• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROTOTIPE NASKAH SOSIODRAMA BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD TEMA 3 SUBTEMA 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PROTOTIPE NASKAH SOSIODRAMA BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD TEMA 3 SUBTEMA 2"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD

TEMA 3 SUBTEMA 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Kristophorus Divinanto Adi Yudono NIM: 151134019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iii Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua, Johanes Haryo Yudono dan Maria Roseline Endah Lestari Widi Sumiwi, yang selalu menjadi alasan di balik seluruh proses perjuangan dan penggalian diri untuk terus menjadi manusia yang baik bagi diri sendiri, keluarga dan sesama.

2. Ketiga adik, almarhum Maria Lidwina Putri Yudono, Katharina Dwinta Putri Yudono dan almarhum Marcellus Denta Putra Yudono, yang selalu menjadi sumber motivasi untuk terus gigih dan pengingat agar tidak mudah menyerah dalam proses belajar.

3. Sahabat-sahabat jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun 2013, yang memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan mulai dari soal persahabatan, saling menjaga perasaan sampai arti jarak dan merindukan. 4. Rekan-rekan seperjuangan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(5)

iv

“Ketika kamu mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu, bukan berarti kamu tidak bisa melakukannya sama sekali.”

(Kristophorus Divinanto Adi Yudono)

“Seberapa indah mimpi jika tetap mimpi?” (Seno Gumira Ajidarma, dalam Kitab Omong Kosong)

“Jadilah manusia yang cerdas, dengan begitu kamu tidak akan mudah dibodohi.”

(Johanes Haryo Yudono)

“Guru adalah mereka yang selalu menjadi murid.” (M. Bayu Tejo Sampurno)

“Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang” (Chairil Anwar, dalam puisi Aku)

(6)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2019 Peneliti

(7)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Kristophorus Divinanto Adi Yudono Nomor Mahasiswa : 151134019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGEMBANGAN PROTOTIPE NASKAH SOSIODRAMA BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD TEMA 3 SUBTEMA 2”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Januari 2019 Yang menyatakan

(8)

vii

PENGEMBANGAN PROTOTIPE NASKAH SOSIODRAMA BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD TEMA 3 SUBTEMA 2

Kristophorus Divinanto Universitas Sanata Dharma

2019

Menurut data FAO tahun 2017, Indonesia ada di peringkat kedua penghasil limbah makanan akibat kebiasaan menyisakan dan membuang makanan. Penumpukan limbah makanan merupakan salah satu bentuk pemicu kerusakan lingkungan. Permasalahan tersebut dibahas dalam Ensiklik Laudato Si’ nomor 22 dan ditegaskan Uskup Agung Semarang pada tahun 2018 melalui Surat Gembala Peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-36. Pentingnya menghabiskan makanan sebagai sumber kesehatan tubuh menjadi materi pembelajaran tematik di kelas V tema 3, subtema 2.

Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada 25 peserta didik kelas V, peneliti mendapat data: 76% peserta didik memiliki kebiasaan menyisakan makanan. Dari angket yang diberikan kepada empat guru SD, ada tiga guru yang memerlukan sosiodrama untuk dijadikan metode pembelajaran tematik kelas V materi “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh Manusia”. Data tersebut mendorong peneliti mengembangkan prototipe sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” agar peserta didik memiliki kebiasaan menghabiskan makanan.

Prosedur pengembangan prototipe menggunakan langkah penelitian menurut Borg & Gall (2003), 1) penggalian potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuannya adalah mengetahui kualitas prototipe. Prototipe naskah sosiodrama dinilai oleh empat guru sekolah dasar dan seniman pertunjukan. Skor rata-rata hasil validasi 3.73 (rentang 1-4). Uji coba sosiodrama dilakukan di kelas V-B SDK Sang Timur Yogyakarta yang diikuti oleh 26 peserta didik. Hasil refleksi peserta didik terkait kebiasaan menghabiskan makanan yang menjadi salah satu cara untuk merawat lingkungan memperoleh skor rata-rata 3.84.

(9)

viii

DEVELOPING THE PROTOTYPE OF SOSIO-DRAMA SCRIPT BASED ENVIROMENTAL EDUCATION FOR THEMATIC LEARNING

CLASS V THEME 3 SUB THEME 2

Kristophorus Divinanto Sanata Dharma University

2019

According to FAO data the year 2017, Indonesia was the second producer of food waste due to habit leaves and discard food. The buildup of food waste is one form of trigger environmental damage. These problems are discussed in the Encyclical Laudato Si ' number 22 and confirmed the Archbishop of Semarang in the year 2018 through Shepherd's Letter Warning World Food Day To-36. The importance of food as a source of health spent body into thematic learning material in class V theme 3, subtema 2.

Based on the results of the question form distributed to 25 students of class V, researchers got data: 76% of learners have a habit of leaving food. From the now given to four primary school teachers, there are three teachers who are requiring a script sosiodrama to be thematic learning method of class V materials "The Importance of Healthy Food for the Human Body". The data encourages researchers develop a prototype script sosiodrama "Menghilangnya Sepiring Nasi" in order that students have a habit of spending food.

Procedure for the development of a prototype using the research according to Borg & Gall (2003), 1)extracting potential and problems, 2)data collection, 3) product design, 4)design validation, 5)design revision and 6) testing products. The aim is to know the quality of the prototypes. The sosiodrama prototype was assessed by four primary school teachers and performing artists. An average score of 3.73 validation results (range 1-4). Sosiodrama test is done in class V-B in Sang Timur Catholic Elementary School, followed by 26 students. The results of the reflection the learners spend habits related food becomes one of the ways to take care of the environment obtained an average score of 3.84.

(10)

ix

Puji syukur dan ucapan terima kasih peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus, yang telah memberikan berkat penyertaan serta kekuatan sehingga skripsi berjudul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE NASKAH SOSIODRAMA BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD TEMA 3 SUBTEMA 2” ini dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini telah selesai karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penuh cinta, peneliti hendak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi. Ucapan terimakasih peneliti panjatkan kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastusi, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberi motivasi dan dukungan kepada peneliti dalam proses pengerjaan penelitian dan skripsi ini.

5. Kelima validator yang membantu peneliti menilai kualitas prototipe sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi”.

6. Sr. Beatta Maria PIJ, selaku Kepala Sekolah SDK Sang Timur Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

(11)

x

2018/2019 yang terlibat dalam penelitian.

9. Sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang membantu dalam proses perizinan pelaksanaan skripsi.

10.Kedua orangtua, Johanes Haryo Yudono dan Maria Roseline Endah Lestari Widi Sumiwi, yang selalu memberikan kesempatan, kepercayaan, pelajaran, cinta, saran, motivasi, teguran, doa dan semangat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 11.Ketiga adik kandung, almarhum Maria Lidwina Putri Yudono,

Katharina Dwinta Putri Yudono dan almarhum Marcellus Denta Putra Yudono, yang selalu menjadi sumber semangat peneliti untuk terus belajar.

12.Rekan seperjuangan, Daniel Pandu Christian, yang selalu menjadi teman bertukar pikiran dan diskusi dalam proses pengerjaan skripsi. 13.Margareth Jenny S, B.A., selaku pelukis gambar ilustrasi pada sampul

naskah sosiodrama dan Andreas Sotya Priatmaka Pribadi yang membantu dokumentasi selama penelitian.

14.Sahabat yang tinggal bersama dalam satu kos selama di Yogyakarta, Yustinus Edo dan Yohanes Benny, yang selalu memberi dukungan dengan menciptakan suasana yang kondusif ketika proses belajar di kos.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Peneliti meminta maaf apabila ditemukan kesalahan baik dalam sistematika penulisan, isi, penyajian data dan kesalahan lainnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi pembaca.

Yogyakarta, 21 Januari 2019 Peneliti

(12)

xi

Halaman HALAMAN JUDUL ... -

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Definisi Operasional ... 5

1.6Spesifikasi Produk ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Keprihatinan Gereja Tentang Kerusakan Lingkungan Hidup ... 7

2.1.1.1 Ensiklik Laudato Si’ ... 7

2.1.1.2 Surat Gembala Peringatan Hari Pangan ... 9

2.1.2 Pendidikan Lingkungan Hidup ... 11

(13)

xii

2.1.2.3 Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 15

2.1.2.4 Target Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 16

2.1.2.5 PLH Dalam Pemebelajaran Tematik SD ... 18

2.1.3 Pembelajaran Tematik Kelas V ... 21

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik ... 21

2.1.3.2 Materi Pembelajaran Tematik Kelas V Tema 3 Subtema 2 ... 22

2.1.4 Sosiodrama ... 26

2.1.4.1 Pengertian Sosiodrama & Bibliodrama ... 27

2.1.4.2 Tujuan Sosiodrama ... 29

2.1.4.3 Unsur-Unsur Sosiodrama ... 29

2.1.4.4 Jenis Naskah & Dramaturgi ... 31

2.1.4.5 Langkah Pelaksanaan Sosiodrama ... 33

2.1.4.6 Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ... 34

2.1.5 Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Kelas V ... 37

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 39

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Setting Penelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Subyek Penelitian ... 44

3.2.3 Obyek Penelitian ... 44

3.2.4 Waktu Penelitian ... 45

3.3 Prosedur Pengembangan Penelitian ... 45

3.3.1 Penggalian Potensi & Masalah ... 46

3.3.2 Pengumpulan Data ... 46

3.3.3 Desain Produk ... 48

3.3.4 Validasi Desain ... 49

3.3.5 Revisi Desain ... 49

(14)

xiii

3.4.1 Kuisioner ... 50

3.4.2 Wawancara ... 51

3.5 Instrumen Penelitian ... 51

3.5.1 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 51

3.5.1.1 Pedoman Wawancara ... 52

3.5.1.2 Pedoman Kuisioner ... 53

3.5.2 Instrumen Validasi Produk ... 53

3.5.3 Instrumen Penilaian Uji Coba Terbatas ... 54

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

3.6.1 Analisis Data Kualitatif ... 55

3.6.2 Analisis Data Kuantitatif ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Prosedur Pengembangan ... 58

4.1.1.1 Penggalian Potensi dan Masalah ... 58

4.1.1.2 Pengumpulan Data ... 59

4.1.1.3 Desain Produk ... 64

4.1.1.4 Validasi Desain Produk ... 67

4.1.1.5 Revisi Desain Produk ... 69

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 73

4.1.2 Kualitas Produk ... 79

4.2 Pembahasan ... 80

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Produk ... 83

4.3.1 Kelebihan Produk ... 83

4.3.2 Kelemahan Produk ... 84

BAB V PENUTUP ... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 86

5.3 Saran Penelitian ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(15)

xiv

Tabel 2.1 PLH Dalam Pembelajaran Tematik SD ... 18

Tabel 2.2 Tahap Pelaksanaan Sosiodrama ... 33

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama ... 34

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Prototipe Sosiodrama ... 48

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 52

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Peserta Didik Kelas V ... 53

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Validasi Produk ... 54

Tabel 3.5 Aspek Penilaian Uji Coba Terbatas ... 54

Tabel 3.6 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 56

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru ... 60

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Kuisioner ... 63

Tabel 4.3 Kisi-Kisi Pembuatan Prototipe Sosiodrama ... 64

Tabel 4.4 Hasil Validasi Desain Produk ... 68

Tabel 4.5 Rangkuman Saran Revisi ... 69

(16)

xv

(17)

xvi

Gambar 2.1 Ilustrasi isi Ensiklik Laudato Si’ ... 8

Gambar 2.2 Porsi Makanan Seimbang ‘Empat Sempurna’ ... 24

Gambar 4.1 Sampul Prototipe Naskah Sosiodrama ... 66

Gambar 4.2 Pelaksanaan Uji Coba-1 Adegan “Warung Nyai Jinawi” ... 73

Gambar 4.3 Pelaksanaan Uji Coba-2 Adegan “Penyiar Berita” ... 74

Gambar 4.4 Pelaksanaan Uji Coba-2 Adegan “Adi & Bunda” ... 75

Gambar 4.5 Pelaksanaan Uji Coba-2 Adegan “Mimpi Adi” ... 75

Gambar 4.6 Pelaksaan Uji Coba-2 Adegan “Warung Nyai Jinawi” ... 75

Gambar 4.7 Pelaksanaan Uji Coba-2 Adegan “Adi Terbangun” ... 76

(18)

xvii Lampiran 1 : Instrumen Analisis Kebutuhan

Lampiran 1.1 Rekap Lembar Hasil Wawancara Guru SD ... 91

Lampiran 1.2 Lembar Hasil Wawancara Guru SD 1 ... 93

Lampiran 1.3 Lembar Hasil Wawancara Guru SD 2 ... 94

Lampiran 1.4 Rekap Lembar Kuisioner Peserta Didik ... 95

Lampiran 2 : Validasi Produk Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Produk Guru Kelas V.1 ... 96

Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Produk Guru Kelas V.2 ... 99

Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Produk Guru Kelas V.3 ... 102

Lampiran 2.4 Lembar Hasil Validasi Produk Guru Kelas V.4 ... 105

Lampiran 2.5 Lembar Hasil Validasi Produk Seniman Pertunjukan ... 108

Lampiran 3 : Uji Coba Produk Lampiran 3.1 Kriteria Penilaian Jawaban Refleksi Uji Coba ... 111

Lampiran 3.2 Rekap Jawaban Hasil Refleksi Peserta Didik ... 113

Lampiran 3.3 Hasil Refleksi Uji Coba Peserta Didik 1 ... 116

Lampiran 3.4 Hasil Refleksi Uji Coba Peserta Didik 2 ... 117

Lampiran 4 Surat Penelitian Lampiran 4.1 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian ... 118

Lampiran 4.2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 119

Lampiran 5 Biodata Penulis ... 120

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan lingkungan hidup sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah lingkungan berperan sebagai sumber bahan makanan. Apabila terjadi kerusakan lingkungan hidup, kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dipastikan akan terganggu. Namun dewasa ini permasalahan lingkungan hidup bukan menjadi sebuah permasalahan yang asing. Kegelisahan tentang masalah lingkungan hidup disampaikan melalui Ensiklik Laudato Si’ (LS) yang diterbitkan di tahun 2015 dan ditulis oleh Paus Fransiskus. Salah satu keprihatinan yang dituliskan oleh Bapa Paus Fransiskus adalah bahwa bumi telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa (LS, no. 21). Penggambaran ini dikarenakan banyaknya sampah yang sulit untuk didaur ulang seperti plastik, alat kosmetik, alat-alat medis dan berbagai bentuk jenis kebiasaan membuang lainnya, salah satunya adalah kebiasaan membuang makanan. Kebiasaan membuang makanan yang telah mewarnai kebudayaan manusia juga menjadi salah satu bentuk polusi lingkungan (LS, no. 22).

(20)

2

Amsyari (2012: 10-11) menyatakan jika Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) perlu ditanamkan sejak usia dini atau di bangku sekolah dasar karena pembiasaan manusia hidup untuk menghormati dan menjaga lingkungan ditentukan dari pembelajaran yang diterimanya sejak mengenyam pendidikan awal yaitu di masa sekolah dasar.

Berdasarkan beberapa hal tersebut, peneliti tertarik mengembangkan sebuah prototipe naskah sosiodrama yang terkandung isi tentang perlunya memiliki kebiasan tidak menyisakan dan membuang makanan di dalam naskah tersebut. Prototipe naskah ditujukan kepada peserta didik kelas V. Selain berangkat dari kegelisahan tentang kerusakan lingkungan yang ada di Laudato Si’, ajakan habitus baik di Surat Gembala dan pembelajaran PLH untuk sekolah dasar, kebiasaan untuk menghabiskan makanan sesuai dengan pembelajaran tematik kelas V tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Manusia”. Hal ini ditambah dengan berdasarkan penelitian tentang kebiasaan makan anak yang dilakukan Judarwanto di tahun 2017, ia menyatakan jumlah anak yang menghabiskan makanan hanya mencapai jumlah 27.5%. Untuk mengetahui kebenaran tersebut di tingkat sekolah dasar, peneliti kemudian memberikan angket kepada 25 peserta didik kelas V-B di SDK Sang Timur Yogyakarta. Dari angket tersebut, peneliti mendapatkan data bahwa 76% peserta didik di kelas V-B memiliki kebiasaan tidak menghabiskan makanan. Data ini menunjukkan kebiasaan menyisakan dan membuang makanan masih sering terjadi dan dilakukan oleh peserta didik. Kebiasaan ini berlawanan dengan isi Laudato Si’ dan ajakan dalam Surat Gembala, sebab membuang makanan akan menyebabkan penumpukan sampah limbah pangan yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan pencemaran alam.

(21)

3

Lingkungan Hidup (PLH). Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan pengetahuan, muatan pelajaran dan kompetensi ajar yang mengandung cara – cara penanganan permasalahan lingkungan yang ditujukan kepada peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Lansh, 2016: 2). Pendidikan lingkungan hidup mempunyai tiga target ketercapaian pembelajaran yaitu, 1) sukses kognitif, 2) sukses afektif, dan 3) sukses psikomotor (Suaedi, 2016: 50). Ketiga tujuan ini relevan dengan tujuan pembelajaran pendidikan karakter yang termuat dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013. PLH juga memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik memiliki etika lingkungan hidup. Tujuan dan etika pendidikan lingkungan hidup menjadi acuan peneliti dalam mengembangkan prototipe sosiodrama dalam penelitian.

(22)

4

sosiodrama dalam penelitian dan pengembangan yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik SD kelas V dan berisi pesan untuk memiliki kebiasaan baik yaitu menghabiskan makanan.

Peneliti terinspirasi oleh penelitian sebelumnya yang dilakukann Mardiyatun (2011), yang berjudul “Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Kelas IV”. Penelitian Mardiyatun mengembangkan metode sosiodrama dalam muatan pembelajaran IPS kelas IV. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah, peneliti melakukan sosiodrama dalam pembelajaran tematik kelas V pada tema 3 subtema 2. Hasil penelitian Mardiyatun menunjukkan bahwa metode sosiodrama yang diterapkan dengan langkah-langkah yang benar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan peserta didik, keterampilan proses, serta pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Dengan adanya prototipe naskah sosiodrama, guru memiliki pengetahuan memberikan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode sosiodrama dan peserta didik memiliki pengalaman bermain peran dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan sosiodrama berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai metode pembelajaran tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”?

1.2.2 Bagaimana kualitas sosiodrama berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai metode pembelajaran tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”?

1.3 Tujuan Penelitian

(23)

5

1.3.2 Mengetahui kualitas sosiodrama berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai metode pembelajaran tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makan Sehat Bagi Tubuh”. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan serta pengalaman dalam mengembangkan metode sosiodrama berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup yang ditulis berdasarkan materi tematik kelas V dan digunakan sebagai metode pembelajaran.

1.4.2 Bagi Guru

Guru memperoleh pengetahuan tentang metode sosiodrama yang dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”.

1.4.3 Bagi Peserta Didik

Peserta didik memiliki kebiasaan menghabiskan makanan sebagai salah satu cara untuk menjaga lingkungan.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Prototipe adalah bentuk awal atau rancangan sebuah produk sebelum disempurnakan.

1.5.2 Sosiodrama adalah proses belajar kelompok atau individu dengan memberikan sebuah alur cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran untuk diperankan.

1.5.3 Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah sebuah pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran pentingnya menjaga dan merawat lingkungan.

(24)

6 1.6 Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan adalah sosiodrama berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang disusun berdasarkan materi tematik kelas V Tema 3 Subtema 2. Prototipe naskah ini dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas maupun pengembangan diri dalam lomba atau acara khusus bertajuk kesenian yang diadakan oleh. Adapun spesifikasi produk sebagai berikut.

1.6.1 Sosiodrama dikembangkan berdasarkan materi tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh” dan kegelisahan kerusakan lingkungan akibat kebiasaan menyisakan makanan yang dibahas dalam Laudato Si’ nomor 22 dan ditegaskan dalam Surat Gembala Peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-36 tahun 2018.

1.6.2 Sampul naskah sosiodrama memuat judul “Menghilangnya Sepiring Nasi” dengan ilustrasi sampul berupa lukisan karya Margareth Jenny S, B.A yang berjudul “Maaf”. Lukisan diciptakan di tahun 2018 dan menggambarkan kedekatan seorang ibu dan anak sebagai penggambaran relasi manusia dengan alam. Halaman sampul dicetak menggunakan kertas Buffalo.

1.6.3 Naskah sosiodrama dilengkapi dengan desain latar tempat yang diharapkan dalam cerita. Kemudian berisi keterangan jumlah aktor dan aktris, penjelasan penokohan masing-masing karakter, dan peran kru di balik panggung.

1.6.4 Naskah sosiodrama berbentuk buku dengan ukuran 21,0 x 29,7 cm (A4). Jenis font yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran font 12.

(25)

7 BAB II LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Uraian dalam bab ini menjelaskan beberapa teori yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian. Adapun beberapa teori tersebut ialah keprihatinan gereja tentang lingkungan hidup, pendidikan lingkungan hidup, pembelajaran tematik kelas V SD, sosiodrama dan karakteristik peserta didik kelas V.

2.1.1 Keprihatinan Gereja Tentang Kerusakan Lingkungan Hidup

Uraian dalam subbab ini menjelaskan keprihatinan gereja sebagai wadah umat Kristiani, dalam menanggapi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup melalui seruan dalam Ensiklik Laudato Si’ yang ditulis Paus Fransiskus dan Surat Gembala Peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-36 yang ditulis Mgr. Rubiyatmoko.

2.1.1.1 Ensiklik Laudato Si’

(26)

8

menerus gereja angkat melalui ensiklik-ensiklik dan dokumen gereja sampai saat ini. Salah satunya adalah Ensiklik Laudato Si’ di tahun 2015.

Ensiklik Laudato Si’ adalah ensiklik yang ditulis Paus Fransiskus dan diterbitkan pada 18 Juni 2015. Laudato Si’ mengangkat tentang perawatan rumah kita bersama sebagai tajuknya. Paus Fransiskus memberikan gambaran bumi telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa (LS: no. 21). Seruan dari Paus Fransiskus mengenai kerusakan lingkungan mengarisbawahi beberapa hal penting seperti polusi, limbah, budaya buang sampah, masalah air, kualitas hidup manusia, kemerosotan sosial, ketimpangan global, tanggapan-tanggapan yang lemah, dan keragaman pendapat. Isi dari Ensiklik Laudato Si’ yang ditulis oleh Paus Fransiskus secara garis besar digambarkan dalam gambar ilustrasi berikut.

Gambar 2.1: Ilustrasi isi Ensiklik Laudato Si’

(27)

9

lingkungan adalah polusi pangan. Di dalam ilustrasi gambar, polusi pangan terdapat pada bagian dari permasalahan solidaritas pangan. Di dalam Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus menekankan polusi pangan yang terjadi akibat kebiasaan membuang makanan atau “throw away culture”. Polusi pangan akibat menumpuknya sisa makanan telah menjadi masalah yang serius. Hal ini dikatakan oleh Bapa Paus Fransiskus bahwa sepertiga makanan yang telah diproduksi di seluruh dunia terbuang percuma (LS: no. 50). Angka ini dikonfirmasi kebenarannya dan disebutkan pula oleh Badan Pangan PBB (Food and Agriculture Organization of The United Nations/FAO). Badan Pangan PBB mengutarakan bahwa makanan terbuang ini terjadi selama proses produksi, distribusi, dan karena perilaku konsumsi manusia. Meskipun terlihat sederhana, sampah makanan ini menyumbang 10% dari gas emisi yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri berakibat pada perubahan iklim yang ekstrem, meningkatnya permukaan air laut dan meningkatnya suhu bumi yang mengakibatkan pemanasan global/global warning (FAO & FMH, 2017: 6-8). Mengingat berbahayanya dampak kebiasaan membuang makanan tersebut, Paus Fransiskus memberikan seruan sebagai antisipasi atau cara yang mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan akibat polusi pangan adalah adalah dengan cara tidak menyisakan makanan. Keprihatinan tentang kebiasaan menyisakan makanan yang menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan, bukan hanya diungkapkan dalam Ensiklik Laudato Si’ saja, melainkan dipertegas kembali dan menjadi pembahasan yang lebih spesifik dalam Surat Gembala Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-36 Keuskupan Agung Semarang di tahun 2018.

2.1.1.2 Surat Gembala Peringatan Hari Pangan

(28)

10

tahunnya. Mark Smulders menambahkan jika jumlah tersebut mampu memberi makan 11% populasi Indonesia atau sekitar 28 juta penduduk setiap tahunnya. Angka-angka ini menunjukkan betapa tingginya kebiasaan manusia dalam menyisakan makanan yang bersumber dari lingkungan. Keprihatinan pangan yang diungkapkan dalam Laudato Si’ kemudian diangkat oleh Keuskupan Agung Semarang dalam Surat Gembala Peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-36.

Surat Gembala ini ditulis oleh Mgr. Rubiyatmoko selaku uskup Keuskupan Agung Semarang. Surat ini dibacakan dalam perayaan ekaristi di seluruh Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 27 September 2018. Di dalamnya, Mgr. Rubi mengajak umat sekalian untuk mensyukuri profesi petani, pelayan, peternak dan melihat profesi itu sebagai profesi yang sangat bermanfaat karena jasanya dalam penanam, pengolah dan perantara makanan yang berasal dari lingkungan. Tanpa profesi-profesi itu manusia tidak akan memenuhi kebutuhan makanan pokok. Kemudian ajakan selanjutnya adalah ajakan untuk menghargai profesi-profesi tersebut dengan cara tidak menyisakan dan membuang makanan. Perilaku ini merupakan ajakan yang diteruskan dari Ensiklik Laudato Si’ tentang kecenderungan throw-away culture atau “budaya membuang” yang sedang marak di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki dampak yang besar dalam kerusakan lingkungan hidup. Ajakan dalam Surat Gembala adalah membiasakan diri memiliki habitus (kebiasaan) yang baik, diantaranya: 1) membiasakan diri untuk berdoa sebelum dan sesudah makan sebagai wujud ucapan syukur atas makanan yang telah diberikan alam dan Tuhan, 2) mengusahakan pola makan yang sehat, 3) mengadakan gerakan mengkonsumsi makanan lokal, dan 4) membangun kebiasaan untuk tidak menyisakan dan membuang-buang makanan (Rubiyatmoko: alinea 10).

(29)

11

melainkan oleh seluruh elemen masyarakat domestik maupun mancanegara. Diperlukan sebuah usaha untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan mengenai kerusakan lingkungan hidup dari semua lini, mulai dari cara pandang, cara berpikir, kebijakan, gaya hidup, spiritualitas dan program pendidikan (LS: no. 111). Pendidikan menjadi salah satu cara alternatif untuk menumbuhkan kesadaran dan budaya menjaga lingkungan (LS: no. 209). Berdasarkan hal tersebut, munculah sebuah cabang ilmu baru yang mengandung ilmu perawatan lingkungan hidup yang dikenal sebagai Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

2.1.2 Pendidikan Lingkungan Hidup

Uraian dalam subbab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian terkait dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pembahasan dalam subbab ini terdiri dari pengertian pendidikan lingkungan hidup, etika lingkungan hidup, tujuan pendidikan lingkungan hidup, target ketercapaian pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran tematik SD.

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Akar kemunculan pendidikan lingkungan hidup berawal dari Konvensi UNESCO di Tbilisi pada tahun 1977 (Simbolon, 2010: 6) yang menyebutkan, bahwasanya pendidikan lingkungan hidup merupakan sebuah proses belajar yang membentuk suatu masyarakat yang peduli terhadap lingkungan kemudian memiliki kemampuan, keinginan dan pengetahuan guna mengatasi permasalahan lingkungan dan mencegah permasalahan lingkungan yang baru.

(30)

12

kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Tim PLH Uness, 2014: 4).

Pengertian pendidikan lingkungan hidup dalam lingkup sekolah dasar berasal dari pernyataan Baharudin (2009: 11), yakni pendidikan yang menanamkan kesadaran, nilai-nilai, sikap, keterampilan dan tanggung jawab terhadap masalah lingkungan hidup sebagai keperihatinan bersama, dalam pembelajaran keseharian baik secara spesifik maupun integratif.

Dari uraian pengertian yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah sebuah proses pembelajaran yang menanamkan keprihatinan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup melalui pengetahuan, perasaan dan keterampilan. Dalam penelitian ini, proses pembelajaran ditekankan untuk mengajak peserta didik untuk mencintai lingkungan dan menghargai alam sebagai penyedia bahan makanan mentah. Selain itu, menanamkan kesadaran kepada peserta didik tentang pentingnya menghabiskan makanan. Proses pembelajaran dari pendidikan lingkungan hidup diarahkan agar manusia menyadari dan kembali memiliki etika lingkungan hidup (Stanford, 2008: 3).

2.1.2.2 Etika Lingkungan Hidup

Etika lingkungan hidup merupakan pedoman-pedoman yang digunakan sebagai dasar merumuskan tujuan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup (Stanford, 2008: 4). Etika lingkungan hidup mencakup pembahasan mengenai perilaku manusia dalam berelasi dengan alam, baik secara langsung maupun tindakan-tindakan yang berdampak pada alam. Keraf (2005: 143-159) menjabarkan empat (4) etika lingkungan hidup yang harus dimiliki setiap manusia sebagai individu yang terlibat secara langsung dengan alam. Empat etika lingkungan hidup itu antara lain: 1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

(31)

13

menghargai hak semua mahkluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya. Manusia menghormati lingkungan dengan memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan lingkungan beserta seluruh isinya. Manusia tidak diperbolehkan merusak, menghancurkan, dan sejenisnya bagi lingkungan alam sekitar beserta seluruh isinya. Sikap hormat kepada alam ini pun dapat diwujudkan dalam bentuk karya seperti lukisan, patung, poster atau karya yang bercerita tentang lingkungan. Dengan adanya karya-kerya tersebut, manusia akan merasa dirinya dekat dan memiliki kecintaan pada alam itu sendiri yang diwujudkan dalam bentuk karya seni. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, etika ini berkaitan dengan aspek kognitif/pengetahuan dan afektif/perasaan.

2. Tanggung Jawab kepada Alam (Responsibility for Nature)

(32)

14

3. Kepedulian kepada Alam (Caring for Nature)

Keraf menyatakan peduli terhadap lingkungan menjadi sebuah prinsip moral yakni memberi apapun untuk pelestarian alam untuk kepentingan alam itu sendiri, bukan kepentingan pribadi. Ketika hendak mengambil keputusan yang berkaitan dengan alam, manusia perlu juga memikirkan dampak yang terjadi pada alam. Bukan hanya memikirkan kepentingan dan ambisi pribadi dalam pemenuhan kebutuhan. Manusia perlu menyadari tindakannya sehari-hari akan berpengaruh kepada alam. Contoh sederhana ialah ketika manusia memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan, sampah yang lambat laun menumpuk akan menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia perlu memiliki kepedulian terhadap alam dengan berpikir secara matang sebelum bertindak terkait dengan dampak yang akan terjadi di alam. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, etika ini berkaitan dengan aspek pengetahuan/kognitif dan perasaan/afektif.

4. Prinsip Hidup Selaras dengan Lingkungan (Living with Nature)

(33)

15

Sri yang menggambarkan pujian syukur para petani kepada dewi pelindung tanah pertanian.

Etika lingkungan hidup menjadi acuan pedoman manusia dalam bertindak melestarikan dan menjaga alam melalui beragam cara, salah satunya dengan pendidikan. Etika lingkungan hidup pula menjadi dasar dalam penyusunan tujuan pendidikan lingkungan hidup yang menjadi salah satu program menjaga dan melestarikan lingkungan di ranah pendidikan (Keraf, 2005: 160).

2.1.2.3 Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup secara sederhana bertujuan untuk membentuk manusia yang bertanggung jawab memelihara, merawat dan melestarikan alam. Sejalan dengan Fien (1997: 7-8), yang menyatakan jika pendidikan lingkungan hidup memiliki tujuan memperbaiki upaya peningkatan, pemeliharaan, pelestarian alam dimulai dari dasar yaitu penanaman pola pikir (filosofis). Khoirunnisa merangkum tujuan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup sebagai berikut (2016: 16-22) : 1) Meningkatkan Kesadaran (Awareness)

Pendidikan lingkungan hidup akan membentuk sikap dan perilaku sadar lingkungan. Pembentukan sikap dan perilaku inilah yang akan memicu kepekaan peserta didik untuk berpikir kritis terhadap setiap isu lingkungan, baik dalam mengurangi permasalahan lingkungan maupun melakukan pencegahan. Penelitian dan pengembangan sosiodrama ini juga bertujuan membantu peserta didik melihat dan memikirkan tentang salah satu permasalahan lingkungan berkaitan dengan adanya kebiasaan manusia menyisakan makanan sehingga terjadi pencemaran lingkungan.

2) Memantapkan Ilmu dan Wawasan (Science & Knowledge)

(34)

16

menyeluruh. Salah satu alasan kurangnya kepedulian dan kesadaran peserta didik tentang lingkungan disebabkan lantaran tidak tersedianya informasi tentang adanya dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan. Informasi yang peneliti sampaikan dalam sosiodrama adalah: a) manfaat makanan bagi kesehatan manusia, b) kebiasaan menyisakan makanan dapat menjadi limbah yang mencemari lingkungan

3) Pembentukan Keterampilan (Skill)

Khoirunnisa (2016: 18) berpendapat keterampilan memecahkan masalah sangat ditekankan dalam Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Keterampilan memecahkan masalah bertujuan untuk mengatasi permasalahan serta mengetahui upaya pencegahan agar permasalahan tersebut tidak muncul kembali. Dalam sosiodrama ini, peneliti hendak membantu peserta didik memiliki kebiasaan untuk mengambil makanan secukupnya dan bertanggung jawab menghabiskan makanan tersebut. Dengan demikian, penumpukan sisa makanan tidak akan terjadi.

4) Memunculkan Partisipasi dan Kontribusi (Participation and Contribution)

Pendidikan lingkungan hidup bertujuan untuk membentuk karakter peduli secara nyata, bukan hanya teoritis belaka. Hal ini diwujudkan dalam keterlibatan (partisipasi) peserta didik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkungan dan mengatasi masalah lingkungan. Sosiodrama ini menumbuhkan partisipasi peserta didik untuk menghargai semua profesi yang berkaitan dengan pangan.

2.1.2.4 Target Ketercapaian Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup

(35)

17

1. Sukses kognitif; yang artinya peserta didik mampu mengetahui dan memahami berbagai permasalahan lingkungan hidup serta dampak-dampaknya. Sebagai contoh, peserta didik mampu memahami kebiasaan menyisakan dan membuang makanan yang menjadi bentuk pencemaran lingkungan karena penumpukan makananan menjadi salah satu pemicu kerusakan alam. Selain itu, prototipe sosiodrama yang dikembangkan oleh peneliti memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kebiasaan menyisakan makanan sebagai bentuk tindakan yang tidak menghargai makanan, manfaat memiliki pola makan teratur bagi tubuh dan penyakit akibat gangguan pencernaan.

2. Sukses afektif, yaitu peserta didik dapat menumbuhkan kebiasaan dalam dirinya untuk memiliki kesadaran, sikap, dan perilaku, serta membangkitkan keinginan berpartisipasi aktif di dalam pemecahan permasalahan lingkungan hidup. Dalam sosiodrama yang dikembangkan, peserta didik akan memiliki kesadaran untuk menghargai jasa petani sebagai penanam dan penyedia bahan makanan mentah yang berasal dari alam dan merefleksikan kebiasaan tidak menghabiskan makanan melalui jalan cerita sosiodrama.

(36)

18

kurikulum 2013 SD. Setiap unsur kognitif, afektif dan psikomotor kemudian dikelompokkan ke dalam empat kelompok kompetensi yang dikenal sebagai KI. Dimulai dari KI-1 spiritual, KI-2 sosial, KI-3 pengetahuan dan KI-4 keterampilan (Sutrisno, 2014: 28). Keseluruhan aspek ketercapaian pendidikan lingkungan hidup dan aspek pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 saat ini terintegrasi dan diajarkan dalam pembelajaran tematik sekolah dasar.

2.1.2.5 PLH Dalam Pembelajaran Tematik SD

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dapat diintegrasikan pada berbagai muatan pelajaran SD seperti IPS, Bahasa Indonesia, IPA, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), Seni Budaya dan Keterampilan (SBdP). Muatan pelajaran yang akan saling berkaitan satu sama lain dalam pembelajaran tersebut, memiliki ruang lingkup yang luas dan menguatkan antara materi satu muatan pembelajaran dengan muatan pembelajaran yang lain (Hamlah, 2013: 24-25).

Barlia (2010: 12-16) menyatakan pendidikan lingkungan hidup telah terkandung dalam materi pembelajaran tematik SD di setiap jenjang dari kelas I sampai VI, baik semester ganjil maupun semester genap. Pendidikan lingkungan hidup terintegrasi bersama dengan muatan-muatan pelajaran yang lain dan bergabung ke dalam dalam tema-tema yang memiliki subtema di setiap judul temanya. Berikut adalah tabel rangkuman materi pembelajaran tematik edisi revisi 2017 yang terkandung muatan pendidikan lingkungan hidup di dalamnya.

Tabel 2.1: PLH dalam Pembelajaran Tematik SD

Kelas Semester Tema Materi Pembelajaran Tentang Lingkungan Hidup

I

Ganjil

Tema 2

“Kegemaranku”

Membuat sampul buku dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam seperti ranting pohon dan daun kering.

Tema 3

“Kegiatanku”

Membuat kerajinan dari biji-bijian, daun atau bahan alam yang ada di lingkungan sekitar sekolah.

(37)

19 Tema 7“Benda,

Hewan dan Tanaman Di

Sekitarku”

Mengenali hewan dan tumbuhan sebagai mahluk hidup yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik melalui kegiatan mewarnai, menggambar, berkunjung ke kebun binatang dan lain-lain.

Tema 8“Peristiwa Alam”

Mempelajari perilaku-perilaku yang berpengaruh pada peristiwa alam seperti membuang sampah mengakibatkan banjir, dan melakukan sikap-sikap yang sesuai dengan keadaan alam seperti tidak membuang-buang air ketika terdapat di alam sebagai media atau properti permainan

Tema 4“Hidup Bersih dan Sehat”

Menciptakan kondisi lingkungan sekitar yang bersih dan tidak menimbulkan penyakit.

Genap Tema 6Hewan Dan “Merawat Tumbuhan”

Langkah-langkah menanam dan memberi pupuk pada tanaman agar tanaman tidak layu dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, mengenal jenis-jenis hewan peliharaan dan cara merawatnya. dan daur hidup mahluk hidup. Tema 2

“Menyayangi Tumbuhan dan

Hewan”

Cara-cara pelestarian tumbuhan melalui stek, mencangkok dan lain-lain, permasalahan perburuan liar yang tidak menunjukkan sikap cinta hewan.

Genap

Tema 7“Energi dan Perubahannya”

Bacaan tentang mencairnya es di kutub akibat meningkatnya suhu bumi yang merupakan dampak dari pemanasan global.

Tema 8“Bumi dan Alam Semesta”

Bumi sebagai planet tempat tinggal manusia dari berbagai daerah, bermacam mahluk hidup dan sumber daya alam yang perlu dijaga bersama. mematikan lampu ketika tidak digunakan, yang berdampak baik bagi pengurangan efek rumah kaca. Mengurangi kebiasaan tergantung pada energi bumi dan mengubahnya menjadi energi alternatif.

Tema 3“Peduli

(38)

20

mahluk hidup (hewan dan tumbuhan).

Genap Tempat Tinggalku”Tema 8“Daerah

Mengeksplorasi keunikan tempat tinggal masing-masing berkaitan dengan rumah adat, kebun, taman bunga atau kenampakan alam lain ya dan upaya-upaya menjaganya agar tetap bersih dan terawat.

V

Ganjil

Tema 2“Udara Bagi Kesehatan”

Kebakaran hutan di Kalimantan yang menimbulkan penyakit pernafasan sebagai salah satu bentuk polusi udara, gerakan menanam pohon yang menghasilkan oksigen untuk mengimbangi kadar karbondioksida di udara. Tema 3“Makanan

Sehat”

Kebiasaan makan makanan yang bergizi dan memiliki pola makan teratur.

Tema 5

“Ekosistem” Mempelajari tentang ragam ekosistem alami dan buatan.

Genap

Tema 7“Peristiwa dalam Kehidupan”

Mengenali peristiwa alam yang disebabkan perilaku dan kebiasaan manusia seperti menebang hutan yang menyebabkan banjir. kepunahan tumbuhan dan hewan. Genap Tema 8“Bumiku” Jenis-jenis kenampakan alam.

(39)

21

kurikulum 2013 telah memiliki keterkaitan dan memiliki tujuan yang sama yakni menumbuhkan kesadaran untuk bertanggungjawab merawat dan menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

Dalam pembelajaran tematik kelas V tema 3 subtema 2, peserta didik mempelajari tentang memiliki kebiasaan dan pola makan yang mencegah penyakit gangguan pencernaan. Pembelajaran ini sesuai dengan etika lingkungan hidup tentang keselarasan hidup manusia dengan alam. Hasil angket yang diberikan kepada peserta didik telah mendorong peneliti untuk memfokuskan pengembangan prototipe sosiodrama berdasarkan materi tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kebiasaan peserta didik yang memiliki kebiasaan membuang makanan dan tidak memiliki pola makan yang teratur dalam sehari. Selain memperhatikan unsur pangan, prototipe sosiodrama akan mencakup tentang muatan pembelajaran yang terintegrasi dalam tematik kelas V tema 3 subtema 2 ini antara lain IPA, IPS, PKn, SBdP dan Bahasa Indonesia.

2.1.3 Pembelajaran Tematik Kelas V

Uraian dalam subbab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian terkait dengan Pembelajaran Tematik Kelas V. Pembahasan dalam subbab ini terdiri dari pengertian pembelajaran tematik dan materi pembelajaran tematik kelas V Tema 3 Subtema 2.

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

(40)

22

didik (Permendikbud, 2014: 220). Perpaduan dalam pembelajaran tematik disampaikan dalam pendapat Windiyana tentang pembelajaran tematik itu sendiri yaitu (2005: 1), pembelajaran tematik adalah sebuah pendekatan belajar yang memadukan beberapa pokok bahasan, sub-pokok bahasan, topik antar bidang studi yang dipadukan ke dalam sebuah tema pembelajaran.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli tentang pembelajaran tematik, disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan memadukan beragam muatan pembelajaran ke dalam sebuah tema yang membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Tema-tema tersebut dijabarkan dalam pembelajaran Tema-tematik di setiap jenjang, salah satunya pembelajaran tematik kelas V tema 3 subtema 2.

2.1.3.2 Materi Pembelajaran Tematik Kelas V Tema 3 Subtema 2

Materi pembelajaran kelas V tema 3 subtema 2 terdiri atas 5 muatan pembelajaran yang terintegrasi dalam satu judul subtema “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”. Kelima muatan pembelajaran tersebut adalah IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia dan SBdP. Muatan pembelajaran, IPS mempelajari tentang bentuk interaksi manusia terhadap lingkungan, PPKn mengajarkan tentang keberagaman sosial dalam masyarakat, IPA mempelajari tentang gangguan organ pencernaan manusia dan cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia, Bahasa Indonesia yang mempelajari tentang iklan dan SBdP yang mempelajari tentang tari kreasi. Berikut adalah uraian materi ajar dalam setiap muatan pembelajaran yang menjadi isi sosiodrama yang dikembangkan:

(41)

23

dan IPS dalam subtema 2. PPKn menekankan mengenai keberagaman sosial dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan keberagaman bahasa, pekerjaan dan budaya. Sedangkan IPS menekankan pada sikap manusia yang berpengaruh dengan lingkungan dalam kegiatan interaksi sehari-hari. Muatan pembelajaran IPS ini nantinya akan menjadi jembatan penghubung dalam prototipe sosiodrama antara pembelajaran tematik dengan perilaku manusia terhadap makanan yang menjadi unsur pendidikan lingkungan hidup.

2. Maag Sebagai Salah Satu Penyakit Gangguan Pencernaan Akibat Pola Makan (IPA). Maag adalah penyakit yang menyerang lambung dikarenakan kelebihan kadar asam lambung hingga menyebabkan sakit, mulas dan perih pada perut serta perasaan terbakar pada ulu hati (Rehan, 2009: 4). Warmbrand menyebutkan (2000: 8), maag muncul akibat pola makan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Warmbrand menambahkan bahwa pola makan yang dianjurkan adalah dengan memulai sarapan pagi sebelum beraktifitas, makan siang sebelum ada rangsangan lapar dan makan malam sebelum tidur.

(42)

24

Gambar 2.2 Porsi makanan seimbang ‘empat sempurna’ Berdasarkan ilustrasi tersebut, susu tidak lagi menjadi pelengkap dalam menu makanan sehari-hari. Empat sumber nutrisi yang seimbang dan baik untuk dikonsumsi peserta didik terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.

3. Iklan (Bahasa Indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016: 421) menyatakan, iklan didefinisikan sebagai: 1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, 2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di media massa seperti koran, majalah, di media elektronik seperti televisi atau di tempat umum. Kasali (1992: 9) menyatakan bahasa dalam iklan sebagai penyampaian ide, pesan, dan maksud atau informasi dari pengiklan dalam rangka menarik dan meraih simpati pembaca menggunakan ragam bahasa persuasif atau yang bersifat ajakan.

(43)

25

Iklan yang digunakan dalam prototipe sosiodrama berjudul “Menghilangnya Sepiring Nasi” adalah iklan yang ditampilkan dalam tayangan televisi. Iklan memuat ajakan tentang pola makan teratur, penyakit maag dan penawaran tentang obat yang mengandung vitamin pengganti buah. Iklan dalam sosiodrama menjadi salah satu alternatif dan ajakan agar kebutuhan manusia terhadap vitamin senantiasa terpenuhi.

4. Tari Kreasi “Bondan Kendi” & “Dewi Sri” (SBdP). Tari kreasi adalah bentuk garapan/karya tari yang muncul setelah bentuk-bentuk tari tradisi telah lama berkembang di masyarakat (Soedarsono, 2012: 78). Jika R.M Soedarsono melihat tari kreasi melalui sudut perkembangannya, lain halnya dengan Setyowati yang melihat tari kreasi melalui proses penciptaannya. Setyowati (2007: 9) menyebutkan tari kreasi adalah tari ciptaan seseorang berdasarkan pengalaman berkeseniannya sendiri tanpa terikat pada pembakuan kaidah estetis tertentu tetapi tetap mempertahankan ciri khas kesenian tradisonal.

(44)

26

Tarian Dewi Sri merupakan tarian yang menceritakan seorang dewi yang menjadi simbol kelahiran dan kehidupan yang mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi. Dewi Sri juga disebut-sebut sebagai dewi kesuburan oleh masyarakat Sunda. (Sri, 2010: 47). Tarian selanjutnya adalah Tari Bondan Kendhi. Terdapat tiga jenis tarian Bondan Kendhi, yaitu Bondan Cindogo, Bondan Mardsiwi dan Bondan Pegunungan. (Sri, 2010: 41). Bondan Cindogo dan Bondan Mardsiwi memiliki kemiripan cerita yaitu tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Sedangkan tarian Bondan Pegunungan menceritakan keseharian seorang petani. Tarian yang digunakan dalam prototipe sosiodrama fokus pada tarian Bondan Pegunungan. Hal ini dikarenakan tarian Bondan Pegunungan yang menceritakan tentang kegiatan gadis desa yang menggarap ladang dan bertani. Tarian ini didukung dengan menggendong bayi, memakai caping atau payung, membawa kendi dan alat pertanian. Persamaan dari ketiga tari Bondan adalah gerakan menggendong anak. Pemilihan tarian Bondan Pegunungan dikarenakan tarian Bondan Pegunungan selalu digunakan oleh masyarakat Sunda terutama, untuk merayakan pembukaan dari masa panen (Sri, 2010: 50). Pemilihan Bondan Pegunungan menjadi bentuk dinamisme masyarakat Sunda yang berkaitan dengan etika lingkungan hidup tentang bentuk penggambaran keselarasan hidup manusia dengan alam. Makna kasih sayang ibu terhadap anak menjadi ilustrasi relasi manusia dengan alam di kehidupan sesungguhnya (Sri, 2010: 52).

2.1.4 Sosiodrama

(45)

27

langkah pelaksanaan metode sosiodrama, kelebihan dan kelemahan penggunaan metode sosiodrama.

2.1.4.1 Pengertian Sosiodrama & Bibliodrama

Metode sosiodrama pertama kali diperkenalkan oleh George Shaftel, dengan berasumsi bahwa pembelajaran dengan keterlibatan spontan melalui bermain peran dapat mendorong peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya serta menumbuhkan empati sosial dan lingkungan (Uno, 2009: 25). Sosiodrama atau bermain peran merupakan sebuah metode yang melakukan penakanan pada unsur-unsur kenyataan/realistis dimana para peserta didik diikutsertakan dalam permainan peran dalam mendemonstrasikan permasalahan sosial. (Abu, 2005: 65). Pengertian lain datang dari Roestiyah (2001: 90), yang mengatakan bahwa sosiodrama ialah sebuah proses bermain peran yang mendramatisasikan tingkah laku, gerak-gerik ataupun ekspresi wajah berkaitan dengan kehidupan sosial sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian dari ketiga ahli di atas, maka disimpulkan jika sosiodrama merupakan sebuah metode belajar melalui bermain peran yang melibatkan peserta didik untuk mengekspresikan permasalahan atau peristiwa sosial melalui gerak-gerik atau ekspresi wajah, dengan tujuan menumbuhkan empati sosial. Sosiodrama yang dikembangan oleh peneliti menumbuhkan empati sosial berkaitan dengan kebiasaan menghabiskan makanan sebagai wujud menghargai dan mencintai lingkungan.

(46)

28

dengan ragam gaya drama (Efendi, 2005: 56), seperti drama komedi (drama yang dominan dengan unsur komedi yang mengundang gelak tawa penonton), opera (drama yang menekankan unsur musik dan biasanya dialog antar tokoh disampaikan dengan cara dinyanyikan), operet (drama yang dikemas seperti opera namun memiliki durasi waktu yang lebih pendek dan tidak semua dialog dinyanyikan), pantomim (drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan), wayang (drama yang ditampilkan dengan menggunakan wayang baik dalam bentuk boneka, wayang kulit maupun wayang orang), tablo (drama yang seperti pantomim hanya saja terdapat dialog tokoh yang diucapkan) dan passie (drama yang sangat dominan akan keterkaitannya dengan unsur religi). Pemilihan pengemasan sosiodrama disesuaikan dengan kebutuhan cerita dan nilai-nilai pendidikan yang disampaikan melalui sosiodrama

(47)

29 2.1.4.2 Tujuan Sosiodrama

Saifullah (2006: 88-82) menyatakan, tujuan-tujuan dari pelaksanaan metode sosiodrama dalam pembelajaran antara lain: 1) agar peserta didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, 2) belajar mengambil keputusan dalam dinamika kelompok secara spontan, 3) belajar mengembangkan keterampilan-keterampilan reaktif dan interaktif melalui peran-peran yang diperoleh berdasarkan pembagiannya, 4) belajar untuk menirukan suatu objek atau seseorang sebagai salah satu proses mengamati lingkungan sekitar serta proses menempatkan diri sesuai dengan keadaan yang diharapkan, 5) peserta didik mampu mempelajari watak dan sikap orang lain melalui cara bergaul, cara mengobrol dan cara menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah. Roestiyah (2012: 90) menambahkan tujuan pelaksanaan sosiodrama adalah agar peserta didik mengerti dan menerima pendapat orang lain.

Dapat ditarik kesimpulan dari kedua ahli tersebut jika sosiodrama memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas peserta didik dengan cara menghayati perasaan orang lain atau peristiwa tertentu untuk dituangkan dalam sebuah permainan peran atau metode belajar sosiodrama.

2.1.4.3 Unsur-Unsur Sosiodrama

Sebagai metode belajar yang mengadaptasi dari seni pertunjukan, sosiodrama pun tidak lepas dari unsur-unsur seni pertunjukan yang terkandung di dalamnya. Supriyadi (2006: 70-73) menjabarkan unsur-unsur sosiodrama adalah sebagai berikut.

1. Tema

(48)

30

awal sampai akhir. Prototipe sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” mengangkat tema tentang pencemaran lingkungan. Secara spesifik yaitu tentang polusi pangan tentang kebiasaan menyisakan dan membuang makanan.

2. Alur

Alur merupakan rangkaian kisah dalam sebuah cerita yang dikemas secara sistematis untuk membangun dan menyelaraskan pola pikir pemain dan penonton. Alur merupakan lintasan dalam sebuah cerita, dimana sebuah cerita perlu memiliki alur yang konvensional dimulai dari pengenalan setiap tokoh dan karakter, asal-muasal masalah, konfliks klimaks dan penyelesaian masalah. Dalam pembagian umum, terdapat dua jenis alur; alur maju dan alur mundur. Alur yang digunakan dalam prototipe sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” adalah alur maju, dimana setiap cerita diceritakan secara berurutan tanpa menceritakan kejadian yang telah terjadi atau peristiwa lampau.

3. Latar

Latar merupakan unsur pendukung cerita yang berkaitan dengan artistik pada pelaksanaannya. Latar merupakan keterangan yang digunakan dalam cerita dengan tujuan agar cerita yang dibangun menjadi logis dan kontras sesuai dengan yang diharapkan. Terdapat tiga jenis latar yang sering digunakan yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana.

4. Tokoh dan Penokohan

(49)

31

yang sedang dikembangkan adalah Adi, Bunda dan Nyai Jinawi. Tokoh protagonis dalam naskah ini adalah Ibu dan tokoh antagonisnya adalah Adi yang memiliki kebiasaan tidak menghabiskan makanannya. 5. Dialog

Layaknya sebuah seni peran dalam seni pertunjukan, dialog ialah unsur sosiodrama yang bersifat mutlak. Dialog tidak selalu dalam lisan namun bisa dengan bahasa tubuh, melalui gerak-gerik, isyarat tangan atau air muka. Dialog merupakan unsur penting untuk menyampaikan ide dan jalan pikiran dalam cerita. Di dalam sosiodrama yang dikembangkan, dialog disertai dengan penggambaran eskpresi, mimik gestur tubuh sebagai penguat pengucapan dialog di setiap tokohnya. 6. Amanat

Amanat adalah nilai-nilai kebaikan, peringatan, kegelisahan, saran perbuatan yang ingin disampaikan oleh penulis cerita melalui cerita yang diperagakan. Amanat dalam cerita “Menghilangnya Sepiring Nasi” adalah menanamkan kebiasaan untuk menghabiskan makanan dan menghargai makanan sebagai wujud sikap cinta lingkungan. Metode sosiodrama akan berjalan dengan baik apabila keenam unsur tersebut diperhatikan dan dipenuhi, untuk kemudian disusun ke dalam langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama.

2.1.4.4 Penyusunan Naskah Berdasarkan Jenis Naskah dan Dramaturgi

(50)

32

dipertontonkan guna memperoleh keuntungan atau sebagai metode penyampaian informasi. Naskah fungsional biasanya disusun oleh penulis yang bekerja sebagai penulis naskah sehari-hari. Naskah fungsional akan digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan dengan tujuan semua orang akan mengetahui dan menyaksikan naskah tersebut. Kemudian kategori selanjutnya adalah naskah gagal. Seno mengutarakan naskah gagal merupakan naskah yang dibuat dan tidak memiliki kedua unsur substansial maupun fungsional. Dengan begitu, naskah gagal merupakan naskah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kegunaan dan nilai esensinya.

Dalam penelitian ini, prototipe naskah sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” merupakan jenis naskah fungsional. Hal ini disebabkan prototipe naskah diciptakan berdasarkan faktor kegunaannya yaitu sebagai metode pembelajaran tematik kelas V tema 3 subtema 2. Selain itu, fungsi naskah fungsional nampak dengan konten naskah yang berisikan amanat agar peserta didik memiliki kebiasaan menghabiskan makanan.Selain memperhatikan tujuan naskah sebagai karya seni, penyusunan prototipe naskah sosiodrama “Menghilangnya Sepiring Nasi” turut memperhatikan teori tentang dramaturgi yang digagas oleh Erving Goffman. Goffman (1955: 6) menyatakan, dramaturgi merupakan teori yang mempresentasikan kehidupan berdasarkan dua sudut pandang yakni sudut pandang panggung (front stage) dan sudut pandang di balik panggung (back stage). Sudut pandang di sini merupakan sudut pandang penulis sebagai orang yang hendak menuliskan cerita ke dalam sebuah naskah.

(51)

33

pemain yang akan membawakan tokoh sebagai penentu jalannya cerita. Dengan melihat tulisan melalui dua sudut pandang, seorang penulis naskah akan mengetahui kualitas naskah dari sisi penonton yang menyaksikan pertunjukan dan dari sisi pemain yang memainkan pertunjukan.

2.1.4.5 Langkah Pelaksanaan Sosiodrama

Keberhasilan metode sosiodrama sangat ditentukan kepada langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Sanjaya (2006: 194-198), menyebutkan pelaksanaan sosiodrama dikategorikan dalam tiga tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu, tahap persiapan, tahap pertunjukan dan tahap kesimpulan. Berikut merupakan penjelasan setiap tahap pelaksanaan sosiodrama yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini.

Tabel 2.2: Langkah Pelaksanaan Sosiodrama No. Tahap Pelaksanaan Sosiodrama Deskripsi Kegiatan

1. Tahap Persiapan

1. Memberikan gambaran cerita dan situasi yang akan dibawakan.

2. Membagi peran dan tugas berkaitan dengan cerita. 3. Memberikan arahan setiap peran dan tugas yang

akan dibawakan

4. Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang masing-masing peran dan tugas sebelum pertunjukan dimulai.

2. Tahap Pertunjukan

5. Memainkan peran sesuai dengan naskah dan melakukan tugas-tugas teknis seperti menata setting

atau properti.

6. Peserta didik yang kesulitan dibantu oleh guru atau teman yang lain.

7. Ketika konflik memuncak, guru menghentikan sosiodrama dengan memberikan pertanyaan lisan seputar konflik. Tujuannya untuk mendorong peserta didik berpikir tentang masalah yang terjadi dan menemukan cara untuk mengatasi permasalahan. 8. Pertunjukan dilanjutkan sampai akhir setelah peserta

didik menjawab pertanyaan dari guru.

3. Tahap Kesimpulan

9. Guru mengajak peserta didik berkumpul dalam lingkaran untuk diskusi.

10. Diskusi membahas tentang hambatan, kesan-kesan atau kegagalan yang dialami selama jalannya cerita. 11. Merumuskan kesimpulan dari cerita sosiodrama

terkait dengan kehidupan peserta didik sehari-hari. 12. Merumuskan kesimpulan dari cerita sosiodrama

terkait dengan pembelajaran.

(52)

34

Sepiring Nasi”. Dalam tahap persiapan, peserta didik akan diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang cerita yang akan dibawakan dalam sosiodrama terkait dan keterkaitannya dengan pembelajaran tematik. Peneliti menjelaskan pula jika sosiodrama akan menceritakan sebuah perbuatan kurang baik yang bisa berdampak pada kerusakan lingkungan. Setelah tahap persiapan dirasa cukup dan peserta didik sudah siap untuk bermain peran, sosiodrama dilanjutkan dengan setiap peserta didik memerankan dan mengekspresikan tokoh-tokoh yang diberikan di tahap pertunjukan. Setelah tahap pertunjukan berakhir, terdapat refleksi di tahap kesimpulan. Dengan bantuan guru, peserta didik merefleksikan tentang pengalaman, pendapat, kesan dan keterkaitan cerita sosiodrama dengan pembelajaran tematik dan peristiwa yang relevan dengan kehiduapan sehari-hari peserta didik. Peneliti tidak melakukan langkah refleksi dalam posisi melingkar yang dilakukan dalam tahap kesimpulan sosiodrama. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan ruang kelas yang digunakan untuk sosiodrama. Dalam praktik pelaksanaannya, sosiodrama sebagai metode pembelajaran juga memiliki kelebihan dan kelemahannya ketika digunakan dalam pembelajaran.

2.1.4.6Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama

Sama halnya dengan metode belajar lainnya, sosiodrama sebagai metode belajar pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini ialah kelebihan dan kelemahan sosiodrama menurut Syaiful (2010: 89-91), yang peneliti rangkum dalam bentuk tabel.

Tabel 2.3 : Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama No. Kelebihan Sosiodrama Kelemahan Sosiodrama

1.

Daya ingat peserta didik tajam dan kuat karena peserta didik sebagai pemain dan pelaku sosiodrama harus menghayati keseluruhan cerita serta bahan materi yang akan

didramatisasikan.

Membutuhkan waktu yang lama, baik waktu persiapan untuk memahami naskah dan materi yang akan disampaikan, pembagian tokoh dan pembentukan karakternya, serta waktu pelaksanaan pertunjukan.

2.

Proses sosiodrama membentuk peserta didik menjadi inisiatif dan kreatif karena setiap peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan sarannya berkaitan dengan pementasan.

(53)

35 3.

Membangun kerjasama dan kedekatan relasi antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain, baik dari satu angkatan ataupun antar angkatan yang berbeda.

4.

Pembiasaan dalam pembagian tugas, mengemban tanggung jawab dan bertukar pikiran dengan sesama pemain.

5.

Bahasa lisan peserta didik dapat dilatih agar mudah dipahami oleh orang lain serta membiasakan diri untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.

Kelebihan-kelebihan dari sosiodrama sesuai dengan aspek-aspek pendidikan lingkungan hidup yang akan memunculkan peserta didik memiliki etika lingkungan hidup. Keterkaitan kelebihan drama yang mendukung aspek Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah sebagai berikut:

1. Daya ingat peserta didik yang kuat akan sesuai dengan tujuan PLH tentang memantapkan pengetahuan tentang lingkungan dan memenuhi aspek sukses kognitif PLH.

2. Pembentukan karakter peserta didik yang kreatif dalam sosiodrama akan mendukung munculnya ide kreatif dan inovasi dalam bertanggung jawab untuk menghargai dan menjaga lingkungan.

3. Kedekatan peserta didik antar kelas atau antar angkatan dalam proses sosiodrama seperti pembagian peran dan pembagian tugas, akan mendorong sikap menghargai pendapat satu sama lain dan mendukung sukses afektif di PLH dan pendidikan karakter dalam pembelajaran tematik.

4. Pembiasaan berpikir sebelum berbicara menjadi salah satu bentuk sukses psikomotor dan bermanfaat berkaitan dengan keselarasan hidup manusia dengan lingkungan

(54)

36

 Kelemahan 1 : Pendeknya Waktu Persiapan

Perlunya banyak waktu dalam persiapan dapat ditanggulangi dengan melakukan dramatic reading atau membaca naskah dengan memperhatikan eskpresi waja, intonasi suara dan lontaran emosi setiap karakternya. Dramatic reading sebenarnya adalah sebuah tahap latihan pra-pementasan namun saat ini berkembang sebagai salah satu jenis seni pertunjukan pula dengan membaca naskah di panggung untuk disaksikan oleh penikmat seni pertunjukan (Sapardi, 1983: 292). Alternatif yang diberikan ketika persiapan sosiodrama hanya memiliki waktu yang singkat adalah melakukan dramatic reading. Proses dramatic reading yaitu setiap peserta didik diberikan teks dan membaca bergiliran sesuai dengan urutan dialognya dengan sedikit peragaan yang tidak serumit drama ketika lepas teks.

 Kelemahan 2 : Keterbatasan Ruangan

Tidak dapat dipungkiri, metode sosiodrama yang mengadaptasi dari seni pertunjukan membutuhkan ruangan yang luas dan lapang untuk pelaksanaannya seperti lapangan atau aula. Namun bukan berarti sosiodrama tidak bisa dilakukan dalam ruang yang memiliki ukuran yang tidak seluas aula atau lapangan. Sosiodrama bisa dilakukan di dalam kelas sekalipun. Sosiodrama dapat dilakukan di kelas dengan mengkoordinasi peserta didik untuk meletakkan bangku dan kursi ke pinggir-pinggir kelas sehingga menciptakan ruang kosong di bagian tengah kelas. Selain itu, bagian kosong di depan kelas juga dapat digunakan sebagai panggung sehingga latar tempat selama cerita sosiodrama digunakan secara bergantian sesuai dengan urutan latar tempat dalam cerita sosiodrama.

Gambar

gambaran bumi telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa (LS:
Tabel 2.1: PLH dalam Pembelajaran Tematik SD
Gambar 2.2 Porsi makanan seimbang ‘empat sempurna’
Tabel 2.2: Langkah Pelaksanaan Sosiodrama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika manajer meminta informasi tentang presensi dan penggajian karyawan maka karyawan (admin) harus mencari data pada buku penyimpanan data karyawan sehingga

Lalu disini data karyawan masi dicatat dengan cara yang sangat sederhana, sehingga kadang kita tidak mengetahui karyawan harian / bagian lapangan yang sudah keluar sehingga kita

Selanjutnya hipotesis dan pernyataan penelitian yang diajukan adalah Faktor kehandalahan (reliability), jaminan (assurance), sikap ramah (empaty), dan daya tanggap

Kekurangan Siklus I  Guru terlalu banyak melakukan ceramah pada penjelasan pelajaran sehingga siswa tidak berantusias dalam pembelajaran;  Guru melakukan pembelajaran kurang

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa paket instruksional berbasis konsep dasar ekologi melalui fenomena lingkungan yang disajikan telah memotivasi mahasiswa

Dimana semakin tinggi budaya kerja (kejujuran, nilai ketekunan, nilai kreativitas, nilai kedisiplinan, nilai IPTEK) maka akan dapat meningkatkan kemampuan kerja,

Hasil uji coba model dengan menggunakan algoritma PSO belum lebih bagus dari hasil uji coba model menggunakan metode optimasi, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan