PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DENGAN METODE KOMPOS
MUHAMMAD ISRA ANAVHALIS J0313211039
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2023
PEMBAHASAN A. Limbah Domestik
Limbah pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dibuang atau dikeluarkan dari sumber produksinya oleh manusia, proses alami, atau bahkan mungkin tidak mempunyai nilai ekonomi tetapi mempunyai nilai ekonomi positif, termasuk sampah rumah tangga.
berdasarkan sumbernya terdapat tiga jenis limbah: limbah domestik (rumah tangga), yang berasal dari pemukiman, perdagangan, dan rekreasi; limbah industri; dan rembesan sampah serta limpasan air hujan. Menurut sumbernya, limbah memiliki komposisi yang berbeda-beda, sangat bervariasi tergantung bahan dan proses yang dialaminya (Fitriyanti R 2020). Limbah domestik atau sampah rumah tangga terdiri dari limbah yang dibuang dari kamar mandi, dapur, dan toilet. Pengotor tersebut antara lain campuran senyawa organik dan mineral dalam berbagai bentuk dan ukuran, antara lain partikel besar dan kecil, benda padat, serta sisa larutan yang masih mengambang dalam bentuk koloid dan setengah koloid. Limbah domestik yang merupakan penyebab pencemaran terbesar di saluran air pesisir merupakan sampah yang dibuang dari pemukiman, pasar, pertokoan, dan tempat kerja. Sementara itu, yang dimaksud air domestik merupakan limbah dari aktivitas rutin manusia yang meliputi penggunaan air.
B. Kompos Padat
Penguraian bahan-bahan organik yang sudah tidak terpakai lagi disebut pengomposan.
Tumbuhan, hewan, dan aspek kehidupan lainnya dapat dianggap sebagai bahan organik.
Karena terbuat dari komponen organik hidup, kompos bermanfaat sebagai pupuk. Dalam beberapa kondisi lingkungan, mode anaerobik dan aerobik dalam proses pembuatan kompos dapat saling melengkapi. Kompos dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah karena telah mengalami proses dekomposisi melalui penggunaan mikroba pengurai. Nutrisi mineral yang terkandung dalam kompos sangat penting bagi tanaman. Pengomposan dapat terjadi secara alami di lingkungan terbuka. Rumput, dedaunan, kotoran hewan, dan sampah lainnya terurai secara alami seiring berjalannya waktu sebagai akibat dari kerja sama cuaca dan mikroba. Intervensi manusia, termasuk penambahan mikroba pengurai, dapat mempercepat proses ini dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi dengan lebih cepat (Putra KB et al 2022).
Kompos memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pupuk kimia, antara lain kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap, meski dalam jumlah sedikit; perbaikan struktur tanah melalui peningkatan kapasitas penyerapan air dan unsur hara tanah; meningkatkan kehidupan mikroorganisme melalui penyediaan makanan; peningkatan pengikatan energi pada tanah berpasir agar tidak mudah menyebar; perbaikan drainase dan pengkondisian udara di dalam tanah; membantu proses pelapukan bahan mineral; melindungi tanah dari kerusakan akibat erosi; dan peningkatan kapasitas pertukaran kation (Fitriyanti R 2020). Kompos yang baik mempunyai kadar air minimal, tidak berbau, mempunyai sifat suhu ruangan, dan mempunyai ciri-ciri lapuk yang berbeda warna dengan bahan penyusunnya. Kompos ditambahkan ke proses penguraian pupuk organik yang berlangsung lambat.
Jika suhu dan faktor pertumbuhan lainnya menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman normal, maka kesuburan tanah adalah kemampuan atau kualitas tanah dalam menyediakan unsur hara tanaman dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dan dalam keseimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dalam kondisi tertentu. Produktivitas tanaman akan meningkat dengan pemberian pupuk yang seimbang. Jumlah sisa pertanian daun, batang, dan akar yang tertinggal atau dapat dimasukkan kembali ke dalam tanah akan bertambah seiring dengan peningkatan hasil (Putra KB et al 2022). Keseimbangan nutrisi sekitar 80% dari sisa tanaman dapat meningkatkan simpanan nutrisi dan menurunkan jumlahnya. nutrisi tambahan yang diperlukan. Jika perawatan ini dilakukan secara rutin, maka jumlah unsur hara yang dibutuhkan akan berkurang, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik tanpa memerlukan pupuk dari luar. Memulihkan sisa-sisa tanaman ini akan meningkatkan karakteristik fisik dan kimia tanah, serta kemampuannya menahan air, membuat pertanian lebih nyaman, dan meningkatkan kesuburan tanah.
C. Mekanisme Kerja
Kompos dibuat dengan menggabungkan bahan organik kering yang tinggi karbohidrat dengan bahan organik lembab yang tinggi nitrogen. Jenis kompos yang umum diketahui oleh para peternak adalah jerami yang dicampur dengan kotoran hewan, atau ah selai puran saw.
Kompos mempunyai pengaruh yang besar terhadap struktur dan kelonggaran tanah. Kompos dapat dibuat dengan kombinasi komponen kering dan non-organik (Nenobesi D et al 2017).
Bahan-bahan ini harus memenuhi sejumlah persyaratan untuk dapat diubah menjadi kompos.
Selain itu, ada langkah-langkah tertentu seperti rasio yang tepat untuk membuat kompos berkualitas tinggi yang kaya nutrisi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Sampah menumpuk di lingkungan karena berbagai alasan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam pengolahan dan pengelolaan sampah.
Sumber permasalahan sampah harus diatasi secara langsung.
Salah satu ide terkenal yang sering digunakan dalam pengolahan sampah adalah konsep 3R (reuse, kurangi, daur ulang). Menggunakan kembali (reuse), mengurangi (mengurangi konsumsi), dan mendaur ulang (recycling) terdengar seperti konsep sederhana, namun membutuhkan waktu untuk membiasakan diri. Selain itu, masih minimnya sosialisasi 3R di masyarakat menyebabkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui ide tersebut.
Pengomposan mungkin merupakan tanda bahwa masyarakat sudah mendapat informasi yang baik tentang pemilu dan klasifikasi sampah. Sebelum membuat kompos, masyarakat harus bisa memisahkan sampah organik dan anorganik. Kompos yang sudah jadi memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan dapat dijual (Nenobesi D et al 2017). Sampah perlu dipisahkan menjadi beberapa kategori oleh masyarakat agar dapat dijadikan kompos dan tidak dibuang sembarangan. Metode terbaik untuk mengklasifikasikan jenis sampah berdasarkan potensinya untuk digunakan kembali adalah dengan menerapkan pendekatan 3R. Sampah dapat dijadikan kerajinan tangan atau barang berharga lainnya bagi kehidupan manusia selain menjadi kompos.
D. Kekurangan dan Kelebihan a. Kelebihan kompos padat
Produk akhir dari pembusukan tumpukan bahan organik adalah kompos. Salah satu keuntungan menggunakan kompos padat sebagai pupuk organik adalah dapat menyediakan semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Meski jumlahnya sangat sedikit, komponen utama kompos nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, karbon, dan magnesium—dapat meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, nutrisi lengkap yang terkandung dalam kompos akan mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diperlukan untuk perkembangan tanaman. sebagai pengganti pupuk kimia yang lebih terjangkau, berkualitas tinggi, dan ramah lingkungan yang juga meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia, terbarukan, dan cocok untuk banyak lahan pertanian karena dapat diaplikasikan pada perkebunan, pertanian. lahan, dan reklamasi lahan penting (Mardwita et al 2019)
b. Kelemahan kompos padat
Selain dari kelebihan di atas kompos juga memiliki beberapa kekurangan yang membuat petani kurang berminat untuk menggunakan pupuk kompos sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Menurut Sutrisno E et al (2020), kekurangan tersebut adalah:
a. Menyebabkan alergi dan bau
Selama proses pengomposan, bau dapat timbul, terutama jika sistem anaerobik digunakan. Zat berbau tidak sedap seperti amonia, H2S, dan asam organik (asetat, butirat, valerat, dan putresin) akan terbentuk selama proses ini.
b. Pelepasan unsur hara yang relatif lambat
Secara umum, kompos terdiri dari molekul organik kompleks yang melepaskan nutrisi secara bertahap. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebelum tanaman dapat menggunakan unsur hara tersebut, bakteri di dalam tanah harus mempunyai waktu untuk menguraikannya. Agar tanaman dapat memanfaatkan unsur hara dalam kompos saat dibutuhkan, maka disarankan untuk mengaplikasikan kompos ke tanah terlebih dahulu, baru kemudian menanam.
c. Rentan kehilangan unsur nitrogen
Proses pengompossan mengakibatkan sebagian nitrogen terurai dan lepas ke udara karena pada unsur nitrogen memiliki sifat mudah menguap ke udara.
E. Standar Mutu Kompos
Kompos yang sudah cukup lapuk sehingga memiliki ciri-ciri seperti warna yang berbeda dari bahan pembuatnya atau lebih gelap, tidak berbau atau bersahaja, kadar air rendah, dan suhu tumpukan kompos mendekati suhu kamar dianggap baik. kompos. Pencapaian Rasio C/N memberikan wawasan lebih jauh mengenai pengomposan dengan mengungkap kandungan nitrogen dan karbon. Untuk melindungi pelanggan dan menghentikan kerusakan
lingkungan, barang kompos harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Produsen Kompos konvensional dapat menjadikan hal ini sebagai acuan untuk membuat kompos. SNI 7030-19-2004 disebutkan dalam standar mutu kompos.
DAFFTAR PUSTAKA
Fitriyanti R. 2020. Karakteristik limbha domestik di lingkungan mess karyawan pertambangan batubara. JR. 5(2): 72-77.
Kamaluddin NN, Halimah UA, Setyawan NA, Suryatmana P, Setiawati MR. 2023. Pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai sumber nutrisi dalam kegiatan pertanian urban. MKTT. 5(1):
12-17.
Mardwita, Yusmartini ES, Melani A, Atikah, Ariani D. 2019. Pembuatan kompos dari sampah organik menjadi pupuk cair dan pupuk padat menggunakan komposter. SULUH. 1(2): 80- 83.
Nenobesi D, Mella W, Soetedjo P. 2017. Pemanfaatan limbah padat kompos kotoran ternak dalam meningkatkan daya dukung lingkungan dan biomasa tanaman kacang hijau (Vigna radiate L.) varietas vima 1. JBL. 17(1): 69-81.
Putra KB, Wiradnyana NK, Febriari NP, Paramita NK, Gama AW, Permana GP. 2022. Pembuatan kompos padat sebagai optimalisasi pembuangan sampah organik dari limbah rumah tangga di Desa Jegu. TO MAEGA. 5(1): 302-314.
Sutrisno E, Wardhana IW, Budihardjo MA, Hadiwidodo M, Silalahi RI. 2020. Program pembuatan pupuk kompos padat limbah kotoran sapi dengan metoda fermentasi menggunakan EM4 dan starbio di Dusun Thekelan Kabupaten Semarang. PASOPATI. 2(1): 13-16.