahan radioaktif maupun benda-benda yang pernah terpapar radioaktif.
Beberapa contoh umum limbah nuklir meliputi:
o Bahan bakar nuklir yang telah digunakan dari reaktor nuklir.
o Alat-alat dan peralatan yang telah terkontaminasi oleh radiasi, seperti peralatan laboratorium, perlengkapan medis, atau alat pelindung diri (APD).
o Limbah air yang terkontaminasi oleh bahan-bahan radioaktif, seperti limbah dari fasilitas pemurnian nuklir.
o Limbah gas berbahaya yang dihasilkan selama operasi reaktor nuklir.
o Bahan-bahan radioaktif yang digunakan dalam berbagai bidang, seperti dalam pengobatan kanker atau dalam penelitian ilmiah.