SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris IPA
Oleh:
ANANDA BAGUS LANANG NIM. T201710060
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2022
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris IPA
Oleh:
Ananda Bagus Lanang NIM: T201710060
Disetujui Pembimbing
Laily Yunita Susanti, S.Pd., M.Si NIP. 198906092019032007
اَهُّيَآٰ ي ِبُّم ٌّوُدَع ْمُكَل ٗهَّنِا ِِۗن طْيَّشلا ِت وُطُخ اْوُعِبَّتَت َلَّْوۖ اابِّيَط الً لَح ِضْرَ ْلْا ىِف اَّمِم اْوُلُك ُساَّنلا نْي
Artinya : "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."
(Q.S Al-Baqarah (2):168)
Baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga saya. Syukur Alhamdulillah atas ridhomu Ya Allah. Engkau telah menunjukkan jalan menuju kesuksesan.
Kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang kusayangi:
Ayahku tercinta “Bapak Shodiq Wigianto” dan “Ibuku tersayang Nyoman Singgih” yang telah memberikan pengorbanan yang besar dan senantiasa mendo’akan yang tiada hentinya demi kelancaran mencari ilmu hingga menuju kesuksesan.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia karena saya sadar, selama ini belum bisa berbuat baik. Aamiin.
Kata Kunci: Handout IPA Berbasis Contextual Teaching and Learning, Zat Aditif dan Adiktif.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di MTs. Ma’arif Ambulu Jember bahwa kurangnya buku ajar dalam pembelajaran menyebabkan, guru cukup kesulitan untuk menerangkan materi zat aditif dan adiktif, dimana didalam materi tersebut banyak menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan ilmu kimia. Selain itu, dalam proses pembelajarannya guru dan siswa hanya menggunakan LKS, dimana didalam buku LKS tersebut hanya berisi materi dan gambar yang dirasa kurang jelas untuk difahami siswa. Maka dari itu peneliti ingin mengembangkan handout IPA berbasis contextual teaching and learning, karena dianggap dapat membantu siswa dalam memahami materi secara lebih kompleks.
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: (1) bagaimana validitas bahan ajar handout IPA berbasis contextual teaching and learning pada materi zat aditif dan adiktif? (2) bagaimana respons siswa terhadap pengembangan bahan ajar handout IPA berbasis contextual teaching and learning pada materi zat aditif dan adiktif?.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mendeskripsikan kevalidan handout IPA berbasis contextual teaching and learning pada materi zat aditif (2) Mendeskripsikan respons siswa handout IPA berbasis contextual teaching and learning pada materi zat aditif.
Jenis penelitian ini yang dilakukan adalah jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yan digunakan dalam penelitian ini merupakan model pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh R.M Branch.
Model ADDIE yang dikembangkan oleh R.M Branch merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. Namun pada tahap Evaluation tidak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan biaya dimiliki oleh peneliti.
Hasil penelitian dari validasi ahli materi memperoleh persentase sebesar 98%
dengan kriteria sangat valid. Penilaian dari validasi ahli media memperoleh persentase 86% dengan kriteria sangat valid. Penilaian dari validasi pengguna oleh guru IPA memperoleh 95,71% dengan kriteria sangat valid. Uji coba skala kecil diperoleh persentase 90,15% dengan kriteria sangat menarik dan uji coba skala besar diperoleh persentase sebesar 91,27% dengan kriteria sangat menarik. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa handout IPA berbasis contextual teaching and learning pada materi zat aditif dan adiktif termasuk kategori sangat baik.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning Pada Pembelajaran IPA
Materi Zat Aditif dan Adiktif Kelas VIII SMP/MTs”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Bagina Nabi Muhammad SAW. yang
telah mendidik dan membimbing umatnya dengan ilmu pengetahuan.
Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah menjadi suri tauladan pemimpin yang terbaik bagi mahasiswanya.
2. Ibu Prof. Dr. Mukni’ah M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah membantu memberi pelayanan terbaik kepada mahasiswanya dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember.
4. Bapak Dinar Maftukh Fajar, M.P.Fis selaku Koordinator Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya dengan penuh kesabaran selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
5. Ibu Layli Yunita Susanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang senantiasa memberikan nasihat, petunjuk, dan saran serta kesabaran dan kesediaann waktunya demi kelancaran penulis skripsi ini.
yang telah memberi izin dalam kegiatan penelitian ini.
8. Ibu Dewi Wulandari, S.Pd sebagai Guru mata pelajaran IPA di MTs. Ma’arif Ambulu Jember yang bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dan mengarahkan penulis selama penelitian berlangsung.
9. Para validator yang telah menyempatkan waktunya untuk penulis dalam proses validasi pada penelitian pengembangan.
10. Siswa MTs. Ma’arif Ambulu Jember yang telah menemani dengan baik dan menyempatkan waktunya sebagai subjek uji coba dalam kegiatan penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan IPA yang selalu memberikan motivasi dalam belajar mencari ilmu.
12. Segenap Para Asatidz dan Santri TPQ. Manarul Ulum Assunniyyah, Sumberan Karanganyar Ambulu, Jember yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan kepada saya demi kelancaran proses pendidikan ini.
13. Seluruh pihak sehingga penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik pembaca sangat diperlukan bagi penulis. Demikian, semoga segala amal baik Bapak/Ibu dan seluruh pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Jember, 14 Juni 2022
Penulis
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian Pengembangan ... 9
D. Spesifikasi Produk ... 10
E. Manfaat Penelitian Pengembangan... 11
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Pengembangan ... 13
G. Definisi Operasional... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
A. Penelitian Terdahulu ... 17
B. Kajian Teori ... 22
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 46
A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 46
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 47
A. Kajian Produk Yang Telah ... 95 B. Saran, Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut .. 96 DAFTAR PUSTAKA ... 98
Tabel 2.1 Beberapa contoh bahan pewarna alami ... 36
Tabel 3.1 Beberapa Pewarna Yang Diijinkan dan Pewarna Yang Tidak Diijinkan ... 37
Tabel 4.1 Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 48
Tabel 5.1 Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator ... 50
Tabel 6.1 Kriteria Skala Penilaian ... 57
Tabel 7.1 Table Kriteria Uji Validitas Bahan Ajar ... 60
Tabel 8.1 kriteria Hasil Uji Respons Siswa ... 61
Tabel 9.1 Hasil Penilaian Handout Validasi Ke-1 ... 66
Tabel 10.1 Hasil Penilaian Handout Validasi Ke-2 ... 67
Tabel 11.1 Angket Ahli Materi ... 68
Tabel 12.1 Angket Ahli Media... 69
Tabel 13.1 Angket Ahli Materi oleh Guru IPA... 70
Tabel 14.1 Data Respon Siswa Terhadap Handout ... 72
Tabel 15.1 Hasil Penilaian Ahli Materi Terhadap Handout ... 74
Tabel 16.1 Hasil Penilaian Ahli Media Terhadap Handout ... 76
Tabel 17.1 Hasil Penilaian Ahli Materi oleh Guru Terhadap Handout... 77
Tabel 18.1 Revisi Produk Bahan Ajar Handout ... 91
Gambar 3.1 Hasil Respon Siswa Uji Skala Kecil ... 79 Gambar 4.1 Hasil Respon Siswa Uji Skala Besar ... 80
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak lepas dengan adanya kurikulum yag merupakan pedoman dasar dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan dan keberhasilaan siswa dalam belajar berpaku pada kurikulum yang dilaksakan. Kurikulum dalam hal ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik secara berimbang, sehingga pembelajaran yang terjadi diharapkan dapat berjalan dengan menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, tidak seperti yang selama ini terjadi dimana pembelajaran lebih cenderung mengutamakan aspek kognitif saja. Akibat dari konsep kurikulum 2013 itu, maka penilaian dalam pembelajaran juga harus didasarkan pada ketiga aspek tersebut yaitu harus menilai aspek kognitifnya, menilai aspek aefktifnya, dan menilai aspek psikomotoriknya. Selain itu kurikulum 2013 membawa perubahan besar dalam pelaksanaannya.1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Tujuan IPA di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di antaranya agar peserta didik memiliki kemampuan: (1)
1 Pardomuan Mario, “Kurikulum 2013 , Guru , Siswa , Afektif , Psikomotorik , Kognitif,” E- Journal Universitas Negeri Medan 6 (2013): 17–29.
mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan (3) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.2
Pembelajaran IPA adalah suatu proses yang terjadi pada kegiatan pembelajaran yang diarahkan terbentuknya kebermaknaan dalam pembelajaran, untuk mewujudkan hal itu maka dalam pembelajaran dilakukan pengaturan sedemikian rupa sehingga benar-benar kontekstual atau terkait dunia nyata siswa, dengan demikian akan memberikan kemudahan bagi siswa mengaitkan pengetahuannya yang sudah ada dalam struktur kognitifnya dengan apa yang sedang atau baru saja dipelajarinya, hal tersebut akan memudahkan siswa dalam menemukan hubungan-hubungan antara kosep IPA sedang dan sudah dipelajarinya. Proses menemukan hubungan antar konsep IPA yang siswa lakukan dengan apa yang ada di lingkungannya dengan berbagai pengalaman yang siswa sendiri miliki akan mengarahkan mereka pada pendekatan.3
2 D. Indriati, “Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science- Edutainment Berbantuan Media Animasi,” Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 1, no. 2 (2012): 192–
97, https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2138.
3 Muhammad Rumansyah, “The Differences of Effect of Teaching by Using Interactive Module and Conventional Module on the Understanding of Science Concept,” Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains 4, no. 1 (2016): 54–62.
Saat ini proses pembelajaran IPA masih dianggap sebagai pelajaran hafalan yang monoton karena hasil belajar IPA belum memuaskan. Sebagian peserta didik cenderung menganggap IPA adalah mata pelajaran yang sulit dipahami. Salah satu materi IPA pada SMP sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu KD 3.6 tentang zat aditif dan zat adiktif. Materi ini menuntut siswa untuk memahami sifat zat aditif dan zat adiktif serta pengaruhnya terhadap kesehatan. Namun, berdasarkan kenyataannya banyak siswa yang dalam mempelajari materi zat aditif dan zat adiktif sekedar menghafal konsep.
Kemampuan siswa yang diukur tidak hanya sekedar memahami konsep melainkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.4 Dalam mengantisipasi masalah tersebut diperlukan cara pembelajaran yang tepat, perlu adanya variasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Salah satu materi pembelajaran IPA yang dapat dipelajari dari lingkungan sekitar yaitu materi tentang zat aditif dan adiktid. Materi zat aditif dan adiktif sendiri dapat menjelaskan kepada kita dimana terdapat berbagai macam aneka makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia yang ada disekitar kita. Semuanya dapat kita temui secara mudah, baik berupa zat alami atau dikenal asli pemanfaatannya mengambil langsung dari alam dan juga zat buatan dimana didalam pemanfaatannya menggunakan berbagai macam bahan yang sudah direkayasa sedemikian rupa. Dalam QS. Al-
4 Kirara Lena Siswanti and Safwatun Nida, “Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) Pada Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Siswa SMP / MTs Kelas VIII” 1, no. 5 (2021): 347–55,
https://doi.org/10.17977/um067v1i5p347-355.
Baqarah Ayat 168, menjelaskan berbagai jenis sumber makanan dan minuman yang berasal dari alam, Allah berfirman:
ٰٓ ي ُدَع ْمُكَل ٗهَّنِا ِِۗن طْيَّشلا ِت وُطُخ اْوُعِبَّتَت َلَّْوۖ اابِّيَط الً لَح ِضْرَ ْلْا ىِف اَّمِم اْوُلُك ُساَّنلا اَهُّيَا نْيِبُّم ٌّو
Artinya : "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."5
Ayat tersebut berisi tentang penjelasan mengenai berbagai macam makanan dan minuman yang ada di bumi yang dapat dijadikan sumber pembelajaran IPA. Tujuannya yaitu memberikan pengetahuan kepada kita semua manusia untuk dapat memilih dan memilah bahan makanan dan minuman yang layak dikonsumsi, yang nantinya tidak mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan diri kita masing-masing. Sumber belajar sendiri dapat memanfaatkan yang ada di alam sekitar kita sebagai sumber belajar, salah satunya yaitu berbagai makanan dan minuman yang diambil langsung dari alam. Sumber belajar berdasarkan Ilmu Pengetahuan Alam dapat membaantu siswa belajar , dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan lingkungan sekitarnya.
Materi Zat Aditif dan Adiktif tersusun atas pengetahuan faktual dan konseptual. Pengetahuan faktual artinya pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik berdasarkan kejadian atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Pengetahuan konseptual artinya pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik dimana nantinya ketika menemukan suatu permasalahan yang
5 Al-Qur’an, (2):168
terjadi di lingkungan sekitarnya dapat menghubungkan dengan klasifikasi, kategori dan teori yang sudah ada6.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru IPA kelas VIII menyatakan bahwa, beberapa guru IPA di MTs. Ma’arif Ambulu merasa terbatas dengan bahan ajar yang dimiliki oleh sekolah. Guru IPA di sekolah sendiri masih menggunakan buku dan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang didalamnya belum bisa menggambarkan pemahaman secara jelas kepada siswa, khususnya pada materi zat aditif dan adiktif. Adapun buku paket IPA namun masih ada kekurangan dalam jumlah buku paket IPA yang dimiliki.
Setiap siswanya tidak bisa mendapatkan sendiri-sendiri melainkan dua siswa satu buku paket. Dari persoalan tersebut yang membuat siswa sulit memahami materi dikarenakan harus bergantian ketika ingin menggunakan buku yang disediakan oleh sekolah. Berbeda dengan sekolah yang sudah memiliki fasilitas pendukung pembelajaran berupa buku paket, siswa dapat menggunakannya secara langsung tanpa bergantian dengan siswa yang lain.
Hal berbeda di rasa oleh sekolah yang menggunakan buku paket dan LKS yang digunakan belum menyajikan contoh makanan tradisional dan makanan khas pada materi zat aditif dalam bahan makanan dan zat adiktif dalam minuman maupun obat-obatan sekaligus dampaknya bagi kesehatan.7
Untuk memperbaiki masalah belajar siswa yang ada di MTs. Ma’arif Ambulu Jember, maka perlu adanya perbaikan proses belajar supaya siswa
6 M.Pd Yul Ifda Tanjung, S.Pd., M.Pd Drs. Abu Bakar, M.Pd Dr. Dewi Wulandari, S.Si Rajo Hasim Lubis, S.Pd., Kajian Pengetahuan Konseptual (Teori Dan Soal) (Bandung: Media Sains Indonesia, 2020).
7 Ibu Dewi Wulandari, S.Pd (Guru IPA). MTs. Ma’arif Ambulu. Juni 2021
aktif dalam belajar di kelas, paham pada materi, salah satu upayanya melalui pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar diperlukan saat proses belajar, untuk mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan suatu bahan ajar yang inovatif yang nantinya dapat berguna bagi peserta didik. Pengembangan bahan pembelajaran adalah satu dari beberapa kompetensi yang perlu dikuasai pendidik dalam melaksanakan pembelajaran IPA. Hal ini penting dilakukan agar efektifitas dan efisiensi pembelajaran terwujud serta pembelajaran berjalan sesuai tujuan yang akan dicapai.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 menghendaki agar guru memiliki kemampuan dalam proses pengembangan bahan ajar, sehingga tergambar pada pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran ada setiap jenjang pendidikan. Dalam perencanaan pembelajaran sumber belajar merupakan bagian penting yang harus ada, oleh sebab itu pengembangan sumber belajar menjadi prioritas perbaikan oleh guru.8
Banyak bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran yang bisa dirancang dan dimodifikasi dalam rangka pengembangannya, salah satunya adalah handout. Handout yang digunakan sebagai sumber belajar khususnya pada pembelajaran IPA dapat membantu siswa agar konsep konsep IPA yang abstrak bisa menjadi terasa lebih konkrit dan kontekstual sehingga materi yang sedang dipelajari mudah dipahami.9 Handout merupakan salah satu
8 Rikizaputra et al., “Analisis Effect Size Pengaruh Modul Berbasis Sainstifik Pada Pembelajaran IPA,” Jurnal Pendidikan IPA 11, no. 1 (2021): 38–46, https://doi.org/10.24929/lensa.v11i1.161.
9 Adlim Trio Salfrika, “Pengembangan Handout Berbasis Kontekstual Pada Materi Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi Untuk Sma / Ma Kelas XI IPA,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
contoh dari bentuk bahan ajar cetak. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.
Handout dimaksudkan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik.
Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.
Fungsi dari handout yaitu membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat pokok- pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik, dan menilai hasil belajar.10
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah perlu adanya media pembelajaran. Handout merupakan sebuah media pembelajaran yang menjadi salah satu unsur untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Media pemberlajaran berupa handout yang berupa alat dan sumber pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja tidak harus dalam lingkungan sekolah. Peran dan tugas guru bergeser dari sumber belajar menjadi peran pengelola sumber belajar dan melalui penggunaan berbagai sumber tersebut diharapkan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran. Tidak hanya bahan ajarnya saja yang diperlukan melainkan proses belajara siswa juga perlu adanya perhatian. Contextual Pendidikan Kimia (JIMPK) 2, no. 3 (2016): 17–26, http://jim.unsyiah.ac.id/pendidikan-
kimia/article/view/1296.
10 Atina Nur Faizah and Eko Setyadi Kurniawan, “Pengembangan Handout Fisika Berbasis Guided Note Taking Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014,” RADIASI: Jurnal Berkala Pendidikan Fisika 5, no. 2 (2014): 53–57.
Theacing and Learning (CTL) adalah proses yang pendidikan yang bertujuan untuk menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek – subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan di antaranya, Pertama pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menganut aliran konstruktivisme, yang menganggap siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Kedua pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Pendekatan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) juga dapat membangun keterkaitan materi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.11
Menarik atau tidaknya suatu handout bukan menjadi standar satu satunya, tetapi rasa ingin tahu terhadap materi yang akan mereka pelajari harus tumbuh setelah mengunakan suatu handout tersebut, karena rasa ingin tahu memberikan dampak pada prestasi belajar siswa. Tingginya keingintahuan siswa pada konsep yang dipelajari akan memotivasi siswa lebih giat belajar sehingga terjadi peningkatan keterampilan berpikir tinggi
11 Ahmad Amin and Sulistiyono Sulistiyono, “Pengembangan Handout Fisika Berbasis Contextual Teaching and Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Sma,”
Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha 11, no. 1 (2021): 29, https://doi.org/10.23887/jjpf.v11i1.33436.
dan prestasi belajar siswa. Berpikir tingkat tinggi seperti berikir kritis dan keterampilan lainnya merupakan bagian penting dewasa ini yang perlu dikuasai siswa melalui proses pembelajaran yang dilaluinya. Artinya harus ada strategi yang tepat yang harus digunakan sebagaimana diantaranya yang diharapkan dari penerapan handout dalam pembelajaran.12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah validitas terhadap pengembangan bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran IPA materi zat aditif dan adiktif untuk siswa SMP/MTs kelas VIII ?
2. Bagaimanakah hasil respons siswa terhadap pengembangan handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran IPA materi zat aditif dan adiktif untuk siswa SMP/MTs kelas VIII?
C. Tujuan Penelitian Pengembangan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui validitas pengembangan bahan ajarr handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran IPA materi zat aditif dan adiktif untuk siswa SMP/MTs kelas VIII .
2. Untuk mengetahui hasil respons siswa terhadap pengembangan bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning pada
12 Tema Mata et al., “Unnes Science Education Journal” 3, no. 2 (2014).
pembelajaran IPA materi zat aditif dan adiktif untuk siswa SMP/MTs kelas VIII.
D. Spesifikasi Produk
1. Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis handout. Pada handout ini disusun dengan sub bab materi sehingga mempermudah pembaca (siswa) dalam mencari informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan Zat Aditif dan Zat Adiktif. Pada handout ini pula terdapat gambar sehingga dapat mempermudah pembaca memahami materi.
2. Bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning ini memiliki kelengkapan bahan ajar berupa; bagian awal meliputi: judul, daftar isi. Bagian isi meliputi: kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), peta konsep, tujuan pembelajaran, dan ringkasan materi. Bagian akhir meliputi: rangkuman, refleksi, latihan soal, referensi, dan biografi peneliti.
3. Bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning dapat digunakan sebagai buku penunjang pembelajaran di SMP/MTs.
4. Bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning materi zat aditif dan adiktif ini dapat digunakan secara langsung seperti buku-buku pembelajaran yang lainnya. Karena handout ini sangat mudah sekali untuk dipelajari secara langsung dimanapun dan kapanpun.
5. Bahan ajar handout IPA berbasis Contextual Teaching and Learning ini dibuat dan selajutnya dicetak seperti buku ajar yang lainnya. Nantinya
handout ini dapat dijadikan buku pegangan sekaligus sebagai referensi tambahan yang berkaitan dengan materi zat aditif dan adiktif bagi siswa dikala keterbatasan buku ajar di sekolah
E. Manfaat Penelitian Pengembangan
Adanya bahan ajar IPA berupa Handout diharapkan bisa memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan seluruh pihak yang terlibat termasuk peneliti sendiri.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memahami materi IPA kelas VIII yaitu Zat Aditif dan Adiktif, serta dapat mempersembahkan inovasi baru dalam pembuatan media pembelajaran serta menambah referensi tambahan bagi peserta khususnya berupa Handout IPA yang dibuat sendiri oleh peneliti.
b. Bahan ajar berupa Handout ini nantinya dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh guru dan siswa sebagai referensi tambahan.
c. Selain dapat digunakan sebagai referensi tambahan Handout IPA ini diharapkan dapat mendukung jikalau ada kekurangan bahan ajar yang digunakan oleh guru dan siswa.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
Adanya bahan ajar berupa Handout ini dapat dijadikan referensi belajar tambahan siswa ketika di sekolah maupun di rumah sekaligus
menjadi tambahan informasi dan pengetahuan siswa mengenai materi zat aditif dan adiktif serta dapat menambah semangat belajar siswa.
b. Bagi Guru
Adanya penelitian ini memungkinkan guru untuk dapat mengembangkan media pembelajaran berupa Handout IPA ketika guru ingin memberikan materi yang lebih kompleks kepada peserta didiknya dan juga dapat membantu apabila guru kekurangan bahan ajar.
c. Bagi Sekolah
Adanya pengembangan bahan ajar IPA berupa Handout diharapkan dapat memberikan kontribusi baru kepada sekolah dan juga kepada guru IPA terkait sarana media pembelajaran yang digunakan disekolah.
d. Bagi Peneliti
Adanya pelitian yang dilakukan ini dapat mengetahui sejauh mana kebermanfaatan dan keefektifan Handout IPA terhadap peserta didik dan juga dapat menambah pengalaman bagi peneliti sendiri ketika ingin membuat inovasi media pembelajaran yang lain sesuai dengan kebutuhan sekolah.
e. Bagi peneliti lain, hasil pengembangan bahan ajar diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu rujukan untuk melakukan penelitian dan pengembangan media lain.
f. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar pijakan bagi penelitian yang akan datang apabila mengadakan penelitian pada objek yang sama dan lokasi yang berbeda.
g. Hasil temuan dapat menjadi sarana proses belajar mengajar.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Pengembangan
Asumsi penelitian dan pengembangan media pembelajaran IPA berbasis Handout, antara lain :
1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan
a. Media yang dikembangkan adalah media pembelajaran berupa Handout IPA pada materi Zat Aditif dan Adiktif dapat digunakan siswa sebagai sumber belajar serta bisa dipergunakan kapanpun dan dimanapun.
b. Media pembelajaran berupa Handout merupakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa serta memudahkan siswa dalam memahami materi khususnya pada materi Zat Aditif dan Adiktif, karena di dalam Handout sendiri terdapat berbagai informasi yang disusun seefektif mungkin agar siswa dan memahami dengan mudah.
c. Media pembelajaran berupa Handout juga dapat memabantu siswa sebagai referensi belajar dan juga meminimalisir siswa untuk tidak banyak mencatat, karena di dalam Handout sendiri disusun sekompleks mungkin mengenai materi zat aditif dan adiktif.
d. Media pembelajaran IPA berupa Handout dapat digunakan peserta didik SMP/MTs kelas VIII semester genap.
e. Uji coba yang dilakukan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap media pembelajaran berupa Handout yang dikembangkan.
f. Materi yang dikembangkan berupa materi zat aditif dan adiktif.
2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
a. Bahan ajar handout IPA ini digunakan untuk siswa kelas VIII SMP/MTs pada umumnya dan khsusnya siswa kelas VIII MTs.
Ma’arif Ambulu Jember.
b. Bahan ajar berbasis handout hanya dikhususkan pada materi KD 3.6 yang menjelaskan mengenai materi zat aditif dan adiktif serta dampaknya bagi kesehatan manusia.
c. Uji coba produk yang dilakukan untuk mengetahui respons siswa terhadap bahan ajar handout yang dikembangkan.
d. Model pengembangan yang digunakan pada penelitian pengembangan bahan ajar berbasis handout ini adalah model pengembangan ADDIE yaitu singkatan dari Analisys, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations merupakan model pengembagan yang digunakan oleh peneliti. Model ADDIE adalah model penelitian dan pengembangan lebih rasional serta lengkap dibanding 4D.13
G. Definisi Operasional
13 I Made Tegeh and I Made Kirna, “Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan Dengan ADDIE Model,” Jurnal Pendidikan 11, no. 1 (2013): 16.
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Model penelitian ADDIE merupakan model penelitian yang sistematis dan menekankan suatu komponen lebih berkoordinasi dengan tahapan satu dengan yang lainnya.
2. Bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatau kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh/ terpadu.14
3. Pembelajaran IPA ditingkat SMP/MTs dikemas menjadi IPA terpadu yang meliputi fisika, kimia, dan biologi. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan melalui penggunaan serta pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah peserta didik.
4. Handout merupakan salah satu contoh dari bentuk bahan ajar cetak.
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout dimaksudkan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik.
14 Asep Herry Hernawan, Permasih, and Laksmi Dewi, “Pengembangan Bahan Ajar Tematik,”
Direktorat UPI Bandung, 2012, 1489–97,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/19460129198 1012-PERMASIH/PENGEMBANGAN_BAHAN_AJAR.pdf.
5. Zat Aditif dan Adiktif merupakan materi yang terdapat pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk siswa kelas VIII SMP/MTs. Kompetensi dasar (KD) dari materi tersebut yaitu menjelaskan berbagai zat aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif dan dampaknya terhadap kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Handout IPA Berbasis Contextual Teaching and Learning Pada Pembelajaran IPA Materi Zat Aditif dan Adiktif Kelas VIII SMP/MTs” yang menurut peneliti belum pernah menemukan topik yang sama. Namun, ada beberapa hasil penelitian yang dianggap mempunyai relevansi dan penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Apit Faturrohman tahun 2017 dengan judul “Pengembangan Handout Fisika Materi Hukum Gerak Newton Berbasis Cotextual Teaching and Learning di Sekolah Menengah Atas (SMA)”.15
Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian pengembangan dengan model ADDIE Analisis (Analysis), Perancangan (Design), Pengembangan (Development), Pelaksanaan (Implementation), dan Evaluasi (Evaluation) yang memiliki tujuan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran menggunakan Handout dan diterapkan pada mata pelajaran hukum gerak newton. Dalam penelitian ini melibatkan siswa kelas X SMA Plus Negeri 2 Banyuasin dengan jumlah 12 siswa
15 Apit Fathurohman, “Pengembangan Handout Fisika Materi Hukum Gerak Newton Berbasis Contextual Teaching and Learning Di Sekolah Menengah Atas ( SMA ),” Seminar Nasional Pendidikan IPA 1 (2017): 187–97.
sebagai subjek penelitian. Peneliti menggunakan analisis data skala Likert, analisis statistik deskriptif, dan analisis perbandingan berkorelasi.
Hasil penelitian yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran Handout yang diterapkan dalam penelitiannya dapat membantu siswa kelas X SMA Plus Negeri 2 Banyuasin dalam memahami materi IPA fisika mengenai hukum gerak newton.
2. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Zulherman, Desnita dan Erfan Handoko tahun 2015 dengan judul “Pengembangan Handout Berbasis Contextual Teaching and Learning Untuk Fisika SMA Kelas XI Semester II Pada Materi Fluida Dinamis”16
Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian pengembangan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan model ADDIE Analisis (Analysis), Perancangan (Design), Pengembangan (Development), Pelaksanaan (Implementation), dan Evaluasi (Evaluation) yang memiliki tujuan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran menggunakan Handout yang berguna meningkatkan hasil pemahaman belajar siswa kelas XI IPA SMAN 9 Jakarta Timur mata pelajaran kimia materi fluida dinamis. Hasil penelitian menunjukkan penelitian handout berbasis contextual teaching and learning, dapat disimpulan bahwa: (1) Pengembangan handout melalui beberapa tahap dengan menggunakan model ADDIE yaitu Analysis (analisis), Design
16 Zulherman, Desnita, and Erfan Handoko, “Pengembangan Handout Berbasis Contextual Teaching and Learning Untuk Fisika Sma Kelas Xi Semeter Ii Pada Materi Fluida Dinamis,”
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 IV (2015): 191–96, http://snf- unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2015/.
(desain), Development (pengembangan), Implementation (pelaksanaan) dan Evaluation (evaluasi). (2) Hasil penilaian validator ahli terhadap kelayakan atau kualiatas handout berbasis contextual teaching and learning diperoleh nilai dengan rata-rata sebesar 86% ini menunjukkan bahwa aspek kesesuaian materi modul ini sangat baik. Untuk aspek ketepatan materi pada modul memperoleh persentase skor sebesar 88,57% yang menunjukkan bahwa ketepatan materi pada modul ini sangat baik. Untuk aspek isi materi modul memperoleh presentase sebesar 88,57% yang menunjukkan bahwa isi materi modul sangat baik.
Untuk aspek kemampuan menyelesaikan masalah memperoleh skor 90%
yang menunjukkan bahwa isi materi dalam modul sangat baik untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Untuk aspek desain bahasa penulisan memperoleh presentase skor 86% yang menunjukkan bahwa bahasa penulisan pada modul sangat baik.
3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Emelinda Hermina Mensi dan Dwi Candra Setiawan tahun 2021 dengan judul “Pengembangan Handout Materi Ekosistem Berbasis Contekstual Learning”17
Model pengembangan 4D digunakan dalam penelitian ini. Akan tetapi penelitian ini hanya terbatas pada 3 tahapan saja dari pengembangan model 4D tersebut. Tahapan pengembangan dalam penelitian ini adalah pendefinisian (define), perencanaan (design) dan pengembangan (develop). Pada penelitian pengembangan kali ini terbatas pada tahapan
17 Emelinda Hermina Mensi and Dwi Candra Setiawan, “Pengembangan Handout Materi Ekosistem Berbasis Contekstual Learning,” EduBiologia: Biological Science and Education Journal 1, no. 2 (2021): 109, https://doi.org/10.30998/edubiologia.v1i2.9563.
develop saja dikarenakan keterbatasan waktu. Akan tetapi peneliti juga melakukan hasil kajian literatur penelitian sejenis untuk dapat menunjang dan memperkuat dalam melaksanakan tahapan penelitian ini.
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Yang Dilakukan Peneliti Sekarang
Judul Peneliti Persamaan Perbedaan
Pengembangan Handout Fisika Materi Hukum Gerak Newton Berbasis
Cotextual
Teaching and Learning di Sekolah
Menengah Atas (SMA)
Apit
Faturrohman (2017)
- Menggunakan media
pembelajaran berupa Handout - Menggunakan
jenis pelitian dan pengembangan (research and development) dengan model ADDIE yaitu Analysis
(analisis), Design (desain),
Development (pengembangan), Implementation (pelaksanaan) dan Evaluation (evaluasi)
- Objek penelitian terdahulu yaitu siswa SMA kelas VII,
sedangkan objek
penelitian saat ini yaitu siswa SMP kelas X.
- Mata pelajaran yang digunakan pada materi media
pembelajaran penelitian terdahulu adalah mata pelajaran IPA materi hukum gerak newton, sedangkan penelitian saat ini adalah mata
pelajaran IPA kimia materi zat aditif dan adiktif.
Pengembangan Handout Berbasis Contextual
Zulherman, Desnita dan Erfan
- Menggunakan media
pembelajaran
- Tujuan penelitian terdahulu
Teaching and Learning Untuk
Fisika SMA
Kelas XI
Semester II Pada Materi Fluida Dinamis
Handoko (2015)
Handout - Menggunakan
jenis pelitian dan pengembangan (research and development) dengan model ADDIE yaitu Analysis
(analisis),
Design (desain), Development (pengembangan), Implementation (pelaksanaan) dan Evaluation (evaluasi).
adalah peguasaan konsep-konsep fluida dinamis yang bersifat teoritis dan abstrak,
sedangkan penelitian saat ini validitas dan respons siswa.
- Objek penelitian terdahulu yaitu siswa kelas XI SMA,
sedangkan penelitian saat ini yaitu siswa kelas VIII SMP.
Pengembangan Handout Materi Ekosistem
Berbasis Contekstual Learning
Emelinda Hermina Mensi dan Dwi Candra Setiawan (2020)
- Menggunakan media
pembelajaran Handout - Menggunakan
jenis pelitian dan pengembangan (research and development) dengan model
model 4D
tersebut.
Tahapan pengembangan dalam penelitian ini adalah pendefinisian (define), perencanaan (design) dan pengembangan (develop). Akan tetapi penelitian
ini hanya
- Tujuan penelitian terdahulu yaitu agar siswa mempunyai konsep diri yang positif, sedang tujuan penelitian saat ini yaitu validitas pengembangan media dan mengetahui hasil respons siswa.
- Objek penelitian terdahulu yaitu siswa SMP kelas VII, sedangkan penelitian saat ini yaitu siswa
terbatas pada 3 tahapan saja dari pengembangan
model 4D
tersebut.
SMP kelas VIII.
B. Kajian Teori
1. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna, kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan (Development) untuk menghasilkan produk yang mengkaji keefektifan produk yang dibuat.18 2. Model Pengembangan ADDIE
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development Or Production, Implementation, end Evaluation. Model ini digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan bahan ajar. Model ADDIE dikembangkan oleh R.M Branch untuk merancang sistem pembelajaran. Menurut Branch, model sendiri adalah sebuah konsep untuk mengembangkan sebuah produk. Model ADDIE memiliki penerapan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik yang inovatif, otentik, dan inspirasional.19 Produk yang dihasilkan memiliki konsep yang sistematis dalam development yang disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik. Merancang media pembelajaran menggunakan model
18 Sugiyono, Metode Penelitian Dan Pengembangn (Research and Development), ke-4 (Bandung:
Alfabeta, 2019).
19 Debby Cennamo Katherine and Kalk, “Introduction to Instructional Design,” Real World Instructional Design, 2005, 1–19.
ADDIE agar menjadi media yang efektif untuk digunakan sebagai sumber belajar peserta didik, karena ADDIE digunakan sebagai kerangka panduan untuk mengembangkan produk pendidikan.
Model pengembangan ADDIE terdiri atas lima tahap pengembangan yaitu analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi).
a. Tahap Analisis (Analysis)
Tahap analisis merupakan suatu proses yang akan mendefinisikan yang dipelajari peserta didik, dengan menentukan hal yang akan dipelajari. Pengembangan pembelajaran diawali dengan masalah dalam pembelajaran yang sudah diterapkan, kemudian menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan baru tersebut.
b. Tahap Perancangan (Design)
Tahap Perancangan ini bertujuan untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan dalam proses pengembangan dan dapat mendukung pembelajaran di sekolah. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang di mulai dari menetapkan tujuan pembelajaran, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
c. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini berisi realisasi rancangan produk yang siap diimplementasikan dari tahap perancangan.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Pada tahap ini rancangan dan metode yang dikembangkan pada situasi nyata di kelas. Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang dikembangkan.
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi digunakan untuk memberikan tahap umpan balik kepada pihak pengguna. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi dan kebutuhan yang belum terpenuhi. 20
3. Bahan Ajar
Bahan ajar (learning materials) merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh/terpadu. Untuk itu sangat penting seorang tenaga didik memiliki kompetensi mengembangkan bahan pembelajaran yang baik sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan yang diperlukan, sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, serta siswa pun memiliki aktivitas belajar yang cukup baik. Bahan pembelajaran dalam konteks
20 Endang Mulyatiningsih, “Modul Pelatihan Pendidikan Profesi Guru Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta,” Bandung Rosdakarya, 2009, 1–22, staff.uny.ac.id.
pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada, karena bahan pembelajaran merupakan suatu komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan bahan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya.
Bahan pembelajaran dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pembelajarannya. Sebagai ilustrasi, modul HAM adalah salah satu bahan pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan di sekolah. Fungsi dari penyusunan bahan ajar adalah:
a. Sebgai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
b. Pedoman bagi tenaga pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan siswanya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Ada dua bentuk bahan pembelajaran yaitu:
1. Bahan Pembelajaran yang “didesain” lengkap, artinya Bahan Pembelajaran yang memuat semua komponen pembelajaran secara utuh, meliputi: tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa, materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, ilustrasi/media dan peraga pembelajaran, latihan dan tugas, evaluasi, dan umpan balik.
Contoh kelompok bahan pembelajaran ini adalah, modul pembelajaran, audio pembelajaran, video pembelajaran, pembelajaran berbasis computer, pembelajaran berbasis Web/internet.
2. Bahan Pembelajaran yang “didesain” tidak lengkap, artinya Bahan Pembelajaran yang didesain dalam bentuk komponen pembelajaran yang terbatas, seperti dalam bentuk sumber belajar, media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan sebagai alat bantu ketika tenaga pendidik dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.21
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, krteria kelayakan bahan ajar adalah sebagai berikut:22 (1) komponen kelayakan isi yang meliputi: (a) cakupan meteri (b) akurasi materi (c) kemuktahiran (d) mengandung wawasan kerirausahaan (e) merangsang keingintahuan (f) mengandung kecakapan hidup (g) mengandung wawasan kebinekaan (h) mengandung wawasan konstektual. (2) komponen kelayakan bahasaan yang meliputi: (a) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik (b) komunkatif (c) dialog dan interaktif (d) lugas (e) koherensi dan keruntutan alur berpikir (f) kesesuaian dengan kaidah bahasa indonesia (g) penggunaan istilah dan simbol / lambang yang konsisten. (3)
21 Hernawan, Permasih, and Dewi, “Pengembangan Bahan Ajar Tematik.”
22 BNSP, “Standar Buku Ajar Dan Modul Ajar,” 2017.
Komponen kelayakan penyajian yang meliputi: (a) teknik penyajian (b) pendukung materi penyajian (c) penyajian pembelajaran. (4) Komponen kegrafikan yang meliputi: (a) ukuran / format, (b) desain bagian kulit, (c) desain bagian isi, (d) kualitas kertas.
4. Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan proses membina peserta didik untuk mencapai tujuan yang efektif serta efisisen yang di dalamnya menggambarkan komponen proses dalam kurikulum. 23 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mampu membantu dalam mengembangkan sikap ilmiah, daya nalar, menganalisis serta memecahkan segala persoalan yang berkaitan dengan alam karena karakterisitik IPA yaitu dekat dengan lingkungan, sehingga mengarahkan seorang siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pembelajaran IPA sesuai dengan perkembangan kurikulum 2013, yang menerapkan pembelajaran berbasis saintifik yang melibatkan kemampuan siswa untuk menghadapi suatu masalah serta melibatkan seluruh indera manusia dalam memperoleh informasi, hal ini juga bertujuan agar siswa dapat aktif, kreatif dan mampu berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dilingkungan sekitar. Pendekatan ilmiah atau dapat disebut pendekatan saintifik merupakan perpaduan antara pendekatan induktif dengan pendekatan deduktif, sehingga untuk memperoleh suatu pengetahuan yang baru siswa perlu menggunakan teori-teori untuk dikorelasikan dengaan
23 P B Purba et al., “Kurikulum Dan Pembelajaran,” 2021,
https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=EAgiEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA55&dq=kurik ulum+dan+pembelajaran&ots=CHIa8f_Drn&sig=fsriBBRzNZe_iPkPXsOsC_ySm-M.
pengamatan yang dilakukan. Dengan cara tersebut siswa juga dapat membuktikan teori yang telah ada. 24
Pembelajaran IPA tidak hanya terdiri dari hafalan, pemahaman konsep, ataupun fakta yang terjadi di alam, melainkan juga merupakan suatu proses untuk memperoleh suatu penemuan baru. Adanya pembelajaran IPA di sekolah salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan sikap ilmiah dari seorang siswa. Tujuan tersebut dapat tercapai jika melalui kegiatan pembelajaran IPA yang efektif seorang guru mampu membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tersebut. Pada kegiatan pembelajaran pemilihan model pembelajaran yang bervariatif sangatlah diperlukan untuk merangsang keaktifan siswa di kelas, dan guru harus menghindari model pembelajaran yang bersifat konvensional karena kemungkinan besar siswa akan mengalami kejenuhan dan berkurangnya minat belajar siswa. Media pembelajaran juga berperan penting dalam tercapainya sebuah tujuan pembelajaran IPA, dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan sangat membantu siswa memahami materi serta dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. 25
Dari paparan diatas IPA merupakan ilmu yang mempelajari kejadian alam maupun keadaan sekitar hingga tersusun sistematis melalui kegiatan observasi, konsep berupa penemuan, dan percobaan secara nyata
24 Dendi Ahmad Ardaya, “Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Ipa Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1, no. 1 (2016):
72–83, https://doi.org/10.17509/jpgsd.v1i1.9065.
25 Devi Kurniasih, “Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share,” Natural: Jurnal Ilmiah Pendidikan IPA 5, no. 1 (2018): 7,
https://doi.org/10.30738/natural.v5i1.2539.
dengan menggunakan sikap ilmiah. Hasil eksperimen yang terus disempurnakan dalam kegiatan manusiaa akan baik jika menggunakan metode ilmiah. Dengan adanya sains dapat mempelajari alam sekitar dan mengembangkan pengetahuan serta menerapkan di kehidupan masyarakat.
Pemberian pengalaman secara nyata merupakan proses pembelajaran yang berguna untuk mengembangkan kompetensi serta memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.26
Evaluasi adalah alat untuk menentukan ketercapaian seorang siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Kriteria penilaian digunakan untuk menentukan kemajuan siswa yang dicapai serta mengacu pada tujuan tertentu sehingga bisa mengetahui besar kecilnya pengaruh media pembelajaran terhadap keberhasilan belajar seorang siswa. Hasil belajar siswa adalah suatu keberhasilan yang telah dicapai baik prestasi maupun lainnya dan tertulis dalam bentuk angka dan dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran.27
Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) ialah disiplin ilmu dari life science dan physical science. Ilmu astronomi, fisika, meteorologi, mineralogi, geologi, serta kimia merupakan kelompok ilmu physical science.
Sedangkan biologi yang meliputi zoologi, anatomi, dan fisiologi
26 Jurnal Pendidikan Tambusai, “Jurnal Pendidikan Tambusai Jurnal Pendidikan Tambusai” 4 (2020): 105–14.
27 Nunung Nuriyah, “Evaluasi Pembelajaran: Sebuah Kajian Teori,” Jurnal Edueksos 3, no. 1 (2014): 73–86, https://doi.org/10.1165/rcmb.2013-0411OC.
merupakan kelompok ilmu life science. Pembelajaran sains yang berlangsung pada umumnya lebih menekankan pada aspek pemahaman serta pengetahuan yang merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan aspek-aspek lainnya merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan hanya sebagoan kecil yang dilakukan. Hal ini mengakibatkan keterampilan berpikir siswa tidak ada kemajuan dengan baik. Proses pembelajaran hanya diarahkan pada kemampuan seorang anak untuk mengetahui informasi dan tidak diarahkan untuk mengembangkan karakter serta potensi peserta didik dalam berpikir kritis sesuai dengan sasaran pembelajaran abad 21.28
5. Handout
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang digunakan seseorang dalam memperoleh informasi dan pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk suplemen dalam belajar. Jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya, media cetak seperti buku, majalah, artikel dan saat ini berkembang pula berbagai media elektronik moderen, selain media cetak dan elektronik menggunakan alam sekitar sebagai sumber belajar dapat menjadi alternatif. Penggunaan sumber belajar memiliki tujuan untuk perbaikan dalam proses pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar adalah bahan ajar handout. Handout merupakan sumber belajar tertulis yang
28 Wiwin Puspita Hadi, Yunin Hidayati, and Irsad Rosidi, “Respon Guru Ipa Terhadap
Pembelajaran Ipa Berintegrasi Etnosains: Studi Pendahuluan Di Kabupaten Bangkalan,” LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA 10, no. 1 (2020): 46–53,
https://doi.org/10.24929/lensa.v10i1.92.
didalamnya berisikan berbagai konsep penting dari suatu bagian dalam satu materi pembelajaran atau materi secara lengkap.29
Handout merupakan salah satu contoh dari bentuk bahan ajar cetak.
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout dimaksudkan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.30
Fungsi dari handout yaitu membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik, dan menilai hasil belajar.
Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka penyusunan handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya pengetahuan peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya. Langkah-langkah menyusun Handout adalah sebagai berikut:
29 S. Wulandari, E. Suarsini, and I. Ibrohim, “Pemanfaatan Sumber Belajar Handout Bioteknologi Lingkungan Untuk Meningkatkan Pemahamankonsep Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang,”
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan 1, no. 5 (2016): 881–84, https://doi.org/10.17977/jp.v1i5.6297.
30 Faizah and Kurniawan, “Pengembangan Handout Fisika Berbasis Guided Note Taking Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014.”
a. Melakukan analisis kurikulum.
b. Menentukan judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dipelajari.
c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan.
d. Menulis Handout dengan kalimat yang singkat, padat, jelas.
e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan.
f. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi Handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Handout juga sama seperti media pembelajaran yang lainnya, memiliki kelebihan dan kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kelebihan yang dimiliki handout antara lain:
a. Dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran.
b. Meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Memelihara kekonsistenan penyampaian materi pelajaran di kelas oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran.
d. Dapat memperkenalkan informasi atau teknologi baru.
e. Dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa.
f. Mendorong keberanian siswa untuk berprestasi.
g. Dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan.
Kekurangan yang dimiliki handout antara lain:
a. Sulit menampilkan gerak dan suara.
b. Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikian rupa.
c. Cepat rusak dan hilang.
d. Umumnya keberhasilannya hanya ditingkat kognitif.31
Spesdifikasi produk yang diharapkan pada handout yang akan dikembangkan adalah:
1. Terdapat cover handout.
2. Isi handout disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3. Indikator pembelajaran.
4. Tujuan pembelajaran.
5. Kata pengantar.
6. Daftar isi.
7. Materi dikembangkan semenarik mungkin sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
8. Penulisan handout menggunakan bahasa yang sangat sederhana.32 Berdasarkan masalah-masalah media ataupun bahan ajar, maka perlu dikembangkan suatu bahan ajar yang dapat membantu siswa untuk belajar dan memahami konsep kimia serta mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan yaitu berupa handout kimia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata
31 Ayda Silfi Yana, Syakbaniah, and Zulhendri Kamus, “Pengembangan Handout Bebrbasis Model Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahan Zat Untuk Pembelajaran Ipa Fisika Smp Kelas Vii Semester 1,” Pillar of Physics Education 3, no. April (2014): 9–16.
32 Kelik Purwanto, “Pengembangan Handout Untuk Siswa Kelas V SD 14 Koto Baru Pada Materi Bermain Drama,” Jurnal Tarbiyah 14, no. 1 (2017): 137–55.
context yang berarti “hubungan, koteks, suasana dan keadaan (konteks)”.
Adapun pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas adalah sebagai berikut: Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (conctructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic assessment).33
6. Zat Aditif dan Adiktif a. Zat Aditif
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh- tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah
33 Muhammad Putra Wahyu Perdana, “Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran Sejarah” II, no. 01 (2020): 1–12, https://doi.org/10.35542/osf.io/8qy5f.
menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan.
1. Pewarna
Bahan pewarna adalah zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan warna pada makanan atau minuman. Bahan pewarna dicampurkan untuk memberi warna pada makanan, meningkatkan daya tarik visual pangan, merangsang indera penglihatan, menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau mengatasi perubahan warna.
Ada 2 jenis bahan pewarna pada makanan yaitu alami dan sintetis (buatan).34
a. Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari alam, baik dari tumbuhan dan hewan. kunyit (warna kuning), daun suji dan daun pandan (warna hijau), warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah kecoklatan), cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah). Pewarna alami ini sangat aman bagi kesehatan manusia.
Pewarna alami mempunyai keunggulan, yaitu umumnya lebih sehat untuk dikonsumsi daripada pewarna buatan. Namun, pewarna makanan alami memiliki beberapa kelemahan, yaitu cenderung memberikan rasa dan aroma khas yang tidak diinginkan, warnanya
34 Siti Zubaidah, Ilmu Pengetahuan Alam, ke-7 (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2017).
mudah rusak karena pemanasan, warnanya kurang kuat (pucat), dan macam warnanya terbatas.35
Tabel 2.1 Beberapa contoh bahan pewarna alami
b. P e w a r
b. Pewarna Buatan
Pewarna buatan atau sintetis yang terbuat dari bahan kimia.
Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibanding pewarna alami, yaitu harganya murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih kuat, macam warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena pemanasan. Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen. Contoh bahan pewarna buatan seperti tartrazin untuk warna kuning, bliliant blue untuk warna biru, alura red untuk warna merah. Meski aman dalam takran tertentu, namun
35 Zubaidah...76
No Warna yang diinginkan Contoh sumber
1 Biru Buah murbei, buah anggur
2 Coklat Buah pinang, kakao, karamel
3 Merah Buah naga, buah bit
4 Jingga Buah somba
5 Hijau Daun suji
6 Merah muda Kulit kayu mahoni
7 Orange Wortel
8 Kuning Kunyit