• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MELUKIS DARI MEDIA KACA AKRILIK DENGAN TEMA MOTIF TORAJA KELAS X DI SMA 1 PANGKEP

N/A
N/A
Salsabila Mukhlisa

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MELUKIS DARI MEDIA KACA AKRILIK DENGAN TEMA MOTIF TORAJA KELAS X DI SMA 1 PANGKEP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MELUKIS DARI MEDIA KACA AKRILIK DENGAN TEMA MOTIF TORAJA KELAS X DI SMA 1

PANGKEP

Salsabila Mukhlisa Universitas Negeri Yogyakarta

Email: salsabilamukhlisa.2022@student.uny.ac.id

ABSTACT

This research starts from the problem of the lack of teaching materials used by teachers, where teachers only rely on textbooks in the learning process and have not been able to encourage students to actively participate in the learning process.

In order to increase the effectiveness and efficiency of cultural arts learning, it is necessary to develop various creative and innovative learning models. This research uses the development research model or Research and Development (R&D) by Borg & Gall where from ten research steps, researchers limit this research to the third step, namely planning and design information search because this article only contains research design.

Keywords: Development, Learning, Painting Keyword : Development, curriculum

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari masalah kurangnya bahan ajar yang digunakan guru, dimana guru hanya megandalkan buku paket dalam proses pembelajaran dan belum dapat mendorong peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran seni budaya, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) oleh Borg & Gall dimana dari sepuluh langkah penelitian, peneliti membatasi penelitian ini sampai dengan langkah ketiga yaitu pencaria informasi perencanaan dan perancangan dikarenakan artikel ini hanya memuat untuk rancangan penelitian saja.

Kata Kunci : Pengembangan, Pembelajaran, Lukisan

(2)

PENDAHULUAN

Proses komunikasi dapat berjalan dengan baik dibutuhkan media yang mengantarkan atau membawa informasi ke penerima informasi. Di dalam proses belajar mengajar yang pada hakikatnya juga merupakan proses komunikasi, informasi atau pesan yang dikomunikasikan adalah isi atau bahan ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sumber informasi adalah guru, penulis buku, perancang dan pembuat media pembelajaran lainnya; sedangkan penerimaan informasi adalah siswa atau warga belajar. Pengertian media pembelajaran bervariasi. Ada ahli media yang membuat definisi yang mengacu hanya pada alat atau perangkat keras, ada juga yang menonjolkan perangkat lunak. Contoh definisi yang mengacu pada perangkat keras adalah definisi yang dikemukakan oleh Schramm dan Briggs (Sudjana & Rivai, 2002: 4). Schramm mendefinisikan media pembelajaran sebagai teknologi pembawa informasi yang dapat dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar, sedangkan Briggs mendifikasikannya sebagai sarana fisik untuk menyampaikan bahan ajar.

Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2006: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media merupakan bagian dari komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional yang dapat merangsangsiswa untuk belajar.

Keberadaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi di sisi lain pada mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran seni budaya sangat memerlukan media pembelajaran.

(3)

Guru sebagai motor dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di tangan guru yang cekatan, fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya ditangan guru yang kurang cakap, sarana dan fasilitas yang canggih kurang bahkan cenderung tidak bermanfaat. Kompetensi guru seni budaya merupakan kemampuan dan berwenangnya guru dalam melaksanakan profesi keguruannya terutama dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara optimal, sehingga pemanfaatan teknologi komputer dapat dijadikan tambahan bekal guru untuk meningkatkan kemampuannya.

Seni lukis merupakan salah satu materi dalam pembelajaran Seni Budaya yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Bagi siswa yang berbakat dalam hal seni lukis materi ini tidak menimbulkan masalah, namun bagi siswa yang kurang berpotensi di bidang seni khususnya seni lukis tentu saja akan menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran. Seni lukis anak-anak pada dasarnya merupakan bahasa komunikasi bagi anak anak untuk mengungkapkan keinginan- keinginannya yang mungkin tidak dapat diungkapkan dengan cara yang lain.

Anak mampu mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan imajinasinya dengan cara yang konkret dan mendesak ketika mereka tidak mampu mengungkapkan berbagai peristiwa lewat kata-kata.

Dalam proses belajar seni rupa anak tidak lepas dari pembahasan perkembangan pisikologi anak, perkembangan lukis dari tingkat lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui proses dan latihan. Hasil perkembangan lukis anak dipengaruhi oleh teknik mempelajarinya, bila ada perbedaan perkembangan penyebabnya adalah faktor bakat atau pembawaan dalam perkembangan lukis anak membutuhkan pendamping yang dapat mengarahkan dalam membimbingnya sehingga bakat yang ada dalam diri anak dapat berkembang secara maksimal.

Ditegaskan oleh (Rumini, 1995: 23) bahwa perkembangan itu merupakan suatu proses yang kekal dan tetap ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan dan belajar. Dengan belajar dan

(4)

pengarahan serta bimbingan maka bakat yang melekat pada pribadi anak akan terarah dan mencapai perkembangan yang optimal.

Dewasa ini penggunakan media dalam berkarya seni rupa sangat dibutuhkan,

kecanggihan teknologi membuat perkembangan media seni rupa semakin mengalami perubahan yang menyesuaikan dengan kebutuhan manusia untuk menciptakan sebuah karya seni. Alat yang digunakan sangat bermacam macam sesuai dengan kebutuhan dalam memberikan imajinasi pada media yang digunakan. Contohnya pada saat ini mengeksplorasi media dua dimensi dalam seni lukis sangat beragam, seperti kanvas, kertas, papan, dinding, batu, caping dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan eksistensi perkembangan seni lukis dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia. Manusia selalu menciptakan sebuah inovasi-inovasi baru terhadap pemahaman sebuah objek dan dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang kreatif. Hal tersebut yang membentuk gaya pada penciptaan karya seni dalam memberikan warna perjalanan seni lukis di SMAN 1 Pangkep.

Penelitian ini berawal dari masalah kurangnya bahan ajar yang digunakan guru, dimana guru hanya megandalkan buku paket dalam proses pembelajaran dan belum dapat mendorong peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran seni budaya, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak monoton dan membosankan sehingga pembelajaran tidak menarik dan akan menghambat kreativitas dalam berkarya seni lukis. Oleh karena itu peran media dalam proses pembelajaran seni lukis menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan. Dengan latar belakang seperti di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang

“Pengembangan Media Pembelajaran Melukis pada Kaca Akrilik dengan Tema Motif Toraja di SMA Negeri 1 Pangkep”

SENI LUKIS KACA

(5)

Sesuai dengan namanya, seni lukis kaca dapat diartikan sebagai lukisan yang menggunakan kaca sebagai bidang gambar, dan lukisan kaca adalah lukisan yang dibuat di atas media atau permukaan kaca yang dibuat dengan cara melukis pada bagian belakangnya. Cara pengerjaannya menggunakan prinsip terbalik (melukis pada bagian belakangnya). Proses pengerjaannya dimulai dengan membuat pola, kemudian mewarnai bagian belakang kaca dengan cat berkadar minyak sesedikit mungkin.

Secara teknis, proses pengerjaan lukisan kaca, yaitu: Pertama membuat sketsa dengan menggunakan cat hitam dengan alat pena kecil/tipis. Kedua, memberi warna pada sketsa tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Setelah itu memberi warna dasar pada lukisan tersebut. Melukis kaca dengan teknik seperti itu bertujuan agar ketika kita melihatnya akan terkesan lebih rapih.

Berdasarkan sejarahnya, seni lukis kaca mengalami perkembangan di zamannya seperti di Cirebon dan Bali. Seni lukis kaca telah dikenal sejak abad 17 Masehi dan berkembang di Cirebon bersamaan dengan berkembanganya agama Islam di Pulau Jawa. Saat itu lukisan kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa lukisan kaca dengan motif kaligrafi dan wayang (E.

Hadi Waluyo dalam Muzayin (2014:52).

Menurut E. HadiWaluyo dalam Muzayin (2014:54) bahwa lukisan kaca selain menjadi kegiatan terbaru perkembangan seni lukis kaca, juga bisa dianggap sebagai bagian dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia Lukisan kaca adalah lukisan yang dibuat di atas media atau permukaan kaca yang dibuat dengan cara melukis pada bagian belakangnya. Cara membuatnya, yaitu: Pertama membuat sketsa dengan menggunakan cat hitam dengan alat pena kecil/tipis. Kedua, memberi warna pada sketsa tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan. Setelah itu memberi warna dasar pada lukisan tersebut. Melukis kaca dengan teknik seperti itu bertujuan agar ketika kita melihatnya akan terkesan lebih rapih.

MOTIF TORAJA

(6)

Menurut Sitonda (2007:2), ukiran Toraja adalah kesenian ukir Melayu khas suku bangsa tanah Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran ini tercetak di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu lumbung. Motif ukiran Toraja bermacam-macam, antara lain Cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, atau tumbuh-tumbuhan.

Sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Sulawesi Selatan, orang Toraja memiliki kebudayaan berupa seni ukir. Ukiran Toraja terinspirasi dari beragam hal seperti cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, tumbuhan dan lain-lain, yang oleh orang Toraja memang disakralkan (Sitonda, JS Sande, 2007:7). Berikut beberapa contoh motif orang toraja :

a. Motif Ne’Limbongan (menggambarkan danau)

Gambar 1 Motif Ne’Limbongan

Artinya Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu danau.

b.

Motif Pa’Tedong (ukiran kepala kerbau)

(7)

Gambar 2 Motif Pa’ Tedong

Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Di Toraja, kerbau adalah binatang peliharaan yang utama dansangat disayangi.

c. Motif Pa’Kapu Baka

Gambar 3 Motif Pa’ Kapu Baka

Artinya ukiran yang menyerupai simpulan-simpulan penutup bakul dimana bakul sering digunakan orang Toraja sebagai tempat menyimpan harta benda. Makna filosofi dari ukiran ini yaitu sebagai tanda harapan agar keluarga senantiasa hidup rukun, damai sejahtera, bersatu padu bagaikan harta benda yang tersimpan dengan aman dalam sebuah bakul.

d. Motif Pa’Sala’bi Dibungai

Gambar 4 Motif Pa’Sala’bi Dibungai

Sala’bi' bisa berarti pagar atau penghalang. Ukiran ini bermakna bahwa menurut kepercayaan orang Toraja, Salaqbi' adalah benda untuk

(8)

melindungi keluarga dari hal –hal negatif seperti niat jahat seseorang ataukah penyakit. Diharapkan agarmanusia bisa menjaga diri atau mencari pengetahuan untuk bisa mempertahankandiri dalam mengaruhi kehidupan yang begitu banyak cobaan.

e. Motif Pa’dadu

Gambar 5 Motif Pa’dadu

Dahulu kala, permainan Dadu adalah sejenis judi yang digemari oleh hamper sebagian masyarakat. Adapun makna dari ukiran ini yaitu sebagai peringatan kepada anak cucu agar jangan bermain dadu atau judi karena permainan ini sangatberbahaya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Borg & Gall menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah model pembangunan berbasis industry dimana temuan penelitian yang digunakan untuk merancang produk baru dan prosedur yang kemudian secara sistematis dilakukan uji coba lapangan di evaluasi dan di sempurnakan sampai temuan penelitian tersebut memenuhi kriteria efektivitas, kualitas tertentu atau standar tertentu.

Model pengembangan yang digunakan ini mengacu pada model penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Model pengembangan ini terdiri dari 10 langkah yaitu : pencarian dan pengumpulan data (Research and Information Collection), perencanaan (Planning), mengembangkan bentuk produk awal (Develop Preliminary From of Product). Uji coba lapangan awal (Preliminary Field Testing), revisi hasil uji coba lapangan awal (Main product Revision), uji coba lapangan operasional (Operation Field Testing), penyempurnaan produk

(9)

akhir (Final Product Revision), penyempurnaan produk akhir (Final Product Revision), diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).

Adapun media yng dikembangkan dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran berupa melukis pada kaca akrilik dengan motif Toraja di SMA Negeri 1 Pangkep. Produk yang dihasilkan akan melalui berbagai prosedur penelitian dan penyempurnaan untuk menghasilkan suatu produk yang dapat bermanfaat dan layak digunakan dalm proses pembelajaraan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penjelasan diatas, langjah-langkah penelitian dan pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Brog&Gall yang telah dimodifikasi oleh sadiman meliputi tahap berikut :

Bagan 1 model pengembangan Brog&Gall yang telah dimodifikasi oleh Sadiman

Kesepuluh langkah tersebut peneliti membatasi penelitian ini sampai dengan langkah ketiga, berikut tahap-tahap yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut :

(10)

1. Tahap Pencariandan Pengumpulan Informasi

Pada tahap ini peneliti melakukan tahap pengumpulan data atau informasi unutk menentukan kebutuhan dalam pembelajaran yang akan berlangsung.

Langkah yang diperlukan dalam tahap ini adalah studi Pustaka dan studi lapangan.

a. Studi Pustaka yang dimaksd unutk mengetahui informasi-informasi hasil penelitian yang berkaitan degan materi maupun karakteristik media pembelajaran melukis pada kaca akrilik yang akan dikembangkan.

b. Studi lapangan dilakukan untuk mencari informasi mengenai kebutuhan pengembangan melukis pada kaca akrilik. Studi laoanganjuga dumaksudkan untuk mencari beberapa produk serupa yang pernah dikembangkan.

2. Perencanaan

Perencanaan atau rancangan melukis pada kaca akrilik dengan motif Toraja yaitu :

a. Menyiapkan alat dan bahan

Alat: Spidol, Kuas, Kertas desain motif toraja

Bahan:kaca akrilik, cat lukis, clear/pernis bening b. Pembuatan pola lukisan

Untuk membuat pola lukisan, motif akan dilukis biasanya bermacam macam pola tentang motif Toraja tergantung selera. Umumnya motif yang cukup mudah dan sederhana. Peserta didik bisa langsung melukis kerangka atau pola gambar dengan menggunakan spidol.

Untuk pemula bisa juga membuat pola pada kertas, lalu meletakkan kertas yang sudah bergambar pada kaca, selanjutnya kerangka gambar dikaca bisa dibuat dengan mencontoh gambar tersebut.

c. Pemberian warna

Warna cat bisa warna tunggal ataupun dicampu dengan pedoman pencampuran warna sebagai berikut:

Kuning+ Merah = Orange Kuning + Biru = Hijau

(11)

Merah + Biru = Ungu

Kuning + Merah +Hitam = Coklat Merah + Hitam = Merah maroon Merah+ Putih = Merah mudah Ungu + Putih = Violet

d. Clear/ pernis hasil lukisan di kaca akrilik yang sudah di lukis 3. Pengembangan Produk Awal

Melukis biasanya dilakukan dengan media kanvas, kain, kertas. Alternatif pemilihan media lain yang dimungkinkan akan membuat karya seni lukis menjadi lebih indnah dan menarik. Alasan peneliti adalah memilih media kaca akrilik dimana kaca akrilik biasanya di gunakan untuk membuat hiasan atau souvenir atau perabot karena kaca akrilik bersifat lentur, ringan, lebih kuat dan lebih tahan banting dibandingkan dengan kaca biasa. Bagan alur proses penyusunan pembuatan karya melukis pada kaca akrilik dengan moti Toraja sebgaai berikut :

Bagan 2 Alur Proses Pembuatan Karya PENUTUP

(12)

Sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Sulawesi Selatan, orang Toraja memiliki kebudayaan berupa seni ukir. Banyak motif yang mereka gunakan untuk megukir rumah adat tongkonan salah satunya seperti motif pa’tedong yang melambangkan kemakmuran rakyat toraja. Motif motif tersebut seperti lukisan dekoratif yang bisa di pakai anak anak untuk menjadi contoh atau tema lukisan untuk mengasah kemampuan anak dalm menggambar. Lukisan kaca ini sangat tept bagi anak yang ingin melatih kemampuannya dalam melukis. Walaupun terlihat mudah dan cara ini sudah banyak dilakukan ini merupakan langkah awal bagi guru SMA Negeri 1 Pangkep untuk membuat media baru bagi muridnya karena sebelumnya guru hanya mengajarkan untuk menggamnbar di kertas, melukis di kanvas yang membuat anak cepat bosan apalagi anak yang tidak memiliki bakat seni.

DAFTAR PUSTAKA

Aryad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mohammad Natsir Sitonda. 2007. Toraja Warisan Dunia. Makassar: Pustaka Refleksi

Riza Muzayin, 2014. Seni Rupa Indonesia. rizamuzayin. blogspot. com/2014_

05_25_archive .html. Diakses 27 mei 2023

Rumini, Sri, dkk. (1995). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP- UNY.

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research & development). Penelitian pengembangan ini menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall

Produk dikembangkan menggunakan sepuluh langkah pengembangan, mengacu pada model pengembangan Borg & Gall (1983), dan (2) Tingkat kelayakan modul pembelajaran

Penelitian pengembangan menggunakan metode Research and Development (R & D) mengacu pada model Borg & Gall dengan langkah-langkah, yaitu penelitian dan pengumpulan

Peneliti menggunakan penelitian pengembangan (R&D) dengan menggunakan model Borg dan Gall yang dilakukan hingga pada langkah ke tujuh, adapun langkah-langkah tersebut

5.1.1 Prosedur pengembangan prototipe sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” menggunakan enam langkah penelitian pengembangan menurut Borg & Gall yaitu: 1)

Media pengembangan ini berupa modul dan e-modul yang mengkolaborasikan teori dari model Borg and Gall dan Martin Tessmer dengan langkah penelitian pengembangan

Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) modifikasi langkah Sugiyono dan langkah Borg dan Gall yaitu (1) potensi dan

Prosedur penelitian dan pengembangan ini mengadaptasi prosedur yang dilakukan oleh Borg & Gall 1983:775 dengan melibatkan tujuh langkah utama yaitu: 1 analisis kebutuhan; 2 kemampuan