IN-LINE BERBASIS MOODLE UNTUK PESERTA DIDIK KELAS XI SMK TEUKU UMAR SEMARANG
Proposal Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
Oleh
Moh. Fachriza Maulana NIM 5202419065
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2023
i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...iv
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Masalah...8
1.3 Pembahasan Masalah...9
1.4 Rumusan Masalah... 10
1.5 Tujuan...11
1.6 Manfaat...12
1.6.1 Manfaat Teoritis...12
1.6.2 Manfaat Praktis...12
1.7 Sepesifikasi Produk yang Dikembangkan...13
1.8 Asumsi dan Keterbatasan...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA...14
2.1 Kajian Pustaka...14
2.2 Landasan Teori... 19
2.2.1 Media Pembelajaran...19
2.2.2 Learning Management System (LMS)...23
2.2.3 Perangkat Lunak moodle...27
2.2.4 Model Problem Based Learning...30
2.2.5 Sistem Bahan Bakar Diesel Pompa Injeksi In-line...34
2.2.6 Hasil Belajar...66
2.3 Kerangka Berfikir...68
2.4 Perhitungan Penelitian...71
BAB III METODE PENELITIAN...72
ii
3.3 Uji Coba Produk...80
3.3.1 Desain Uji Coba...80
3.3.2 Subjek Uji Coba...81
3.3.3 Jenis Data...81
3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data...82
3.3.5 Teknik Analisis Data...88
iii
Tabel 2. 2 Perbedaan utama motor diesel dan motor bensin...36
Tabel 3. 1 Kriteria penskoran nilai validitas...83
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media...83
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Maateri...84
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Tes...86
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Instrumen Tanggapan Peserta Didik...87
Tabel 3. 6 Kriteria Penilaian Media Pembelajaran...89
Tabel 3. 7 Kriteria Penskoran Tanggapan Siswa...89
Tabel 3. 8 Tingkat Kesukaran Soal...92
Tabel 3. 9 Interprestasi Daya Pembeda...93
Tabel 3. 10 Perolehan Indeks Gain...95
iv
Gambar 2. 2 Proses pembakaran motor diesel...38
Gambar 2. 3 Ruang bakar langsung...39
Gambar 2. 4 Ruang bakar muka...40
Gambar 2. 5 Ruang bakar pusar...41
Gambar 2. 6 Ruang bakar Air Cell...42
Gambar 2. 7 Pompa injeksi in-line...50
Gambar 2. 8 Pompa injeksi in-line ukuran M...50
Gambar 2. 9 Pompa injeksi in-line ukuran A...51
Gambar 2. 10 Pompa injeksi in-line ukuran MW...51
Gambar 2. 11 Pompa injeksi in-line ukuran P...52
Gambar 2. 12 Tanki Bahan Bakar...53
Gambar 2. 13 Sistem kelistrikan sedimenter...54
Gambar 2. 14 Saringan bahan bakar dan sedimenter...55
Gambar 2. 15 Pompa pemindah untuk pompa injeksi in-line...55
Gambar 2. 16 Cara kerja pompa pemindah pada pompa injeksi in-line...56
Gambar 2. 17 Kontruksi pompa injeksi in-line...57
Gambar 2. 18 Cara kerja elemen pompa injeksi in-line...58
Gambar 2. 19 Kontruksi dan tipe nozzle injeksi...59
Gambar 2. 20 Kerja nozzle injeksi tipe pin...60
Gambar 2. 21 Kontruksi nozzle injeksi...60
Gambar 2. 22 Pengontrolan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan...61
Gambar 2. 23 Katup penyalur... 62
Gambar 2. 24 Cara kerja katup penyalur...63
Gambar 2. 25 Skema aliran bahan bakar dengan pompa injeksi in-line...63
Gambar 2. 26 Timer otomatis...65
v
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan harkat dan martabatnya yang diperlukan oleh bangsa dan negara.
Disamping itu, Menurut Septian (2022) pendidikan yaitu usaha mandiri manusia dalam menumbuhkan kapasitas dan kemampuan dirinya melalui kegiatan belajar mengajar. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman etik dan budaya, meskipun demikian masyarakatnya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan masyarakat yang saling menghargai, adil, makmur dan hidup sejahtera. Sistem pendidikan di Indonesia terdapat 3 golongan, yaitu formal, informal, nonformal.
Kualitas pendidikan akan mempengaruhi sebuah bangsa untuk mengukur kemajuan pada bangsa tersebut. Menurut Marisa (2021) pendidikan yang berkualitas tinggi akan menggambarkan bahwa adanya sekumpulan individu yang maju, damai serta terarah ke dalam hal-hal yang baik. Pendidikan memberikan pengaruh besar dalam sebuah kemajuan dan peradaban, adanya pendidikan juga diharapkan bisa membuahkan hasl belajar yang maksimal serta bisa menjadikan seseorang yang memiliki tingkah laku yang terdidik. Untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan suatu negara termasuk Indonesia maka diperlukan sistem pendidikan, kurikulum, dan proses pembelajaran yang baik.
Berbagai cara telah dilakukan dengan melakukan perbaikan dari aspek kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran dan aspek lainnya, akan tetapi hasilnya pendidikan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang dicapai dalam belajar pada setiap siswa berbeda-beda. Banyak faktor yang dapat
1
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Haptina, dkk (2018) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri seorang siswa, seperti faktor jasmani dan faktor psikologis. Dan faktor eksternal adalah faktor yang ada dari luar diri siswa, seperti lingkungan keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan/masyarakat.
Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi permasalahan pendidikan yakni adanya pengaruh teknologi yang tidak tepat guna di kalangan pelajar.
Perubahan teknologi informasi pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat ditengah kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi pada saat ini tidak bisa dipungkiri dikarenakan semakin memajukan manusia dalam berbagai hal contohnya komunikasi (Iqbal dan Mutawakkil, 2021). Teknologi menjadikan kehidupan dimasyarakat semakin modern dan mudah untuk diakses dari mana saja dan kapan saja. Teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan manusia sehari-hari karena teknologi sumber yang bermanfaat untuk mempermudah setiap aktifitas kehidupan manusia. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi tersebut, memungkinkan adanya pemanfaatan dan pengembangan inovasi untuk menunjang pembelajaran yang lebih modern. Salah satu teknologi yang sering kali dipakai untuk kebutuhan manusia pada saat ini yaitu handphone (Akbar dan Noviani, 2019).
Menurut Nobisa (2020) Handphone merupakan teknologi yang paling banyak diminati masyarakat seluruh dunia, hampir semua golongan memiliki handphone mulai dari orang kaya sampai orang miskin, dari anak kecil hingga
orang tua semuanya memakai handphone sebagai kebutuhan sehari-hari.
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan sampai masuk ke dalam dunia pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan proses pembelajaran yang memanfaatkan handphone sebagai media penyampaian pembelajaran untuk meningkatkan kreatifitas dan kemampuan peserta didik. Dengan adanya perubahan teknologi yang menjadikan sarana untuk mengembangkan media pembelajaran menjadikan peserta didik dapat memahami dengan mudah materi yang disajikan (Perwanto, dkk, 2022).
Tingkat kesadaran masyarakat di Indonesia dalam memanfaatkan handphone secara maksimal tergolong masih rendah. Mayoritas kalangan pelajar menggunakan handphone untuk hiburan seperti bermain game dan media sosial.
Seperti yang disebutkan oleh (Susilawati, 2021) menyebutkan bahwa yang paling banyak diunduh pengguna handphone merupakan game yang mencapai 43,71%.
Hal ini menunjukkan bahwa handphone masih belum banyak dimanfaatkan untuk pembelajaran, namun hanya sebatas hiburan saja. Hal ini akan mengakibatkan proses pembelajaran terganggu sehingga menyebabkan kemampuan belajar peserta didik akan menurun.
Menurut Purosad, dkk (2020) pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pembelajaran akan berdampak baik untuk mengikuti perkembangan zaman, hal tersebut merupakan bentuk adaptasi dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak banyak lembaga pendidikan yang kesulitan dalam mewujudkan dan melaksanakan proses pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi informasi. Pemberian edukasi untuk memanfaatkan handphone sungguh sangat diperlukan supaya meningkatkan kesadaran akan pemanfaatan
handphone untuk menunjang pembelajaran pada kalangan pelajar (Mirasandi, dkk, 2019).
Tingkat kesadaran untuk memanfaatkan handphone sebagai media penunjang pembelajaran masih sangat rendah. Salah satunya terdapat pada kebanyakan siswa di SMK Teuku Umar Kota Semarang. Pada sekolah tersebut masih banyak siswa yang menggunakan handphone untuk kepentingan hiburan saja seperti bermain sosial media dan game online. Hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi belajar pada siswa yang akan mengakibatkan hasil prestasi belajar menjadi menurun. Pemanfaatan handphone yang digunakan untuk pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa kususnya pada materi pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in- line di SMK Teuku Umar Kota Semarang.
Media pembelajaran pada materi pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line di SMK Teuku Umar juga masih menggunakan teori dan engine stand untuk proses pembelajaran. Pembelajaran teori membutuhkan penjelasan dari guru yang sangat rinci dan siswa hanya diarahkan untuk mempelajari atau memahami materi pelajaran saja. Terkadang teori tersebut disampaikan melalui grup WhatsApps yang memungkinkan suatu saat nanti materinya dapat hilang. Pembelajaran menggunakan engine stand dapat dipelajari pada saat jam sekolah saja dikarenakan tidak dapat dibawa pulang. Hal ini menyebabkan nilai hasil belajar siswa pada materi sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line di SMK Teuku Umar masih dibawah KKM.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus bisa menciptakan suasana kelas pembelajaran yang menyenangkan dan tersistem agar dapat meningkatkan
hasil prestasi belajar siswa dan dapat menyimpan dokumen-dokumen yang di berikan kepada siswa agar tersimpan di sistem. Pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta apabila guru menggunakan model atau metode pembelajaran yang tepat seperti metode pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa dalam belajar mandiri melalui pengembangan media yang lebih bervariasi dan relevan digunakan dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Seperti yang dikatakan Audie (2019) bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu dalam keaktifan proses pembelajaran saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru harus bisa mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri yang diharapkan dapat menumbuhkan daya nalar, cara berfikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan dapat memecahkan masalah serta meningkatkan rasa ingin tahu.
Sehingga metode pembelajaran tersebut akan mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa yang lebih baik dari hasil sebelumnya.
Teknologi pendidikan merupakan salah satu disiplin ilmu pendidikan yang berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Sejak dimasukkannya unsur teknologi dalam kajian dan praktik pendidikan, dapat lahir sebuah disiplin ilmu teknologi pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dapat membawa pengaruh positif terhadap bidang pendidikan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran merupakan hal yang harus dikembangkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Menurut Darwis, dkk (2020) dengan menggunakan internet memungkinkan para pelajar untuk belajar kapan dan di mana saja dengan lingkup yang tidak terbatas dan sangat luas misalnya, dengan fasilitas email, google classroom, e-book, e-journal dan sebagainya, kita dapat bertukar informasi tanpa harus saling bertatap muka dengan
sumber informasi tersebut. Pada era globalisasi semua informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan mudah melalui akses internet. Dalam perkembangan teknologi untuk proses pembelajaran diharapkan dapat mengatasi permasalahan pembelajaran pada materi sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line di SMK Teuku Umar Kota Semarang.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memunculkan inovasi-inovasi tentang pengembangan teknologi pada lembaga pendidikan yang dapat menunjang pembelajaran. Salah satu dari inovasi tersebut merupakan pembelajaran menggunakan e-learning. E-learning ini memanfaatkan perkembangan pembelajaran yang berbasis web atau jaringan internet. Menurut Simbolon, dkk (2022) menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran e- learning dapat mempermudah jalannya pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang lebih optimal. Menurut Ariq, dkk (2020) teknologi digital pada masa ini merupakan hal yang paling mempengaruhi sistem pendidikan. Pengaruh tersebut disebabkan adanya aspek efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang disajikan dalam pembelajaran berbasis teknologi digital.
Proses pembelajaran e-learning memerlukan sebuah sistem yang dapat mengelola pembelajaran tersebut, sistem yang biasa dipakai tersebut terkenal dengan nama LMS (Learning Management System). Menurut Putra, dkk (2020) LMS merupakan sebuah perangkat lunak yang secara otomatis dapat menangani administrasi, dokumentasi kegiatan, pelaksanaan kegiatan belajar secara online dan pelaporan hasil dari sebuah aktivitas pelatihan. LMS saat ini dapat memfasilitasi pembelajaran bukan hanya pada saat jam sekolah saja, melainkan pada saat dimanapun dan kapanpun bisa diakses untuk pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan alat peraga akan susah dipelajari dimana saja, dikarenakan alat peraga hanya ada pada saat jam pembelajaran disekolah. Hal ini akan menyulitkan peserta didik belajar pada saat diluar jam sekolah, dengan adanya pembelajaran menggunakan LMS akan memudahkan peserta didik untuk belajar dimanapun kapanpun dengan mengakses materi yang tersedia pada LMS.
Pembelajaran ini mampu memberikan inovasi pembelajaran yang mengikuti perkembangan teknologi di era revolusi industry 4.0 dengan tujuan agar siswa mampu memanfaatkan barang digital untuk perkembangan teknologi sebagai sarana penunjang kegiatan belajar. Pemanfaatan LMS ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran dan membantu siswa meningkatkan hasil belajar (Yugo, dkk , 2022).
Salah satu LMS yang sering digunakan untuk membuat e-learning adalah moodle. Menurut Fitriani (2020) moodle didefinisikan sebagai dingkatan dari Modular Object-oriented Dynamic Learning Environment yang berartikan tempat belajar dinamis dengan menggunakan pola belajar berorientasi objek. moodle dapat diartikan dengan aplikasi open-source yang dapat menunjang penerapan pembelajaran daring dengan metode terintegrasi dimana fitur pendukung pembelajaran dapat dengan mudah diakses dalam portal pembelajaran daring.
Fitur yang terdapat dalam moodle dapat dimodifikasi sesuai yang diinginkan.
Menurut Danofsyah (2022) melalui moodle, seorang guru dapat mengelola materi pembelajaran, mulai dari menyusun silabus, mengupload materi, memberikan penugasan, menerima dan merespon tugas, membuat ulangan harian, melakukan penilaian, memonitor aktivitas peserta didik, dan melakukan interaksi dengan sesama guru maupun peserta didik, baik dalam forum ilmiah maupun dalam ruang
diskusi online. Hal ini memungkinkan seorang guru dapat menggunakan teknologi digital untuk mendukung kegiatan pembelajaran dikelas dan siswa dapat mengikuti perkembangan teknologi sebagai sarana belajar yang lebih menarik.
Pengembangan media pembelajaran Learning Management System berbasis moodle dapat berpotensi berkembang dengan baik di SMK Teuku Umar Kota Semarang. Pembelajaran di SMK Teuku Umar Kota Semarang masih menggunakan media seperti engine stand, PPT, PDF, dan lain-lain, sehingga Learning Management System dapat dikembangkan dan diperkenalkan kepada guru dan siswa disana. Hal lain yang dapat menunjang pembelajaran tersebut ialah siswa diperbolehkan membawa Handphone pada saat sekolah. Penunjang perangkat yang dapat mengembangkan media pembelajaran sudah ada sehingga LMS berbasis moodle ini dapat berjalan dengan baik. Pada sekolah tersebut terdapat koneksi internet yang lancar dengan bantuan wifi yang mana siswa dapat memanfaatkan wifi sekolah dalam proses pembelajaran di sekolah khususnya pada materi bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Perkembangan zaman membuat para siswa di SMK Teuku Umar diperbolehkan membawa handphone. Harapannya handphone tersebut dimanfaatkan oleh peserta didik sebagai media dalam proses pembelajaran. Namun, kenyataanya digunakan hanya untuk hiburan seperti bermain game dan media sosial.
2. Media pembelajaran berupa alat peraga yang digunakan di SMK Teuku Umar menggunakan stand engine. Harapannya media pembelajaran dapat digunakan untuk belajar dimana saja dan kapan saja. Namun, kenyataanya media pembelajaran berupa alat peraga sulit dibawa pulang atau dipindahkan kemana saja.
3. Media pembelajaran berupa alat peraga membuat guru menjelaskan dengan rinci setiap pembelajaran tersebut. Harapannya media pembelajaran dapat membantu guru agar dapat menjelaskan materi pembelajaran tanpa dijelaskan dengan rinci oleh guru. Namun, kenyataannya media pembelajaran berupa alat peraga harus di jelaskan oleh guru secara rinci.
4. Materi pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa dokumen suatu saat nanti dapat hilang. Harapannya ada sebuah sistem yang dapat menyimpan materi pembelajaran berupa dokumen dengan rapi, yang mana apabila dokumen tersebut hilang dapat di download kembali. Namun, kenyataannya guru memberikan materi pembelajaran berupa dokumen hanya melewati WhatsApp yang mana apabila suatu saat dokumennya hilang tidak dapat di download kembali.
1.3 Pembahasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam penulisan ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle.
2. Metode pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Problem Based Learning (PBL)
3. Materi pembelajaran merupakan sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
4. Pembelajaran dilaksanakan pada kelas 11 di SMK Teuku Umar Semarang.
5. Pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.
6. Materi pembelajaran dalam penelitian dibatasi pada materi yang sesuai dengan RPP pada saat penelitian dilakukan.
7. Materi pembelajaran disampaikan dengan menggunakan video pembelajaran, video animasi, power point, dokumen, PDF.
8. Penilaian hasil belajar siswa dalam materi sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identidikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan untuk mengetahui :
1. Seberapa layak media pembelajaran menggunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle pada kompetensi dasar sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line kelas XI TKR di SMK Teuku Umar Kota Semarang?
2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line mengunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle pada kelas XI TKR di SMK Teuku Umar Kota Semarang?
3. Bagaimana pendapat siswa kelas XI TKR di SMK Teuku Umar Kota Semarang mengenai pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line menggunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle?
1.5 Tujuan
Suatu penelitian dapat dengan mudah dilakukan apabila memiliki tujuan yang jelas. Sesuai rumusan masalah diatas tujuan yang ini dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kelayakan pembelajaran sistem bahan bakar diesesl pompa injeksi in-line menggunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle pada kelas XI TKR di SMK Teuku Umar Kota Semarang.
2. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line mengunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle pada kelas XI TKR di SMK Teuku Umar Kota Semarang.
3. Mengetahui pendapat siswa kelas XI TKR di SMK Teuku Umar mengenai pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line menggunakan Learning Management System (LMS) dengan berbasis moodle.
1.6 Manfaat
Harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat tersebut dibagi menjadi dua diantaranya adalah :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini menunjukkan peran pengembangan media pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Learning Management System berbasis moodle. Penelitian ini dapat menambah wawasan baru mengenai pengembangan media pembelajaran Learning Management System berbasis moodle khususnya pada kompetensi dasar sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadikan referensi bagi mahasiswa lain yang khusus berkonsentrasi pada pendidikan agar mengetahui hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Learning Management System berbasis moodle.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Tenaga Pendidik dalam memberikan pembelajaran Learning Management System berbasis moodle agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitiann ini diharapkan menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa yang dapat membuat siswa lebih termotivasi dan tertarik dalam mengikuti proses kegiatan belajar khususnya pada materi sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
1.7 Sepesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pengembangan Learning Management System berbasis moodle untuk pembelajaran secara mandiri dan fleksibel berbasis web.
2. Pengembangan Pembelajaran sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in- line dengan menggunakan Learning Management System berbasis moodle.
1.8 Asumsi dan Keterbatasan
Asumsi dan keterbatasan pengembangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Asumsi Pengembangan
a. Sekolah sudah memiliki fasilitas berupa perangkat komputer yang memadai.
b. Sekolah menggunakan Wifi/Hotspot area sebagai akses internet.
c. Seluruh siswa memiliki kemudahan mengakses internet dan memiliki perlengkapan yang diperlukan seperti Handphone.
2. Keterbatasan Pengembangan
a. Learning Management System berbasis moodle tidak dapat digunakan untuk mengetik formula.
b. Sebagian besar guru tidak mengetahui Learning Management System berbasis moodle.
c. Keterbatasan waktu untuk penggunaan Learning Management System b erbasis moodle sehingga diperlukan biaya untuk memperpanjang penggunaan.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian Pustaka memiliki tujuan untuk mendapatkan bagan perbandingan dan sebagai bahan acuan agar menghindari kesamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dibuat. Maka peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk penelitian ini. Adapun beberapa penelitian yang dicantumkan yaitu Hasil penelitian oleh Febry, dkk (2022), Gezzy, dkk. (2022), Syamsudin, dkk (2022), Nuraini, dkk. (2021), Nilakusmawati, dkk. (2021), Damayanti, dkk (2021), Riyanda (2020), Alan, dkk.
(2021), Hariyono dan Vera (2020), Randy dan Herman (2018). Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut dijelaskan dari hasil penelitiannya sebagai berikut : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febry, dkk (2022) dalam artikel yang berjudul The Impact of moodle-Based Learning Management System (LMS) on Learning Achievement in The Covid-19 Pandemic. Penelitian tersesbut memperoleh hasil bahwa penggunaan moodle pada program paket C yang mengikut sertakan 30 siswa kelas 12 A di Darul Fiqri Kota Cimahi berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan rata-rata antara hasil belajar pretest dan posttest. Pada hasil pretest memperoleh rata-rata sebesar 58,47 sedangkan pada hasil posttest memperoleh rata-rata sebesar 74,80. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Learning Management System berbasis moodle (Yugo, dkk, 2022).
14
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gezzy, dkk (2022) dalam artikel yang berjudul Efektifitas Platform Learning Management System (LMS) Berbasis moodle pada SMK Negeri 1 Rao Selatan. Penelitian tersebut menghasilkan nilai rata-rata pada Wide Area Network Technology/WAN (TJBL) untuk kelas eksperimen 77,39 dengan standar deviasi (s) 8,42. Sedangkan hasil pada kelas kontrol, Wide-Based Network Technology/WAN (TJBL) memperoleh rata-rata 67,57 dengan standar deviasi (s) 7,47. Dari hasil tesebut menunjukkan bahwa pembelajaran Learning Management system berbasis moodle efektif terhadap hasil belajar siswa (Danofsyah & Edriati, 2022).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurvitasari, dkk (2022) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan e-learning Berbasis moodle Terhadap Hasil Belaajar Siswa. Pada penelitian tersebut memperoleh hasil peningkatan rata-rata hasil belajar siswa.
Pada penelitian tersebut menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa dengan hasil yang sangat baik. Rata-rata perolehan pre-test siswa pada kelas eksperimen mencapai 25,28% dan kelas kontrol mencapai 23,71%. Kemudian, pada post-test rata-rata nilai pada kelas eksperimen mencapai 71,17% dan kelas kontrol mencapai 58,37%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning berbasis moodle berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar (Nurvitasari, dkk, 2022).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, dkk (2021) dalam artikel yang berjudul The Utilization of moodle-based Learning Management System (LMS) in Learning Mathematics and Physics to Students’ Cognitive Learning Outcomes. Pada penelitian tersebut menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa
dengan hasil yang ditunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada mata pelajaran kelas matematika sebesar 91%. Dari hasil tersebut bahwa kelas matematika telah berhasil memenuhi konsep pembelajaran yang tuntas dengan standar yang diinginkan yaitu 85% standar ketuntasan (Fatmi, dkk, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nilakusumawati, dkk (2021) dalam artikel yang berjudul Analyis of Student Interaction With Learning Objects on Blended Learning Course Applying Cooperative Learning Together Method on moodle Learning Management System. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa hasil belajar siswa pada ujian tengah semester diperoleh paling rendah nilai 50 dan nilai tertinggi 95. Sedangkan pada ujian akhir semseter memperoleh nilai terendah 80 dan nilai tertinggi 90. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan pembelajaran Learning Management System berbasis moodle dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Nilakusmawati, dkk, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti, dkk (2021) dalam jurnal yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning dengan Media moodle dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa penggunaan model problem based learning berbasis moodle dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 5 di SMAN 5 Samarinda. Hasil dari penelitian tersebut memperoleh peningkatan hasil belajar siswa yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan pada presentase pre-test siswa yang memperoleh rata-rata pada kategori sangat rendah 3%, rendah 33%, cukup 56%, dan tinggi 8%. Sedangkan pada presentase post-test siswa memperoleh rata-rata pada kategori cukup 33%, tinggi 64%, dan sangat tinggi 3%. Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa pengaruh pembelajaran
problem based learning berbantuan moodle terhadap hasil belajar dapat berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar (Damayanti, dkk, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanda (2020) dalam penelitian yang berjudul Faktor Determinan yang Mempengaruhi Pemanfaatan e-learning Berbasis moodle Dalam Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa.
Penelitian tersebut memperoleh peningkatan hasil belajar siswa SMK setelah mengoperasikan e-learning berbasis moodle sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran kewirausahaan, dari nilai siswa yang sebelum menggunakan media tersebut memperoleh nilai rata-rata 56,67 dan setelah menggunakan media pembelajaran e-learning berbasis moodle terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh nilai rata-rata 91,00 dengan nilai terendah 80 dan nilai tertinggi 100. Pembelajaran dengan menggunakan e-learning Berbasis moodle terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa menjadi lebih aktif dan mudah memahami materi yang disampaikan (Riyanda Y, 2020).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alan dan Bambang (2021) dalam artikel yang berjudul The Development of an e-learning Model Based on LMS- moodle to Improve Student Learning Outcomes. Penelitian tersebut memperoleh hasil yang layak dikarenakan pengembangan pembelajaran Learning Management System berbasis moodle dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil Pretest yang memperoleh hasil nilai rata-rata 52,9 dan nilai rata-rata pada postest memperoleh nilai 82,6. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa model e-learning berbasis moodle yang dikembangkan layak untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Suandra dan Sahono, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Randy dan Herman (2018) dalam artikel yang berjudul Pengembangan e-learning Berbasis moodle dalam Peningkatan Pemahaman Lagu Pada Pembelajaran Bahasa Inggris. Penelitian tersebut menjelaskan perolehan peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X UPW 2 SMK Negeri 4 Yogyakarta setelah menggunakan e-learning berbasis moodle. Peningkatan tersebut diketahui dari hasil presentase evaluasi pretest dan posttest yakni sebesar 17,19%. Nilai rata-rata pretest 78,94% meningkat pada posttest menjadi 96,13% dengan presentase ketuntasan belajar siswa 100%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan e- learning berbasis moodle dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Randy dan Herman, 2018).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayanto, dkk (2018) dalam artikel yang berjudul Teaching Using moodle in Mathematics Education.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa perbandingan tes dan tes dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan moodle. Terdapat peningkatan yang sangat signifikan pada hasil ujian. Pada tes awal, nilai yang terendah terdapat pada kelas 2 dengan nilai rata-rata 37,53 sedangkan nilai tertinggi diperoleh pada kelas 4 dengan nilai rata-rata 63,06. Pada tes akhir nilai tes terendah 70,9 dengan nilai rata-rata tertinggi pada tes akhir adalah 91,38 diperoleh dikelas 2. Berdsarkan hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan moodle dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar (Handayanto, dkk, 2018).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pada dasarnya kata “media” berasal dari bahasa Latin yang berarti
“medium”, kata tersebut memiliki arti “perantara” atau “penyalur”. Hal ini dapat dikatakan bahwa media merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang akan disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan tersebut.
Pengertian tersebut memiliki arti bahwa guru, buku belajar teks, dan lingkungan sekolah merupakan media secara lebih khusus. Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat-alat sampel, photografis, atau elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyusun informasi dari yang dilihat atau yang diucapkan (Ahmad Zaki, 2020).
Pembelajaran merupakan terjemah dari istilah Bahas Inggris, yang berarti
“instruction”. Instruction dapat diartikan proses korelasi antara guru dan siswa yang berlangsung secara intens. Dari arti tersebut pembelajaran merupakan proses korelasi para siswa dengan guru dan sumber belajar yang sudah direncanakan untuk membuat siswa menjadi aktif dalam belajar melalui proses pembelajaran dengan berbagai jenis metode yang disampaikan. Proses ini terjadi agar siswa memperoleh ilmu dan pengetahuan yang dapat membentuk sikap dan kepercayaan pada diri siswa tersebut. Sistem pembelajaran terdapat beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan, yang mana akan saling berkaitan dan memiliki nilai yang lebih. Komponen tersebut meliputi tujuan, isi, metode pembelajaran, media, sumber belajar, dan evaluasi hasil belajar (Alifalya, 2021) .
Menurut Panjaitan (2022) Media pembelajaran merupakan peran penting agar dapat membantu meningkatkan kualitas guru dalam proses penyampaian pembelajaran kepada siswa. Menurut Fatma (2021) media pembelajaran merupakan media yang menyampaikan pesan atau informasi yang memuat maksud atau tujuan pembelajaran. Media pembelajaran ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Peningkatan kualitas pembelajaran ini dikarenakan makna yang disampaikan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Ada beberapa fungsi penting dalam media pembelajaran yang dapat membantu berkembangnya pendidikan. Media pembelajaran secara umum memiliki fungsi sebagai perantara untuk komunikasi dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat membantu guru sebagai alat bantu mengajar yang dapat mempengaruhi kondisi dan suasana lingkungan belajar yang diciptakan.
Sedangkan fungsi media pembelajaran secara lebih khusus dijelaskan oleh Rohani (2019) sebagai berikut :
1) Penyampaian pembelajaran dapat tertata dengan baik dengan bantuan media pembelajaran. Sehingga dengan adanya media pembelajaran dapat menghindari penangkapan materi yang berbeda antara guru dan dapat mengurangi kesenjangan informasi antara siswa dan guru.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik dan jelas. Dengan penampilan informasi berupa suara, gambar, animasi, dan warna akan membantu guru agar tercipta suasana belajar yang lebih menarik perhatian siswa dan tidak monoton sehingga membuat siswa tidak mudah bosan.
3) Proses pembelajaran akan lebih interaktif. Media pembelajaran akan membuat komunikasi dua arah antara guru dan siswa secara aktif.
c. Peran Media Pembelajaran
Menurut Panjaitan (2022) peran media dalam pembelajaran ialah bersifat sebagai bahan ajar antara lain: (1) Menjalankan hubungan dan dialog antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar; (2) Menumbuhkan pikiran, rangsangan, kefokusan dan kemauan siswa dalam pembelajaran agar dapat mendorong kegiatan belajar mengajar, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.; (3) Menumbuhkan kemauan dan minat belajar siswa sehingga siswa difokuskan dalam proses pembelajaran yang tertuju pada bahan ajar yang diberikan oleh guru; (4) Menyampaikan dasar-dasar yang bermakna dalam perkembangan belajar siswa, sehingga dapat membuat proses pembelajaran tesebut lebih mudah dimengerti dan diingat, dan (5) Memberikan pengetahuan nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiridikalangan siswa.
d. Perinsip Media Pembelajaran
Menurut Kristanto (2016) media pembelajaran memiliki prinsip yang perlu diperhatikan, yang bertujuan agar media pembelajaran benar-benar digunakan sesuai dan dapat membelajarkan siswa. Prinsip media pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar utuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan tersendiri. Media yang akand igunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
Contohnya untuk membelajarkan siswa memahami proses terjadinya hujan, maka guru perlu mempersiapkan media video atau gambar yang menjelaskan proses tersebut.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswamemiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.
4) Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yangsangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yangdirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunanya.
5) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sering media yang kompleks terutama mediamedia mutakhir seperti media komputer pembelajaran, powerpoint, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya. Media secanggih apapun tidak akan bisamenolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa.
2.2.2 Learning Management System (LMS) a. Pengertian LMS
Learning management system merupakan sebuah perangkat lunak yang digunakan dalam hal administrasi,dokumentasi,pelacakan,pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-larning atau program pelatihan. Learning Management System juga diartikan sebagai aplikasi yang berbasis web bertujuan untuk membantu administrasi, mengkolaborasikan multimedia, dan berbagai kegiatan pendidikan. Platform tersebut digunakan untuk diskusi online, mengungah materi pembelajaran, dan menilai pekerjaan siswa (Rizal, dkk, 2020). Materi yang diunggah dapat berupa dokumen, video, animasi, dan gambar yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Selain itu, Learning Management System merupakan sistem pengelolaan pembelajaran yang memiliki kegunaan untuk memberikan materi, mendukung kolaborasi,
menilai perkembangan siswa, menyimpan data siswa, dan menghasilkan laporan yang digunakan untuk evaluasi pembelajaran (Putra, dkk, 2020). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Learning Management System (LMS) merupakan sebuah perangkat lunak yang tersistem untuk menampilkan, melacak, melaporkan, dan mengatur semua materi pembelajaran, kemajuan siswa, interaksi siswa, dan menyampaikan model pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa dengan bentuk dokumen, diskusi, video, gambar, animasi, dan presentasi.
Pada awalnya Learning Management System hadir sebagai jalan keluar dari sebuah permasalahan keterbatasan waktu, tempat, dan pertemuan tatap muka dalam pembelajaran guru dan siswa. Namun sejak adanya pandemi Covid- 19 diawal tahun 2020, Learning Management System menjadi platform yang banyak dipakai sebagai sarana pembelajaran dalam jaringan atau online. Hal ini dikarenakan Learning Managemet System mempunyai fleksibilitas yang memungkinkan guru dan siswa dapat mengoprasikan LMS dimana saja dan kapan saja. Dengan adanya LMS maka pengembangan sistem teknologi informasi di dunia pendidikan akan semakin mudah dikendalikan dan dapat menunjang kagiatan pembelajaran yang modern dengan fitur-fitur menarik yang membuat siswa menjadi meningkat aktifitas dalam proses pembelajaran.
Learning Management System merupakan metode yang sangat cocok digunakan untuk mengatur dan menyampaikan materi pembelajaran dengan sistematis.
LMS akan membuat guru dapat dengan mudah memberikan banyak materi yang bisa diakses siswa kapan saja dan dimana saja tanpa ada batasan waktu.
b. Fungsi LMS
Menurut Sevima (2021) fungsi LMS dapat membantu tenaga pendidik dalam mengelola dan menyampaikan bahan pembelajaran, merencanakan dan membuat silabus, memantau aktivitas pembelajaran siswa, sarana pembelajaran siswa, perekapan nilai dan presensi, penampilan transkip nilai, berdisksi, dan melakukan kuis. Sedangkan menurut Nurlisah LMS memiliki fungsi untuk keperluan administrasi, dokumentasi, pelaporan kegiatan, kegiatan pembelajaran secara daring, e-learning, dan tempat materi-materi pembelajaran secara daring (Sirwan. Radhiani Ahyan. Sartika, 2021).
Dari pendapat yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa Learning Management System memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1) Menyediakan tempat untuk tenaga pendidik menyampaikan dan mengelola materi pembelajaran.
2) Menyediakan fitur-fitur yang dapat mendukung fasilitas dalam proses pembelajaran.
3) Menyediakan tempat untuk mengevaluasi hasil pembelajaran.
4) Menyediakan proses kolaborasi antara guru dan siswa.
5) Menyediakan personalisasi pembelajaran siswa.
6) Fleksibilitas waktu dan tempat.
c. Fitur-Fitur LMS
Learning Management System mempunyai fitur-fitur yang dapat memenuhi kebutuhan dalam penyampaian materi pembelajaran. Kemudahan materi serta akses ke sumber-sumber refrensi, penilaian, ulangan harian, tes
online, forum diskusi online, dan mailing list diskusi. Dengan LMS siswa dapat mendownload materi-materi pembelajaran yang tersedia di sistem, melihat tugas dan quiz yang harus dikerjakan, melihat jadwal pembelajaran secara online, dan melihat nilai quiz dan tugas (Fitriani, 2020).
d. Kelebihan dan Kekurangan LMS
Learning Management System (LMS) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu :
1) Hemat biaya dan mudah diakses.
2) Mempermudah analitik untuk instruktur.
3) Mempermudah instruktur mengatur pembelajaran.
4) Metode dan alat bantu pembelajaran yang lebih bervariatif.
5) Membantu siswa lebih bersifat mandiri.
6) Membantu interaksi guru dan siswa.
7) Membantu dokumentasi materi dan konten pembelajaran.
Selain mempunyai kelebihan, Learning Management System (LMS) juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu :
1) Berkurangnya interaksi sosial antara guru dan siswa juga antar siswa dengan siswa.
2) Proses belajar mengajar cenderung kearah pelatihan dibanding pendidikan.
3) Tidak dapat diakses oleh semua kalangan.
e. Macam-Macam LMS
Learning Management System (LMS) juga terdiri dari beberapa macam- macam, diantaranya yaitu :
1) Sevima Edlink.
2) moodle.
3) Google classroom.
4) Schoology.
5) Learnboos.
6) Edmodo.
2.2.3 Perangkat Lunak moodle
Pengertian moodle menurut Indra (2020) merupakan sebuah software aplikasi yang diproduksi dalam bentuk media pembelajaran untuk pembelajaran berbasis internet atau web. moodle merupakan singkatan dari Modular Object- Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar yang dinamis dengan bantuan model berorientasi objek. moodle meupakan salah satu Learning Management System open souece yang terkenal didunia. Aplikasi ini dikembangkan pertama kali oleh Martin Dougiamas pada Bulan Agustus 2002.
moodle dibuat agar pebelajaran siswa menjadi ke dalam bentuk kelas digital, bertujuan agar mudah diakses materi-materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Dengan menggunakan moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, e-jurnal, e-book, dan lain-lain. Desain ini bertujuan agar memudahkan dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kontruksi secara sosial. Penerapan ini ketika moodle dibuat dan ketika guru dan siswa melakukan aktifitas pengajaran dalam pembelajaran daring (Sirwan. Radhiani Ahyan.
Sartika, 2021).
Moodle digunakan sebagai aplikasi bantuan untuk pengembangan Learning Management System dikarenakan moodle bersifat open source dan
mudah dikembangkan pada bentuk smartphone. Belajar dengan menggunakan LMS moodle akan meningkatkan persiapan kelas, pembelajaran di kelas dan pembelajaran. Fitur untuk belajar mandiri yang dapat diakses dan tersedia secara intrinsik dapat menjadi inspirasi siswa untuk memanfaatkan portal e-learning untuk pendidikan lebih lanjut. Dalam belajar menggunakan LMS moodle semua siswa berkontribusi, walaupun harus adanya dukungan teknis dari instruktur diperlukan. Pelaporan dari kegiatan belajar siswa melalui LMS moodle dari hasil kuis mingguan menunjukkan hasil ujian yang lebih baik hasil (Handayanto, dkk, 2018).
Menurut Herayanti, dkk (2017) dalam penelitian (Riyanda Yasmara, 2020) menyebutkan bahwa moodle dilihat dari sisi nilainya, maka memiliki beberapa manfaat dalam penggunaanya, antara lain :
1) moodle sesuai untuk digunakan dalam kelas daring dan sama baiknya seperti proses pembelajaran tatap muka.
2) moodle memiliki tampilan yang sederhana, efisien, dan mudah dalam penyesuaian teknologinya.
3) moodle dapat download dengan mudah di komputer yang dapat berkomunikasi dengan bahasa php dan hanya dapat menampilkan satu database.
4) Pembelajaran dapat disesuaikan kedalam beberapa kategori sesuai materi.
5) Sistem keamanan yang terjamin oleh admin dan dapat disetting kedalam beberapa jenis bahasa Negara di dunia.
Menurut Ambar (2014) bahwa moodle memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu :
1) Sederhana, efisien, ringan, dan masuk dengan banyak browser.
2) Cara mendownloadnya mudah dan didukung dengan banyak bahasa, termasuk Indonesia.
3) Menyediakan manajemen situs yang mengatur situs keseluruhan, mengubah theme, dan menambah modul.
4) Menyediakan manajemen pengguna.
5) Manajemen kursus, penambahan jenis kursus, pengurangan, atau pengubahan kusus.
6) Modul chat, modul pemilihan, modul forum, modul jurnal, modul kuis, modul survei dan workshop, dan lain-lain.
7) Free dan open source software.
Dari keunggulan diatas , moodle ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan IGOS-nya, hal ini sesuai digunakan di lingkungan pendidikan. Selain itu, moodle juga dapat disesuaikan dan dimodifikasi dengan kultur yang ada di Indonesia. moodle memiliki kemudahan dalam penggunaannya dalam pembelajaran daring. Hal ini dapat dimanfaatkan guru untuk memikirkan konten pembelajaran yang akan disampaikan dan memiliki waktu yang lebih banyak tanpa haus mengetahui pemrograman web dengan baik.
2.2.4 Model Problem Based Learning a. Pengertian Problem Based Learning
Pengertian Problem Based Learning merupakan satu dari bebrapa model pembelajaran yang mana model pembelajaran ini dapat menjadikan siswa untuk
meningkatkan keterampilan yang harus dimiliki pada era modern ini. Model pembelajaran Problem Based Learning pertama kali dikembangkan oleh Prof.
Howard Barrows pada kisaran tahun 1970-an pada pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada. Model pembelajaran Problem Based Learning akan mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk mencari serta menggunakan sumber pelajaran yang sesuai. Dengan model pembelajaran ini guru akan lebih banyak menjadi mediator dan fasilitator untuk membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif (Hotimah, 2020).
Arends berpendapat bahwa pengertian Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang mendekatkan siswa dengan dihadapkan pada masalah yang nyata. Dengan permasalahan tersebut diharapkan siswa dapat menggali pengetahuannya sendiri yang akan menumbuhkan keterampilan, kemandirian, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Sedangkan menurut Glazer berpendapat bahwa Problem Based Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang mana siswa akan dihadapkan pada persoalan kompleks dalam situasi yang nyata. Siswa akan aktif untuk memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, siswa akan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Masalah tersebut akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan memiliki kecakapan dalam berpartisipasi dalam kelompok (Hotimah, 2020).
Pengertian Problem Based Learning menurut Yulianti (2019) merupakan model pembelajaran yang mendekatkan siswa dengan menitik beratkan berbagai masalah sesuai materi yang dipelajari. Hal itu bertujuan agar siswa dapat menumbuh kembangkan pengetahuan mengenai keterampilan dan pemecahan
masalah. Dengan adanya tujuan tersebut, siswa diharapkan mendapatkan banyak pengetahuan selain dari yang guru berikan. Mulai dari keahlian memecahkan permasalahan, keahlian berpikir kritis, keahlian pencarian dan pengolahan informasi, dan keahlian dalam bekerja kelompok.
b. Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends dalam penelitian Ardianti, dkk (2022) adalah sebagai berikut :
1) Permasalahan yang diberikan merupakan masalah yang ada pada kehidupan didunia nyata sehingga siswa dapat membuat pernyataan yang berhubungan dengan masalah dan mendapatkan bermacam-macam solusi untuk menyelesaikan permasalahan.
2) Pembelajaran yang memiliki keterlibatan dalam kedisiplinan sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang didapatkan dari berbagai mata pelajaran.
3) Pembelajarn yang dilaksanakan siswa bersifat penyelidikan autentik dan sesuai dengan metode ilmiah.
4) Produk yang dihasilkan dapat berbentuk karya nyata atau peragaan dari masalah yang diselidiki untuk dipublikasi oleh siswa.
5) Siswa akan bekerjasama dan memberikan masukan sesuai masalah yang diselidiki sehingga akan mengembangkan keterampilan sosial siswa.
c. Tahapan Problem Based Learning
Tahapan-tahapan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Rahmadani (2019) sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Tahapan dalam Problem Based Learning
Tahapan Tingkah Laku Guru
Tahap 1 : Orientasi siswa pada masalah
Guru memberikan penjelasan terkait tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan peralatan dan bahan yang dibutuhkan, menyampaikan fenomena atau cerita yang memunculkan permasalahan, memberikan motivasi kepada siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 :
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menjelaskan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 : Membimbing siswa eksplorasi individu maupun kelompok
Guru memotivasi siswa untuk menggali informasi yang terkait dan melaksanakan eksperiment untuk mendapatkan pengetahuan untuk pemecahan masalah.
Tahap 4 :
Mengembangkan dan menyajikan hasil
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video, model serta membantu siswa agar membagi tugas dengan teman kelomponya.
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam
masalah proses-proses yang mereka gunakan.
d. Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem based learning. Kelebihan model pembelajaran problem based learning (Yulianti & Gunawan, 2019):
1) Pemecahan permasalahan dalam model problem based learning sudah cukup bagus untuk siswa memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan permasalahan yang berjalan selama proses pembelajaran dapat memberikan tantangan kemampuan siswa serta dapat menghasilkan kepuasan siswa.
3) Problem based learning dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4) Problem based learning dapat membantu siswa dalam proses memahami permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
5) Membantu siswa menumbuhkan pengetahuan dan membantu siswa dalam bertanggung jawab terhadap pembelajarannya.
6) Membantu siswa dalam memahami pokok pembelajaran sebagai upaya berfikir bukan hanya sekedar menerima dan memahami pembelajaran yang di sampaikan oleh guru berdasarkan buku.
7) Problem based learning membuat suasana belajar yang menyenangkan dan tidak monoton.
8) Memungkinkan penerapan pada kehidupan sehari-hari.
9) Mengembangkan siswa untuk belajar secara berkelanjutan.
Adapun kekurangan dalam model pembelajaran problem based learning sebagai berikut :
1) Apabila siswa akan malas apabila mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dalam permasalahan yang diberikan.
2) Problem based learning perlu waktu yang cukup untuk persiapan.
3) Apabila siswa kurang memahami tentang permasalahan yang dipecahkan maka dapat membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar.
2.2.5 Sistem Bahan Bakar Diesel Pompa Injeksi In-line a. Pengertian Sistem Injeksi Bahan Bakar Mesin Diesel
Sistem injeksi bahan bakar pada mesin diesel merupakan sistem paling penting di antara sistem-ssitem yang lain. Dengansistem injeksi bahan bakar yang baik dan tepat akan menghasilkan tenaga mesin yang optimal.
Sebaliknya sistem injeksi bahan bakar yang kurang baik dan kurang tepat dapat menyebabkan tenaga mesin diesel kurang optimal, bahkan mungkin saja mesin diesel tidak dapat dijalankan sama sekali. Banyak orang yang menyatakan bahwa sistem injeksi bahan bakar pada mesin diesel merupakan jantung hidup matinyamesin.
Sistem injeksi bahan bakar mesin diesel mencakup rangkaian komponen- komponen yang berhubungan dengan bahan bakar, yang berfungsi mengisap bahan bakar dari tangki bahan bakar, memompakan bahan bakar, sampai bahan bakar tersebut diinjeksikan ke dalam ruang bakar silinder mesin dalam rangka memperoleh tenaga.
b. Fungsi Sistem Injeksi Bahan Bakar
Berdasarkan pengertian sistem injeksi bahan bakar pada mesin diesel di atas, maka fungsi sistem injeksi bahan bakarmesin diesel yaitu:
a) Menyimpan bahan bakar b) Menyaring bahan bakar
c) Memompa atau menginjeksi bahan bakar ke dalam ruang bakar silinder mesin
d) Mengabutkan bahan bakar ke dalam ruang bakar silinder mesin e) Memajukan saat penginjeksian bahan bakar
f) Mengatur kecepatan mesin sesuai dengan bebannya melalui pengaturan penyaluran bahan bakar
g) Mengembalikan kelebihan bahan bakar ke dalam tangki bahan bakar c. Syarat Sistem Injeksi Bahan Bakar Mesin Diesel
Sistem injeksi bahan bakar mesin diesel harus memenuhi syarat, diantaranya sebagai berikut :
a) Memberikan sejumlah tertentu bahan bakar. Sistem injeksi bahan bakar harus setiap saat tertentu memberikan sejumlah tertentu bahan bakar ke tiap-tiap silinder mesin diesel.
b) Menepatkan saat penginjeksian bahan bakar. Bahan bakar harus diinjeksikan ke dalam silinder tepat pada saat kemungkinan mesin diesel mampu menghasilkan tenaga yang maksimum. Bahan bakar yang diinjeksikan terlalu cepat atau terlalu lambat selama langkah usaha menyebabkan terjadinya kerugian tenaga.
c) Mengendalikan kecepatan pengiriman bahan bakar. Kerja mesin diesel yang halus pada tiap-tiap silinder tergantung pada lama waktu yang diperlukan untuk menginjeksikan bahan bakar. Kecepatan mesin yang lebih tinggi harus dicapai dengan pemasukan bahan bakar yang lebih cepat pula.
d) Mengabutkan bahan bakar. Bahan bakar harus sepenuhnya tercampur dengan udara untuk pembakaran sempurna. Dalam hal ini bahan bakar harus dikabutkan menjadi partikel-pertikeal yang halus. Dengan demikian penginjeksian bahan bakar ke dalam silinder mesin diesel harus pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
d. Pengertian Sistem Bahan Bakar Diesel Pompa Injeksi In-line
Sistem bahan bakar dengan pompa injeksi in-line merupakan pompa injeksi yang dirancang dengan satu injektor memiliki satu plunyer sehingga jumlah plunyer sama dengan jumlah injektor. Pada sistem bahan bakar dengan pompa injeksi in-line terdiri atas empat elemen pompa injektor yang melayani empat buah silinder. Dengan demikian setiap silinder mesin diesel akan dilayani oleh satu elemen pompa injektor secara individual. Pompa injeksi in-line biasanya umum digunakan untuk mesin diesel bertenaga besar dengan ruang bakar langsung dan penyemprotan langsung.
Pompa injeksi dalam motor diesel memiliki peran yang sangat penting terutama dalam menyediakan bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses pembakaran yang menghendaki bahan bakar memiliki jumlah yang tepat, waktu yang tepat, kualitas yang baik, dan tekanan yang tinggi agar mudah
dikabutkan oleh nozzle. Oleh karena itu, kontruksi pompa injeksi dibuat lebih keras dan kuat. Rumah pompa dibuat dari bahan alumunium tuang (besi tuang) agar mampu menghasilkan tekanan bahan bakar yang tinggi dan memiliki kemampuan yang tinggi pula.
Elemen pompa terdiri dari punyer dan silinder merupakan bagian pompa yang paling penting. Plunyer dan silinder ini dikerjakan dengan penyelesaian presisi tinggi, dan ditempatkan dalam toleransi kecil sekali untuk memungkinkan elemen pompa bertahan dalam tekanan tinggi sekali tanpa adanya kebocoran. Untuk alasan ini, plunyer dan silinder tidak boleh diganti sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi harus diganti satu set.
Gambar 2. 1 Pompa injeksi in-line e. Jenis-jenis Pompa Injeksi In-line
a) Jenis pompa injeksi in-line ukuran M, memiliki kapasitas yang paling kecil yaitu mampu menghasilkan tekanan hingga 400 bar.
Gambar 2. 2 Pompa injeksi in-line ukuran M
b) Jenis pompa injeksi in-line ukuran A, memiliki kapasitas penyaluran bahan bakar lebih besar dari jenis pompa injeksi in-line ukuran M.
Tekanan injeksi jenis pompa ukuran A ini mampu menghasilkan tekanan hingga 600 bar.
Gambar 2. 3 Pompa injeksi in-line ukuran A
c) Jenis pompa injeksi in-line ukuran MW, jenis pompa injeksi in-line ukuran MW dirancang agar mampu memberikan tekanan hingga mencapai 900 bar. Berbeda dengan jenis pompa injeksi in-line ukuran A atau M, pompa injeksi in-line ukuran MW ini disebut dengan tipe tertutup karena pada jenis pompa injeksi ini unit plunyer, barel serta unit katup deliverinya dipresskan melalui bagian atas rumah pompa dan diikatkan dengan dua buah baut dan flens. Pompa injeksi tipe ini dibuat dengan kapasitas sampai 8 barel atau untuk mesin 8 silinder.
Gambar 2. 4 Pompa injeksi in-line ukuran MW
d) Jenis pompa injeksi in-line ukuran P, seperti pada jenis pompa injeksi i n-line lainnya, pompa jenis ini memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga biasanya banyak digunakan untuk kendaraan dengan kapasitas engine yang lebih besar.
Gambar 2. 5 Pompa injeksi in-line ukuran P f. Komponen Sistem Bahan Bakar Diesel Pompa Injeksi In-line
a) Tangki bahan bakar (fuel tank)
Tanki bahan bakar yang berfungsi menampung semua bahan bakar sementara yang akan digunakan untuk proses pembakaran. Kapasitas tangki tangki harus cukup untuk suatu jarak tempuh tertentu atau cukup untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu. Bentuk dan ukuran tangki tergantung pada ketersediaan tempat (space) serta kapasitas yang
dikehendaki. Misalnya untuk ruang mesin yang panjang atau pendek, berbentuk bulat atau persegi.
Tangki bahan bakar harus tertutup untuk mencegah masuknya kotoran, namun demikian harus mempunyai lubang pernafasan (ventilation) dan untuk lubang pengisian bahan bakar sebagai pengganti bahan bakar yang telah dipakai. Dengan demikian paling tidak harus ada tiga buah lubang, yaitu untuk mengisi, mengalirkan keluar dan lubang untuk mengeringkan (draining). Kadangkala terdapat lubang untuk saluran kebocoran bahan bakar (fuel overflow/fuel leak-off).
Gambar 2. 6 Tanki Bahan Bakar b) Water sedimenter
Water sedimenter berfungsi untuk memisahkan kotoran dan kandungan air dari bahan bakar. Cara kerjanya yaitu untuk bisa mengetahui perbedaan antara bahan bakar solar dengan air, water sedimenter memanfaatkan perbedaan berat di antara keduanya. Pada dasarnya berat solar lebih ringan daripada air. Inilah yang membuat air selalu ada di bawah solar.
Bila air sampai masuk ke dalam elemen pompa maka dapat menyebabkan kerusakan pada elemen pompa karena korosi dan menjadikan proses pengkabutan terganggu. Untuk mengetahui bahwa air yang berada dalam sedimenter telah banyak maka diketahui dari sistem lampuperingatan.
Gambar 2. 7 Sistem kelistrikan sedimenter
Bila volume air dalam sedimenter telah cukup banyak(200 cc) maka pelampung akan menghubungkan water switch(lead switch) dengan masa.
Akibatnya arus listrik akan mengalir dari baterai ke lampu filter terus ke masa, akibantnya lampu filter akan menyala untuk memberi peringatan kepada pengendara bahwa air yang berada pada sedimenter perlu segera dikeluarkan.
c) Saringan bahan bakar (fuel filter)
Saringan bahan bakar berfungsi sebagai penyaring bahan bakar dari kotoran yang terkandung didalamannya. Ada dua jenis fuel filter yaitu fuel filter yang menjadi satu dengan water sedimenter dan fuel fileter yang
terpisah dari water sedimenter tetapi untuk perbedaan tersebut memiliki fungsi yang masih sama.
Gambar 2. 8 Saringan bahan bakar dan sedimenter d) Priming pump
Priming pump berfungsi untuk menghisap bahan bakar dari tangki bahan bakar dan menekan bahan bakar melalui saringan bahan bakar menuju ke ruang pompa injeksi. Pompa ini juga dinamakan sebagai pompa pemberi (feed pump) atau pompa pemasok bahan bakar (fuel supply pump ). Pompa bahan bakar ini digunakan untuk sistem bahan bakar diesel pompa injeksi in-line.
Gambar 2. 9 Pompa pemindah untuk pompa injeksi in-line
Pompa pemindah untuk pompa injeksi in-line adalah model pompa kerja tunggal (sigle acting) dipasang pada sisi pompa injeksi dan digerakkan oleh porosnok pompa injeksi. Pompa pemindah ini dilengkapi dengan pompa tangan untukmembuang udara yang terdapat pada aliran bahan bakar sebelum mesin dihidupkan.
Bahan bakar di dalam pompa injeksi selamanya harus cukup, untuk itu perlu pengiriman bahan bakar ke pompa injeksi dengan tekanan tertentu. Bila tekanan rendah di bawah spesifikasi, elemen pompa tidak mampu memberikan bahan bakar yang cukup pada kecepatan tinggi. Oleh karena itu, tekanan pengisian harus di atas 1,8–2,2 kg/cm2 (2,56–3,11 psi).
Gambar 2. 10 Cara kerja pompa pemindah pada pompa injeksi in- line
Pompa pemindah ini digerakkan oleh poros nok (1) sehingga piston (5) bergerak bolak-balik untuk mengisap dan menekan bahan bakar bila tekanan masih rendah. Bahan bakar yang diisap akan ditekan ke dalam pompa injeksi melalui saluran keluar (8) dan katup tekan (9) membuka sedangkan katup masuk (6) menutup. Bila poros nok tidak menekan tappet roller(2) maka katup tekan tetutup sedangkan katup isap terbuka terjadilah pengiapan. Jika tekanan bahan bakar telah melebihi spesifikasi maka tegangan pegas (7) tidak mampu mendorong piston. Akibatnya piston
tidak bergerak dan pompa pemindah ini tidak bekerja lagi. Setelah tekanan turun maka pompa pemindah ini akan bekerja lagi.
e) Pompa injeksi bahan bakar tipe in-line
Pompa injeksi bahan bakar berfungsi untuk menekan bahan bakar dengan tekanan yang cukup melalui kerja elemen pompa. Ada 2 tipe pompa injeksi yaitu pompa injeksi distributor dan pompa injeksi in-line.
Perbedaan dari kedua pompa injeksi tersebut yang paling mendasar yaitu pompa injeksi distributor dirancang dengan satu plunyer untuk melayani semua nozzle. Sedangkan tipe in-line dirancang dengan satu nozzle memiliki satu plunyer sehingga jumlah plunyer sama dengan jumlah nozzle. Namun pada materi ini hanya membahas pada pompa injeksi in- line.
Gambar 2. 11 Kontruksi pompa injeksi in-line
Pompa injeksi in-line banyak digunakan untuk mesin diesel yang bertenaga besar. Hal ini dikarenakan pompa injeksi in-line mempunyai kelebihan bahwa tiap elemen pompa melayani satu silinder mesin. Gambar diatas menunjukkan elemen pompa yang terdiri dari plunyer dan silinder yang keduanya sangat presisi, sehingga celah antara plunyer dan
silindernya sekitar 1/1000 mm. Ketelitian yang dimiliki ini cukup baik untuk menahan tekanan tinggi saat injeksi, walaupun pada putaran rendah.
Gambar 2. 12 Cara kerja elemen pompa injeksi in-line
Cara kerja elemen pompa injeksi in-line diantaranya sebagai berikut:
(1) Pada saat plunyer berada pada titik terbawah, bahan bakar akan mengalir melalui lubang masuk (feed hole) pada silinder ke ruang penyalur (delivery chamber) di atas plunyer.
(2) Pada saat poros nok pompa injeksi berputar dan menyentuh tappet roller maka plunyer bergerak ke atas. Apabila permukaan atas plunyer bertemu dengan bibir atas lubang masuk maka bahan bakar mulai tertekan dan mengalir keluar pompa melalui pipa tekanan tinggi ke injektor.
(3) Plunyer tetap bergerak ke atas, tetapi pada saat bibir atas control groove bertemu dengan bibir bawah lubang masuk, maka penyaluran bahan bakar terhenti.
(4) Gerakan plunyer ke atas selanjutnya menyebabkan bahan bakar yang tertinggal dalam ruang penyaluran masuk melalui lubang pada permukaan atas plunyer dan mengalir ke lubang masuk
menuju ruang isap, sehingga tidak ada lagi bahan bakar yang disalurkan.
f) Nozzle atau injektor
Nozzle atau injektor berfungsi untuk mengabutkan bahan bakar bertekanan ke dalam ruang bakar agar mudah bercampur dengan oksigen sehingga mudah terbakar dalam ruang bakar. Secara garis besar nozzle injeksi dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu tipe lubang (hole type) dan tipe pin (pin type).
Tipe pin (pin type) terdapat 2 jenis yaitu tipe throttle (thorottle type) dan tipe pintle (pintle type). Sedangkan pada tipe lubang (hole type) terdapat 2 jenis yaitu tipe lubang satu (single hole type) dan tipe lubang banyak (multiple hole type).
Gambar 2. 13 Kontruksi dan tipe nozzle injeksi
Tipe nozzle injeksi sangat menentukan bagi proses pembakaran dan bentuk ruang bakar. Tipe lubang banyak pada umumnya digunakan untuk mesin diesel dengan injeksi langsung (direct injection), sedangkan tipe pin pada umumnya digunakan untuk mesin diesel yang mempunyai ruang bakar muka (precombustion chamber) dan ruang bakar pusar (swirl chamber). Kebanyakan nozzle injeksi model pin adalah yang berjenis