BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.3 Pembelajaran Tematik Kelas V
kurikulum 2013 telah memiliki keterkaitan dan memiliki tujuan yang sama yakni menumbuhkan kesadaran untuk bertanggungjawab merawat dan menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tematik kelas V tema 3 subtema 2, peserta didik mempelajari tentang memiliki kebiasaan dan pola makan yang mencegah penyakit gangguan pencernaan. Pembelajaran ini sesuai dengan etika lingkungan hidup tentang keselarasan hidup manusia dengan alam. Hasil angket yang diberikan kepada peserta didik telah mendorong peneliti untuk memfokuskan pengembangan prototipe sosiodrama berdasarkan materi tematik kelas V Tema 3 “Makanan Sehat” Subtema 2 “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kebiasaan peserta didik yang memiliki kebiasaan membuang makanan dan tidak memiliki pola makan yang teratur dalam sehari. Selain memperhatikan unsur pangan, prototipe sosiodrama akan mencakup tentang muatan pembelajaran yang terintegrasi dalam tematik kelas V tema 3 subtema 2 ini antara lain IPA, IPS, PKn, SBdP dan Bahasa Indonesia.
2.1.3 Pembelajaran Tematik Kelas V
Uraian dalam subbab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian terkait dengan Pembelajaran Tematik Kelas V. Pembahasan dalam subbab ini terdiri dari pengertian pembelajaran tematik dan materi pembelajaran tematik kelas V Tema 3 Subtema 2.
2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Rusman (2011: 254) berpendapat, pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif menggali dan menemukan konsep-konsep keilmuan yang bermakna. Kebermaknaan dalam pembelajaran tematik juga disampaikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Pembelajaran nomor 57 menyatakan. tematik merupakan salah satu model belajar yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta
22
didik (Permendikbud, 2014: 220). Perpaduan dalam pembelajaran tematik disampaikan dalam pendapat Windiyana tentang pembelajaran tematik itu sendiri yaitu (2005: 1), pembelajaran tematik adalah sebuah pendekatan belajar yang memadukan beberapa pokok bahasan, sub-pokok bahasan, topik antar bidang studi yang dipadukan ke dalam sebuah tema pembelajaran.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli tentang pembelajaran tematik, disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan memadukan beragam muatan pembelajaran ke dalam sebuah tema yang membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Tema-tema tersebut dijabarkan dalam pembelajaran Tema-tematik di setiap jenjang, salah satunya pembelajaran tematik kelas V tema 3 subtema 2.
2.1.3.2 Materi Pembelajaran Tematik Kelas V Tema 3 Subtema 2
Materi pembelajaran kelas V tema 3 subtema 2 terdiri atas 5 muatan pembelajaran yang terintegrasi dalam satu judul subtema “Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh”. Kelima muatan pembelajaran tersebut adalah IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia dan SBdP. Muatan pembelajaran, IPS mempelajari tentang bentuk interaksi manusia terhadap lingkungan, PPKn mengajarkan tentang keberagaman sosial dalam masyarakat, IPA mempelajari tentang gangguan organ pencernaan manusia dan cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia, Bahasa Indonesia yang mempelajari tentang iklan dan SBdP yang mempelajari tentang tari kreasi. Berikut adalah uraian materi ajar dalam setiap muatan pembelajaran yang menjadi isi sosiodrama yang dikembangkan:
1. Keberagaman Sosial dan Bentuk Interaksi Manusia Terhadap Lingkungan (IPS & PPKN). Materi pembelajaran IPS dan PPKn dalam subtema 2 menjadi penguat materi pembelajaran terkait dengan aspek afektif peserta didik. PPKn dan IPS disisipkan dalam pembelajaran 4 bersama materi iklan Bahasa Indonesia. Tidak ada materi spesifik seperti muatan pembelajaran lainnya untuk PPKn
23
dan IPS dalam subtema 2. PPKn menekankan mengenai keberagaman sosial dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan keberagaman bahasa, pekerjaan dan budaya. Sedangkan IPS menekankan pada sikap manusia yang berpengaruh dengan lingkungan dalam kegiatan interaksi sehari-hari. Muatan pembelajaran IPS ini nantinya akan menjadi jembatan penghubung dalam prototipe sosiodrama antara pembelajaran tematik dengan perilaku manusia terhadap makanan yang menjadi unsur pendidikan lingkungan hidup.
2. Maag Sebagai Salah Satu Penyakit Gangguan Pencernaan Akibat Pola Makan (IPA). Maag adalah penyakit yang menyerang lambung dikarenakan kelebihan kadar asam lambung hingga menyebabkan sakit, mulas dan perih pada perut serta perasaan terbakar pada ulu hati (Rehan, 2009: 4). Warmbrand menyebutkan (2000: 8), maag muncul akibat pola makan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Warmbrand menambahkan bahwa pola makan yang dianjurkan adalah dengan memulai sarapan pagi sebelum beraktifitas, makan siang sebelum ada rangsangan lapar dan makan malam sebelum tidur.
Selain pola makan yang tidak teratur, maag juga dapat terjadi akibat kandungan gizi makanan yang dikonsumsi (Khasanah, 2012: 25). Auliana (2012: 30-33) mengungkapkan, anak usia sekolah membutuhkan makanan sehat yang mengandung gizi yang cukup. Hal ini dikarenakan anak tersebut sedang berada dalam masa perkembangan. Rio (2018: 8-9) mengungkapkan, jika gizi cukup tidak lagi dikenal dengan sebutan ‘empat sehat lima sempurna’, melainkan hanya ‘empat sehat’ saja. Kandungan makanan seimbang untuk peserta didik tersebut antara lain mengandung karbohidrat, protein, vitamin (yang ada di dalam buah dan sayur) dan lemak. Berikut merupakan ilustrasi dari program gizi makanan seimbang ‘empat sempurna’ yang dikenal dengan program “Isi Piringku”.
24
Gambar 2.2 Porsi makanan seimbang ‘empat sempurna’ Berdasarkan ilustrasi tersebut, susu tidak lagi menjadi pelengkap dalam menu makanan sehari-hari. Empat sumber nutrisi yang seimbang dan baik untuk dikonsumsi peserta didik terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
3. Iklan (Bahasa Indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016: 421) menyatakan, iklan didefinisikan sebagai: 1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, 2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di media massa seperti koran, majalah, di media elektronik seperti televisi atau di tempat umum. Kasali (1992: 9) menyatakan bahasa dalam iklan sebagai penyampaian ide, pesan, dan maksud atau informasi dari pengiklan dalam rangka menarik dan meraih simpati pembaca menggunakan ragam bahasa persuasif atau yang bersifat ajakan.
Unsur-unsur iklan dapat dilihat dari 2 segi, dari segi isi iklan dan segi bahasa iklan (Widyatama, 2007: 4). Berdasarkan segi isi iklan, iklan perlu memuat kejujuran, mudah dipahami, tidak menyinggung pihak lain dan menarik perhatian orang banyak. Sedangkan berdasarkan segi bahasa iklan, iklan perlu menggunakan bahasa yang sopan dan logis, menggunakan ungkapan yang mengajak dan menarik, menggambarkan produk atau sesuatu yang ditawarkan.
25
Iklan yang digunakan dalam prototipe sosiodrama berjudul “Menghilangnya Sepiring Nasi” adalah iklan yang ditampilkan dalam tayangan televisi. Iklan memuat ajakan tentang pola makan teratur, penyakit maag dan penawaran tentang obat yang mengandung vitamin pengganti buah. Iklan dalam sosiodrama menjadi salah satu alternatif dan ajakan agar kebutuhan manusia terhadap vitamin senantiasa terpenuhi.
4. Tari Kreasi “Bondan Kendi” & “Dewi Sri” (SBdP). Tari kreasi adalah bentuk garapan/karya tari yang muncul setelah bentuk-bentuk tari tradisi telah lama berkembang di masyarakat (Soedarsono, 2012: 78). Jika R.M Soedarsono melihat tari kreasi melalui sudut perkembangannya, lain halnya dengan Setyowati yang melihat tari kreasi melalui proses penciptaannya. Setyowati (2007: 9) menyebutkan tari kreasi adalah tari ciptaan seseorang berdasarkan pengalaman berkeseniannya sendiri tanpa terikat pada pembakuan kaidah estetis tertentu tetapi tetap mempertahankan ciri khas kesenian tradisonal.
Dalam prototipe sosiodrama yang disusun, tarian menjadi unsur visualisasi awal dan akhir dari mimpi yang dialami oleh Adi. Terdapat dua pilihan tarian yang ditawarkan yaitu tari Bondan Kendhi dan tari Dewi Sri. Pemilihan tari kreasi ini berdasarkan dua hal yaitu: 1) memperhatikan keterkaitan cerita yang terkandung dalam kedua tarian tersebut dan, 2) kedua tarian ini merupakan tari kreasi yang diajarkan kepada peserta didik dalam jenjang sekolah dasar (SD) terutama di sekolah yang terletak di lingkup Jogja dan Jawa Tengah (Setyowati, 2007: 15). Jika naskah digunakan di luar region Yogyakarta atau Jawa Tengah bahkan di luar Pulau Jawa, tarian dapat digantikan dengan tarian asal daerah masing-masing dengan tema serupa yaitu ungkapan syukur pada panen atau kisah kehidupan petani.