6043
Pengembangan Dustbin Komposter Menggunakan Metode Quality Function Deployment
Egla Mayelsa Mutiara Simorangkir1*, Dene Herwanto2, Sutrisna Sunjaya Stepanus Pamungkas Sitorus3
1,2,3Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 4 April 2023 Disetujui: 26 April 2023
Abstract
Product development is driven by technology, science, competition, demand, and consumer needs. This research aims to identify and analyze the compost bin product to be developed in order to make the product comfortable for use in residential areas. The method used is the Quality Function Deployment (QFD) method, which is useful for determining product attributes for consumer demand to improve the function and appearance of the product according to demand and needs. This study used quantitative data to produce eight product attributes requested by respondents. These attributes were interpreted using four technical parameters from the House of Quality (HOQ). This research can be a solution for entrepreneurs to develop compost bin products that they produce according to consumer demand and needs.
Keywords: dustbin compost, household waste, compost fertilizer, QFD, composter
Abstrak
Pengembangan produk didorong oleh teknologi dan ilmu pengetahuan, persaingan, permintaan dan kebutuhan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menganalisis produk dustbin komposter guna dilakukan pengembangan produk sehingga produk tersebut nyaman digunakan di lingkungan perumahan. Metode yang digunakan adalah metode Quality Function Deployment (QFD) yang berguna untuk menentukan atribut produk untuk permintaan konsumen, untuk meningkatkan fungsi dan tampilan produk sesuai dengan permintaan dan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan menghasilkan 8 atribut produk yang diminta oleh responden. Atribut-atribut tersebut diinterpretasikan melalui empat parameter teknis di House of Quality (HOQ). Penelitian ini dapat menjadi solusi bagi para pengusaha untuk dapat mengembangkan produk dustbin kompoter yang diproduksinya sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen.
Kata Kunci: dustbin komposter, limbah rumah tangga, pupuk kompos, QFD, komposter
1. Pendahuluan
Mengelola limbah rumah tangga merupakan permasalahan yang umumnya dihadapi oleh negara- negara berkembang. Jumlah limbah yang dihasilkan meningkat karena pertumbuhan populasi, ekonomi, dan urbanisasi. Masalah semakin kompleks karena kurangnya infrastruktur untuk mengumpulkan, mengangkut, mengolah, dan membuang limbah tersebut. Selain itu, keterbatasan daya keuangan, perencanaan pengelolaan yang tidak tepat, terbatasnya kemampuan teknis, dan masyarakat yang acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan menyebabkan limbah dianggap sebagai sumber masalah kesehatan dan lingkungan [1][2].
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, juga menghadapi masalah akibat pengelolaan limbah. Menurut [3], penanganan limbah sangat kompleks karena melibatkan masalah teknis, institusional, pembiayaan, dukungan hukum, dan partisipasi masyarakat. Semua aspek ini saling terkait membentuk sistem yang utuh, sehingga upaya meningkatkan pengelolaan limbah harus melibatkan peningkatan di semua aspek sistem tersebut. Salah satunya adalah pengelolaan limbah organik rumah tangga yang dikelola secara mandiri.
Jika tindakan penanganan dan pengelolaan limbah tidak segera diambil oleh berbagai pihak, dan hanya bergantung pada upaya dari pemerintah daerah setempat, maka akan semakin memperburuk kondisi lingkungan di sekitarnya. Hal ini akan jauh dari menciptakan kelestarian lingkungan yang sehat dan bersih.
Namun, kelestarian lingkungan yang sehat dan bersih dapat terwujud melalui keseimbangan ekosistem,
6044
yang dapat dimulai dari setiap rumah tangga, kantor, dan lingkungan komersial dengan menjaga kebersihan dan mengelola limbah menjadi bermanfaat bagi kehidupan dan lingkungan [4].
Limbah rumah tangga merupakan sumber utama limbah di Indonesia, di mana sekitar 50-70% di antaranya adalah limbah organik yang mudah membusuk seperti kulit buah, sisa makanan, dan sayuran [5].
Untuk mengatasi limbah rumah tangga secara efektif dan efisien, diperlukan metode dan penanganan yang tepat guna menarik minat dan simpati masyarakat untuk mengelola limbah padat yang dihasilkannya.
Penanganan limbah organik rumah tangga yang tepat dapat menjadi potensi yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan dari limbah tersebut, tetapi juga dapat meningkatkan pemanfaatan limbah untuk mengurangi emisi gas dan memanfaatkan kembali limbah organik menjadi pupuk kompos [3]. Limbah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk organik yang sangat berguna.
Pupuk organik ini mampu memperbaiki kondisi kimia, fisik, dan biologi tanah karena mengandung nutrisi yang penting bagi pertumbuhan tanaman [6]. Daur ulang limbah organik rumah tangga menjadi kompos yang sesuai dengan standar SNI dapat menghasilkan pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, bahkan pada tanah gambut yang secara alami memiliki kandungan hara yang rendah [7].
Salah satu penanganan tersebut adalah menggunakan dustbin komposter yang berguna sebagai wadah pengomposan. Dustbin komposter memerlukan tambahan nilai fungsi dan tampilan untuk menarik masyarakat agar mau menggunakan produk ini. Setiap hari, kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah baik anorganik dan organik. Limbah rumah tangga, khususnya limbah organik yang tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan adannya pencemaran terhadap lingkungan sekitar [8]. Pencemaran lingkungan tersebut tentu akan berbahaya bagi kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit [9][10].Dalam meminimalkan pencemaran lingkungan yang terjadi, khususnya limbah rumah tangga organik, banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan pembuatan pupuk kompos menggunakan dustbin komposter [11][12].
Dustbin komposter pada rumah tangga merupakan upaya untuk memanfaatkan kembali limbah organik menjadi produk yang lebih bernilai [13]. Walaupun begitu dustbin komposter masih jarang digunakan karena produk yang berada di pasaran umumnya tidak sesuai dengan keinginan konsumen [14].
Oleh karena itu dibutuhkan dustbin komposter yang sesuai keinginan konsumen, sehingga diharapkan dustbin komposter lebih banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani limbah organik rumah tangganya. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keinginan konsumen yang kemudian diterjemahkan ke dalam parameter-parameter teknis rancangan produk adalah dengan metode Quality Function Development (QFD) [15]. Dengan QFD dapat diketahui karakteristik produk yang akan dikembangkan dengan adanya solusi, alternatif, dan evaluasi yang diperlukan. Output dari pemanfaatan komposter adalah pupuk kompos. Kompos adalah pupuk organik yang terdiri dari sisa-sisa makhluk hidup seperti hewan, tanaman, dan manusia yang telah mengalami pelapukan [16]. Pupuk organik berfungsi memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.
Pupuk organik dapat berupa padat atau cair. Pengolahan limbah organik menjadi kompos memiliki banyak manfaat, seperti mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas tanah Untuk membuat pupuk kompos, dibutuhkan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai. Proses pembuatan kompos dilakukan dengan cara mengurai sisa-sisa tanaman dan hewan menggunakan bantuan organisme hidup. Teknik pengomposan dikembangkan berdasarkan proses penguraian material organik yang terjadi di alam bebas. Contoh pengomposan alami dapat ditemukan dari terbentuknya lapisan humus di hutan, namun prosesnya memakan waktu yang lama. Oleh karena itu, manusia dapat memodifikasi teknologi sederhana untuk mempercepat proses pengomposan [17].
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menentukan rancangan pengembangan terbaik pada produk dustbin komposter sesuai keinginan konsumen dan menarik melalui tampilan dustbin komposter yang elegan guna menarik peminat rumah tangga untuk menggunakannya.
Penelitian ini menggunakan metode QFD untuk menentukan rancangan dustbin komposter.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini sebagai pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data yang didapatkan berasal dari kuesioner sebagai data primer yang kemudian dilakukan pengujian statistika pada data tersebut untuk mengetahui kelayakan data primer yang didapatkan. Kemudian dilakukan penerjemahan terhadap data yang kemudian dibuat ke dalam parameter-parameter teknis rancangan QFD produk. Berikut alur penelitian ini, yang terlihat pada flow diagram Gambar 1.
6045
Gambar 1. Flow Diagram Penelitian Sumber: Peneliti (2023)
Teknik pengambilan data menggunakan metode kuesioner dengan menggunakan skala likert.
Kuesioner dilakukan melalui proses survei atau pengisian kuesioner oleh responden. Responden diberikan kuesioner yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang terkait dengan topik yang ingin diteliti.
Responden kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan atau menanggapi pernyataan tersebut dengan memilih jawaban yang paling sesuai. Sedangkan penggunaan skala likert bertujuan untuk didapatkannya data yang terstruktur dan tersistematis.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis Data Kuesioner
Dalam penelitian ini, terdapat penggunaan dua jenis kuesioner yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka berfungsi untuk mengetahui kebutuhan konsumen pada dustbin komposter sehingga dapat diketahui secara umum kebutuhan-kebutuhan yang kemudian akan dilakukan analisis untuk mengetahui kebutuhan prioritas sedangkan kuesioner tertutup dibutuhkan untuk mengetahui spesifikasi apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan pada dustbin komposter setelah diketahui prioritas kebutuhan pada kuesioner terbuka. Dari penyebaran kuesioner, didapatkan responden sebanyak 31 responden. Data yang didapatkan kemudian dianalisis untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan yang diperlukan dalam pengembangan produk dustbin komposter. Dari hasil analisis didapatkan data uraian, seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data dan Detail Uraian
No Uraian Uraian Ideal Kebutuhan dan Keinginan
1. Bentuk Tabung
2. Ukuran Medium
3. Bahan baku Plastik
4. Tambahan aksesoris Penutup ganda, pegangan tangan, dan kaki
Tidak
Iya Mulai
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Layak?
Terjemahan Data
Identifikasi Atribut dan Matriks
Pengembangan Prioritas
Analisis QFD
Selesai
6046
No Uraian Uraian Ideal Kebutuhan dan Keinginan
5. Warna Hijau
6. Bahan pengharum Kamper
7. Elemen Tidak berbau menyengat, kuat, dan tahan lama
8. Logo desain Logo Eco dan Recycle
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Selanjutnya adalah melakukan analisis dengan menggunakan metode pohon objektif untuk mengetahui kebutuhan konsumen yang disalurkan melalui pembuatan kuesioner, hubungan dan tujuan dengan sub-tujuan yang terjadi. Menyiapkan suatu proses bertujuan untuk pengembangan suatu produk, yakni menyusun semua keinginan dan harapan konsumen terhadap produk yang akan dikembangkan.
Pengumpulan data secara objektif dilakukan pada level atas dan bawah pengaturan data, dengan memperhatikan satuan sasaran pada masing-masing level dan mengelompokkannya berdasarkan hirarki tujuan secara umum dengan menempatkan faktor yang spesifik ke dalam bagian dari faktor yang lebih umum.
Gambar 2. Analisis Pohon Objektif Sumber: Pengolahan Data (2023)
Diagram pohon objektif adalah suatu bentuk grafis yang menggambarkan hierarki serta keterkaitan antara objektif pada level atas dengan sub-objektif pada level bawah. Dalam diagram ini, hubungan antara objektif dan sub-objektif direpresentasikan secara visual melalui bentuk cabang atau ranting pohon. Setelah ditentukan analisis pohon objektif, selanjutnya adalah menentukan batasan sistem pengembangan produk yang merupakan batasan-batasan fungsional untuk proses pengembangan yang diantaranya adalah:
fasilitas, metode, alat, manusia, dan material. Dalam pengklasifikasian kebutuhan pelanggan menjadi atribut, dilakukan pengelompokan data dan informasi mengenai karakteristik teknis yang dibutuhkan untuk pengembangan, seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pendefinisian Atribut Produk
Dimensi Kebutuhan dan Keinginan Atribut Produk
Features Aksesoris tambahan
Kelengkapan produk Elemen pendukung
Kualitas yang dirasakan Bahan baku ideal Jenis bahan
Serviceability Bonus produk Layanan produk
Estetika
Bentuk ideal
Keindahan produk Ukuran ideal
Warna ideal Logo menarik
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Produk yang sesuai dengan keinginan
pelanggan
Features
Kualitas yang dirasakan
Serviceability
Estetika
aksesoris tambahan
Bahan Baku
Ukuran Ideal Bonus produk
Bentuk ideal
Warna Ideal Elemen pendukung
Logo Menarik
6047
Pengelompokan atribut ke dalam karakteristik komponen kelompok atribut komponen (karakteristik teknik) yang dikelompokkan menjadi 4 karakteristik teknik (parameter), yakni: kelengkapan produk, kualitas yang dirasakan, layanan produk, dan keindahan produk yang dibutuhkan dalam pengembangan produk dustbin komposter, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pendefinisian Karakteristik Teknis Produk
No Karakteristik Teknis Karakteristik Komponen
1. Kelengkapan produk Aksesoris tambahan, seperti penutup ganda, pegangan tangan, dan kaki 2. Jenis bahan Bahan baku ideal
3. Layanan produk Bonus produk
4. Keindahan produk Bentuk, ukuran, dan warna serta logo yang menarik Sumber: Pengolahan Data (2023)
Rekapitulasi data kuesioner terhadap atribut dan karakteristik teknis produk dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Rekapitulasi Atribut Produk
No Pernyataan Harapan Pengguna
1 2 3 4 5
1. Bentuk ideal 0 0 7 11 13
2. Ukuran ideal 0 1 7 10 13
3. Bahan baku ideal 0 0 7 7 17
4. Aksesoris tambahan 0 0 6 13 12
5. Warna ideal 0 2 4 13 12
6. Elemen pendukung 0 1 5 10 15
7. Bonus produk 0 0 4 10 17
8. Logo menarik 0 1 4 15 11
Sumber: Pengolahan Data (2023) Tabel 5. Data Persepsi Konsumen
No Pernyataan Harapan Pengguna
1 2 3 4 5
1. Kelengkapan produk 0 1 6 15 9
2. Jenis bahan 0 1 4 9 17
3. Layanan produk 0 1 6 17 7
4. Keindahan produk 0 2 5 11 13
Sumber: Pengolahan Data (2023) 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji statistika berguna untuk mengetahui data yang didapatkan layak untuk digunakan sebagai data pokok penelitian atau dibutuhkan adanya penambahan atau pengurangan data. Pada uji statistik menggunakan uji kevalidan dan uji reliabilitas Pengujian kevalidan data penelitian menggunakan program software SPSS 26 yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Validitas
No Pernyataan Nilai Korelasi
Keterangan
Tabel Hitung
1. Bentuk ideal 0,367 0,732 Valid
2. Ukuran ideal 0,367 0,616 Valid
3. Bahan baku ideal 0,367 0,597 Valid
4. Aksesoris tambahan 0,367 0,609 Valid
5. Warna ideal 0,367 0,677 Valid
6. Elemen pendukung 0,367 0,719 Valid
7. Bonus produk 0,367 0,407 Valid
8. Logo menarik 0,367 0,661 Valid
Sumber: Pengolahan Data (2023)
6048
Berdasarkan hasil analisa uji validitas, didapatkan bahwa nilai rhitung dari 8 pertanyaaan (atribut) >
dari rtabel atau rhitung > rtabel yang dapat dinyatakan bahwa 8 pertanyaan yang disebar dengan menggunakan kuesioner dinyatakan valid dan dapat dijadikan data untuk pengujian selanjutnya. Setelah pernyataan dinyatakan valid, data penelitian dilakukan pengujian reliabilitas untuk mengukur konsistensi kuesioner yang digunakan sebagai indikator pada variabel yang diteliti. Uji reabilitas menggunakan metode cronbach’h alpha dan didapatkan nilai cronbach’h alpha data penelitian sebesar 0,7631 > 0,7 yang dapat disimpulkan data penelitian reliabel dan pertanyaan yang disebar dengan menggunakan kuesioner layak dijadikan data penelitian.
3.3 Nilai Kepentingan Konsumen
Perhitungan nilai kepentingan konsumen berguna untuk melihat derajat kepentingan penilaian konsumen dari hasil kuesioner dengan menggunakan proses pengolahan data statistik yang meliputi perhitungan distribusi frekuensi, yang diurutkan berdasarkan nilai mulai dari 1 hingga 5, seperti yang dapat terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Persepsi Atribut Konsumen
No. Pernyataan Jumlah
1. Bentuk ideal 130
2. Ukuran ideal 128
3. Bahan baku ideal 134
4. Aksesoris tambahan 130
5. Warna ideal 128
6. Elemen pendukung 132
7. Bonus produk 137
8. Logo menarik 129
Volume tertinggi 137
Volume terendah 128
Sumber: Data Olahan (2023) Didapatkan nilai interval kelas (i) dengan persamaan berikut.
i =volume tertinggi−volume terendah
n (1)
Maka dengan menggunakan persamaan (1) didapatkan nilai i adalah:
i =137 − 128
5 = 1,8 ≈ 2
Dengan interval terbesar 2, dapat diketahui tingkat kepentingan setiap pernyataan atau item yang diurutkan dari terkecil hingga yang terbesar, seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penentuan Derajat Kepentingan Atribut Interval Derajat Kepentingan
128-129 1
130-131 2
132-133 3
134-135 4
136-137 5
Sumber: Data Olahan (2023)
Interval pada Tabel VIII dapat digunakan untuk menentukan derajat kepentingan dari setiap pernyataan atau item, seperti yang terlihat pada Tabel 9.
6049
Tabel 9. Interval Derajat Kepentingan Atribut
No. Uraian Jumlah Derajat Kepentingan
1. Bentuk ideal 130 2
2. Ukuran ideal 128 1
3. Bahan baku ideal 134 4
4. Aksesoris tambahan 130 2
5. Warna ideal 128 1
6. Elemen pendukung 132 3
7. Bonus produk 137 5
8. Logo menarik 129 1
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Pada Tabel 9, terlihat derajat kepentingan terbesar terdapat pada pernyataan bahan baku ideal dan derajat kepentingan terkecil terdapat pada pernyataan ukuran ideal, warna ideal, dan logo menarik.
Selanjutnya menganalisis derajat kepentingan pada karakteristik teknik, seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Data Persepsi Karakteristik Konsumen
No Pernyataan Jumlah
1. Jenis bahan 135
2. Layanan produk 123
3. Keindahan produk 128
4. Kelengkapan produk 125
Volume tertinggi 135
Volume terendah 123
Sumber: Pengolahan Data (2023) Didapatkan nilai interval kelas (i) dengan persamaan (1) berikut.
i =135 − 122
5 = 2,4 ≈ 3
Dengan menggunakan interval tertinggi sebesar 3, dapat diurutkan derajat kepentingan setiap item atau pernyataan dari yang terkecil hingga yang terbesar, seperti yang terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penentuan Derajat Kepentingan Karakteristik Teknik Interval Derajat Kepentingan
123-125 1
126-128 2
129-131 3
132-134 4
135-137 5
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Interval pada Tabel 11, dapat digunakan untuk mencari derajat kepentingan pada setiap item pernyataan, seperti yang terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Interval Derajat Kepentingan Karakteristik Teknik
No Uraian Jumlah Derajat Kepentingan
1. Jenis bahan 135 5
2. Layanan produk 123 1
3. Keindahan produk 128 2
4. Kelengkapan produk 125 1
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Pada Tabel 12, terlihat derajat kepentingan terbesar terdapat pada pernyataan jenis bahan dan derajat kepentingan terkecil terdapat pada pernyataan layanan produk dan kelengkapan produk.
6050
3.4 Analisis Penilaian Kualitas
Perhitungan penilaian kualitas produk terhadap persaingan pada persyaratan permintaan atribut konsumen.
Tabel 13. Perbandingan Atribut Konsumen
No Pernyataan Produk yang Dikembangkan Produk Kompetitor
1. Bentuk ideal 4,19 4,32
2. Ukuran ideal 4,13 4,32
3. Bahan baku ideal 4,32 4,19
4. Aksesoris tambahan 4,19 4,29
5. Warna ideal 4,13 4,58
6. Elemen pendukung 4,26 4,32
7. Bonus produk 4.42 4,39
8. Logo menarik 4,16 4,00
Sumber: Data Olahan (2023)
Pada Tabel 13, dapat dianalisis bahwa produk dustbin komposter yang akan dikembangkan memiliki 8 pernyataan. Nilai interval derajat kepentingan atribut pada produk kompetitor merupakan target yang harus diraih pada pengembangan produk ini dan merupakan nilai minimal dalam spesifikasi produk yang dikembangkan. Pada pengembangan produk harus difokuskan pada 8 item pernyataan tersebut. Kemudian menentukan perbandingan penilaian kualitas produk pada karakteristik teknik yang digunakan untuk matriks perencanaan produk.
Tabel 14. Perbandingan Karakteristik Konsumen
No Pernyataan Produk yang Dikembangkan Produk Kompetitor
1. Jenis bahan 4,19 4,00
2. Layanan produk 4,13 3,90
3. Keindahan produk 4,32 4,00
4. Kelengkapan produk 4,19 4,16
Sumber: Data Olahan (2023)
Pada Tabel 14, dapat dianalisis bahwa produk dustbin komposter yang akan dikembangkan memiliki keunggulan pada setiap pernyataan derajat kepentingan atribut pada produk kompetitor yang dijadikan target dan pengembangan produk harus sesuai dengan nilai kepentingan yang didapatkan.
3.5 Pengembangan Matriks
Dari hasil analisis didapatkan matriks pengembang produk dengan 8 item pernyataan dengan 4 jenis penilaian konsumen, seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Matriks Pengembangan Produk Sumber: Pengolahan Data (2023)
Peneliti menjelaskan tingkat hubungan kekuatan antara karakteristik dan kebutuhan konsumen dengan menempatkannya dalam sel-sel matriks.
1 2 3 4
Aksesoris tambahan 2 Elemen pendukung 3 Kualitas yang dirasakan Bahan baku ideal 4
Serviceability Bonus Produk 5
Bentuk ideal 2
Ukuran ideal 1
Warna ideal 1
Logo menarik 1
Jenis Bahan Layanan Produk Kelengkapan Produk Keindahn Produk
Costumer Requierement (WHATS)
Estetika Features
Penilaian konsumen
Item number
6051
Gambar 4. Matriks Interaksi Hubungan Antara Atribut Sumber: Pengolahan Data (2023)
Mengidentifikasi suatu interaksi antara karakteristik dapat memberikan deskripsi teknis yang saling mendukung atau bertentangan, seperti yang seperti yang terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Matriks Interaksi Hubungan Diantara Karakteristik Teknik Sumber: Pengolahan Data (2023)
3.6 Pengembangan Persyaratan Konsumen
Faktor skala merupakan rasio antara target nilai dan tingkat produk yang dinilai oleh pelanggan dalam penilaian pesaing. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar upaya yang diperlukan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan tingkat produk saat ini dan target produk yang diinginkan serta menentukan apakah perbedaannya memiliki alasan yang cukup, seperti yang terlihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Faktor Skala Persyaratan Konsumen
No. Pernyataan Faktor Skala
1. Bentuk ideal 1,03
2. Ukuran ideal 1,05
3. Bahan baku ideal 0,97
4. Aksesoris tambahan 1,02
5. Warna ideal 1,11
6. Elemen pendukung 1,02
7. Bonus produk 0,99
8. Logo menarik 0,96
Sumber: Pengolahan Data (2023)
1 2 3 4
Aksesoris tambahan 2 Elemen pendukung 3 Kualitas yang dirasakan Bahan baku ideal 4
Serviceability Bonus Produk 5
Bentuk ideal 2
Ukuran ideal 1
Warna ideal 1
Logo menarik 1
Jenis Bahan Layanan Produk Kelengkapan Produk Keindahn Produk
Costumer Requierement (WHATS)
Estetika Features
Penilaian konsumen
Item number
Penilaian konsumen
Design Requirement (How's)
Jenis bahan Layanan produk Kelengkapan produk Keindahan produk
6052
Poin penjualan adalah ukuran seberapa baik suatu persyaratan pelanggan dapat dijual oleh pengembang. Tujuannya adalah untuk mempromosikan persyaratan terbaik kepada pelanggan dan juga persyaratan lain yang dapat membantu penjualan produk. Poin-poin penjualan memberikan informasi tentang kemampuan untuk menjual produk berdasarkan sejauh mana kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.
Skala nilai poin penjualan yang umum digunakan adalah 1,0 untuk penjualan rendah, 1,2 untuk penjualan sedang dan 1,5 untuk penjualan tinggi.
Tabel 16. Penentuan Poin Penjualan
No. Pernyataan Poin Penjualan
1. Bentuk ideal 1,00
2. Ukuran ideal 1,00
3. Bahan baku ideal 1,50
4. Aksesoris tambahan 1,00
5. Warna ideal 1,00
6. Elemen pendukung 1,20
7. Bonus produk 1,50
8. Logo menarik 1,00
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Bobot absolut adalah nilai kepentingan pada setiap kebutuhan konsumen secara keseluruhan.
Penghitungan bobot absolut dilakukan dengan mengalikan nilai kepentingan dari pelanggan, poin penjualan, dan faktor skala.
Tabel 17. Rekapitulasi Bobot Absolut
No. Pernyataan Derajat Kepentingan Faktor Skala Poin Penjualan
Bobot Absolut
1. Bentuk ideal 2 1,00 1,00 2,06
2. Ukuran ideal 1 1,00 1,00 1,05
3. Bahan baku ideal 4 1,50 1,50 5,82
4. Aksesoris tambahan 2 1,00 1,00 2,05
5. Warna ideal 1 1,00 1,00 1,11
6. Elemen pendukung 3 1,20 1,20 3,65
7. Bonus produk 5 1,50 1,50 7,45
8. Logo menarik 1 1,00 1,00 0,96
Sumber: Pengolahan Data (2023) 3.7 Pengembangan Prioritas
Nilai faktor pada Tabel 18, didapatkan dengan mengalikan derajat kepentingan pada masing-masing pernyataan dengan tingkat kekuatan. Nilai bobot absolut teknis terbesar pada item kelengkapan dengan faktor skala sebesar 38 dan nilai bobot absolut teknis terkecil pada item keindahan produk dengan faktor skala sebesar 23. Selanjutnya adalah mencari nilai faktor relatif dengan mengalikan nilai tingkat kekuatan pada masing-masing pernyataan dengan nilai bobos absolut, seperti yang terlihat pada Tabel 19.
Tabel 18. Bobot Absolut Teknis
Item Pernyataan Derajat
Kepentingan
Tingkat
Kekuatan D x T Jumlah
Jenis bahan Bahan baku ideal 4 9 36 36
Layanan produk Elemen pendukung 3 3 9
Bonus produk 5 3 15 24
Kelengkapan
Aksesoris tambahan 2 3 6
38
Elemen pendukung 3 9 27
Bonus produk 5 1 5
Keindahan produk
Aksesoris tambahan 2 9 18
23
Bentuk ideal 2 1 2
Ukuran ideal 1 1 1
Warna ideal 1 1 1
Logo menarik 1 1 1
Sumber: Pengolahan Data (2023)
6053
Tabel 19. Bobot Relatif
Item Pernyataan Bobot Absolut Tingkat
Kekuatan D x B Jumlah
Jenis bahan Bahan baku ideal 5,82 9 52,38 52,38
Layanan produk Elemen pendukung 3,65 3 10,95
33,33
Bonus produk 7,45 3 22,35
Kelengkapan
Aksesoris tambahan 2,05 3 6,15
46,45
Elemen pendukung 3,65 9 32,85
Bonus produk 7,45 1 7,45
Keindahan produk
Aksesoris tambahan 2,05 9 18,45
23,63
Bentuk ideal 2,06 1 2,06
Ukuran ideal 1,05 1 1,05
Warna ideal 1,11 1 1,11
Logo menarik 0,96 1 0,96
Sumber: Pengolahan Data (2023)
Pada Tabel 19 di atas, terlihat nilai bobot relatif terbesar terdapat pada item jenis bahan dengan faktor relatif sebesar 52,38 dan nilai bobot relatif terkecil terdapat pada item keindahan produk dengan nilai bobot relatif sebesar 23,63. Setelah dilakukan beberapa proses untuk menentukan spesifikasi yang sesuai dengan permintaan konsumen, maka proses selanjutnya adalah menganalisis data tersebut ke dalam QFD, seperti pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. House of Quality Dustbin Komposter Sumber: Pengolahan Data (2023) 4. Kesimpulan
Pengembangan produk dustbin komposter dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain kemajuan ilmu pengetahuan di sektor pertanian, peningkatan fungsionalitas produk, yang didasari atas perubahan permintaan dari konsumen, persaingan, dan tingkat kenyamanan. Dalam rangka
1 2 3 4
Aksesoris tambahan 2 4,19 4,29 4,29 1,02 1,00 2,05
Elemen pendukung 3 4,26 4,32 4,32 1,02 1,20 3,65
Kualitas yang dirasakan Bahan baku ideal 4 4,32 4,19 4,19 0,97 1,50 5,82
Serviceability Bonus Produk 5 4,42 4,39 4,39 0,99 1,50 7,45
Bentuk ideal 2 4,19 4,32 4,32 1,03 1,00 2,06
Ukuran ideal 1 4,13 4,32 4,32 1,05 1,00 1,05
Warna ideal 1 4,13 4,58 4,58 1,11 1,00 1,11
Logo menarik 1 4,16 4 4 0,96 1,00 0,96
5 1 1 2
4,19 4,13 4,19 4,32
4,00 3,90 4,16 4,00
4,00 3,90 4,16 4,00
36 24 38 23
52,38 33,30 46,50 23,63 Costumer Requierement (WHATS) Item number
Features
Estetika
Penilaian konsumen
Design Requirement (How's)
Jenis bahan Layanan produk Kelengkapan produk Keindahan produk
Nilai target
Bobot Absolut Teknis
Bobot Relatif Penilaian PersainganTeknik How's
Penilaian Teknik How's
Tempat Sampah Komposter
Komposter Kompetitor
Pen.Per.Kon
Tempat Sampah Komposter Komposter Kompetitor Nilai target Faktro Skala Poin Penjualan Bobot Absolut
6054
mengembangkan produk, analisis QFD dilakukan dengan membandingkan dustbin komposter dengan produk komposter lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan delapan atribut produk yang diinginkan oleh konsumen dan sangat penting dalam pertimbangan konsumen dalam membeli dan menggunakan dustbin komposter. Kedelapan atribut tersebut dibagi menjadi empat parameter pengujian yang sesuai dengan dimensi produk. Untuk meningkatkan kualitas produk, disarankan bagi produsen atau pengusaha untuk menggunakan semua tahap dari metode QFD. Selain itu, perlu dilakukan pembaruan pengembangan secara konsisten dalam setiap periode atau jangka waktu yang telah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta agar dapat mengikuti dinamika yang terjadi di masyarakat.
5. Referensi
[1] R. Afroz, K. Hanaki, dan R. Tudin, “Factors affecting waste generation : a study in a waste management program in Dhaka City , Bangladesh,” Env. Monit Assess, hal. 509–519, 2011, doi:
10.1007/s10661-010-1753-4.
[2] V. Srivastava, P. Singh, dan R. P. Singh, “Urban solid waste management in the developing world with emphasis on India : challenges and opportunities Urban solid waste management in the developing world with emphasis on India : challenges and opportunities,” Env. Sci Biotechnol, no.
October, 2014, doi: 10.1007/s11157-014-9352-4.
[3] R. Windraswara dan D. A. B. Prihastuti, “Analisis Potensi Reduksi Sampah Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan,” Unnes J. Public Heal., vol. 6, no. 2, hal. 123, 2017, doi: 10.15294/ujph.v6i2.15360.
[4] Mutaqin dan T. Heru, “Pengelolaan sampah limbah rumah tangga dengan komposter elektrik berbasis komunitas,” Jurnal Litbang Sekda DiY Biro Adm. Pembang, 2(2), 1-12 Yogyakarta, Indonesia, 2009.
[5] Y. Trihadiningrum, I. J. Laksono, Y. Dhokhikah, A. Moesriati, D. R. Radita, dan S. Sunaryo,
“Community activities in residential solid waste reduction in Tenggilis Mejoyo District, Surabaya City, Indonesia,” J. Mater. Cycles Waste Manag., vol. 19, no. 1, hal. 526–535, 2017, doi:
10.1007/s10163-015-0440-5.
[6] Eliyani, Susylowati, dan A. P. D. Nazari, “Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Pupuk Organik Cair pada Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum L.) Back),” J.
AGRIFOR, vol. XVII, no. 2, Oktober, hal. 249–262, 2018.
[7] N. Rahmawanti dan N. Dony, “Pembuatan Pupuk Organik Berbahan Sampah Organik Rumah Tangga dengan Penambahan Aktivator EM4 di Daerah Kayu Tangi,” Ziraa’ah, vol. 39, no. 1, hal.
1–7, 2014.
[8] N. Azizah, “Dampak Dari Sampah Rumah Tangga Mengakibatkan Pencemaran Lingkungan,” OSF, 2021.
[9] Mulyati, “Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan dan manusia,” J. Contrib., 2021, doi:
10.31219/osf.io/udesb.
[10] L. R. et. al Listiyani, “Pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos organik untuk mengatasi pencemaran lingkungan di masa pandemi,” Pros. Semin. Nas. Has. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 1, no 1, hal. 141–146, 2021.
[11] T. I. Nasution dan A. Putra, “Perancangan Mesin Komposter dengan Pengadukan Otomatis Berdasarkan Kendali Suhu Berbasis Mikrokontroler Atmega328,” (Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara). Medan, 2019.
[12] E. Yohana, T. S. U, B. Yunianto, dan D. A. Guslan, “Pengadaan Komposter Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Gedawang Semarang, Jawa Tengah,” J. Pasopati, vol. 2, no. 2, hal. 72–76, 2020.
[13] S. Yuliananda, P. P. Utomo, dan R. M. Golddin, “Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos cair dengan menggunakan komposter sederhana,” Jurnal Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen Dan Mahasiswa, vol. 03, no. 02, hal. 159–165, 2019.
[14] K. Siregar dan C. W, “Perancangan Tong Sampah Pupuk Dengan Metode QFD Untuk Mengolah Limbah Organik Menjadi Pupuk Serbaguna,” Talent. Conf. Ser. Energy Eng. R, vol. 2, no. 3, 2019, doi: 10.32734/ee.v2i3.797.
6055
[15] O. R. Yustian dan U. Widyatama, “Analisis Pengembangan Produk Berbasis Quality Function Deployment (QFD) (Studi Kasus Pada Produk Susu PT MSA),” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, p. 23- 42 vol. 18, no. 3, 2015.
[16] Susilawati, Susilawati, “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik Menggunakan Komposter Di Lingkungan Desa Montong Baan Selatan, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat,” J. War. Desa, vol. 1, no. 2, hal. 101–107, 2019.
[17] W. Novita, E. Rini, B. Aswin, dan F. Hidayati, “Pelatihan Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Komposter Ember,” Jurnal Karya Abdi Masyarakat, vol. 5, hal.
116–121, 2021.