• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Pendidikan Lingkungan Hidup

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Akar kemunculan pendidikan lingkungan hidup berawal dari Konvensi UNESCO di Tbilisi pada tahun 1977 (Simbolon, 2010: 6) yang menyebutkan, bahwasanya pendidikan lingkungan hidup merupakan sebuah proses belajar yang membentuk suatu masyarakat yang peduli terhadap lingkungan kemudian memiliki kemampuan, keinginan dan pengetahuan guna mengatasi permasalahan lingkungan dan mencegah permasalahan lingkungan yang baru.

Pengertian selanjutnya menyatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah upaya perubahan perilaku dan sikap yang dilakukan di berbagai elemen masyarakat tanpa mengenal elemen usia untuk menanamkan keterampilan, pengetahuan dan kesadaran tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan, yang nantinya akan mengarah pada gerakan pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk

12

kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Tim PLH Uness, 2014: 4).

Pengertian pendidikan lingkungan hidup dalam lingkup sekolah dasar berasal dari pernyataan Baharudin (2009: 11), yakni pendidikan yang menanamkan kesadaran, nilai-nilai, sikap, keterampilan dan tanggung jawab terhadap masalah lingkungan hidup sebagai keperihatinan bersama, dalam pembelajaran keseharian baik secara spesifik maupun integratif.

Dari uraian pengertian yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah sebuah proses pembelajaran yang menanamkan keprihatinan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup melalui pengetahuan, perasaan dan keterampilan. Dalam penelitian ini, proses pembelajaran ditekankan untuk mengajak peserta didik untuk mencintai lingkungan dan menghargai alam sebagai penyedia bahan makanan mentah. Selain itu, menanamkan kesadaran kepada peserta didik tentang pentingnya menghabiskan makanan. Proses pembelajaran dari pendidikan lingkungan hidup diarahkan agar manusia menyadari dan kembali memiliki etika lingkungan hidup (Stanford, 2008: 3).

2.1.2.2 Etika Lingkungan Hidup

Etika lingkungan hidup merupakan pedoman-pedoman yang digunakan sebagai dasar merumuskan tujuan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup (Stanford, 2008: 4). Etika lingkungan hidup mencakup pembahasan mengenai perilaku manusia dalam berelasi dengan alam, baik secara langsung maupun tindakan-tindakan yang berdampak pada alam. Keraf (2005: 143-159) menjabarkan empat (4) etika lingkungan hidup yang harus dimiliki setiap manusia sebagai individu yang terlibat secara langsung dengan alam. Empat etika lingkungan hidup itu antara lain: 1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Lingkungan memiliki hak untuk dihormati. Bukan hanya karena manusia membutuhkan alam, melainkan karena manusia sendiri merupakan bagian dari alam itu sendiri. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kedudukan paling tinggi, mempunyai kewajiban

13

menghargai hak semua mahkluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya. Manusia menghormati lingkungan dengan memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan lingkungan beserta seluruh isinya. Manusia tidak diperbolehkan merusak, menghancurkan, dan sejenisnya bagi lingkungan alam sekitar beserta seluruh isinya. Sikap hormat kepada alam ini pun dapat diwujudkan dalam bentuk karya seperti lukisan, patung, poster atau karya yang bercerita tentang lingkungan. Dengan adanya karya-kerya tersebut, manusia akan merasa dirinya dekat dan memiliki kecintaan pada alam itu sendiri yang diwujudkan dalam bentuk karya seni. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, etika ini berkaitan dengan aspek kognitif/pengetahuan dan afektif/perasaan.

2. Tanggung Jawab kepada Alam (Responsibility for Nature)

Tanggung jawab disini bukan hanya manusia sebagai individu, melainkan juga dalam sebuah kelompok. Setiap manusia perlu memiliki sikap bertanggung jawab kepada alam melalui rasa memiliki yang tinggi. Rasa memiliki pun bukan berarti seluruh alam bebas untuk dikuasai. Manusia perlu menyadari bahwa alam bukanlah milik individu atau segelintir orang terdekat, melainkan milik bersama. Melalui rasa memiliki inilah yang akan muncul dorongan untuk memelihara, merawat, melestarikan lingkungan yang menjadi rumah huni manusia bersama. Selain itu, sikap merawat, memelihara dan melestarikan akan membawa dampak baik kepada alam itu sendiri dan orang-orang sekitar yang bergantung pada alam sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Sebagai contoh adalah petani. Menghabiskan makanan yang berasal dari jerih payah petani ketika menanam dan menjaganya menjadi salah salah satu bentuk sikap tanggung jawab manusia terhadap alam berdampak baik pada orang di sekitarnya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, etika ini berkaitan dengan aspek afektif/perasaan.

14

3. Kepedulian kepada Alam (Caring for Nature)

Keraf menyatakan peduli terhadap lingkungan menjadi sebuah prinsip moral yakni memberi apapun untuk pelestarian alam untuk kepentingan alam itu sendiri, bukan kepentingan pribadi. Ketika hendak mengambil keputusan yang berkaitan dengan alam, manusia perlu juga memikirkan dampak yang terjadi pada alam. Bukan hanya memikirkan kepentingan dan ambisi pribadi dalam pemenuhan kebutuhan. Manusia perlu menyadari tindakannya sehari-hari akan berpengaruh kepada alam. Contoh sederhana ialah ketika manusia memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan, sampah yang lambat laun menumpuk akan menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia perlu memiliki kepedulian terhadap alam dengan berpikir secara matang sebelum bertindak terkait dengan dampak yang akan terjadi di alam. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, etika ini berkaitan dengan aspek pengetahuan/kognitif dan perasaan/afektif.

4. Prinsip Hidup Selaras dengan Lingkungan (Living with Nature)

Prinsip hidup terkait dengan kebiasaan, gaya hidup, kualitas hidup dan persepsi akan kehidupan itu sendiri. Prinsip hidup akan berpengaruh pada etika manusia menyikapi alam. Perilaku egois, budaya konsumtif dan berlebih akan cenderung merugikan alam dan lingkungan. Pola hidup konsumtif yang berlebihan akan berpengaruh pada budaya ‘membuang’ yang berlebihan pula. Sebagai contoh budaya konsumsi makanan berlebihan menyebabkan menumpuknya timbunan sisa-sisa makanan yang akhirnya terbuang percuma. Manusia perlu memiliki prinsip hidup yang tidak merugikan alam. Manusia juga perlu memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan individu bagian dari alam itu sendiri. Keraf menyatakan, kesadaran manusia yang hidup selaras dengan alam diwujudkan salah satunya dalam bentuk dinamisme dalam masyarakat, seperti adanya upacara melarung sesaji untuk menghormati laut di Cilacap dan tarian Dewi

15

Sri yang menggambarkan pujian syukur para petani kepada dewi pelindung tanah pertanian.

Etika lingkungan hidup menjadi acuan pedoman manusia dalam bertindak melestarikan dan menjaga alam melalui beragam cara, salah satunya dengan pendidikan. Etika lingkungan hidup pula menjadi dasar dalam penyusunan tujuan pendidikan lingkungan hidup yang menjadi salah satu program menjaga dan melestarikan lingkungan di ranah pendidikan (Keraf, 2005: 160).

Dokumen terkait