50
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Teknik penelitian dan pengembangan, atau Research & Development dalam bahasa Inggris, adalah teknik penelitian yang digunakan untuk membuat barang tertentu dan mengevaluasi kemanjurannya (Sugiyono, 2022: 297). Research & Development, terdiri dari dua kata yaitu Research (Penelitian) & Development (Pengembangan). Kegiatan utama adalah: pertama melakukan penelitian dan studi literatur untuk menghasilkan rancangan produk tertentu, dan kegiatan kedua adalah pengembangan yaitu menguji efektivitas, validitas rancangan yang telah dibuat, sehingga menjadi produk yang teruji dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas (Sugiyono, 2022: 430)
Hasil akhir dari proyek ini adalah terciptanya media pendidikan Konstruksi jalan dan jembatan yang menggabungkan augmented reality dengan aktivitas pembelajaran mobile untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode penelitian dan pengembangan ini sangat baik digunakan oleh peneliti, sebab penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan produk berupa media pembelajaran. Model yang digunakan untuk mengembangkan produk adalah model 4D (Thiagarajan et al., 1974:
5) yang terdiri dari 4 tahap yaitu define, design, develop, dan disseminate.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian pengembangan media pembelajaran mobile augmented reality pada materi spesifikasi jembatan untuk siswa SMK dilaksanakan secara prosedural. Adapun prosedur yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni model 4D (Thiagarajan, Semmel, & Semmel, 1974:5) yang diuraikan sebagai berikut :
Gambar 3. 1 Bagan Langkah Pengembangan Model 4D Front- end analysis:
Observasi, wawancara siswa & guru
Identifikasi masalah
Pretest kemampuan berpikir krtitis
Analisis media belajar (smartphone)
Analisis tugas Analisis konsep Analisis Siswa:
- Karakter
- Profil kemampuan berpikir kritis
Specifying instructional objectives (storyboard)
ya tidak Development testing
(respon dari guru & siswa) Expert Appraisal
(validasi ahli media & materi)
revisi
Produk Mobile Augmented reality Validation testing (eskperimen produk)
revis ya
tidak
Media selection Format media selection
Initial design
(membuat instrumen tes, storyboard& prototype) Constructing criterion referenced tests:
- Instrumen validasi ahli media &
materi
1. Pendefinisian (Define)
Tujuan pada tahap pendefinisian (define) adalah untuk mendefinisikan aspek apa saja yang menjadi sebab perlunya media pembelajaran dikembangkan. Data pada tahap pendefinisian dapat dilakukan dengan cara studi lapangan atau studi literatur. Adapun tahapan yang bisa dilakukan pada tahapan pendefinisian antara lain:
a. Analisis ujung depan (Front-end analysis)
Analisis ujung depan dapat dilaksanakan untuk mendapatkan identifikasi masalah secara mendasar yang menjadi alasan untuk dikembangkannya media pembelajaran. Langkah awal pada analisis ujung depan yakni dengan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas, wawancara dengan guru maupun siswa, analisis pada media pembelajaran yang digunakan. Instrumen yang diperlukan untuk memperoleh data pada tahap analisis ujung depan berupa angket, lembar observasi dan angket wawancara.
b. Analisis siswa (Learner analysis)
Analisis siswa dilakukan bertujuan untuk mempelajari karakteristik siswa di SMK Negeri Surakarta. Hal ini penting untuk dipelajari guna memperoleh kesesuaian antara karakteristik siswa dengan karakteristik media pembelajaran yang akan dikembangkan.
Terdapat karakteristik umum dan kemampuan spesifik yang akan dilatihkah pada analisis karakter siswa (Sharon E et al., 2019: 49) (Thiagarajan et al., 1974 : 45).
Kategori karakteristik umum siswa meliputi usia, sikap, bahasa, tingkat kelas dan kesiapan diri dalam penggunaan media pembelajaran. Lebih lanjut terkait kemampuan spesifik siswa yakni kemampuan siswa yang akan dilatihkan, kemampuan berpikir kritis siswa.
Tujuan pemerolehan data yang berkaitan dengan karakteristik umum dijabarkan sebagai berikut. Data usia siswa di SMK Negeri Surakarta digunakan untuk dasar kesesuaian media yang dikembangkan dengan tingkat kognitif siswa berdasarkan usia.
Penentuan tingkat kognitif siswa dengan usia diidentifikasi dengan perkembangan kognitif Piaget. Instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan angket survei. Adapun data sikap siswa digunakan sebagai pertimbangan peneliti untuk mengetahui sikap menerima atau terbuka pada media pembelajaran yang akan dikembangkan. Data ini diperoleh dengan wawancara kepada siswa.
Langkah selanjutnya dengan observasi pada kegiatan pembelajaran akan diperoleh data kesiapan diri penggunaan smartphone dikelas.
Hal ini berkaitan dengan tingkat penggunaan smartphone dalam pembelajaran oleh siswa di kelas.
Dari hasil analisis ujung depan, kemampuan spesifik yang perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Data ini diukur dengan tes profil kemampuan awal berpikir kritis siswa.
Subjek yang mengikuti tes adalah seluruh siswa kelas XI DPIB SMK N 2 Surakarta dan SMK N 5 Surakarta.
c. Analisis tugas (task analysis)
Analisis tugas adalah tahap untuk mengidentifikasi kemampuan yang paling utama dikuasai oleh siswa berdasarkan hasil analisis ujung depan (Thiagarajan et al., 1974: 31). Kemampuan yang paling utama akan dilatihkan dengan media pembelajaran mobile augmented reality adalah kemampuan berpikir kritis.
d. Analisis konsep (Concept analysis)
Dalam analisis konsep memuat penjabaran konsep-konsep pada media pembelajaran yang akan dikembangkan. Penjabaran konsep berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih pada media pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan Perdirjen Dikdasmen No. 464/D.D5/KR/2018 tahun 2018 dan hasil analisis wawancara serta observasi, yakni KD 3.5: Memahami spesifikasi jembatan.
e. Sasaran hasil pembelajaran (Specifying instructional objectives) Sasaran hasil pembelajaran adalah tahap tindak lanjut dari tahap sebelumnya. Dengan demikian, pada tahap sasaran hasil pembelajaran akan dilakukan penyusunan story board. Story board disusun untuk pedoman atau gambaran secara garis besar media pembelajaran augmented reality saat dikembangkan. Oleh sebab itu, pada proses penyusunan story board ini tetap memperhatikan hasil analisis tugas dan analisis konsep.
2. Perancangan (Design)
Pembuatan produk tiruan atau prototype produk dibuat pada tahap perancangan (design) ini. Prototype produk pada penelitian ini adalah berupa software media pembelajaran augmented reality yang dapat digunakan untuk guru dan siswa. Terdapat beberapa tahapan dalam perancangan produk, lebih rincinya sebagai berikut:
a. Perancangan tes acuan patokan (Constructing criterion referenced tests)
Kualitas produk di ukur menggunakan instrumen angket yang terdiri dari angket ahli media, dan angket ahli materi. Angket ahli media diadopsi dari penelitian (Almaiah et al., 2016: 11), sedangkan angket ahli materi di dikembangkan dari penelitian Dieck & Jung, (2015: 9). Ketercapaian kemampuan yang dilatihkan melalui media diukur menggunakan instrumen tes. Instrumen tes meliputi tes tingkat berpikir kritis dan tes kognitif siswa.
b. Pemilihan media (Media selection)
Tahap pemilihan media adalah tahap untuk memilih media yang tepat dalam menyajikan konten. Ketika pemilihan media berlangsung, perlu mempertimbangkan hasil analisis tugas, analisis konsep, karakteristik siswa, karakteristik media, serta sumber daya pengembangan media. Format media yang dipilih pada penelitian ini berbasis ICT. Menurut (Smaldino et al., 2019: 8) media jenis ini masuk dalam kategori komputer multimedia.
c. Pemilihan Format (Format selection)
Tahap pemilihan format, media pembelajaran augmented reality sesuai dengan format self-instructional multimedia. Format self- instructional multimedia adalah media yang dimana mampu menampilkan informasi dalam bentuk audio maupun visual yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tertentu pada siswa (Thiagarajan et al., 1974: 109). Kemampuan tertentu atau kemampuan spesifik siswa dalam hal ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Desain Permulaan (Initial Design)
Tahap desain permulaan adalah tahap dibuatnya prototype produk. Pembuatan prototype produk disesuaikan dengan hasil analisis acuan patokan, pemilihan media, dan pemilihan format.
Dalam hal ini bertujuan agar media yang dibuat tepat sasaran dan tepat guna.
3. Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan adalah tahap penyempurnaan prototype produk yang telah dibuat. Penyempurnaan ini berdasarkan hasil evaluasi formatif di setiap tahapan pembuatan produk. Terdapat dua langkah pada tahap pengembangan yaitu expert appraisal dan developmental testing. Lebih rincinya dijabarkan sebagai berikut:
a. Validasi ahli (Expert appraisal)
Validasi ahli merupakan tahapan untuk menilai prototype produk yang dilakukan oleh ahli. Penilaian ahli selain nilai juga disertai saran maupun masukan yang berguna bagi kesempurnaan produk.
Dengan menggunakan temuan evaluasi pakar ini sebagai landasan, produk direvisi. Baik ahli media maupun ahli materi akan mengevaluasi proyek kajian pengembangan media pembelajaran.
Survei evaluasi ahli media mengacu pada three frameworks for mobile learning yang dikembangkan oleh Almaiah et al. (2016: 6), sedangkan angket ahli materi dikembangkan oleh peneliti pada tahap constructing criterion referenced tests.
1) Validasi Ahli Materi
Validasi ahli materi dilakukan oleh dosen atau pakar yang mempunyai kompeten terkait materi yang ditampilkan dalam media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mendapatkan saran dan masukan serta penilaian terhadap materi yang ada di dalam media pembelajaran hingga layak digunakan oleh pengguna. Penilaian dilakukan dengan lembar penilaian berupa angket menggunakan skala likert dan disusun berdasarkan kisi- kisi. Kisi-kisi tersebut lebih rincinya seperti berikut:
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Lembar Penilaian Ahli Materi
No. Tinjauan Aspek Item Jumlah
1 Information
Quality Content
usefulness 1,2,3,4,5 5 Attractiveness 6,7,8,9,10 5 Relevance of
information 11,12,13,1
4,15 5
Total 15
Sumber: diadaptasi dari hasil penelitian Dieck & Jung, (2015) 2) Validasi Ahli Media
Penilaian validasi ahli media dilakukan oleh dosen atau pakar yang ahli pada bagian user interface, user experience dan design produk. Ahli media akan memberikan penilaian, saran, kritik, masukan pada media hingga kualitas produk layak digunakan dan disebarluaskan. Validasi ahli media dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian angket dengan skala likert dan disusun berdasarkan kisi-kisi, sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Lembar Penilaian Ahli Media
No. Tinjauan Aspek Item Jumlah
1 System
Quality Functionality 1,2,3,4 4 Accessibilitas 5,6,7 3 Interactivity 8,9,10,11 4 Ease of use 12,13,14 3 Interface
design
15,16,17,18, 19
5 2 Service
Quality Responsiveness 20,21,22 3 Availability 23,24,25 3
Total 25
Data yang diperoleh dari ahli media berupa skor dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Sedangkan data yang berupa saran, pendapat serta masukan dari ahli media dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan untuk analisis data secara deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
P = x 100%
Keterangan :
P = Persentase penilaian N = Jumlah item angket
Sumber: (Sudijono, 2018: 43) b. Uji coba pengembangan (developmental testing)
Tahap uji coba pengembangan bertujuan untuk memperoleh tanggapan atau reaksi dari pengguna terhadap produk yang dikembangkan. Dalam hal ini produk berupa aplikasi android berbasis augmented reality sebagai media pemelajaran. Adapun subjek dalam uji coba adalah seluruh siswa kelas XI SMK jurusan DPIB serta guru yang mengampu mata pelajaran.
1) Uji coba pada guru
Minimal subjek uji coba pengembangan pada guru sebanyak 2 orang. Diprioritaskan adalah guru yang mengampu mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan. Oleh karena, mata pelajaran Konstruksi jalan dan jembatan yang memuat bab spesifikasi jembatan. Uji coba pada guru ini bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dan reaksi guru terhadap produk pengembangan yang berupa media pembelajaran aplikasi android berbasis augmented reality. Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar angket persepsi.
2) Uji coba pada siswa
Subjek pada uji coba ini adalah seluruh siswa kelas XI DPIB SMK 6 Sukoharjo sebanyak 32 orang. Uji coba dilakukan guna memperoleh tanggapan atau reaksi dari siswa terhadap
media yang sedang dikembangkan. Instrumen yang digunakan yakni lembar angket persepsi. Selanjutnya hasil dari angket dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a) Deskriptif kualitatif
Data dari praktisi pendidikan dan siswa dalam bentuk tanggapan, reaksi, dan komentar dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar revisi media yang dikembangkan.
b) Deskriptif kuantitatif
Hasil data yang diperoleh dari guru dan siswa berupa skor dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan untuk data ini adalah seperti di bawah:
P = x 100%
Keterangan :
P = Persentase penilaian N = Jumlah item angket
Sumber: (Sudijono, 2018: 43) Hasil perolehan persentase diinterpretasikan dengan tabel 3.3 sebagai dasar revisi.
Tabel 3. 3 Interpretasi Hasil Perhitungan Angket
Sumber: diadaptasi dari (Eko Putro Widoyoko, 2016: 242) 4. Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap penyebaran adalah tahap pendistribusian produk yang telah dikembangkan. Produk yang disebarkan merupakan produk yang sudah final dan tidak adanya revisi lagi. Ada beberapa fase pada tahap
penyebaran, yakni: tahap uji coba validasi (uji efektivitas), pengemasan produk akhir, difusi-adopsi. Secara rinci dijabarkan seperti berikut ini:
a. Uji coba validasi
Tahap uji coba validasi atau bisa disebut juga dengan evaluasi sumatif (Thiagarajan et al., 1974: 147) bertujuan untuk mengetahui dampak dari penggunaan produk yang telah dikembangkan. Bisa dikatakan dalam penelitian ini, yaitu dampak dari media pembelajaran aplikasi android berbasis augmented reality dalam kegiatan belajar mengajar. Berkaitan dengan pelatihan kemampuan berpikir kritis dianalisis pengaruh penggunaan media pembelajaran mobile learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
1) Desain uji coba
Desain penelitian yang digunakan dalam uji coba validasi adalah pretest posttest kontrol group design (Thiagarajan, 1974:
153). Kontrol group design terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari masing-masing kelompok diambil sampel secara random sampling. Kelompok kontrol adalah kelompok yang menerapkan pembelajaran di kelas tanpa menggunakan media pembelajaran augmented reality, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok yang kegiatan pembelajarannya menggunakan media pembelajaran augmented reality. Adapun desain eksperimen lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3. 4 Kontrol Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen (E) O1 X O3
Kontrol (K) O2 P O4
Keterangan :
E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol
O1 : Pretest kelompok eksperimen O2 : Pretest kelompok kontrol O3 : Posttest kelompok eksperimen O4 : Posttest kelompok kontrol X : Perlakuan dengan media AR P : Tidak diberi perlakukan
2) Subjek uji coba
Uji coba validasi akan diberikan kepada siswa SMK Negeri Surakarta secara random sampling. Siswa kelas XI DPIB A digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI DPIB B sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa masing-masing kelas yaitu 30-35 siswa.
3) Jenis data
Data yang akan diperoleh pada tahap ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang termasuk kuantitatif didapat dari perolehan nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa. Lebih lanjut, untuk data kualitatif didapat dari hasil observasi keterlaksanaan sintak pembelajaran serta reaksi atau tanggapan dari guru dan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran augmented reality.
4) Instrumen pengumpulan data
Instrumen untuk tinjauan kemampuan berpikir kritis adalah lembar soal penilaian kemampuan berpikir kritis siswa. Soal disusun berdasarkan kaidah-kaidah penulisan butir soal serta memperhatikan tingkatan kognitif.
5) Teknik analisis data
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif keterlaksanaan sintak pembelajaran mobile augmented reality pada materi spesifikasi jembatan. Keterlaksanaan sintaks dihitung dengan rumus:
Sumber: (Sudijono, 2018: 43) Hasil dari perhitungan di atas selanjutnya diinterpretasikan nilainya pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. 5 Interpretasi Nilai Keterlaksanaan Sintak
Sumber: diadaptasi dari Eko Putro Widoyoko (2016: 242) Teknik analisis deskriptif kuantitatif untuk menganalisis data yang didapat dari posttest kemampuan berpikir kritis dan eksperimen dengan menggunakan nilai posttest sebagai kovarian.
Dimana data nilai dari kelas eksperimen dan kontrol dianalisis uji normalitasnya dengan uji normalitas Shapiro Wilk. Setelah uji normalitas, data dianalisis uji homogenitas dengan Levene Test.
Dilanjutkan dengan tes anacova atau uji-t. Perhitungan data dilakukan dengan software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 25.
b. Pengemasan Produk Akhir
Pengemasan produk akhir pada penelitian ini berupa aplikasi android diunggah pada google drive. Sehingga proses penyebaran lebih mudah hanya dengan menyebarkan link google drive. Ekstensi pada format file adalah .apk, sedangkan perangkat pendukung seperti buku panduan dan materi akan di kemas secara cetak dan digital. Langkah ini agar mempermudah dalam penyebarannya.
c. Difusi dan Adopsi
Tahap ini adalah tahap pendistribusian, media disebarluaskan antar sekolah dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang membutuhkan. Tahap ini dengan mengirimkan link pada grup guru mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan.