• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

N/A
N/A
Youtube Stacen

Academic year: 2024

Membagikan "Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Teoritis

Pengeluaran Pemerintah Daerah A. Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Suparmoko (2003:12) menyatakan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen kebijakan fiskal yang bertujuan untuk laju investasi, meningkatkan kesempatan kerja, memelihara kestabilan ekonomi dan menciptakan distribusi pendapatan yang merata melalui belanja negara baik itu belanja rutin maupun belanja pembangunan. Peningkatan pengeluaran pemerintah daerah dalam investasi modal (belanja daerah) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan partisipasi publik terhadap pembangunan. Hal ini berarti dengan bertambahnya belanja daerah maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dengan semakin tingginya produktivitas masyarakat dan bertambahnya investor.

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi, yaitu :

1. Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang.

2. Pengeluaran pemerintah langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

3. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang akan datang.

(2)

4. Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyediaan kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas.

Teori-teori pengeluaran pemerintah menurut Mangkoesoebroto (2014: 169) dibedakan atas dua yaitu:

1. Teori Makro

Teori makro perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan:

 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap awal, perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Pada tahap ini pengeluaran pemerintah lebih pada untuk melengkapi sarana prasarana penunjang investasi daerah. Pengeluaran pemerintah disesuaikan dengan jumlah investasi. Semakin besar investasi swasta yang masuk maka belanja pemerintah untuk sarana prasarana akan meningkat.

Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga

(3)

menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit (complicated). Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap PDB semakin besar dan investasi pemerintah dalam persentase terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

 Teori Wagner

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semangkin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan pula pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke 19, hukum tersebut berbunyi : dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.

Teori Wagner ini memiliki kelemahan karena teori tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Wagner mendasarkan pandangan dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap

(4)

pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dari anggota masyarakat lainnya.

 Teori Peacock dan Wiseman

Teori ini adalah teori perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik.

Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar. Peacock dan Wiseman menyatakan masyarakat sebagai berikut: masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak yang menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.

Jadi dalam keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya disebabkan oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi itu. Karena itu, penerimaan pemerintah dari pajak juga mengalami peningkatan, dan pemerintah meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi semakin berkurang.

(5)

2. Teori Mikro

Mangkoesoebroto (2014:121) menyatakan Tujuan dari ekonomi mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan dan faktor-faktor mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan dari anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa faktor dibawah ini:

 Perubahan permintaan akan barang publik.

 Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik, dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

 Perubahan kualitas barang publik

 Perubahan harga-harga faktor produksi

Pengeluaran Pemerintah Menurut Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pembentukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. Perimbangan keuangan antara Pemerintah

(6)

dan Pemerintahan Daerah mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah.

Peran pemerintah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat salah satunya adalah peran alokatif, dimana pemerintah harus menyusun kebijakan untuk mengalokasikan belanja daerah pada sektor yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejehateraan masyarakat. Kebijakan tersebut dilakukan secara efektif melalui alokasi yang tepat berdasarkan klasifikasi ekonomi dalam komposisi belanja langsung dan belanja tidak langsung.

1). Pengeluaran Pemerintah Dilihat dari Belanja Tidak Langsung

Anggaran belanja tidak langsung berperan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya akan memperlancar proses pelayanan publik. Dengan pelayanan publik yang memadai, efektif dan efisien maka mobilitas ekonomi masyarakat akan meningkat sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja, bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja keuangan, belanja tidak terduga.

(7)

2). Pengeluaran Pemerintah Dilihat dari Belanja Langsung

Pengeluaran pemerintah yang dilihat dari belanja langsung adalah belanja yang digunakan oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan.

Belanja langsung ini merupakan pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik.

Pengeluaran pembangunan daerah ditujukan untuk membiayai program- proram pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil dimobilisasi. dengan sifatnya yang berkaitan langsung dengan program prioritas pemerintah, maka semakin tinggi alokasi belanja langsung maka akan meningkatkan pembangunan ekonomi suatu daerah, dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang danjasa, belanja modal.

B. Pengertian Belanja Langsung

Menurut permendagri Nomor 13 tahun 2006 belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program- program merupakan penjabaran kebijakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan mengunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulam tindakan pengerahan sumber daya yang baik

(8)

yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau ke semua jenis sumber daya tersbut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan pengeluaran (Output) dalam bentuk barang/jasa. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan suatu program atau pengeluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Belanja Langsung, meliputi:

1. Belanja Pegawai

Digunakan untuk menganggarkan belanja penghasilan pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri sipil, tambahan penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.

2. Belanja Barang dan Jasa.

Digunakan untuk menganggarkan belanja barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan.

3. Belanja Modal

Digunakan untuk menganggarkan belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12 (duabelas) bulan. Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan administrasi pembelian atau pembangunan untuk memperoleh aset dianggarkan dalam belanja pegawai dan belanja barang dan jasa.

(9)

C. Pengertian Belanja Tidak Langsung

Menurut permendagri No 13 Tahun 2006 belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegitan. Belanja Tidak Langsung, meliputi:

1. Belanja Pegawai

Digunakan untuk menganggarkan belanja penghasilan pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri sipil, tambahan penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.

2. Bunga.

Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

3. Subsidi.

Digunakan untuk menganggarkan subsidi kepada masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit, dalam rangka mendukung kemampuan daya beli masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga penerima belanja subsidi wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah.

4. Hibah.

Untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pihak-pihak tertentu yang tidak mengikat/tidak secara

(10)

terus menerus yang terlebih dahulu dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima hibah, dalam rangka peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan layanan dasar umum, peningkatan partisipasi dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.

5. Bantuan Sosial

Untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang tidak secara terus menerus/berulang dan selektif untuk memenuhi instrumen keadilan dan pemerataan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk bantuan untuk PARPOL.

6. Belanja Bagi Hasil.

Untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang dibagihasilkan kepada pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

7. Bantuan Keuangan.

Untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

(11)

8. Belanja Tak Terduga

Untuk menganggarkan belanja atas kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Investasi

Salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal. Akumulasi modal atau istilah lainnya disebut dengan investasi memiliki peran penting dalam perekonomian. Investasi dalam ekonomi makro merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat.

Investasi dalam makro ekonomi memiliki dua peran. Pertama, investasi merupakan komponen pengeluarn yang cukup besar dan tidak mudah habis, perubahan besar dalam investasi akan sangat mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja. Kedua, investasi mendorong terjadinya akumulasi modal, penambahan stok bangunan gedung dan peralatan lainnya yang akan menaikkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang. Dengan demikian, investasi sangat mempengaruhi output jangka panjang melalui dmpak pembentukan modal terhadap output potensi dan penawaran agregat.

Mankiw (2006:453) menyatakan bahwa investasi merupakan GDP yang paling sering berubah. Ketika pengeluaran atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi.

(12)

Tandelilin (2010:2) menyatakan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa datang.

Suparmoko (2009:180) menyatakan bahwa investasi merupakan penanaman modal pada suatu perusahaan dalam rangka untuk menambah barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang sudah ada supaya menambah jumlah produksi.

Sukirno (2013:121) menyatakan bahwa investasi merupakan pengeluaran modal perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan- perlengkapan produksi sebagai upaya untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Dari uraian teori diatas secara singkat investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada (net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal (capital accumulation) atau pembentukan modal (capital formation). Dengan demikian, di dalam makroekonomi pengertian investasi atau akumulasi modal itu adalah berbeda atau tidak sama dengan modal (capital). Di dalam makroekonomi, investasi biasanya dibedakan ke dalam dua jenis utama, yaitu (1) investasi tetap (fixed investment), dan (2) investasi persediaan (inventory investment), Investasi tetap kemudian dibedakan lagi ke dalam (a) investasi tetap bisnis (business fixed investment) dan (b) investasi residensial (residential investment).

1. Jenis-Jenis Investasi

Berdasarkan tingkat pendapatan nasional yang dicapai, investasi dibedakan menjadi dua, yaiu investasi autonomi dan investasi terpengaruh. Investasi autonomi

(13)

(Otonomus investment), yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Sedangkan investasi terpengaruh (Included investment), yaitu investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, artinya tingkat investasi merupakan fungsi linier dari tingkat pendapatan nasional sehingga investasi akan meningkat bila pendapatan nasional juga meningkat, namun dengan proporsi yang lebih kecil dari peningkatan pendapatan nasional itu. Jadi investasi ini bersifat endogen.

Berdasarkan Negara asal penanam modal, investasi dibagi menjadi dua macam yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (Domestic Investment) dan Penanaman Modal Asing (Foreign Investment). Menurut pasal 1 angka 2 Undang- undang Nomor 25 tahum 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Sedangkan menurut pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Arsyad (2016:456) menyatakan bahwa apabila ditelaah secara sektoral, investasi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sektor primer, sektor sekunder dan

(14)

sektor tersier. Sektor primer merupakan kumpulan dari beberapa sektor yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung, seperti: sektor pertanian, pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder tidak terlibat secara langsung dengan sumber alam tetapi menggunakan bahan-bahan dari sektor primer sebagai bahan mentah, seperti: industri tekstil, industry makanan, industry kayu dan lain sebagainya. Hasil dari sektor ini terdiri dari barang jadi dan barang setengah jadi.

Sedangkan sektor tersier tidak menghasilkan barang tetapi menyediakan perkhidmatan kepada pengguna, seperti: sektor perdagangan, sektor bangunan/

kontruksi, sektor hotel dan jasa lainnya. Kemajuan sektor primer dan sekunder juga bergantung kepada sektor tersier.

2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi

Menurut Sukirno (2013:122) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi yaitu :

a. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan

Dalam menentukan apakah kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan itu akan memperoleh keuntungan atau kerugian, para pengusaha haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan masa depan. Ramalan yang menunjukkaan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Makin baik keadaan masa depan, makin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha.

(15)

b. Suku bunga

Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi. Investasi yang direncakan akan dilaksanakan hanya apabila tingkat keuntungan yang akan diperoleh lebih besar daripada tingkat/suku bunga yang harus dibayar. Karena hanya dalam keadaan seperti ini investor akan memperoleh keuntungan.

c. Kemajuan Teknologi

Faktor ketiga yang menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan para pengusaha adalah kegiatan para pengusaha untuk menggunakan penemuan- penemuan teknologi yang baru dalam proses produksi. Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Maka makin banyak pembaharuan yang akan dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai.

d. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perubahan-Perubahannya

Terdapat kaitan yang cukup erat diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi berkecondongan untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasionaln semakin besar jumlahnya. Sebaliknya, investasi akan menjadi bertambah rendah apabila pendapatan nasional rendah, tidak berkembang dan diramalkan akan menjadi bertambah rendah. Selain itu, besarnya investasi yang akan dilakukan ditentukan pula oleh tingkat perubahan- perubahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun.

(16)

e. Keuntungan yang Diperoleh Perusahaan-Perusahaan

Salah satu faktor penting yang menentukan kegiatan investasi adalah keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Investasi yang dilakukan, disamping dibiayai oleh modal yang dipinjam dari badan keuangan dan masyarakat, dapat pula dibiayai dari tabungan yang dibuat oleh perusahaan.

Tabungan tersebut tercipta dari bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.

Tenaga Kerja

Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor produksi. Faktor produksi adalah berbagai hal yang diperlukan secara teknis untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Faktor produksi dapat berbentuk modal, mesin, sumber daya alam, dan tenaga kerja.

Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi paling penting dalam proses produksi. Sebab dalam proses produksi, manusia merupakan penggerak semua sumber-sumber produksi tersebut untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang atau jasa.

Dumairy (2010:74) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja, baik yang sedang bekerja maupun sedang mencari pekerjaan dengan batas usia minimal 15 tahun ke atas tanpa batas umum maksimal. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memiliki klasifikasi terhadap tenaga kerja berbeda-beda, terutama pada pemilihan batasan umur. pemilihan batasan umur yang berbeda terjadi karena

(17)

mengikuti situasi dan kondisi tenaga kerja pada masing-masing negara, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Indonesia sendiri memiliki batas usia kerja yaitu 15 tahun sampai 64 tahun.

Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja yang berkerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia maka akan meningkatkan total produksi pada suatu wilayah. Salah satu sasaran utama pembangunan Indonesia antara lain adalah terciptanya lapangan kerja baru yang memadai agar dapat menyerap angkatan kerja yang terus bertambah setiap tahunnya.

Kuncoro (2002:45) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang digambarkan melalui banyaknya jumlah penduduk yang sudah bekerja. Penduduk yang terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Sehingga, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan kepuasan (utillity) kepada konsumen tersebut. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang itu membantu memproduksi barang atau jasa untuk didistribusikan kepada masyarakat. Dengan kata lain, permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut

(18)

derived demand. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya , pendapatan tersebut berupa upah/gaji. sehingga pengertian permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah.

Sumarsono (2003:80) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi daya serap tenaga kerja, yaitu :

1. Kemungkinan subsitusi tenaga kerja dengan sektor produksi yang lain, misalnya modal.

2. Elastisitas permintaan tenaga terhadap barang yang dihasilkan.

3. Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.

4. Elastisitas persediaan faktor produksi pelengkap lainnya.

Pertumbuhan Ekonomi

Sukirno (2011:331) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.

Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

(19)

Arsyad (2010:120) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara. ”pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan ”pembangunan” (development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan.

Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan- kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut Adam Smith dalam teorinya, terdapat dua faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan

(20)

penduduk. Dimana dalam pertumbuhan ouput total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi bagi suatu negara, yaitu :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektorsektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi. Persamaannya adalah :

Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)

Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja Δ T = tingkat pertambahan teknologi

(21)

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y = Aeμt. Kα. L1−α………..(1) Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.

Robert Solow menyatakan bahwa dalam teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional yang ia kembangkan, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi.

c. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari

(22)

keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.

Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.

Definisi modal/kapital diperluas dengan memesukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi.

Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Suparmoko (2009:231) menyatakan bahwa pengukuran kemajuan suatu perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, yang meliputi :

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang bersifat global, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sebenarnya. Sesungguhnya

(23)

kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di Negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto (PDB) Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita atau Produk Domestik Regional Bruto Perkapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara atau daerah daripada nilai PDB atau PDRB saja. PDRB per kapita adalah jumlah PDRB suatu wilayah dibagi dengan jumlah penduduk, disebut juga sebagai PDRB rata-rata atau PDRB per kepala. Bank Dunia menggunakan angka Produk Nasional Bruto (PNB) dan bukan PDB dalam mengukur perkembangan ekonomi suatu negara yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dari factor produksi milik orang asing.

c. Pendapatan Per Jam Kerja

Pendapatan per jam kerja juga merupakan salah satu alat pengukur yang baik untuk mengukut maju tidaknya suatu perekonomian. Suatu negara atau daerah dengan pendapatan per jam lebih tinggi daripada negara atau daerah lain untuk jenis pekerjaan yang sama, dapat dikatakan negara atau daerah pertama lebih maju daripada negara atau daerah kedua.

d. Harapan Hidup Waktu Lahir

Harapan hidup waktu lahir juga dapat dipakai untuk melihat kemajuan dan kesejahteraan suatu perekonomian. Tingkat pendapatan per kapita yang tinggi akan memperoleh kualitas hidup yang baik, seperti : makan, perumahan, sandang, rekreasi dan kesehatan.

(24)

3. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Suparmoko (2009:239) menyatakan bahwa faktor-faktor pertumbuhan ekonomi terdiri dari :

a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitannya dengan peningkatan PDB suatu negara. khususnya di negara yang sedang berkembang, tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang dominan. Penduduk yang banyak akan memperbesar jumlah tenaga kerja.

Penambahan tenaga kerja ini memungkinkan suatu negara itu menambah jumlah produksi. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka akan meningkatkan produksi. Tetapi hal ini tidak berlaku sepenuhnya karena ada hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah suatu tingkat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut, produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itulah terdapat apa yang disebut dengan pengangguran tenaga kerja. Dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut.

b. Akumulasi Modal

Akumulasi modal (capital accumulation) merupakan faktor produksi yang sangat penting pula dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional atau PDB. Akumulasi modal ditingkatkan melalui investasi, sehingga semakin

(25)

tinggi investasi maka semakin besar jumlah barang modal. Semakin banyak jumlah barang modal, barang dan jasa yang dihasilkannya pun akan semakin bertambah. Meningkatnya hasil produksi barang dan jasa menandakan perekonomian mengalami pertumbuhan.

c. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam, seperti tanah, iklim, hasil hutan, hasil tambang, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran. Sumber daya alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara. Tersedianya sumber daya alam secara melimpah belum cukup bagi pertumbuhan ekonomi, yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan sebaik-baiknya. Walaupun kekayaan alam mempunyai peran yang penting, hal ini tidaklah berarti bahwa perkembangan ekonomi sangat tergantung pada banyaknya kekayaan alam suatu negara.

Perkembangan ekonomi di negara Belanda, Jepang, dan Korea Selatan membuktikan bahwa walaupun tidak mempunyai kekayaan alam yang berarti, perkembangan ekonomi negara-negara tersebut pun berkembang pesat.

d. Faktor Sosial

Setiap manusia memiliki sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain.

Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

Jika masyarakat di suatu negara memiliki sikap dan perilaku yang rajin dan giat bekerja, pantang menyerah, kreatif, inovatif, dan berbagai hal positif lainnya, maka akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

(26)

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Rudibdo dan Hadi Sasana (2017) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Investasi, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Wilayah Eks Karisidenan Semarang Pada Era Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal”. penelitian ini dilaksanakan pada periode tahun 2008-2015. Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara bersama-sama belanja langsung, tenaga kerja, belanja tidak langsung, dan investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Eks Karesidenan Semarang.

2. Bambang Muqayithu Wihda dan Dwisetia Poerwono (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di D.I. Yogyakarta”.

Penelitian ini dilaksanakan pada periode tahun 1996-2012. Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis regresi linier dengan metode OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan secara bersama-sama variabel PMDN, PMA, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di D.I.

Yogyakarta.

3. Ahmad Jaluli Rahman (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten”. Penelitian ini dilaksanakan pada

(27)

periode tahun 2010-2014. Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan secara bersama-sama investasi, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten.

4. Sayekti Suindyah (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian ini dilaksanakan pada periode tahun 2003-2010. Alat analisis yang digunakan yaitu dengan analis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan secara bersama-sama investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.

5. Mamai Maisaroh dan Havid Risyanto (2018) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Provinsi Banten”. Penelitian ini dilaksanakan pada periode tahun 2010-2015. Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan investasi, pengeluaran pemerintah, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten.

6. Bashir Olayinka Kolawole dan Sunkanmi Ayoola Odubunmi (2015) dengan judul “Government Capital Expenditure, Foreign Direct Investment, and Economic Growth Relationship in Nigeria”. Penelitian dilaksanakan dalam periode 1980-2012. Variabel indenpenden penelitian yaitu pengeluaran

(28)

modal pemerintah, investasi asing langsung. Sedangkan variabel dependen penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi. Alat analisis menggunakan beberapa teknik ekonometrik yang meliputi Ordinary Least Square (OLS), kointegrasi dan kausalitas Granger. Dapat disimpulkan bahwa kedua pengeluaran modal pemerintah dan pertumbuhan Granger dipengaruhi satu sama lain, sebagai kausalitas searah tercipta antara pertumbuhan dan FDI.

Namun, ada hubungan sebab-akibat Granger antara modal pemerintah pengeluaran dan FDI. Selanjutnya belanja modal pemerintah memiliki pengaruh positif signifikan pertumbuhan ekonomi.

7. Gulcin Tapsin (2016) dengan judul “The Relationship between Foreign Direct Investment, Export and Economic Growth In Turkey”. Penelitian dilaksanakan dalam periode 1974-2011. Variabel indenpenden penelitian yaitu investasi asing langsung dan ekspor. Sedangkan variabel dependen penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan yaitu metode pengujian kausalitas Toda dan Yamamoto (1995). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan tren dari PDB ke investasi langsung asing, dari investasi langsung asing ke ekspor, dari PDB ke ekspor dan dari ekspor ke PDB.

8. Nkiru Patricia Chude dan Daniel Izuchukwu Chude (2013) dengan judul

Impact Of Government Expenditure On Economic Growth in Nigeria”.

Penelitian dilaksanakan dalam periode 1977-2012. Variabel indenpenden penelitian yaitu pengeluaran pemerintah sedangkan variabel dependen penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan yaitu

(29)

Error Correction Method (ECM). Dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria.

9. Munzir AG, Mohd. Nur Syechalad, dan Vivi Silvia (2017) dengan judul

“The Effect of Goverment Expenditures, Private Investment and Labor on Economic Growth in Pidie District”. Penelitian dilaksanakan dalam periode 2000-2016. Variabel indenpenden penelitian yaitu pengeluaran pemerintah, investasi swasta dan tenaga kerja. Sedangkan variabel dependen penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan alat analisis regresi linear berganda. Dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja baik secara bersama-bersama maupun secara parsial memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pidie.

10. Neena Malhotra dan Deepika Kumari (2018) dengan judul “Trade, Investment and Economic Growth in India and China”. Penelitian dilaksanakan dalam periode 1980-2014. Variabel indenpenden penelitian yaitu perdagangan dan investasi. Sedangkan variabel dependen penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan yaitu autoregressive distributed lag (ARDL). Dapat disimpulkan bahwa ekspor, FDI, dan investasi domestik memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Cina. Sedangkan di India, hanya variabel investasi domestik yang ditemukan signifikan.

(30)

2.3. Kerangka Teoritis

2.3.1. Pengaruh Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk.

Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi setara dengan pengorbanan berupa belanja langsung yang besar, begitu pula sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa belanja langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Sari (2016:195) menyatakan bahwa bagian dari belanja langsung yaitu belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain jika pengeluaran pembangunan meningkat maka pertumbuhan ekonomi meningkat dan begitu sebaliknya.

Penelitian tersebut diperkuat oleh Saraswati (2018:65) menyatakan bahwa belanja modal pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi dalam penelitian tersebut diproksikan melalui GDP. Hal ini membuktikan bahwa tingginya realisasi belanja langsung merupakan indikator penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.

2.3.2. Pengaruh Belanja Tidak Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Haryanto (2013:154) membuktikan dengan penelitiannya bahwa belanja tidak langsung berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011. penelitian

(31)

tersebut membuktikan apabila pengeluaran pemerintah untuk belanja tidak langsung mengalami peningkatan maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian tersebut diperkuat oleh Sari (2014:199) menyatakan bahwa belanja tidak langsung pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, belanja tidak langsung secara konseptual memang kurang menyentuh pada kebutuhan masyarakat secara umum dalam menjalankan usaha mereka. tetapi dengan penggunaan alokasi belanja tidak langsung yang tepat akan menunjang kinerja dari masing-masing unit kerja dalam upaya pelayanan optimal kepada masyarakat.

2.3.3. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Sukirno (2013:436) menyatakan bahwa investasi dalam jangka waktu tertentu memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf hidup masyarakat.

Harold-Domar menyatakan investasi sebagai kunci dalam pertumbuhan ekonomi.

Adanya investasi akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Investasi yang meningkat akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat hal ini dikarenakan dengan adanya investasi maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja, jika penyerapan tenaga kerja besar maka proses produksi naik dan akan semakin banyak membutuhkan angkatan kerja yang bekerja sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional. Berdasarkan hal tersebut, maka investasi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(32)

2.3.4. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Todaro (2003:56) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah angkatan kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Meskipun demikian, hal tersebut masih dipertanyakan, apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benarbenar akan memberikan dampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonominya.

Rofii (2017:308) meyatakan bahwa berpengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap secara produktif dan memanfaatkan pertambahan tenaga kerja,kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tenaga kerja dan akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor produksi penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Pertambahan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja (labor force) juga dianggap sebagai faktor yang positif dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak tenaga kerja, berarti semakin produktif tenaga kerja. Karena dengan semakin besar tenaga kerja, akan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya pengruh belanja langsung, belanja tidak langsung, investasi, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

(33)

Jawa Tengah Tahun 2001-2019. Model Penelitian yang dituangkan dalam gambar 2.1 dibawah ini merupakan kerangka konseptual dalam menguji hipotesis.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitian ini, kerangka teoritis yang tersusun bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen yaitu diantaranya belanja langsung, belanja tidak langsung, investasi, dan tenaga kerja.

Besaran belanja daerah yang dibagi atas belanja langsung dan belanja tidak langsung, investasi, dan tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila investasi mengalami peningkatan di suatu wilayah, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tersebut.

Peningkatan belanja langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Belanja langsung digunakan untuk pembiayaan dan pembangunan infrastruktur Pertumbuhan Ekonomi

(Y) Belanja Langsung (X1)

Belanja Tidak Langsung (X2)

Investasi (X3)

Tenaga Kerja (X4)

(34)

yang dapat menunjang perekonomian masyarakat menjadi lebih efektif dan efisien.

Sedangkan belanja tidak langsung, meskipun tidak dapat dirasakan secara langsung oleh masyarkat tetapi fungsinya juga penting karena berperan dalam proses kinerja dari masing-masing unit kerja dalam upaya pelayanan optimal kepada masyarakat.

Begitu juga dengan Investasi, sejalan dengan teori Harold-Domar yang menyatakan bahwa adanya investasi akan menciptakan pendapatan dan meningkatkan kapasitas produksi. Kondisi tersebut bisa berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja karena lapangan kerja menjadi terbuka sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

2.4. Kerangka Berfikir Penelitian

Kerangka berfikir merupakan suatu pedoman dan metode dalam melakukan tahapan-tahapan pendekatan dalam penelitian yang bertujuan untuk mempermudah dalam mengkaji dan menganalisis alur penelitian yang dilakukan. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(35)

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Pembangunan daerah dengan sistem otonomi daerah ditujukan demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dengan peningkatan nilai PDRB, dibutuhkan sumber dana maupun sumber daya manusia untuk mencapai hal itu, Provinsi Jawa Tengah menggali dana dari investasi yang ada dan menggali

Belanja Langsung

Belanja Tidak

Langsung Investasi Tenaga Kerja

Pertumbuhan Ekonomi

Alat Analisis:

1. Regresi Linier Berganda 2. Uji Asumsi Klasik

 Uji Multikolinieritas

 Uji Normalitas

 Uji Autokorelsi

 Uji Heteroskidastis 3. Uji Statistik

Hasil Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan Pengumpulan Data

(36)

potensi daerahnya. Untuk melihat pengaruh belanja langsung, belanja tidak langsung, investasi, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi maka digunakan analisis regresi berganda.

Belanja Pemerintah merupakan sumber dana yang diperoleh pemerintah daerah dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.

belanja daerah dibedakan menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung.

belanja langsung digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan program dan priotitas pemerintah daerah, sedangkan belanja tidak langsung sifatnya operasional atau lebih banyak digunakan untuk pemniayaan internal. Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Tenaga kerja merupakan sumber daya potensial sebagai pengerak, penggagas dan pelaksana daripada pembangunan di daerah tersebut, sehingga dapat memajukan daerah tersebut. Semua aspek tersebut diharapkan menjadi pendorong untuk tumbuh dan berkembangnya suatu perekonomian di daerah tersebut. Dengan demikian belanja langsung, belanja tidak langsung, investasi,dan tenaga kerja dapat dijadikan indikator dalam peningkatan produk domestik.

(37)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang disusun oleh peneliti untuk diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga ada pengaruh signifikan dari Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2019.

2. Diduga ada pengaruh signifikan dari Belanja Tidak Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2019.

3. Diduga ada pengaruh signifikan dari Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2001-2019.

4. Diduga ada pengaruh signifikan dari Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2001-2019.

5. Diduga ada pengaruh positif dan signifikan dari Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Investasi, dan Tenaga Kerja secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2019.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pengeluaran pemerintah yang tepat sasaran dan ketepatan arah investasi ke daerah-daerah yang dapat menciptakan kesempatan kerja akan meningkatkan

Untuk Mengetahui Pengaruh Tidak Langsung Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.. Untuk

“Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas

Bagi Pemerintah Kabupaten Demak, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sejauh mana penerimaan pajak daerah dan pengeluaran pemerintah daerah

Berdasarkan dari hasil persamaan tersebut ialah pertumbuhan pengeluaran pemerintah (X 1 ) serta pertumbuhan tenaga kerja (X 2 ) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi secara individual (parsial). Pengujian ini dibuktikan dengan

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya pengaruh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini sangat kontraditif

IPM = Indeks Pembangunan Manusia PP = Pengeluaran Pemerintah PE = Pertumbuhan Ekonomi PAD =Pendapatan Asli Daerah Desentralisasi Fiskal α =Konstanta , , = Koefisien regresi Log =