• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PERSIAPAN AKREDITASI SEKOLAH

N/A
N/A
Emilia Nur Chasanah Sholihin

Academic year: 2023

Membagikan "PENGELOLAAN PERSIAPAN AKREDITASI SEKOLAH"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PERSIAPAN AKREDITASI SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI KETAWANGGEDE MALANG)

Emilia Nur Chasanah Sholihin 140131606119

Pembimbing:

1. Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd 2. Dr. Asep Sunandar, S.Pd, M.AP

A. Konteks Penelitian

Tuntutan masyarakat terhadap sekolah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan harus mendapatkan respon yang bijaksana dan cepat. Hal ini tentunya menuntut sekolah untuk terus mengembangkan serta meningkatkan kualitas dalam segala aspek pengelolaan pendidikan, yaitu pengelolaan peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, keuangan, serta hubungan sekolah dan masyarakat. Rendahnya mutu pendidikan masih menjadi masalah dalam pendidikan di Indonesia karena belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilaksanakan terutama oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti peningkatan kualitas guru, penyebaran buku dan alat pelajaran, pengembangan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana peningkatan kualitas pembelajaran, namun upaya-upaya yang dilakukan relatif lebih lambat dibanding dengan tuntutan mutu pendidikan yang terus berubah dan berkembang (Suardika, 2014: 2).

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas pendidikan, maka pemerintah terus berupaya mewujudkan hal tersebut, salah satu cara yang

dilakukan yaitu melalui akreditasi sekolah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bagian Penjelasan dinyatakan bahwa

“salah satu strategi pembangunan nasional melalui evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan”. Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas bahwa akreditasi harus bersifat memberdayakan dan memberikan dampak bagi pembangunan pendidikan di Indonesia menuju pendidikan yang lebih baik

(2)

dan bermutu. Adanya akreditasi sekolah dapat memetakan mutu pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan serta menjadi acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan sekolah/madrasah (Pedoman Akreditasi BAN-SM, 2014: 8). Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal sistem pendidikan yang mana ruang lingkup atau komponen-

komponenya harus dipenuhi oleh sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan.

Ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat 1 meliputi:

“(1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan”.

Sekolah yang mampu memenuhi Standar Nasional Pendidikan bahkan bisa melampaui tentu akan memperoleh akreditasi yang baik, karena komponen Standar Nasional Pendidikan menjadi penilaian terhadap mutu atau layanan yang diberikan oleh sekolah. Melalui akreditasi sekolah dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja sekolah yang sebenarnya sebagai pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Adanya akreditasi sekolah akan membuat sekolah berupaya untuk terus mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kenyataannya dalam melakukan akreditasi sekolah tidak berjalan dengan mudah, banyak permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang sering terjadi yaitu persiapan yang dilakukan oleh sekolah terburu-buru, bukti fisik yang belum cukup, keterlambatan dalam mengungah data Evaluasi Diri Sekolah (EDS), adanya sekolah yang tidak jujur dalam melakukan pengisian data, panduan yang belum lengkap, sekolah tidak memiliki waktu untuk melakukan Evaluasi Diri Sekolah karena menganggap sebagai beban, kurangnya koordinasi atau komunikasi antar individu maupun tim. Menurut Hendarman (2014: 80) permasalahan yang terjadi dalam melakukan akreditasi sekolah yaitu pada aspek konsep, instrumen, infrastruktur, administrasi, dan sumber daya manusi. Hal ini sesuai dalam Harian Analisa yang menyebutkan “sekolah tidak mengurus akreditasi secepatnya dan hampir semua daerah mengalami masalah yang sama termasuk sekolah-sekolah favorit, hal ini dikarenakan kepala sekolah tidak peduli

(3)

pada akreditasi sekolah padahal ini berpengaruh pada nama baik sekolah” (Amal, 2016). Hasil akreditasi sekolah dari harian Kompas menunjukkan bahwa:

“ Hingga tahun 2012 terdapat 64.047 sekolah/madrasah yang belum terakreditasi. Dari 326.004 total sekolah/madrasah (265.794 sekolah dan 60.210 madrasah), sebanyak 261.977 sekolah/madrasah telah terakreditasi. Tahun 2008-2012 menunjukkan peringkat C lebih dari 50 persen sekolah dasar di Papua, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, Sulawesi Barat, dan Sumatera Selatan. Peringkat C mempunyai titik lemah di sektor tenaga pendidik dan kependidikan, standar kelulusan, dan sarana-prasarana” (Luk, 2013).

Berdasarkan permasalahan-permasalahan dan analisis hasil akreditasi sekolah tersebut, dapat diketahui bahwa munculnya permasalahan dikarenakan sekolah tidak melakukan persiapan dalam melakukan akreditasi dengan matang dan baik. Sekolah seharusnya melakukan persiapan dengan matang dan tidak menanggap remeh terhadap akreditasi sekolah. Hasil akreditasi yang diperoleh oleh sekolah bisa menjadi salah satu indikator kualitas atau penjaminan mutu (quality assurance) serta pengendalian mutu (quality control) oleh sekolah, karena sekolah yang melakukan pengendalian mutu dapat memberikan layanan yang maksimal dan melebihi dari standar yang ditentukan. Pengendalian mutu

merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terintergasi dalam sistem pedidikan yang dimulai pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

evaluasi. Sekolah yang melakukan pengendalian mutu akan selalu berupaya untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk dapat memberikan jaminan mutu sehingga menjadi sekolah yang unggul. Sekolah yang mampu meraih hasil akreditasi yang baik yaitu terakreditasi A, dapat dikatakan sebagai sekolah unggul karena sekolah berupaya untuk dapat memberikan layanan yang berkualitas dengan menggunakan strategi dalam penjaminan mutu, pengendalian mutu, serta dapat menciptakan komitmen baik pihak internal sekolah maupun pihak eksternal sekolah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, salah satu sekolah di Kota Malang yang terkreditasi A yaitu SD Negeri Ketawanggede. SD Negeri Ketawanggede

merupakan sekolah yang di re-group pada tahun 2013 berdasarkan SK Perubahan 188.45/46/37.73.112/2013 tentang Re-grouping SD Negeri Ketawanggede I dan II

(4)

menjadi SD Negeri Ketawanggede. SD Negeri Ketawanggede memiliki nilai akreditasi A dengan tahun akreditasi 2012. Tahun 2017 SD Negeri Ketawanggede akan melakukan akreditasi yang baru, karena masa berlaku akreditasi selama lima tahun. Hasil akreditasi A yang diperoleh oleh SD Negeri Ketawanggede

mengindikasikan bahwa sekolah melakukan persiapan yang matang dan mampu memenuhi komponen Standar Nasional Pendidikan yang menjadi penilaian.

Sekolah juga mampu melebihi dari Standar Nasional Pendidikan, hal ini bisa dilihat dari penghargaan serta pencapaian yang telah diraih oleh SD Negeri Ketawanggede yaitu menjadi sekolah adiwiyata, pemenang ke-3 Malang Green School Festival, prestasi yang diraih oleh siswa baik prestasi akademik maupun non-akademik serta prestasi yang diraih oleh kepala sekolah yang menjadi juara 1 kinerja kepala sekolah se-kota Malang. Sekolah juga berupaya memberikan nilai plus yang melebihi dari Standar Nasional Pendidikan melalui kerjasama tingkat internasional. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala SD Negeri Ketawanggede.

…. Kita bisa mengembangkan lagi kerjasama dengan dunia internasional bisa saja seperti itu. Ini masih dalam rangka kesana SDN Ketawanggede juga berupaya maksimal untuk bisa menjalin kerjasama dengan luar negeri. Kemarin sudah kita coba mengirimkan file itu, kita tunggu dulu tanggapan dari sana itu seperti apa. Karena sekarang masanya internet sudah mudah dijangkau, web sudah kita sediakan sehingga untuk akses keluar negeri sudah bisa memenuhi (W/KS/7.4.2017).

Pencapaian yang telah diraih oleh SD Negeri Ketawanggede tersebut khususnya keberhasilan dalam meraih akreditasi A tentu dengan persiapan yang matang, apalagi pada tahun 2017 akan mempersiapan akreditasi baru dibawah kepemimpinan kepala sekolah yang baru juga. Sekolah tentu akan berupaya untuk memenuhi bahkan melampaui Standar Nasional Pendidikan agar dapat menjamin serta mengendalikan mutu sekolah, sehingga dapat menjadi sekolah yang unggul.

Pengelolaan persiapan akreditasi sekolah dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak sekolah baik pihak internal sekolah maupun eksternal. Pihak yang terlibat yaitu kepala sekolah, guru yang kemudian dibagi menjadi tim delapan standar, komite sekolah, pengawas sekolah, paguyuban sekolah dan siswa. Keterlibatan siswa merupakan keunikan dari pengelolaan persiapan akreditasi sekolah yang

(5)

dilakukan oleh SD Negeri Ketawanggede. Keterlibatan siswa disini yaitu diajak untuk me-mapping kebutuhan sekolah sehingga akan memunculkan ide-ide kreatif dalam pengembangan sekolah. Siswa dibentuk menjadi tim pengembang isu yang mana dibekali dengan denah sekolah yang kemudian akan memunculkan potensi sekolah, kelemahan sekolah sehingga dapat diketahui solusi dari kelemahan sekolah tersebut.

Sekolah menganggap akreditasi bukan hanya sebatas hasil tetapi proses dalam mencapainya karena akreditasi sekolah meliputi keseluruhan komponen yang harus dilaksanakan, sehingga dapat terus meningkatkan mutu sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala SD Negeri Ketawanggede ketika peneliti melakukan studi pendahuluan.

Memang pada saat-saat tertentu kadang kita merasa kesulitan karena target waktu kita dan proses pembelajaran, dalam proses manajerial, dan lain-lain itu banyak kendala. Dengan jadwal yang padat kita jauh-jauh hari sudah mempersiapkannya, paling tidak satu tahun sebelumnya kita sudah siap-siap, karena menyadari kita akan akreditasi, sehingga semua stakeholders yang terkait persiapan akreditasi itu masing-masing mempunyai komitmen untuk mencapai hasil akreditasi yang maksimal. Sangat penting kita persiapkan, dikarenakan kalau kita tidak mempersiapkan jauh- jauh hari akan tidak bisa tercapai apa yang kita inginkan, karena akreditasi sekolah meliputi kegiatan secara keseluruhan yang harus kita laksanakan (W/KS/7.4.2017).

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji persiapan akreditasi sekolah yang dilakukan oleh SD Negeri Ketawanggede karena menurut anggapan peneliti lembaga pendidikan tersebut telah melakukan persiapan yang matang dalam menghadapi akreditasi sekolah melalui hasil akreditasi yang telah diperoleh dengan memenuhi dan melampaui Standar Nasional Pendidikan, sehingga peneliti ingin mengambil judul penelitian “Pengelolaan Persiapan Akreditasi Sekolah Studi Kasus Di SD Negeri Ketawanggede Malang”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian konteks penelitian, maka fokus penelitian dari judul penelitian ini meliputi:

(6)

1. Bagaimana proses pembentukan tim akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede?

2. Bagaimana pelaksanaan pengisian borang akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede?

3. Bagaimana quality control dari proses dan hasil belajar di SD Negeri Ketawanggede?

4. Bagaimana pengembangan hasil akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede?

5. Apa saja hambatan dalam persiapan akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Mendeskripsikan proses pembentukan tim akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pengisian borang akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede.

3. Mendeskripsikan quality control dari proses dan hasil belajar di SD Negeri Ketawanggede.

4. Mendeskripsikan pengembangan hasil akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede.

5. Mendeskripsikan hambatan dalam pengelolaan persiapan akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

(7)

1. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan acuan sebagai bahan untuk

mengembangkan sekolah terkait dengan pengelolaan persiapan akreditasi sekolah, agar dapat melakukan perbaikan dan peningkatan mutu sekolah.

2. Bagi guru, dapat dijadikan acuan dalam mendukung pengelolaan persiapan akreditasi sekolah, agar memberi dorongan untuk meningkatkan diri dan memberikan layanan bagi peserta didik untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu sekolah.

3. Bagi mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan, dapat dijadikan referensi dalam mengkaji akreditasi sekolah terkait dengan pengelolaan persiapan.

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan tugas mata kuliah maupun karya tulis yang berkaitan dengan pengelolaan persiapan akreditasi sekolah.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah memudahkan pembaca dalam memahami proposal penelitian, yang meliputi:

1. Pengelolaan adalah pemanfaatan dan pengendalian atas semua sumber daya yang diperlukan dalam mencapai tujuan kegiatan secara efektif dan efisien.

2. Persiapan adalah mengatur segala sesuatu secara tepat sebelum suatu kegiatan dilakukan yang akan menentukan keefektifan dan keberhasilan suatu kegiatan.

Persiapan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.

3. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian sekolah yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional secara sistematis dan komprehensif untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah. Akreditasi sekolah mencakup seluruh aspek manajemen di sekolah seperti pengelolaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pembiayaan, kepegawaian, proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Hasil dari penilaian yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah berupa status akreditasi yaitu A, B, C atau tidak terakreditasi.

4. Mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam mengelola pegawai, peserta didik, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, keuangan, dan hubungan dengan masyarakat yang dilakukan secara efektif dan efisien

(8)

sehinggan menghasilkan nilai tambah terhadap komponen-komponen tersebut sesuai dengan standar yang berlaku dan memenuhi kebutuhan dari

stakeholders. Mutu pendidikan meliputi masukan (input), pemrosesan (processing), keluaran (output), dan hasil (outcome).

F. Kajian Pustaka 1. Akreditasi Sekolah

Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian sekolah yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional secara sistematis dan komprehensif untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah yang mencakup seluruh aspek manajemen di sekolah seperti pengelolaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pembiayaan, kepegawaian, proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Hasil dari penilaian yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah berupa status akreditasi yaitu A, B, C atau tidak terakreditasi. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 60 ayat 1 akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur

pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Menurut Pedoman Akreditasi BAN-SM (2014: 5) akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akreditasi sekolah merupakan penilain terhadap satuan pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh pada segala aspek atau komponen pendidikan, dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui kelayakan baik dari satuan pendidikan tersebut maupun program pendidikannya.

Kelayakan program atau satuan pendidikan mengacu pada SNP (Standar Nasional Pendidikan) yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan untuk memetakan secara utuh mutu dari lembaga pendidikan. Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk menjamin, sedangkan

(9)

fungsi dari Standar Nasional Pendidikan sebagai dasar dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Ruang lingkup SNP berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat 1 meliputi: “(1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian

pendidikan”.

Proses akreditasi sekolah dilakukan secara terbuka dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan program dan satuan pendidikan agar mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan secara nasional. Akreditasi sekolah bertujuan untuk: (1) memberikan infromasi tentang kelayakan sekolah atau program yang dilaksanakan berdasarkan SNP; (2) memberikan pengakuan peringkat kelayakan; (3) memetakan mutu pendidikan berdasarkan SNP, sedangkan manfaat adanya akreditasi sekolah adalah: (1) acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan sekolah; (2) umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program sekolah; (3) motivator agar sekolah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif. Pelaksanaan akreditasi sekolah harus berdasarkan prinsip-prinsip pelaksanaan akreditasi yaitu: objektif, komprehensif, adil,

transparan, akuntabel, dan profesional (Pedoman Akreditasi BAN-SM, 2014: 8).

Melalui kegiatan akreditasi diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi perkembangan pendidikan dan memberikan arahan untuk melakukan penjaminan mutu sekolah yang berkelanjutan, serta terus menerus berusaha mencapai mutu yang diharapkan.

2. Sekolah Unggul

Sekolah unggul merupakan sekolah yang melakukan upaya dalam

pemberdayaan sekolah untuk dapat memberikan layanan yang berkualitas dengan menggunakan strategi dalam penjaminan mutu, pengendalian mutu, serta dapat

(10)

menciptakan komitmen baik pihak internal sekolah maupun pihak eksternal sekolah yang dilakukan secara efektif dan efisien. Konsep sekolah unggul dikemukakan oleh Edward dalam Fattah (2013: 113) teorinya dikenal sebagai teori effective school, konsep ini menekankan pentingnya pemimpin yang tangguh dalam mengelola sekolah. Sekolah unggul adalah sekolah yang efektif

menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi pengembangan kesempatan belajar, strategi pengendalian mutu (quality control), strategi kepemimpinan, pengetahuan dan informasi secara efisien. Sekolah unggul

memberi penekanan pada kemandirian dan kreativitas sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan. Sekolah unggul memerlukan upaya

pemberdayaan sekolah untuk meningkatkan kegiatannya dalam menyampaikan pelayanan yang bermutu kepada peserta didik.

Beberapa indikator menurut Fattah (2013: 114) yang menunjukkan sekolah berpenampilan unggul yaitu sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi atau mutu yang tinggi, semua personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi untuk berprestasi, adanya program pengadaan staf sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya pengendalian mutu yang dilakukan secara terus menerus (quality control), adanya perbaikan mutu yang berkelanjutan (continous quality improvement), serta adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua peserta didik dan masyarakat. Menurut Sani (2015: 1) ukuran sekolah yang bermutu dari kacamata pengguna atau penerima manfaat, pada umumnya sebagai berikut:

(a) Sekolah memiliki akreditasi A; (b) lulusan diterima di sekolah terbaik; (c) guru yang profesional, ditunjukkan dengan hasil; (c) Uji Kompetensi Guru (UKG) dan kinerja guru baik; (d) hasil Ujian Nasional (UN) baik; (e) peserta didik memiliki prestasi dalam berbagai kompetensi; (f) peserta didik memliki karakter yang baik.

Sedangkan dalam kacamata pemerintah, sekolah yang bermutu harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai berikut:

(a) Lulusan yang cerdas komprehensif; (b) kurikulum yang dinamis sesuai kebutuhan zaman; (c) proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan mengembangkan kreativitas siswa; (d) proses pembelajaran dilengkapi dengan sistem penilaian dan evaluasi

(11)

pendidikan yang andal, sahih, dan memenuhi prinsip-prinsip penilaian; (e) guru dan tenaga kependidikan yang profesional, berpengalaman, dan dapat menjadi teladan; (f) sarana dan prasarana yang digunakan lengkap dan sesuai dengan kearifan lokal; (g) sistem manajemen yang akurat dan andal; (h) pembiayaan yang efektif dan efisien.

Menurut Fattah (2013: 115) perlu adanya manajemen untuk dapat menciptakan sekolah unggul, ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip manajemen sekolah unggul, yaitu:

a. Perhatian harus ditekankan terhadap proses dengan terus- menerus/berkelanjutan dalam peningkatan mutu;

b. Mutu harus ditekankan oleh pengguna (customer);

c. Prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi sekolah bukan pemaksaan aturan;

d. Sekolah harus meghasilkan siswa yang berkepribadian, memiliki skill, dan kematangan emosional.

Pengembangan konsep sekolah unggul di desan untuk dapat meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan.

Perubahan mendasar yaitu bagaimana cara personel sekolah memahami sekolah unggul dan memiliki penampilan yang berubah melalui kerangka kerja. Oleh karena itu, untuk menuju sekolah unggul diperlukan adanya komitmen yang terkoordinasi dari setiap personel mulai dari kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah untuk dapat menciptakan satu sistem yang saling memperkuat, mengukuhan dalam membangun sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan sharing informasi.

3. Quality Assurance (Penjaminan Mutu)

Penjaminan mutu adalah kegiatan yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dari seluruh komponen, penjaminan mutu lebih berorientasi pada proses bukan hasil. Penjaminan mutu sebagaimana tersurat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, merupakan kegiatan yang sistemik dan terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa. Kegiatan yang sistemik dan terpadu

(12)

tersebut dilakukan oleh satuan pendidikan, penyelenggara satuan pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, masyarakat dan melibatkan dunia usaha.

Menurut Yakub (2014: 109) program pemantauan, evaluasi, dan koreksi sebagai penyempurnaan atau peningkatan secara terus menerus terhadap aspek pendidikan (pengelolaan, kepemimpinan, proses, sarana dan prasarana) pada standar yang ditetapkan. Melalui penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga pihak-pihak pengguna jasa dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan.

Penjaminan mutu (quality assurance) bermanfaat bagi sekolah karena: (1) memperjelas visi, misi, dan tujuan sekolah pada pemangku kepentingan

(stakeholders); (2) memungkinkan semua yang berkepentingan untuk memikirkan sistem yang tepat untuk sekolah; (3) memperjelas siapa yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugas; (4) memiliki orientasi untuk pencapaian standar yang ditetapkan; (5) tersedia sistem untuk mengecek apakah proses berjalan sesuai dengan rencan; dah (6) ada tindakan koreksi jika ditemukan kesalahan (Sani, 2015: 151). Penjaminan mutu di sekolah dapat memberikan informasi, karena merupakan umpan balik bagi sekolah dan jaminan bagi orang tua peserta didik bahwa sekolah memberikan pelayanan yang terbaik bagi peserta didiknya.

Syafruddin dalam Mas (2013: 135) menyatakan jaminan mutu akan tercapai apabila mencakup tiga mutu terpadu yaitu every process, every job, dan every person. Misalnya, mutu penyelenggaraan proses pembelajaran dilihat dari unsur-unsurnya sebagai indikator mutu antara lain, tenaga pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, produktivitas kinerja, dan mutu lulusan. Pengukuran ketercapaian mutu dapat dilakukan melalui: (1) Evaluasi Diri Sekolah (EDS); (2) Monitoring satuan/program pendidikan oleh pemerintah daerah; (3) Akreditasi;

(4) Sertifikasi; (5) Ujian Nasional; dan (6) Pengumpulan data padati (Fattah, 2013: 28).

Salah satu cara yang harus dilaksanakan adalah peningkatan mutu pendidikan yang dilandasi dengan kegiatan penjaminan mutu yang dapat dipercaya. Tahapan penjaminan mutu dimulai dari penetapan standar mutu, pemenuhan standar, pengukuran dan evaluasi dengan cara pengumpulan data dan

(13)

analisis, perbaikan dan pengembangan standar dalam peningkatan mutu yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal, Standar Nasional Pendidikan dan Standar Mutu Pendidikan yang melampaui Standar Nasional Pendidikan (Fattah, 2013: 6). Menurut Freeman dalam Sani (2015: 152) beberapa metode perlu dilakukan dalam penjaminan mutu sebagai berikut:

1) Metode untuk melihat pencapaian atau pemenuhan standar;

2) Metode untuk memperbaiki kesalahan;

3) Metode untuk mengubah sistem jika tidak sesuai dengan kondisi terkini.

Penjaminan mutu sangat penting dilakukan oleh sekolah karena dapat menentukan proses pendidikan apakah telah berlangsung sebagaimana seharusnya, dengan demikian penyimpangan yang terjadi pada proses dapat dideteksi sehingga dapat dievaluasi dan diperbaiki secara berkesinambungan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2009: 4).

Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena sesuai dengan tema yang dipilih, dimana menggali informasi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan fenomena secara menyeluruh dan mendalam yang terjadi di lokasi penelitian.

Fenomena atau masalah yang diteliti lebih banyak mencakup proses yang

memerlukan pengamatan mendalam dan utuh. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas jika diamati dengan menekankan pada segi proses. Penelitian kualitatif lebih mengarah pada proses daripada hasil (Ulfatin, 2015: 29).

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus, karena dalam melakukan penelitian, memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci serta mengalami hal yang luas rentangannya dalam menggali informasi kepada informan (Ulfatin, 2015: 25). Studi kasus dalam penelitian kualitatif, dipandang sebagai metode sekaligus sebagai suatu rancangan untuk

(14)

mengumpulkan informasi yang memadai tentang fakta-fakta atau kelompok yang sengaja diteliti untuk dipahami. Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena ingin menemukan atau memperdalam suatu informasi yang berkaitan dengan pengelolaan akreditasi sekolah di SD Negeri Ketawanggede.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif memiliki peran yang sangat penting, karena peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci karena secara langsung terlibat dan melakukan interaksi dengan subjek penelitian di lapangan. Peneliti dikatakan sebagai intrumen penelitian karena bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisa data, dan pelapor hasil penelititan. Peneliti merupakan kunci keberhasilan dari penelitian, sehingga dibutuhkan penghayatan secara total dari peneliti, seperti aktif berperan serta di tempat penelitian melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan mendokumentasikannya sebagai bukti yang memperkuat hasil penelitian nantinya (Hutomo dalam Bungin, 2001: 56).

Peneliti hadir di SD Negeri Ketawanggede secara langsung untuk melakukan kegiatan wawancara dan meminta dokumen yang diperlukan untuk dianalisis, serta melakukan dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan

persiapan akreditasi di sekolah. Kehadiran peneliti ke sekolah dilakukan pada hari efektif. Hal ini dikarenakan persiapan akreditasi sekolah yang menjadi fokus penelitian lebih banyak dilakukan pada hari efektif, sehingga peneliti bisa melakukan penelitian secara menyeluruh dan mendalam. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Oktober. Berikut merupakan tabel kehadiran peneliti dalam penelitian ini:

Tabel 1. Rekap Kehadiran Peneliti di SD Negeri Ketawanggede

No Hari/tanggal Kegiatan

1. 27 Februari 2017 Peneliti meninjau lokasi penelitian dan meminta izin melakukan penelitian di SD Negeri

Ketawanggede

2. 06 Maret 2017 Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah

3. 25 Maret 2017 Peneliti meninjau lokasi dan melakukan

(15)

dokumentasi

4. 07 April 2017 Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian di SD Negeri Ketawanggede

No Bulan Kegiatan

1. Mei 2017 Peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi mengenai proses pembentukan tim akreditasi sekolah

2. Juni 2017 Peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi mengenai pelaksanaan pengisian borang akreditasi sekolah

3. Juli 2017 Peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi mengenai quality control dari proses dan hasil belajar di sekolah

4. Agustus 2017 Peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi mengenai pengembangan hasil akreditasi sekolah

5. September 2017 Peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi mengenai hambatan dalam persiapan akreditasi sekolah

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ketawanggede yang beralamat di Jalan Kerto Leksono No. 93 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.SD Negeri Ketawanggede berdiri pada tahun 1981, pada awalnya berdirinya terdapat SD Negeri Ketawanggede I dan SD Negeri Ketawanggede II. Pada tahun 2013 sesuai dengan SK 188.45/46/37.73.112/2013 kedua sekolah tersebut di re-group menjadi SD Negeri Ketawanggede dengan akreditasi A, yang mana tahun akreditasi yaitu 2012.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena SD Negeri Ketawanggede melakukan pengelolaan persiapan akreditasi dengan matang, dapat dilihat melalui hasil akreditasi A yang diperloleh sekolah serta upaya meningkatkan kualitas atau mutu sehingga bisa memberikan nilai tambah yang melampaui Standar Nasional Pendidikan, hasilnya dapat dilihat dari prestasi akademik maupun non akademik

(16)

siswa, prestasi kepala sekolah, dan prestasi sekolah dibawah kepemimpinan kepala sekolah yang baru setelah dilakukan re-grouping. Persiapan yang matang juga dapat dilihat dengan adanya keterlibatan pihak internal dan eksternal sekolah dalam persiapan akreditasi. Siswa juga diberikan bagian atau peran dalam

persiapan akreditasi sekolah melalui tim pengembang isu.

Gambar 1. Denah Lokasi SD Negeri Ketawanggede

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari fakta yang berupa kata-kata dan tindakan yang merupakan data primer atau utama dengan tambahan data berupa dokumen, catatan, foto atau gambar sebagai data sekunder yang dapat mendukung terselesaikannya penelitian ini. Data primer yang berupa kata-kata dan tindakan didapat peneliti melalui wawancara atau pengamatan dengan kegiatan bertanya, mendengar dan melihat. Pemberi data atau informasi baik dengan wawancara maupun pengamatan merupakan informan penelitian (Ulfatin, 2015: 181).

Informan yang dipilih merupakan seseorang yang memiliki banyak informasi

(17)

mengenai situasi atau keadaan yang terjadi sesuai dengan fokus penelitian.

Informan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1) Kepala sekolah 2) Guru

3) Peserta didik

4) Orang tua peserta didik

5. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui beberapa teknik untuk mencapai tujuan penelitian, teknik tersebut yaitu:

a. Wawancara

Teknik wawancara bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada informan. Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari objek melalui teknik wawancara bergantung pada kemampuan peneliti sendiri dalam melakukan wawancara. Menurut

Sarwono (2006: 225) hal yang perlu dilakukan oleh peniliti agar proses wawancaranya berhasil adalah kemauan mendengar dengan sabar, dapat

melakukan interaksi dengan orang lain secara baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik, dan mampu mengolaborasi apa yang sedang ditanyakan apabila informan belum cukup memberikan informasi yang diharapkan.

Peneliti melakukan kegiatan tanya jawab dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur, karena sebelum melakukan wawancara peneliti menentukan dan merancang topik- topik pertanyaan yang mengarah pada fokus penelitian (wawancara terstruktur), kemudian pada bagian-bagian tertentu ketika peneliti tidak dapat mengetahui tentang fenomena yang ditanyakan, informan bisa menyampaikan seluruh informasi yang diketahuinya (tidak terstruktur). Kombinasi penggunaan dalam bentuk semi terstruktur bisa dilakukan secara silih berganti, bersamaan, bahkan silih berganti dan bersamaan pula dengan teknik yang lainnya (Ulfatin, 2015:

193).

(18)

Peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan, terkadang peneliti juga bertanya di luar pertanyaan yang telah disiapkan. Pertanyaan ini akan muncul ketika jawaban dari informan kurang sesuai dengan yang diinginkan atau keluar dari topik pembahasan dan adanya fenomena baru yang berasal dari informan.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti karena ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai fokus penelitian. Informan dalam wawancara ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Peneliti menggunakan smartphone Asus Zenfone Go untuk merekam hasil wawancara.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk dapat melengkapi data yang diperloleh melalui teknik wawancara. Menurut Arikunto (2010: 274) dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.

Dokumen merupakan data yang menggambarkan kejadian pada masa lampau atau yang telah terjadi. Dokumen yang dipergunakan sebagai data pendukung dapat berupa tulisan maupun gambar.

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi dengan cara mencari fakta dan bukti dengan mencatat data yang sudah ada sesuai fokus penelitian. Peneliti akan mendokumentasikan dan mengumpulkan semua bukti pendukung baik berupa dokumen, foto dan gambar. Dokumentasi digunakan sebagai pembanding antara informasi yang diperoleh melalui wawancara, sehingga kebenaran data benar- benar dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen yang telah diperoleh oleh peneliti diperiksa secara sistemik bentuk komunikasinya yang kemudian dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen yang objektif. Peneliti menggunakan smartphone Asus Zenfone Go untuk merekam data dari dokumentasi.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses sistematis dalam mengumpulkan data yang diperoleh selama melakukan penelitian di

(19)

Data Colection

Conclusion Drawing and

Verifying Data

Reduction

Data Display

lapangan untuk membuat kesimpulan. Menurut Ulfatin (2015: 241) “analisis data merupakan proses sistematis untuk mencari dan mengatur transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain untuk menemukan apa yang penting dilaporkan kepada orang lain sebagai temuan penelitian”. Penarikan kesimpulan berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan sebelumnya dengan membentuk pola dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses, kemudian ditarik

implikasinya kedalam sebuah kebijakan, rekomendasi dan tindak lanjut.

Peneliti melakukan analisis data pada saat pengumpulan data yaitu ketika peneliti berada di lapangan dan setelah pengumpulan data di lapangan, namun analisis data difokuskan setelah pengumpulan data di lapangan. Peneliti menggunakan proses analisis data dari Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Tahap-tahap analisis data dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.

Proses Analisis Data (Sumber: Ulfatin, 2015: 257)

Tahap analisis data dilakukan peneliti setelah pengumpulan data di lapangan. Penelit melakukan analisis data sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2011: 246), tahap-tahap tersebut yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah memilih temuan yang pokok dan sesuai dengan fokus penelitian, hasil temuan berasal dari semua teknik pengumpulan

(20)

data yang digunakan oleh peneliti. Pelaksanaan reduksi data terdiri dari tiga tahap.

Tahap pertama yaitu membuat catatan tentang hasil temuan penelitian sesuai dengan fakta yang ada. Tahap kedua yaitu meringkas dan memilih temuan penelitian sesuai dengan fokus penelitian. Tahap ketiga yaitu pembuatan kode pada ringkasan hasil temuan pada penelitian. Pemberian kode tersebut peneliti menggunakan dasar teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara dengan kode (W), observasi/pengamatan dengan kode (O), dan dokumentasi dengan kode (D).

b. Display Data (Penyajian Data)

Display data adalah penyajian hasil reduksi data dalam bentuk narasi singkat, bagan, serta tabel atau flowchart untuk menjabarkan proses. Tujuan display data adalah agar hasil reduksi data lebih terorganisir dan dapat memudahkan peneliti dalam memahami hasil temuan.

c. Verifikasi Data

Langkah terakhir dalam analisis data adalah verifikasi data dari display data yang telah dibuat kepada informan, selain itu peneliti juga membandingkan hasil display data dengan sumber data lain yang akurat. Hal ini dilakukan agar peneliti benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai dengan fakta yang ada, serta peneliti dapat menjawab semua fokus penelitian, setelah verifikasi data selesai maka peneliti dapat menyimpulkan hasil temuan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menguji tingkat kebenaran data yang diteliti diperlukan pengecekan keabsahan data, karena peneliti harus mempu mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya di lapangan. Menurut Ulfatin (2015: 277) terdapat empat kriteria keabsahan data yang dilakukan dengan mengecek/menguji dalam penelitian kualitatif, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (confirmability).

Adapun upaya peneliti dalam memperoleh keabsahan data hasil temuan di SD Negeri Ketawanggede yaitu menggunakan cara uji kredibilitas melalui teknik- teknik sebagai berikut:

(21)

a. Trianggulasi

Trianggulasi dalam uji kredibilitas diartikan sebagai pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data dengan menggunakan banyak sumber data, banyak metode/teknik pengumpulan untuk konfirmasi data, banyak waktu, dan banyak penyidik/investigator (Ulfatin, 2015: 278). Trianggulasi merupakan cara yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan/pengecekan data yang berguna untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan pandangan pada saat pengumpulan data dan hubungan dari berbagai pandangan.

Peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan teknik. Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik informasi atau data yang diperoleh dari sumber/informan yang berbeda. Peneliti menanyakan fokus penelitian mengenai akreditasi sekolah kepada informan pertama kemudian menanyakan pertanyaan yang sama kepada informan yang selanjutnya untuk memperoleh informasi atau data yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Trianggulasi teknik/metode dilakukan dengan membandingkan dan

mengecek balik informasi atau data yang diperoleh dari metode pengumpulan data yang berbeda-beda. Trianggulasi teknik/metode ini membandingkan dan

mengecek balik informasi atau data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. Hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti dari informan mengenai fokus penelitian kemudian mengecek bukti berupa dokumen yang mendukung.

b. Perpanjangan Waktu Pengamatan

Penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, hal ini dikarenakan peneliti harus bisa menjadi bagian subjek yang diteliti sehingga diperlukan waktu yang relatif lama untuk beradaptasi membangun kedekatan dengan subjek penelitian. Lama waktu penelitian tidak ada ketentuan dan tidak dapat diprediksi secara pasti oleh peneliti karena tergantung pada beberapa hal seperti kondisi dan situasi subjek, kemampuan peneliti dalam membangun keakraban dengan subjek, dan kedalaman fokus penelitian. Semakin lama waktu pengamatan, maka dapat diasumsikan semakin dalam dan semakin banyak data yang dikumpulkan (Ulfatin, 2015: 280).

(22)

c. Meningkatkan Ketekunan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih teliti, cermat, dan

berkesinambungan dengan menemukan unsur yang mendukung persoalan atau isu yang sedang diteliti, kemudian peneliti memusatkan pada persoalan tersebut secara mendalam untuk dapat menyimpulkan. Peneliti melakukan penelitian secara mendalam dan rinci yang berkaitan dengan fokus penelitian. Bukti bahwa peneliti melakukan ketekunan pengamatan antara lain, daapat ditunjukkan dengan seberapa banyak, rinci, dan sistematis urutan peristiwa yang diamati (Ulfatin, 2015: 281).

d. Kecukupan Bahan Referensi

Bahan referensi yang diperoleh oleh peneliti yaitu transkrip wawancara, foto, dan dokumen resmi. Peneliti juga menggunakan alat bantu elektronik untuk merekam informasi yang didapatkan dari informan, terutama pada saat melakukan wawancara dan dokumentasi kegiatan pada saat penelitian. Jurnal dan artikel yang relevan dengan tema penelitian ini akan digunakan oleh peneliti untuk mendukung hasil temuan penelitian. Peneliti juga menggunakan alat bantu elektronik untuk merekam informasi yang didapatkan dari informan, terutama pada saat melakukan wawancara. Bahan-bahan referensi dan alat bantu wawancara dapat dijadikan bukti keabsahan data yang diperoleh.

8. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian, adapun tahapan tersebut sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Peneliti sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian, terlebih dahulu harus mengurus hal-hal yang terkait dengan administrasi seperti membuat surat izin observasi di fakultas. Peneliti memberikan surat izin yang telah diproses dari fakultas kepada TU SD Negeri Ketawanggede untuk memperoleh izin melakukan penelitian.

b. Tahap Pendahuluan

(23)

Pada tahap pendahuluan peneliti melakukan penjajakan di SD Negeri Ketawanggede sebagai lokasi penelitian. Penjajakan ini dilakukan untuk melihat gambaran secara umum mengenai sekolah terutama pada pengelolaan persiapan akreditasi sekolah sebagai acuan untuk merumuskan fokus penelitian.

c. Tahap Penyusunan Proposal

Peneliti melakukan penyusunan proposal bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan melibatkan beberapa dosen sebagai pembimbing. Proposal yang telah selesai dibuat, kemudian peneliti mempresentasikannya dalam seminar proposal.

d. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lokasi penelitian. Tahap pelaksanaan ini meliputi kegiatan pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi langsung agar data yang diperoleh dapat sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian. Kegiatan analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan fokus penelitian, memaparkan data sesuai dengan fokus penelitian, dan mengolah paparan data dengan dukungan teori. Tujuan dilakukan analisis data ini adalah untuk menjawab fokus penelitian, kemudian menarikan kesimpulan yang diambil dari temuan penelitian dan disesuaikan dengan fokus penelitian.

e. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan setelah melakukan penelitian. Laporan penelitian dibuat secara deskriptif, naratif, dan sistematis. Data hasil penelitian adalah sumber utama dalam penyusunan laporan sehingga diperlukan data yang lengkap agar laporan yang disusun baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

(24)

DAFTAR RUJUKAN

Amal. 2016. Sekolah dengan Akreditasi Kedaluwarsa Rugikan Siswa. (Online), (http://harian.analisadaily.com/kota/news/sekolah-dengan-akreditasi- kedaluwarsa-rugikan-siswa/210923/2016/02/03), diakses 3 April 2017.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fattah, Nanang. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Luk. 2013. Masih Banyak SD Berakreditasi C. (Online),

(http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/02/04154082/Masih.Banyak.SD.

Berakreditasi.C), diakses 4 April 2017.

Hendarman. 2014. Kendala-Kendala Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. (20) 1, (Online). Program Pascasarjana. Universitas Pakuan Bogor

(http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/viewFile/134/

124), diakses 3 April 2017.

Mas, Siti Roskina. 2013. Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri. Jurnal Manajemen Pendidikan. 24 (2): 135.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(25)

Pedoman Akreditasi BAN-SM. Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah. (Online), (http://bansm.or.id), diakses 2 Desember 2016.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Universitas Gajah Mada. (Online),

(http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP19-2005SNP.pdf), diakses 2 April 2017.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. SIPMA Universitas Indonesia. (Online), (http://sipma.ui.ac.id/files/dokumen/U_SNP_SN

%20PT/SPM/PerMendiknas_63_Tahun%202009_SPM_PENDD.pdf), diakses 2 April 2017.

Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Penjaminan Mutu Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suardika. 2014. Analisis Kesiapan Pemenuhan Aspek-Aspek Akreditasi Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Gerokgak. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4 (1), (Online), Program Studi

Pendidikan Dasar, Singaraja (http://pasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_pendas/article/viewFile/1069/817), diakses 2 Desember 2016.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Ulfatin, Nurul. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Malang: Media Nusa Creative.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia.

Yakub dan Hisbanarto, Vico. 2014. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Berlandaskan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Transformasional Kepala

ABSTRAK ... Latar Belakang Masalah .... Fokus Pcnelitian ... Pe ngenian Peningkatan Mutu ... Kebijakao Pelaksanaan Akreditasi Sekolah. Dasar Konseptual .... Prosedur dan

Berdasarkan penelitian dan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang "Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Integrasi Gender Responsive Budgeting dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka peneliti merasa tertarik untu melakukan analisis dan mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti seberapa jauh “Pengaruh Program

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti “ Bagaimanakah pengaruh gaya kepemimpinan transformasional pada kinerja ; peran mediasi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan mengenai “Bagaimana kebijakan kepala sekolah Sekolah